Anda di halaman 1dari 9

2.

2 Entomologi
2.3.1 Ciri-Ciri Serangga
Serangga termasuk dalam filum Artropoda, kelas Insekta yang merupakan kelas terbesar
dilihat dari segi jumlah spesies untuk semua filum dalam kerajaan binatang. Ciri-ciri khas dari
bentuk dewasa kelas Insekta (Heksapoda) adalah sebagai berikut :12
1.Bagian luar tubuh tertutup oleh lapisan keras disebut integumen atau eksoskeleton.
2.Tubuh terdiri dari tiga segmen, yaitu kepala (caput), dada (thoraks), dan perut (abdomen).
3.Kepala biasanya memiliki satu pasang antena, satu pasang mandibel, memiliki maksila
dan labium, serta biasanya mempunyai satu pasang mata majemuk.
4.Pada bagian dada terdapat tiga pasang tungkai dan satu atau dua pasang sayap; sering
tanpa sayap.
5. Abdomen atau perut biasanya tidak memiliki tungkai, kecuali pada bentuk pradewasa
terutama anggota-anggota dari ordo Lepidoptera ada yang bertungkai semu.
6. Struktur dari sistem pencernaan makanan berbentuk tabung.
7. Sistem peredaran darah terbuka.
8. Sistem pernapasan melalui trakea dan terbuka pada bagian luar melalui spirakel.
9. Biasanya mengalami proses metamorfosis.
Dapat disimpulkan bahwa serangga adalah organisme yang mempunyai eksoskeleton, enam kaki,
tiga segmen tubuh, satu pasang antena, dan satu pasang mata majemuk.5 Alat-alat mulut serangga
sangat bervariasi, tetapi pada dasarnya terdiri dari (1) sepasang mandibel, (2) maksila, dan (3)
labium. Pada lalat rumah tipe alat mulut mempunyai bentuk yang khusus yaitu tipe menyerap.
Pada saat makan, probosis yang terdiri dari labium diturunkan dan kelenjar ludah dipompakan ke
makanan. Makanan yang sudah dicairkan dipindahkan oleh kapiler melalui sejumlah
pseudotrakea ke penampungan median dalam labelum. Beberapa jenis lalat yang bersifat parasit
seperti lalat tsetse memiliki gigi yang besar dan tajam pada labelum untuk memotong jaringan
dan makanan. Pompa penyerap menarik campuran makanan melalui tabung labralhypopharyngeal ke dalam tabung pencernaan makanan.12

Gambar 1. Struktur Tubuh Serangga


2.3.2 Siklus Hidup Serangga pada Tubuh Mayat
Dalam perkembangannya dari telur hingga mencapai serangga dewasa, seranggaserangga mempunyai tahapan metamorfosis baik itu yang sempurna maupun yang tidak
sempurna.2,9 Dalam metamorfosis yang tidak sempurna, serangga muda dihasilkan dari telur
serangga yang menetas hingga akhirnya menjadi bentuk serangga yang dewasa. Pada
metamorfosis sempurna, sekumpulan telur serangga dilepaskan pada tubuh mayat yang
kemudian akan menetas dalam periode waktu tertentu menjadi larva tahap pertama. Larva
kemudian melanjutkan hidup dengan memakan tubuh mayat dan berkembang menjadi bentuk
larva tahap kedua. Larva tersebut kemudian melanjutkan hidup dan membentuk larva tahap
ketiga. Stadium pembentukan larva ini bergantung pada ukuran dan jumlah dari spirakel (lubang
pernapasan). Saat dalam bentuk larva tahap ketiga ini, larva tetap memakan tubuh mayat sampai
akhirnya akan berhenti dan mulai meninggalkan tubuh mayat ke pakaian atau tanah untuk

