Anda di halaman 1dari 17

MENGENAL ORGANISASI PERJUANGAN ZAMAN PERGERAKAN

KEMERDEKAAN INDONESIA
PERSATOEAN BANGSA INDONESIA

OLEH:
ADITYO PUTRA DEHAAL

(1306008)

PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2016

Persatuan Bangsa Indonesia (PBI)

sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Soetomo

dr. Soetomo (1888-1938)


Jika kita menjelaskan Persatuan Bangsa Indonesia, tidak akan terlepas dari sebuah
kelompok belajar umum di Surabaya yang dikenal dengan Indonesische Studieclub
Surabaya/Kelompok Studi Indonesia1. Karena PBI sendiri telah didirikan sebagai penjelmaan
daripada Indonesische Studieclub di Surabaya tersebut. Indonesische Studieclub/Kelompok
Studi Indonesia merupakan kelompok studi yang pertama, yang didirikan pada tanggal 11 Juli
1924. Pendiri dan penggerak utamanya ialah Soetomo2 (bekas pemimpin Budi Utomo),
seorang dokter di Surabaya yang sebelumnya seorang anggota Perhimpunan Indonesia yang
aktif di Amsterdam 1919 dan 1923.3 dr. Soetomo (1888-1938) merupakan salah seorang
pendiri Budi Utomo, yang sekaligus pemimpin/ketua studieclub tersebut. Sebab utama
didirikannya Indonesische Studieclub ialah karena dr. Soetomo dan juga pemimpin nasionalis
lainnya menganggap azas Kebangsaan Jawa dari Budi Utomo sudah tidak sesuai lagi
dengan perkembangan rasa kebangsaan waktu itu.4

oleh Deliar Noer juga menyebutnya Surabaya Studie Club; lihat Deliar Noer. Gerakan Moderen Islam di Indonesia
1900-1942, (Jakarta : LP3ES, 1980), hal 269
2
lahir di Ngepeh, Nganjuk tanggal 30 Juli 1888, lihat Abdurrachman Surjomihardjo. Budi Utomo Cabang Betawi,
(Jakarta: Pustaka Jaya, 1980), hal 28. Selain beliau, Soekardjo Wirjopranoto ikut terlibat dalam mendirikan
Persatuan Bangsa Indonesia.
3
John Ingleson. Jalan ke Pengasingan : Pergerakan Nasionalis Indonesia Tahun 1927-1934, (Jakarta: LP3ES,
1983), hal 20-21
4
Marwati Djoened Poeponegoro dan Nugroho Notosusanto. Sejarah Nasional Indonesia jilid V, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2008), hal 339

sumber: http://wpapcommunity.com/site/index.php/gallery/wpap-challenge/ramadhan-dan-kemerdekaan/dr-soetomo-1584

Klub ini didirikan sebagian juga disebabkan oleh ketidaksenangan para pendirinya
dengan Budi Utomo, dan sebagian lagi karena kekecewaan mereka terhadap pengangkatan
seorang Belanda sebagai anggota pimpinan harian kota Surabaya (Wethouder), suatu jabatan
yang menurut pendapat mereka hendaklah dipercayakan kepada orang Indonesia. Para
anggota Indonesia di dewan kota meletakkan jabatan sebagai protes terhadap pengangkatan
ini dan Soetomo pun mendirikan klub tersebut5 (dr. Soetomo adalah salah seorang dari orang5

Deliar Noer juga menyebutnya Surabaya Studie Club; lihat Deliar Noer. Gerakan Moderen Islam di Indonesia
1900-1942, (Jakarta : LP3ES, 1980), hal 269

orang yang mendirikan Budi Utomo, tetapi tidak mendapat kepuasan lagi dalam Budi
Utomo). Selain penyebab-penyebab berdirinya Indonesische Studieclub/Kelompok Studi
Indonesia yang disebutkan di atas, hal lain penyebab didirikannya organisasi tersebut adalah
karena pada waktu itu gerakan nasionalis kekurangan orang-orang yang terlatih secara
akademis dan secara intelektual sejajar dengan pejabat Belanda. Maka dr. Soetomo mencoba
mengatasi kekurangan ini dengan membentuk studieclub tersebut untuk mengenai masalah
sosial, ekonomi dan politik di seluruh Jawa.6

sumber: http://www.bi.go.id/id/tentang-bi/museum/koleksi/uang/Default.aspx

sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:
Dr_Soetomo_1962_Indonesia_stamp.jpg

