Chapter I PDF
Chapter I PDF
PENDAHULUAN
Produksi jagung Sumatera Utara tahun 2007 sebesar 804.850 ton, naik sebesar
122.808 ton dibandingkan produksi jagung tahun 2006 dan tahun 2008 mengalami
kenaikan produksi 198.013 ton atau 18.01% dengan luas lahan 238. 168 hektar atau
rata-rata produksi 4.3 ton/ha/panen (Sidabalok, 2008 dan BPS, 2008).
Hasil kajian
perkembangan jagung di Sumatera Utara oleh Haloho dkk (2004) produktivitas jagung
tertinggi pernah mencapai 8.0 ton/ha/panen. Dengan demikian terdapat kesenjangan
yang cukup besar antara produksi riil dengan produksi potensial.
Rendahnya produksi jagung di tingkat petani dapat mempengaruhi produksi
secara Nasional. Hal ini dimungkinkan ada kaitannya dengan pengunaan varietas,
pengolahan tanah dan kepadatan tanaman persatuan luas yang tidak sesuai untuk
pertumbuhan tanaman jagung, dan keragaman produktivitas tersebut diduga disebabkan
adanya perbedaan penggunaan benih bersertifikat, teknologi budidaya kurang memadai,
pola tanam yang tidak sesuai, ketidaktersediaan air dan kondisi sosial ekonomi petani
(Supriono, 2006).
Selanjutnya Haloho dkk (2004) terjadinya fluktuasi produksi jagung di Sumatera
Utara disebabkan faktor penggunaan varietas lokal dan penggunaan turunan hibrida
yang berpotensi hasil rendah, sehingga peranan varietas unggul komposit atau bersari
bebas diharapkan dapat menonjol dalam potensi hasil per satuan luas. Lebih lanjut
Suwarno (2008) menyatakan
ditanami varietas bersari bebas sekitar 61%. Hal ini dimungkinkan karena varietas
bersari bebas lebih mampu beradaptasi pada kondisi lahan marginal. Manshuri (2007)
mengatakan penggunaan varietas bersari bebas merupakan alternatif bagi peningkatan
produksi jagung serta mampu mewujudkan keunggulan hasil pada kondisi lingkungan
tumbuh tertentu. Biasanya keberadaan varietas lokal ditingkat petani dapat bertahan
lama dan petani belum mau mengganti varietas lokalnya sebelum yakin dengan varietas
baru lebih unggul dan menguntungkan (Anonim, 2007) dan salah satu alternatifnya
menggunakan varietas unggul komposit dan harganya jauh lebih murah dari varietas
hibrida, sehingga harga benih dapat dijangkau oleh petani.
Varietas lokal Pulut, Srikandi Putih I dan Srikandi Kuning I kemungkinan dapat
dikembangkan di sentra-sentra pertanian palawija di Sumatera Utara. Azrai (2004)
mengatakan varietas tersebut dapat beradaptasi pada semua lingkungan tumbuh.
Varietas jagung komposit Srikandi Kuning I dan Putih I dapat mencapai potensi hasil
8.0 t/ha dan jagung komposit ini diperoleh dari introduksi Balai Penelitian Tanaman
Serealia Maros Sulawesi Selatan (Zubachtirodin, 2007) turunan jagung komposit ini
lebih stabil bila ditanam kembali serta dapat diperbanyak dan dikembangkan oleh
petani (Arief, 2004). Oleh karena itu, ketiga varietas tersebut mempunyai prospek
untuk dikembangkan sebagai sintesis protein pada ternak monogastrik dan manusia
yang kekurangan gizi (Azrai, 2004) karena mengandung asam amino lisin dan triptofan
penting dalam pertumbuhan dan perkembangan otak manusia (Sinar Tani Online, 2008).
Pengerjaan olah tanah merupakan persiapan tanam dan sering dikelompokkan
menjadi olah tanah pertama yang tujuannya untuk menata ulang bongkahan tanah dan
struktur tanah menjadi remah, sehingga memungkinkan peresapan air lebih cepat,
pertukaran udara yang cukup serta dapat mengendalikan gulma, sedangkan olah tanah
kedua untuk menciptakan kondisi tanah yang lebih halus (Tas, 2008).