mencari tempat yang aman untuk menjadi kepompong.2,11 Stadium dimana tidak ada proses
makan disebut pra kepompong. Larva kemudian melepaskan kulit luarnya tetapi kulit bagian
dalamnya tidak dilepaskan. Lapisan kulit yang luar adalah bentuk yang keras, atau seperti
cambuk, sampai bentuk yang lebih keras untuk protektif diri di lapisan yang lebih luar, atau
kantong kepompong, dimana melindungi serangga dalam proses metamorfosis sampai ke bentuk
yang dewasa. Kepompong yang baru terbentuk berwarna pucat, tetapi gelap di bagian dalamnya
selama beberapa jam. Setelah beberapa hari, lalat dewasa berasal dari kepompong dan akan
mengulang kembali siklus seperti yang sudah dijelaskan di atas. Saat sudah menjadi lalat
dewasa, kantong kepompong akan kosong dan ini menjadi bukti bahwa lalat telah berkembang
secara sempurna. Setiap tahap perkembangan ini dilewati berdasarkan waktu tertentu. Periode ini
didasarkan pada suhu lingkungan dan ketersediaan makanan. Tingkat metabolik akan meningkat
seiring dengan meningkatnya suhu lingkungan, dimana hal ini akan membuat semakin cepatnya
perkembangan serangga dan membuat durasi waktu dari perkembangannya semakin berkurang.
Makanan tidak selalu menjadi faktor yang membatasi perkembangan serangga.1,2
Bergantung pada saat terjadinya kematian dan spesies serangga yang berperan, serangga
akan mengalami fase istirahat dalam tubuh mayat dan beberapa saat setelah itu barulah dimulai
proses memakan tubuh mayat. Selama tubuh mengalami pembusukan, serangga akan tetap
berada dalam fase tenang dalam tubuh mayat. Faktor-faktor lain seperti tingkat pembusukan
mayat, penguburan, pencelupan dalam air, mummifikasi dan geografis, akan mempengaruhi
kecepatan dan banyaknya tipe dan gerombolan serangga yang akan menyerang mayat. Suhu dan
kelembaban lingkungan adalah faktor utama yang mengontrol pelepasan telur dan tingkat
perkembangan dari serangga necrophagous spesies. Pada suhu yang ekstrim mungkin akan
merusak, menghambat, atau menyebabkan terhentinya perkembangan serangga dalam tubuh
mayat. Sebenarnya suhu dan kelembaban terkait pada musim yang terjadi pada tahun tersebut,
dimana juga akan mengontrol serangga jenis apa yang akan bertahan. Penyimpanan tubuh mayat
sementara di suatu area dimana tidak terdapat akses untuk serangga akan menghambat proses
pelepasan telur dalam tubuh mayat yang kemudian akan mengganggu perkiraan waktu kematian.
Sebagai tambahan, perpindahan tubuh mayat dari suatu area ke area yang lain mungkin akan
mengganggu siklus dari perkembangan serangga dan mungkin akan membuat munculnya spesies
baru.8

Lalat adalah bentuk serangga yang paling dihubungkan dengan proses pembusukan tubuh
mayat. Mereka cenderung melepaskan telurnya di dalam orifisium dari tubuh mayat seperti
hidung, mata, telinga, anus, dan vagina serta pada luka yang terbuka. 3,8,13 Hal ini yang kemudian
akan mempengaruhi penampakkan dari luka terbuka tersebut, apakah akan berubah atau
bertambah rusak. Pada umumnya telur disimpan segera setelah proses kematian. Blowflies secara
normal tidak melepaskan telur pada malam hari. Jika tubuh mayat tidak dipindahkan ke tempat
yang lain dan hanya telur yang terdapat pada tubuh mayat maka dapat diasumsikan bahwa durasi
kematian sekitar 1-2 hari. Ini menjadi suatu variabel yang pasti walaupun masih bergantung pada
suhu dan kelembaban serta spesies dari lalat. Setelah menetas, belatung tumbuh secara progresif
sampai mencapai stadium pupa. Hal ini dapat berlangsung sekitar 6-10 hari di bawah kondisi
normal. Serangga dewasa muncul dalam 12-18 hari. Semua gambaran tersebut terjadi secara
pasti tergantung pada spesies yang terlibat dan suhu dari lingkungan.8
1) Siklus hidup Diptera (Lalat)

Gambar 2. Siklus Hidup Diptera (Lalat)