Uang kertas seribu rupiah dengan


gambar dr. Soetomo emisi 1980

Prangko seri dr. Soetomo keluaran


tahun 1962
Adapun tujuan dari Indonesische Studieclub Surabaya itu ialah : 1. De ontwikkelden in

de Inlandse samenleving op te wekken tot gemeenschapsbesef en politiek inzicht, artinya


mendorong kaum terpelajar dari masyarakat bumiputra ke arah keinsyafan/kesaadaran
persatuan dan kepahaman politik, 2. Hen (de ontwikkelden) door bespreking van nationale
en sociale vraaagstukken te bewegen tot gemeenschappelijke constructieve arbeid, artinya
mengajak mereka, ialah kaum terpelajar, dengan jalan membahas persoalan-persoalan
nasional dan sosial untuk bekerja secara konstruktif. Teranglah bahwa maksud dari
studieclub di Surabaya itu tidak hanya teoritis mempelajari persoalannya saja, tetapi
disamping itu juga bekerja praktis melaksanakan usaha-usaha yang konstruktif. 7
Ini terlaksana dengan mendirikan beberapa usaha-usaha di lapangan sosial, antaranya
Indonesische Studieclub Surabaya/Kelompok Studi Indonesia mendirikan asrama-asrama
untuk para pelajar di Surabaya, untuk pelajar wanita dan pria didirikan asrama-asrama
6

Bernard H.M. Vlekke. Nusantara: Sejarah Indonesia, (Jakarta : KPG (Kepustakaan Populer Gramedia-Freedom
Institute, 2008), hal 419
7
Susanto Tirtoprodjo. Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia, (Jakarta : PT. Pembangunan, 1980), hal 58

tersendiri. Kemudian mendirikan yang dinamakan Vrouwentehuis, ialah rumah untuk


menampung wanita-wanita yang tersesat hidupnya untuk diberikan beberapa kepandaian yang
dapat dipergunakan untuk mencari penghidupannya dengan cara halal. Selanjutnya
mendirikan yang dinamakan Weefschool, ialah suatu sekolah di mana diberi kesempatan
untuk belajar menenun. Ini beberapa contoh dari constructieve arbeid yang telah tercantum di
dalam Anggaran Dasar (AD) dari Indonesische Studieclub Surabaya/Kelompok Studi
Indonesia.8
Usaha-usaha lainnya yang dilakukan Indonesische Studieclub Surabaya/Kelompok
Studi Indonesia antara lain mendirikan koperasi perusahaan daging, pusat kerajinan, bank
kredit, Bank Nasional Indonesia dan sebagainya. Sedangkan propagandanya berhubungan
dengan koperasi berhasil dengan baik: di antaranya didirikan atas usahanya Persatuan
Cooperatie Indonesia, suatu organisasi pusat untuk pembelian barang-barang. Kemudian
Gedung Nasional Indonesia di Surabaya yang juga didirikan atas usaha Indonesische
Studieclub Surabaya/Kelompok Studi Indonesia.
Di bidang penerbitan, Indonesische Studieclub Surabaya/Kelompok Studi Indonesia
menerbitkan sebuah majalah yang bernama Soeloeh Rajat Indonesia. Majalah ini kemudian
disatukan dengan majalah Algemeene Studieclub di Bandung dengan nama Soeloeh Indonesia
Moeda. Satu tahun setelah berdiri, Indonesische Studieclub Surabaya/Kelompok Studi
Indonesia mengadakan Interinsulaire Vag atau Hari Nusantara di Surabaya, yang merupakan
pertemuan besar antara berbagai suku bangsa, seperti Jawa, Madura, Sumatera, Bali,
Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan lain-lain. Tujuan utamanya adalah menyebarluaskan
prinsip-prinsip persatuan dan solidaritas Indonesia.9
Sesudah berdiri sentral sarekat sekerja pegawai negeri (Persatuan Vakbonden Pegawai
Negeri (PVPN)), maka atas usaha studieclub di Surabaya; yakni Indonesische Studieclub
Surabaya/Kelompok Studi Indonesia dalam bulan Mei 1930 berdiri PSSI (Persatuan Sarekat
Sekerja Indonesia), sentral dari sarekat-sarekat buruh, yang bukan pegawai pemerintah
kolonial. Yang bergabung dalam PSSI ialah Spoorbond Indonesia Jawa Timur, perserikatan
8

Susanto Tirtoprodjo. Op Cit, hal 58-59


http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/974/Indonesische-Studieclub-lSC diakses pada 23 Maret
2016/10.32 WIB
9

