Anda di halaman 1dari 5

NAMA

NIM

: NURUL INTAN SYAFITRI ARIFIN


: PO.71.4.241.13.2.040
PEMERIKSAAN BUNYI JANTUNG
(AUSKULTASI)

Auskultasi adalah mendengarkan bunyi yang dihasilkan


oleh tubuh. Auskultasi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan
dengan cara mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh.
Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop.
Berapa pun dapat didengar oleh telinga tanpa alat bantu,
meskipun sebagian besar bunyi hanya dapat didengar dengan
stetoskop. Perawat akan lebih berhasil dalam melakukan
auskultasi ika mengetahui jenis bunyi yang muncul dari setiap
strutur tubuh dan lokasi dimana bunyi tersebut dapat didengar
dengan jelas.Untuk mengauskultasi dengan benar, perawat
memerlukan ketajaman pendengaran yang baik, stetoskop
yang baik dan pengetahuan tentang bagaimana menggunakan
stetoskop dengan benar (Potter & Perry, 2005).

1.

2.
3.

4.

Semua bunyi mempunyai empat karakteristik :


Frekwensi adalah jumlah siklus gelombang suara
dihitung perdetik denngan obyek bergetar, berkisar dari
tinggi ke rendah.
Kepekakkan adalah amplitude dari gelombang suara,
berkisar dari lembut kekeras.
Kualitas adalah suatu karakteristik yang membedakan
bunyi dari frekuensi dan kepekakkan yang serupa,
digambarkan dengan istilah tiupan, desiran dan berdeguk.
Durasi adalah lamanya waktu bunyi berakhir sebagai
bunyi yang terus meneru, berkisar antara pendek sampai
menengah sampai panjang.

Dari jantung yang normal dapat didengar lub-dub, lubdub, lub-dub... Lub adalah
suara
penutupan katup

mitral dan katup


trikuspid,
yang
menandai
awal sistole. Dub adalah
suara katup
aorta dan katup
pulmonalis sebagai tanda awal diastole. Pada suara dub,
apabila pasien bernafas akan terdengar suara yang terpecah.
BUNYI JANTUNG
Bunyi jantung jantung utama : Bunyi jantung I, bunyi jantung II,
bunyi jantung III, bunyi jantung IV.
Bunyi jantung I
Ditimbulkan karena kontraksi yang mendadak terjadi di
awal sistolik mereganggnya daun-daun katup mitral dan
trikuspid yang mendadak akibat tekanan dalam ventrikel
yang meningkat dengan cepat, meregangnya dengan tibatiba chordae tendinea yang memfiksasi daun-daun katup
yang telah menutup dengan sempurna, dan getaran kolom
darah dalam outflow tract (jalur keluar) ventrikel kiri dan
dinding pangkal aorta dengan sejumlah dasra yang ada di
dalamnya. Bunyi jantung I terdiri dari komponen mitral dan
trikuspidal.
Bunyi

jantung

ditimbulkan

karena

getaran

akibat

menutupnya katup atrioventrikular terutama katup mitral.


Pada keadaan normal terdengar tunggal. Faktor-faktor yang
memengaruhi intensitas BJ I adalah:
Kekuatan dan kecepatan kontraksi otot ventrikel, makin
Kuta dan cepat, makin keras bunyinya.
Posisi daun katup atrio-ventrikular pada saat sebelum
kontraksi ventrikel. Makin dekat terhadap posisi tertutup,
makin kecil kesempatan akselerasi darah yang keluar dari
ventrikel, dan makin pelan terdengarnya BJ I. Sebaliknya,
makin lebar terbukanya katup atrioventrikular sebelum

kontraksi, makin keras BJ I, karena akselerasi darah dan


gerakan katup lebih cepat.
Jarak jantung terhadap dinding dada. Pada pasien dengan
dada kurus, BJ akan terdengar lebih keras dibandingkan
dengan

pasien

gemuk.