Telur
Telur Diptera biasanya dalam bentuk kumpulan dan ditelurkan pada tempat-tempat yang
terlindung, lembab, dan tersedia makanan. Pada umumnya, jumlah telur yang ditelurkan sekitar
150-200. Telur lalat blowfly biasanya berwarna putih mengkilat dan ukurannya bervariasi dengan
panjang 0,9-1,50 mm dan lebar 0,3-0,4 mm. Bagian terluar yang membungkus telur dinamakan
chorion. Struktur luarnya yang kadang berbintik-bintik dapat digunakan untuk membantu
identifikasi. Pada ujung telur terdapat lubang yang disebut micropyle dan merupakan lubang
fertilisasi. Terdapat sebuah alur yang disebut plastron sepanjang salah satu sisi lalat.1

Tahap Larva
Larva lalat mempunyai 12 segmen dan sebuah ujung pada bagian anterior. Ujung posterior larva
tumpul dan terdapat dua area kecoklatan berbentuk lingkaran pada segemen paling akhir yang
merupakan spirakel anterior. Pada lalat, ada tiga tahapan larva atau instar. Tahapan spesifik larva
tersebut dapat diidentifikasi melalui jumlah celah yang tampak pada setiap spirakel anterior.
Pada instar pertama terdapat sebuah celah, pada instar kedua terdapat dua buah celah, dan pada
instar ketiga terdapat tiga buah celah. Pada blowflies, biasanya ada perbedaan ukuran larva pada
setiap tahapan larva. Instar pertama cenderung berukuran panjang 2 mm, instar kedua 2-9 mm,
dan instar ketiga 9-22 mm. Namun, ukuran larva tidak selalu menjadi indikator usia larva karena
bergantung pada jumlah dan kualitas makanan yang tersedia bagi larva. Penonjolan yang disebut
tuberkel di sekitar tepi segmen posterior larva. Jarak antar tuberkel memegang peranan penting
dalam identifikasi spesies larva Sebagai contoh, pada larva Lucilla sericata, jarak antar tuberkel
sama satu sama lainnya. Larva pada instar ketiga merupakan larva terbesar dan pada separuh dari
tahapan ini, larva-larva tersebut berhenti makan dan mulai bermigrasi, mencari tempat untuk
pupariasi (tahapan akhir metamorfosis untuk menjadi tahapan dewasa). Larva bergerak
meninggalkan tubuh mayat menuju ke area yang gelap dan lebih dingin. Pada tahapan ini, larva
dapat ditemukan hingga 30 meter dari jasad atau pada kedalaman tanah 2-3 cm. Kecendrungan
untuk bermigrasi ini tidak ditemukan pada semua spesies. Beberapa spesies tertentu seperti
Prophormia terraenovae ditemukan dalam bentuk pupa pada tubuh mayat.1
Tahap Pupa
Pupa mengalami perubahan warna seiring dengan berjalannya waktu mulai dari merah
kecoklatan hingga warna mahogani kecoklatan yang gelap atau hitam.1
Tahap Dewasa
Tahapan dewasa pada akhir siklus hidup serangga dicapai dengan melepas pembungkus
(operculum) dari pupa menggunakan region ptilinum yang terletak pada kepala serangga.1

2) Siklus hidup Coleoptera (Kumbang)

Gambar 3. Siklus Hidup Coleoptera (Kumbang)


Kumbang merupakan serangga yang juga mengalami metamorfosis sempurna. Untuk
menjadi dewasa, kumbang juga melewati tahapan telur, tiga tahapan larva bergantung dari
spesies, dan tahapan pupa. Telur Coleoptera cenderung berbentuk oval, sferis, atau sferoid dan
biasanya tampak sama jika telurnya berasal dari serangga yang masih satu famili. Kumbang
biasanya mengubur dirinya di dalam tanah atau pada kamar-kamar yang dibentuknya sendiri saat

melewati tahapan pupa. Panjang siklus hidup kumbang bervariasi tergantung dari famili dan
spesies kumbang tersebut. Pada rove beetles (Staphylindae), siklus hidup lengkap berlangsung
dalam 7-10 hari sedangkan pada ground beetles (Carabidae) untuk melengkapi siklus hidupnya
menjadi tahapan dewasa membutuhkan waktu beberapa tahun dan tahapan dewasanya dapat
hidup hingga 2-3 tahun. Pada beberapa spesies, jumlah tahapan instar tidak tetap dan bergantung
pada kondisi lingkungan. Sebagai contoh, pada Dermestidae terdapat 9 tahapan larva. Namun,
pada tiap jenis kumbang, hanya ada satu generasi kumbang per tahun.1