buruh penjahit dan percetakan, sarekat pembantu, sarekat sopir, sarekat penganggur, sarekat
buruh yang belum berorganisasi, yang semuanya itu berdiri dibawah pengaruh Indonesische
Studieclub Surabaya/Kelompok Studi Indonesia. Yang menjadi ketua ialah Rooslan
Wongsokusumo. Sentral ini akan bekerja di luar lapangan politik, yang tidak mengherankan,
karena ini adalah buah usaha dr. Soetomo (penasehat sentral). Dalam rapat-rapat umum di
Surabaya dalam bulan November 1929 dan dalam brosur istimewa yang ditulis dr. Soetomo
terhadap gerakan sekerjanya, dr. Soetomo ini telah menerangkan pendirian PSSI:
Tujuan gerakan sekerja harus memperbaiki nasib kaum buruh (penaikan upah,
dikurangkannya waktu bekerja, undang-undang sosial untuk melindungi kaum buruh). Untuk
mencapai itu kaum sekerja harus terus menerus mengusahakannya dengan mengingati rasa
senasib-sepenanggungan, tetap tegap dan disiplin. Adapun usahanya: a. meminta kepada yang
berwajib mengadakan perbaikan-perbaikan, b. mencoba sendiri memperoleh perbaikan.
Dalam hal itu harus di kesampingkan segala tujuan politik atau agama; karena aksi untuk dua
hal tersebut sudah dibentuk pula perkumpulan-perkumpulan/organisasi-organisasi yang
sengaja diadakan untuk dua hal itu saja.10
Persatuan Sarekat Sekerja Indonesia (PSSI) sentral sarekat sekerja partikulir ini lebih
kecil dibandingkan dengan Persatuan Vakbonden Pegawai Negeri (PVPN); yang merupakan
pusat sarekat sekerja pegawai negeri. Tahun 1931 PSSI hanya terdiri dari enam perkumpulan
(dengan anggota 1.800) di Jawa Timur. Jumlah ini naik menjadi lebih besar dengan makin
besarnya pengaruh partai dr. Soetomo, Partai Bangsa Indonesia (sebelumnya bernama
Persatuan Bangsa Indonesia/PBI), tetapi tetap masih lebih kecil daripada PVPN. Juga PSSI
memutuskan akan menggabungkan diri dalam Internasional Verbond van Vakverenigingen
pada Juli 1931. Anggota dari PSSI yakni Sarekat Sekerja Indonesia keluar dari sentralPSSI dr. Soetomo, sentral PSSI sendiri lambat laun menjadi makin terlepas dari orang-orang
PBI dan jatuh dalam pengaruh kaum PNI baru dan Partindo. Hal ini ditandai dengan
peristiwa pada tanggal 4-7 Mei 1933 di Surabaya diadakan Kongres Kaum Buruh Indonesia
yang pertama; PSSI disusun kembali dan berganti nama Centrale Perkumpulan Buruh
Indonesia (CPBI), sesudah membicarakan praeadvies-praeadvies dari PNI, Partindo, dan PBI.
Sentral yang tersusun baru ini bertujuan:
10

A.K. Pringgodigdo. Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia, (Jakarta : PT. Dian Rakyat, 1984), hal 90-91

berdasarkan selfhelp dan nasionalisme berusaha ke arah perbaikan nasib buruh Indonesia
di segala lapangan dan juga ke arah susunan baru dalam hal cara-cara produksi; yang saat
sekarang ini lebih ke arah kapitalis itu.
Untuk mencapai ini CPBI akan memajukan organisasi semua buruh Indonesia di tiaptiap perusahaan dan mempersatukan perkumpulan-perkumpulan serikat sekerja itu. Karena
takut politik organisasi-organisasi yang ada di bawah pengaruh PBI tidak masuk ke dalan
sentral tersebut (sentral CPBI), maka kemudian didirikanlah oleh PBI satu sentral kecil baru
yang tidak terpengaruh politik (maksudnya terpengaruh partai politik lain selain PBI)
dengan nama Centrale Sarekat Sekerdja Indonesia (CSSI). Pendirian ini mendapat cela dari
pers karena dianggap tidak perlu, sebab pada waktu itu sudah terdapat tiga sentral serikat
sekerdja buruh partikulir, yaitu Radvakcin (di bawah Partindo), CPBI (yang kemudian beralih
ke bawah PNI) dan CSSI (bentukan baru PBI). Adapun yang menunjukan kegiatan terbesar
ialah CPBI. Jadi dapat dikatakan organisasi buruh partikulir PBI yang bernama PSSI tersebut
pada akhirnya diambil alih oleh pihak-pihak Partindo dan PNI-baru.11
Indonesische Studieclub Surabaya/Kelompok Studi Indonesia yang didirikan oleh dr.
Soetomo (salah seorang dari pendiri Budi Utomo, tetapi tidak mendapat kepuasan lagi dalam
Budi Utomo itu) berbeda atas dua hal dari Algemeene Studieclub di Bandung, yang dipimpin
oleh

Ir.

Soekarno.

Perbedaan

yang

pertama

ialah

Indonesische

Studieclub

Surabaya/Kelompok Studi Indonesia lebih mengutamakan hal-hal yang praktis (bersifat


praktik/tindakan) daripada Algemeene Studieclub, perbedaan yang kedua ialah berhubungan
dengan sikap non-kooperatif menurut keadaan (incidenteel), sedangkan Algemeene
Studieclub

itu

non-kooperatif

sebagai

azas

(principieel).