Tetapi
pengolahan tanah yang intensif dapat menyebabkan tanah menjadi peka terhadap erosi
permukaan dan air tanah cepat menguap, karena penurunan bobot isi tanah dan akhirnya
mengakibatkan tanaman mengalami kekeringan. Selanjutnya Hakim (1986) dengan
pengolahan tanah secara terus menerus dapat menyebabkan kerusakan struktur tanah,
sehingga perlu diupayakan agar tanah tidak terlalu sering diolah atau cukup dengan
pengolahan tanah minimum, sehingga gulma akan cepat tumbuh dan subur, oleh
berbagai palawija.
herbisida berbahan aktif glifosat untuk mematikan gulma (Mulyadi, Dadang, Pramono,
2007).
Lebih lanjut Sarno (2006) keunggulan olah tanah konservasi (olah tanah
minimum dan tanpa olah tanah) lebih mampu memperbaiki dan atau mempertahankan
produktivitas lahan dibandingkan dengan olah tanah konvensional, sehingga dengan
penerapan sistim penyiapan lahan tanpa olah tanah dengan cara yang arif dan tepat akan
memberikan hasil yang optimal (Simatupang, 2006).
Peningkatan produksi jagung dapat juga dilakukan dengan cara pengaturan
tingkat kerapatan tanaman. Kerapatan tanaman akan mempengaruhi penampilan dan
produksi tanaman terutama dalam efisiensi penggunaan intensitas cahaya. Umumnya
produksi yang tinggi untuk tiap satuan luas dapat tercapai dengan populasi tanaman
yang tinggi, karena tercapainya penggunaan cahaya secara maksimum di awal
pertumbuhan, tetapi pada akhirnya akan menurun juga pertumbuhan tanaman, karena
terjadi persaingan dalam memperoleh cahaya dan efeknya mengurangi ukuran pada
seluruh bagian-bagian tanaman. Budiastuti (2006) semakin rapat jarak tanam maka
semakin tinggi tanaman, karena jumlah cahaya akan berkurang mengenai tubuh
tanaman dan pada akhirnya mempengaruhi luas daun dan bobot kering tanaman.
Peningkatan produksi jagung tidak terbatas hanya pada pengolahan tanah dan
kerapatan tanaman saja, tetapi dapat juga dengan menggunakan varietas yang sesuai,
karena tanaman jagung ada yang tidak sesuai pada daerah tertentu yang kondisi
tanahnya kurang subur. Selain itu Manshuri (2007) mengatakan penggunaan varietas
diprogramkan
pemanfaatan lahan, sehingga akan mempengaruhi seluruh faktor pembatas tanaman dan
produktivitasnya.
Strategi yang dapat digunakan
jagung dapat melalui pemilihan alternatif varietas, olah tanah mana yang sesuai dan
pengaturan jarak tanam yang tepat tentu akan mendukung pertumbuhan dan produksi
tanaman itu sendiri.
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mendapatkan sistim olah tanah yang sesuai guna meningkatkan pertumbuhan
dan produksi jagung.
2. Untuk mengetahui kerapatan tanam optimum yang tepat dan dapat menekan
keragaman dan kelimpahan gulma serta dapat meningkatkan pertumbuhan dan
produksi.
3. Untuk mendapatkan varietas jagung introduksi yang terbaik dan sesuai di lahan BPP
Dinas Pertanian Kota Medan, Desa Selambo Amplas Medan.
4. Untuk mengetahui interaksi persiapan tanam melalui olah tanah yang sesuai dan
kerapatan tanam yang tepat dapat mempengaruhi keragaman dan kelimpahan gulma
untuk pertumbuhan dan produksi jagung.
1.4. Hipotesis Penelitian
1. Sistim olah tanah yang berbeda berpengaruh untuk meningkatkan pertumbuhan dan
produksi.
2. Kerapatan tanam yang berbeda dapat menekan keragaman dan kelimpahan gulma
serta dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi.
3. Jagung introduksi sesuai untuk ditanam di lahan BPP Dinas Pertanian Kota Medan,
Desa Selambo Amplas Medan.
4. Ada interaksi antara perlakuan persiapan tanam dengan kerapatan tanam terhadap
keragaman dan kelimpahan gulma serta pertumbuhan dan produksi jagung.
1.5. Kegunaan Penelitian
Untuk memperluas wawasan ilmu pengetahuan penulis maupun kalangan
peneliti lainnya yang berhubungan dengan pengolahan tanah, keragaman dan
kelimpahan gulma terhadap pertumbuhan dan produksi jagung pada jarak tanam yang
berbeda.
Sebagai bahan penulisan tesis dan merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh Magister Sains di Sekolah Pasca Sarjana USU Medan.
Hasil
penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberikan
kontribusi
untuk