Demikian

juga

pada

pasien

dengan emfisema pulmonum, BJ akan terdengar lebih


lemah.
Untuk membedakan BJ I dengan BJ II, pemeriksaan
auskultasi dapat disertai dengan pemeriksaan nadi. BJ I
akan terdengar bersamaan dengan denyutan nadi.
Bunyi jantung II
ditimbulkan karena vibrasi akibat penutupan katup
aorta (komponen aorta), penutupan katup pulmonal
(komponen pulmonal), perlambatan aliran yang mendadak
dari darrah pada akhir ejeksi sistolik, dan benturan balik dari
kolom darah pada pangkal aorta dan membentup katup
aorta yang baru tertutup rapat.Bunyi jantung II terdiri dari
komponen aorta dan pulmonal.
Pada bunyi jantung II, komponen aorta lebih keras terdengar
pada aortic area komponen pulmonal hanya dapat terdengar
keras di area pulmonal, di sebelah kanan sternum pada
ruang interkostal II kanan.
Bunyi jantung II (BJ II) timbul karena getaran menutupnya
katup semilunar Aorta maupun Pulmonal. Pada keadaan
normal, terdengar pemisahan (splitting) dari kedua
komponen yang bervariasi dengan pernapasan pada anakanak atau orang muda. Bunyi jantung II terdiri dari
komponen aorta dan pulmonal (BJ II = A2 + P2). Komponen
A2 lebih keras terdengar pada area aorta di sekitar ruang
intercostal II kanan. Komponen P2 hanya dapat terdengar
keras di sekitar area pulmonal.

Bunyi jantung III


Terdengar karena pengisian ventrikel yang cepat (rapid
filling phase). Vibrasi yang ditimbulkan adalah akibat
percepatan aliran yang mendadak pada pengisian ventrikel
karena relaksasi aktif ventrikel kiri dan kanan dan segera
disusul oleh perlambatan aliran pengisian.
Bunyi jantung III (BJ III) disebabkan oleh getaran cepat dari
aliran darah saat pengisian cepat (rapid filling phase) dari
ventrikel. Hanya terdengar pada anak-anak atau dewasa
muda

atau

keadaan

dimana compliance otot

ventrikel

menurun (hipertrofi atau dilatasi).


Bunyi jantung VI
Dapat terdengar terdengar bila kontraksi atrium terjadi
dengan kekuatan yang lebih besar, misalnya pada keadaan
tekanan akhir diastol dan ventrikel yang meninggi sehingga
memerlukan dorongan pengisian yang lebih keras dengan
bantuan kontraksi atrium yang lebih kuat.
Bunyi jantung IV (BJ IV) disebabkan oleh kontraksi atrium
yang

mengalirkan

darah

ke

ventrikel

yang compliance menurun. Jika atrium tidak berkontraksi


dengan efisien, misalnya pada atrial fibrilasi, maka bunyi
jantung IV tidak terdengar.
Bunyi jantung sering dinamakan berdasarkan daerah katup
dimana bunyi tersebut didengar. M1 berarti bunyi jantung I
di daerah mitral. P2 berarti bunyi jantung II di daerah
pulmonal. Bunyi jantung I akan terdengar jelas di daerah
apeks, sedangkan bunyi jantung II dikatakan mengeras jika
intensitasnya terdengar sama keras dengan bunyi jantung I
di apeks.

Teknik auskultasi pada jantung :


1)

Posisi pasien berbaring dengan sudut 30 derajat

2)

Mintalah pasien relak dan bernapas biasa

3)

tempelkn kepala stetoskop pada ictus cordis dengarkan


suara dasar jantung

4)

Bila auskultasi dengan corong stestokop untuk daerah


apek dan ruang interkosta 4 dan 5 kiri kearah sternum.
Dengan membran untuk ruang interkosta 2 kiri kearah
sternum

5)

Perhatikan irama dan frekuensi suara jantung

6)

Bedakan irama systole, diastole dan intensitasnya

7)

Perhatikan suara tambahan yang mungkin timbul

8)

Gabungkan auskultasi dengan kualitas pulsus (denyut


nadi).

Tentukan

maksimumnya

daerah

penjalaran

bising

dan

titik

Anda mungkin juga menyukai