Indonesische

Studieclub

Surabaya/Kelompok Studi Indonesia bertujuan membangunkan kaum terpelajar supaya


mempunyai kesadaran kewajiban terhadap masyarakat dan memperdalam pengetahuannya
tentang politik; mengajak mereka supaya melakukan pekerjaan yang berfaedah bagi
masyarakat dengan dengan cara memusyawarahkan persoalan nasional dan sosial. Mengenai
hal

11

bekerja

bersama-sama

dengan

pemerintah

kolonial,

Indonesische

Studieclub

A.K. Pringgodigdo. Op Cit, hal 165-166

Surabaya/Kelompok Studi Indonesia bersikap bahwa dalam beberapa hal yang tertentu, boleh
jadi amat perlu kerjasama dengan pemerintah.12
Soetomo mengharapkan bahwa kelompok studi tersebut dapat menyatukan kaum
terpelajar Jawa, mengembangkan kesadaran mereka tentang Indonesia sebagai suatu bangsa
dan memberikan kepemimpinan kepada gerakan kebangsaan. Kelompok ini merupakan
organisasi orang Jawa di kota-kota yang mendapat pendidikan barat yang banyak daripadanya
menjadi anggota Budi Utomo sebelumnya tetapi yang, sebagaimana Soetomo, menganggap
Budi Utomo terlalu berorientasi Jawa dan kurang berorientasi Indonesia. Mula-mula,
kebanyakan anggotanya yang aktif adalah bekas anggota Perhimpunan Indonesia, tetapi
setelah berkembang, organisasi tersebut menarik orang-orang Jawa yang mendapat
pendidikan tingginya di Bandung dan Batavia.13 Pada bulan Oktober 1930, dr. Soetomo
mereorganisasi studieclubnya dan mengubahnya menjadi Persatuan Bangsa Indonesia (PBI),
yang dipandang dengan sangat curiga oleh pemerintah. Organisasi ini beralih ke bidangbidang kegiatan ekonomi dan sosial di Jawa Timur (menurut Marwati Djoened Poesponegoro
dan Nugroho Notosusanto, PBI yang terutama bekerja di Jawa Timur lemah di bidang
politik), seperti mendirikan balai-balai pengobatan, asrama-asrama mahasiswa, bank-bank
desa, biro-biro penasehat, dan lain-lain. Oleh karena itu, kegiatan organisasi ini serupa dengan
kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh organisasi-organisasi Islam. Bila Taman Siswa
memberi tantangan terhadap Islam di bidang pendidikan, maka PBI memberi tantangan di
bidang sosial dan ekonomi14 (menurut Ricklefs dalam buku yang sama dengan yang dikutip;
dr. Soetomo adalah seorang yang terkenal karena pandangannya bahwa Islam mengurangi
sentimen-sentimen nasionalistis yang selayaknya15).

12

Ibid, Hal 57-58


John Ingleson. Op Cit, hal 21
14
M.C. Ricklefs. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008, (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2008), hal 403
15
Ibid, hal 392
13

sumber: http://rsudrsoetomo.jatimprov.go.id/

Foto Patung dr. Soetomo di depan RSUD dr. Soetomo Jalan


Mayjend Prof Dr. Moestopo No 6-8 Surabaya*
Pada pertengahan bulan September 1930 sebelum mereorganisasi studieclub oleh dr.
Soetomo, kelompok studi membentuk sebuah komisi untuk memikirkan perubahan-perubahan
mengenai tujuan dan program kelompok. Langkah terakhir menuju peralihannya menjadi
sebuah partai dengan basis yang lebih luas diambil pada tanggal 11 November di tahun yang
sama, ketika pengurus mengubah nama kelompok studi itu menjadi Persatoean Bangsa
Indonesia (PBI)* dan secara resmi memutuskan akan mendirikan organisasi partai dan akan
merekrut anggota-anggotanya dari kalangan yang lebih luas.16 Menurut A.K. Pringgodigdo,

* Ket. Foto: dr. Soetomo pernah bertugas di rumah sakit ini. Patung ini dibuat untuk menghormati dan mengenang
pejuang kemerdekaan, dr. Soetomo. Tulisan di bawah patung Facta Non Verba, yang mempunyai arti karya
nyata bukan hanya kata-kata belaka.
16
Ingleson, John. 1983. Jalan ke Pengasingan : Pergerakan Nasionalis Indonesia Tahun 1927-1934. Jakarta :
LP3ES. Hal 139
* Ada beberapa pendapat yang berbeda dari beberapa sumber yang penulis baca. Disini penulis mencoba
meluruskannya; pertama ialah kata mereorganisasi yang berarti penyusunan kembali (pengurus, lembaga, dan
sebagainya); penataan kembali (pengurus, lembaga, dan sebagainya)/perbaikan tatanan (susunan) yang dilakukan
pada bulan Oktober 1930 menurut Ricklefs, menurut A.K. Pringgodigdo dan Marwati Djoened Poesponegoro dan
Nugroho Notosusanto itu terjadi pada tanggal 16 Oktober 1930 (lihat A.K. Pringgodigdo. Sejarah Pergerakan
Rakyat Indonesia, (Jakarta : PT. Dian Rakyat, 1984), hal 120 dan Marwati Djoened Poeponegoro dan Nugroho
Notosusanto. Sejarah Nasional Indonesia jilid V, (Jakarta: Balai Pustaka, 2008), hal 341). Kemudian menurut John
Ingleson pada pertengahan September 1930 kelompok studi membentuk sebuah komisi untuk memikirkan
perubahan-perubahan mengenai tujuan dan program kelompok, lalu perubahan nama untuk menuju peralihannya
menjadi sebuah partai dari sebelumnya hanya kelompok studi terjadi pada tanggal 11 November 1930. Lalu menurut
A.K. Pringgodigdo (lihat A.K. Pringgodigdo. Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia, (Jakarta : PT. Dian Rakyat,

Kelompok studi/studieclub ini sebuah perkumpulan pemimpin-pemimpin yang bekerja di


Surabaya saja, maka pada tanggal 16 Oktober 1930 dilenyapkanlah pagarnya, yaitu
pembatasan berhubungan dengan sekolah (terbatas bagi kaum terpelajar saja maksudnya),
sehingga kelompok studi/studieclub itu jadi terbukalah bagi tiap-tiap orang dan harus
didirikan pula di beberapa tempat lainnya. Jelaslah bahwa PBI ingin berdiri berdasarkan
rakyat umum, sedang oleh karena PNI sudah dilumpuhkan pemerintah, maka kesempatan itu
baik adanya dan menilik keadaannya, nama studieclub itu tidak sesuai lagi bagi organisasi
itu.17
Tujuan organisasi dirumuskan yaitu mencapai kebahagiaan yang sempurna bagi tanah
air dan rakyat Indonesia atas dasar nasionalisme Indonesia.18 Pada 4 Januari 1931 Anggaran
Dasar-nya (AD) yang baru ialah PBI berusaha menyempurnakan derajat Bangsa dan Tanah
Air, berdasarkan kebangsaan Indonesia. Tentang aksi rakyat umum untuk mencapai maksud
itu tidaklah disebut dalam program PBI itu, melainkan PBI juga dalam hal ini jadi lanjutan
Indonesische Studieclub/Kelompok Studi Indonesia itu.19
Menurut John Ingleson, PBI lebih dari sekedar lanjutan Kelompok Studi Indonesia/
Indonesische Studieclub dengan nama baru. PBI mengungkapkan keyakinan dari orang-orang
yang mengelompokkan diri sekitar dr. Soetomo yaitu keyakinan bahwa orang-orang elite
Indonesia yang berpendidikan Barat memiliki kewajiban moral untuk memperbaiki
kesejahteraan rakyat, tidak hanya dalam bidang politik tapi juga dalam bidang ekonomi dan
sosial. dr. Soetomo sudah lama menolak pembedaan untuk ketiga bidang itu (politik,
ekonomi, dan sosial) karena ketiganya dipandang sama pentingnya bagi kemajuan Indonesia.
Partai baru itu bertujuan untuk belajar dari sikap PNI yang mengutamakan agitasi politik, dan

1984), hal 120) pada 4 Januari 1931 namanya diubah jadi Persatuan Bangsa Indonesia dengan anggaran dasar yang
baru pula. Maka pada tanggal 16 Oktober 1930 tersebut hanya reorganisasi studieclub saja, kemudian perubahan
nama menuju peralihannya menjadi sebuah partai pada 11 November 1930, lalu 4 Januari 1931 adalah perubahan
AD-nya. Kemudian menurut Susanto Tirtoprodjo dalam Susanto Tirtoprodjo. Sejarah Pergerakan Nasional
Indonesia, (Jakarta : PT. Pembangunan, 1980), hal 65; Studieclub itu dilebur menjadi Persatuan Bangsa Indonesia,
disingkat PBI pada tanggal 16 Oktober 1930 sebagai penggabungan dari Indonesische Studieclub dan Sarikat
Madura. Latar belakang reorganisasi ini adalah tekanan yang makin kuat dari pihak pemerintah Hindia Belanda
terhadap organisasi-organisasi non-kooperatif dan kesadaran akan kebangsaan semakin kuat. Anggaran dasar
organisasi diubah, sehingga anggota organisasi tidak lagi terbatas pada kaum terpelajar, tetapi juga kepada
masyarakat umum.
17
A.K. Pringgodigdo. Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia, (Jakarta : PT. Dian Rakyat, 1984), hal 120
18
Marwati Djoened Poeponegoro dan Nugroho Notosusanto. Sejarah Nasional Indonesia jilid V, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2008), hal 341
19
A.K. Pringgodigdo. Op Cit, hal 120

10

bermaksud untuk lebih hati-hati dalam front politik. Seperti halnya kelompok studi, politik
PBI mencerminkan juga dominasi dr. Soetomo.20
PBI bekerja dengan jalan mengadakan pidato-pidato dan kursus-kursus yang
menyangkut dengan soal-soal yang untuk itu dipelajari lebih dulu oleh pemimpinpemimpinnya; selanjutnya dengan jalan melakukan kerja yang berbukti nyata dan berfaedah
dan sebagainya. Dengan cara demikianlah PBI mau menghidupkan tenaga rakyat dalam
lapangan ekonomi dan mau menghapuskan segala rintangan, yang menghambat kesentosaan
rakyat; akan memajukan kerajinan, perdagangan, perusahaan, pertanian, koperasi. Lain
daripada itu, juga pengajaran, pendidikan, kesehatan, kebudayaan dan sebagainya semuanya
dilakukan dengan sikap netral terhadap agama-agama.21 Lembaga-lembaga penting yang
didirikan oleh Kelompok Studi Indonesia kemudian diteruskan oleh PBI antara lain sebuah
asrama perempuan, sebuah poliklinik untuk orang-orang Indonesia, dua buah asrama
mahasiswa, beberapa bank desa, koperasi-koperasi kredit, dan koperasi-koperasi konsumsi. Di
bidang pengajaran didirikan Perguruan Rakyat PBI. Di Surabaya dibangun Gedung Nasional
Indonesia (GNI) dan tahun 1929 didirikan Bank Nasional Indonesia.22
Kemudian berhubungan dengan persoalan kooperatif dan non kooperatif dari sikap
politik PBI. Pada pokoknya partai itu bukanlah partai kooperatif atau non kooperatif, karena
PBI lebih suka menyesuaikan politiknya dengan kebutuhan mendesak pada waktu itu. Di mata
kaum non kooperatif tentu saja hal itu membuatnya nampak sebagai partai yang kooperatif.
PBI memulai hidupnya sebagai sebuah partai Surabaya dan sekalipun PBI berusaha
mengembangkan dirinya ke Jawa Tengah dan Jawa Barat, namun tetap saja PBI menjadi
menjadi partai daerah Jawa Timur. Semboyannya Bekerdja doeloe, nanti bitjara, dan
djangan sebaliknja dimaksudkan untuk menolak partai-partai seperti PNI dan PSI.23

20

John Ingleson. Jalan ke Pengasingan : Pergerakan Nasionalis Indonesia Tahun 1927-1934, (Jakarta: LP3ES,
1983), hal 140
21
A.K. Pringgodigdo. Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia, (Jakarta : PT. Dian Rakyat, 1984), hal 121
22
Marwati Djoened Poeponegoro dan Nugroho Notosusanto. Op Cit, hal 341
23
John Ingleson. Op Cit, hal 140

11

sumber: dihimpun dari beberapa gambar di https://www.google.co.id/

Foto Gedung Nasional Indonesia yang


pernah didirikan oleh dr. Soetomo*
Persoalan kooperatif24 atau non kooperatif terhadap pemerintah tidak diambil pendirian
yang berdasarkan azas; ini dipandangnya suatu hal taktik belaka; kepentingan rakyatlah yang
harus saban kali dikemukakan untuk menentukan sikap yang harus diambil. Anggotaanggotanya merdeka menentukan sendiri sikapnya, tetapi mereka itu duduk dalam dewandewan bukanlah sebagai wakil PBI secara organisasi. Dalam tahun 1931 PBI sudah
mempunyai 15 cabang, yang terbagi lagi atas beberapa ranting dan selanjutnya lagi atas
beberapa rombongan; pengurus besarnya terdiri ketika itu ialah, diantaranya dr. Soetomo dan
Mr. Subroto. Kemudian tahun 1932 banyaknya cabang amat bertambah; dalam bulan Mei
1932 PBI sudah mempunyai 30 cabang dengan anggota 2.500 orang. Di kongres Januari 1932
diambil keputusan akan memperhatikan perkoperasian, segala hal tentang serikat sekerja,
pengajaran, dan di rapat tahunan Mei 1932 diambil keputusan membentuk perkumpulan kaum
tani berdasarkan koperasi (Rukun Tani).
Meskipun PBI memusatkan perjuangannya pada masalah-masalah sosial dan ekonomi,
sebagai akibat dari depresi ekonomi dunia yang muali dirasakan oleh para petani kecil di Jawa
Timur khususnya di daerah perkebunan tebu, kegiatan-kegiatan yang mengatas-namakan
kepentingan petani kecil ini tak ayal lagi secara tidak langsung mempunyai akibat politik yang
kuat. Sungguh, Rukun Tani PBI berkembang pesat selama tahun-tahun depresi ekonomi ini
* Ket. Foto: Gedung Nasional Indonesia ini terdapat juga patung dr. Soetomo dan sekaligus tempat makam dr.
Soetomo. Di dekat makam ada beberapa tulisan-tulisan yang merupakan kata-kata mutiara dr. Soetomo pada sebuah
tugu dan juga terdapat tugu yang terdapat gambar dr. Soetomo dengan tulisan di bawahnya Bapak Pergerakan
Nasional Indonesia.

12

dengan terdaftarnya puluhan ribu petani kecil ke dalam organisasi yang bertujuan
memperbaiki taraf hidup itu. Oleh karena itu, hanya karena organisasi ini meluas ke desa-desa
maka aktivitas PBI diawasi secara ketat oleh pemerintah karena dianggap akan memiliki
potensi mengganggu ketenangan dan ketertiban. Meskipun demikian, sementara ia berhasil
sebagai organisasi ekonomi dan sosial, PBI tidak pernah mampu untuk secara serius
menentang kepemimpinan politik kaum non-kooperatif sekuler di Jawa Tengah dan Jawa
Barat, walaupun dr. Soetomo menghendakinya.25
Dalam bulan Juli 1933 partai itu sudah mengadakan rapat tahunan Rukun Tani PBI
yang pertama; ketika itu ternyata, bahwa ada 158 cabang Rukun Tani PBI (diantaranya 47
cabang yang belum disahkan) beranggota kira-kira 2.000 orang. Pembicaraan mengenai hal
keadaan desa (misalnya susunan, hak, dan kewajiban pemerintah desa). Pada 29 Maret-2
April 1934 PBI mengadakan kongresnya yang ketiga di Malang; ketika itu ia mempunyai 38
cabang. Bagian yang terpenting dalam pembicaraan itu ialah:
a) Pelayaran bangsa Indonesia antara pulau ke pulau; ini akan dapat dimajukan dengan jalan
mengadakan koperasi; dan
b) hal melanjutkan pendidikan di luar negeri, terutama di Jepang. Diambil keputusan akan
memajukan pengajaran sekuat-kuatnya dengan bukti yang nyata. Berhubungan dengan
organisasi pergerakan sekerja, maka terhadap organisasi pergerakan sekerja, kongres
mengambil keputusan akan melindungi pula kembali perkumpulan-perkumpulan sekerja
yang bersedia bernaung dibawah panji-panji PBI dan kongres itu juga mengambil
keputusan akan mendirikan kepanduan sendiri (Suria Wirawan).26
Sementara itu dalam Kongres Budi Utomo (BU) pada tahun 1931 di Jakarta
membicarakan tentang kemerdekaan dan karena besarnya pengaruh persatuan Indonesia di
dalam BU, pada kongres tersebut dibicarakan rencana fusi (peleburan) BU dengan organisasiorganisasi lain yang berdasarkan kooperasi. Dalam kongres tahun 1932 di Solo usul fusi
diterima. Organisasi fusi yang akan dibentuk terdiri dari organisasi-organisasi yang
anggotanya hanya bangsa Indonesia. Organisasi baru yang direncanakan menganut politik

25
26

Ibid, hal 141


A.K. Pringgodigdo. Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia, (Jakarta : PT. Dian Rakyat, 1984), hal 121-122

13

perjuangan kooperasi, akan tetapi terhadap sesuatu hal kadang-kadang diambil sikap nonkooperasi. Penyelesaian rencana tersebut untuk selanjutnya diserahkan kepada suatu komisi
(Komisi Tiga) yang terdiri dari Wongsonegoro, Supomo, dan Abdul Rakhman. Pada bulan
Juni 1933 dalam kongres di Solo BU memutuskan untuk mempercepat fusi dengan Persatuan
Bangsa Indonesia. Di tahun-tahun 1934-1935 rencana fusi mengambil tempat yang penting
dalam aktivitas kedua organisasi itu. PBI dalam rapat tahunan di Surabaya bulan April 1935
memutuskan untuk berfusi dengan BU. Diputuskan bahwa rapat besar untuk melaksanakan
fusi direncanakan pada bulan Desember 1935.27
Dalam bulan Juli 1934 PBI merayakan usianya 10 tahun. Pada Kongres PBI 18-21 April
1935 di Surabaya disetujui rancangan-rancangan yang sudah lama
ada dalam pembicaraan tentang mengadakan fusi dengan Budi
Utomo.28

Kematian

kaum

non

kooperatif

telah

ikut

mempercepat perkembangan PBI dan Budi Utomo yang menjadi


pokok pembicaraan sejak tahun 1930. Pada bulan Desember 1935
kedua organisasi itu membentuk Partai Indonesia Raya (Parindra)
yang terus melanjutkan politik kooperatif yang moderatnya.29
(berfusi dengan bentuk Partai Indonesia Raya (Parindra)).
Sesuai dengan rencana, pada tanggal 24-26 Desember 1935
BU dan PBI menyelenggarakan kongres di Solo. Dalam acara
tersebut kedua organisasi tersebut berfusi dan lahir organisasi baru
sumber: https://www.pahlawanindonesia.com

bernama Partai Indonesia Raya (Parindra) dengan dr. Soetomo

(yang juga merupakan pendiri Budi Utomo) yang terpilih sebagai Ketua Pengurus Besar.30
Adapun tujuan dari Parindra sebagai dicantumkan di dalam Peraturan Dasarnya, ialah
mencapai Indonesia mulia dan sempurna. Jadi tidak seperti PNI yang menyebutkan tujuannya
Indonesia merdeka, tetapi Parindra menyebutnya Indonesia mulia sempurna, dengan dasar
nasionalisme Indonesia.31 Tujuan Parindra adalah kemerdekaan pada akhirnya lewat kerja

27

Marwati Djoened Poeponegoro dan Nugroho Notosusanto. Op Cit, hal 340-341


A.K. Pringgodigdo. Op Cit, hal 122
29
John Ingleson. Op Cit, hal 252
30
Marwati Djoened Poeponegoro dan Nugroho Notosusanto. Op Cit, hal 341
31
Susanto Tirtoprodjo. Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia, (Jakarta : PT. Pembangunan, 1980), hal 65
28

14

sama dengan Belanda. Muhammad H. Thamrin32 (1894-1941) dan tokoh-tokoh lain turut
bergabung. Partai Parindra ini pada dasarnya merupakan organisasi kaum konservatif yang
bersifat sekuler atau anti-Islam, dan beberapa pemimpinnya mulai memandang Jepang
sebagai model.33
Setelah Parindra terbentuk kemudian masuk didalamnya beberapa perkumpulan lain,
ialah Sarikat Celebes, Sarikat Sumatra, Sarikat Ambon, Perkumpulan Kaum Betawi (tentunya
di bawah pimpinan Muhammad H. Thamrin (1894-1941)) dan Tirtayasa. Semuanya
meleburkan diri di dalam Parindra.34 Tokoh-tokoh lain yang ikut bergabung dengan Parindra
antara lain Woerjaningrat, Soekardjo Wirjopranoto, Raden Mas Margono Djojohadikusumo,
R. Panji Soeroso dan Mr. Soesanto Tirtoprodjo.35

sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Partai_Indonesia_Raya

Foto para anggota Parindra sekitar tahun 1930-an

32

Kelak beliau menjadi ketua yang kedua Parindra setelah dr. Soetomo, karena dr. Soetomo meniggal dunia.
M.C. Ricklefs. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008, (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2008), hal 410
34
Susanto Tirtoprodjo. Op Cit, hal 65
35
https://id.wikipedia.org/wiki/Partai_Indonesia_Raya diakses pada 2 Januari 2016/13.15 WIB
33

15

DO YOU KNOW
ABOUT THAT?
THE TIMELINE OF PERSATUAN BANGSA INDONESIA (PBI)
Membentuk Rukun
Tani PBI

Kongres PBI kedua

Studieclub/Kelompok Studi
Indonesia didirikan.

11 Juli
1924

1929

didirikan Bank Nasional


Indonesia (bukan BNI46)

Mei
1930

Kelompok studi
membentuk komisi
untuk memikirkan
perubahan-perubahan
mengenai tujuan dan
program kelompok

Sept
emb
er
1930

16
Okt
ober
1930

11
Nov
emb
er
1930

Perubahan nama
menjadi PBI untuk
menuju peralihannya
menjadi sebuah partai

4
Jan
uari
1931

berdiri PSSI
(Persatuan Sarekat
Sekerja Indonesia)

Perubahan Anggaran
Dasar PBI (Anggaran
Dasar baru PBI)

Jan
uari
1932

Mei
1932

Juni
1933

Juli
1933

Reorganisasi kelompok
studi menjadi Persatuan
Bangsa Indonesia
(PBI)/berdirinya PBI

Kongres Budi
Utomo di Solo
yang memutuskan
mempercepat fusi
dengan PBI

Kongres PBI di
Surabaya; tentang
menyetujui rancangan
fusi dengan BU.

29
Mar
et-2
Apri
l
1934

Juli
1934

1821
Apri
l
1935

PBI
merayakan
usianya ke10 tahun

2426
Dese
mbe
r
1935

25
Dese
mbe
r
1935

Resmi
berdirinya
Parindra
(hasil fusi
BU dan PBI

Kongres fusi
BU dan PBI di
Solo

Rapat tahunan Rukun


Tani PBI yang pertama
Kongres PBI ketiga di
Malang

16

Sumber Bacaan :
Ingleson, John. 1983. Jalan ke Pengasingan : Pergerakan Nasionalis Indonesia Tahun 19271934. Jakarta : LP3ES
Noer, Deliar. 1980. Gerakan Moderen Islam di Indonesia 1900-1942. Jakarta : LP3ES
Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto. 2008. Sejarah Nasional
Indonesia jilid V. Jakarta : Balai Pustaka
Pringgodigdo, A.K. 1984. Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia. Jakarta : P.T. Dian Rakyat
Ricklefs, M.C. 2008. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta : PT. Serambi Ilmu
Semesta
Surjomihardjo, Abdurrachman. 1980. Budi Utomo Cabang Betawi. Jakarta : Pustaka Jaya
Tirtoprodjo, Susanto. 1980. Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia. Jakarta : PT.
Pembangunan
Vlekke, Bernard H.M. 2008. Nusantara: Sejarah Indonesia. Jakarta : KPG (Kepustakaan
Populer Gramedia-Freedom Institute)
https://id.wikipedia.org/wiki/Partai_Indonesia_Raya diakses pada 2 Januari 2016/13.15 WIB
http://www.jakarta.go.id diakses pada 23 Maret 2016/10.32 WIB
Sumber Foto dan Gambar :
https://id.wikipedia.org/wiki/Soetomo
http://wpapcommunity.com/site/index.php/gallery/wpap-challenge/ramadhan-dankemerdekaan/dr-soetomo-1584
http://www.bi.go.id/id/tentang-bi/museum/koleksi/uang/Default.aspx
https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas: Dr_Soetomo_1962_Indonesia_stamp.jpg
http://rsudrsoetomo.jatimprov.go.id/
https://id.wikipedia.org/wiki/Partai_Indonesia_Raya
https://www.pahlawanindonesia.com/muhammad-husni-thamrin/

17

Anda mungkin juga menyukai