Gambar 4. Larva kumbang dalam berbagai bentuk dan ukuran berdasarkan famili dan jenisnya
2.3.3 Gelombang Kelompok Serangga pada Tahap Dekomposisi Mayat
Ada tiga proses yang dikenal dalam dekomposisi mayat, yaitu: autolisis, putrefaksion,
dan dekomposisi tulang (diagenesis). Dalam proses autolisis, terjadi penghancuran secara alami
dimana sel-sel yang ada pada tubuh dicerna oleh enzim-enzim seperti lipase, protease, dan
karbohidrase. Proses ini paling cepat terjadi pada organ-organ seperti otak dan hati. Nutrisi sel
dari hasil penghancuran tersebut akan dilepaskan dan menjadi sumber makanan bagi bakteri.
Putrefaksion adalah penghancuran jaringan oleh bakteri. Akibat dari proses tersebut, gas-gas
seperti hydrogen sulfide, sulfur dioksida, karbon dioksida, metana, ammonia, hydrogen dan
karbon dioksida dilepaskan. Bersamaan dengan itu, terjadi fermentasi secara anaerobik sehingga
terbentuk volatile propionik dan asam butirat. Mayat akan mengalami pembusukan secara aktif,
dimana sumber-sumber protein tersebut akan dihancurkan menjadi asam lemak oleh bakteri.
Selain asam lemak, komponen lain yang dihasilkan dari proses dekomposisi ini adalah asstakole,

putrescine, dan cadaverin. Setelah jaringan lunak telah terlepas, material kerangka baik organik
maupun anorganik yang tersisa akan dihancurkan oleh kondisi lingkungan dan pada akhirnya
akan menjadi komponen tanah. Kecepatan dekomposisi bergantung dari temperatur lingkungan.1
Tahapan Pembusukan pada Tanah
Pada tubuh, dikenal lima kondisi post mortem yang dapat dihubungkan dengan delapan
gelombang kolonisasi artropoda yang dikemukakan oleh Megnin (1894). Tahapan-tahapan
perubahan post mortem yang terjadi antara lain1:
1. Tahap Pertama: Tahapan Fresh (Segar)
Tahapan ini dimulai dari waktu terjadinya kematian hingga munculnya tanda pertama
pembengkakan tubuh. Organisme pertama yang hinggap pada tubuh adalah blowflies
(Calliphoridae). Di Britania biasanya ditemukan Callipora vicina atau Calliphora
vomitoria Linnaeus, atau pada awal musim semi dapat ditemukan Protophormia
terraenovae.1
2. Tahap Kedua: Tahap Bloated (Menggelembung)
Penghancuran tubuh berlanjut akibat aktivitas bacterial atau purefaksion dan tahapan ini
merupakan tahapan yang paling mudah dikenali. Gas menyebabkan jasad menggembung
dihasilkan lewat metabolisme nutrisi oleh bakteri anaerobik. Awalnya, abdomen yang
akan menggembung namun kemudian seluruh tubuh juga ikut menggembung dan
teregang seperti balon berisi udara. Pada tahapan ini banyak blowflies yang tertarik pada
jasad, mungkin sebagai respon terhadap bau gas yang dihasilkan. Kumbang rove
(Staphylinidae) biasanya tertarik pada jasad yang sedang ada pada tahapan ini sebab
terdapat makanan berupa telur dan belatung.1
3. Tahapan Ketiga: Tahapan Pembusukan Aktif
Tahapan ini dapat dikenali dengan dimulainya pengelupasan kulit dari tubuh.
Pengelupasan ini menyebabkan gas-gas dekomposisi keluar sehingga penggembungan
pada tubuh menghilang perlahan-lahan dan berlanjut dengan purtefaksion. Pada tahap
lanjut dari putrefaction mulai terjadi fermentasi yang menghasilkan asam kasein dan
butirat. Kondisi ini diikuti dengan periode Putrefacton yang lebih lanjut yang meliputi
fermentasi amoniak tubuh sehingga kelompok serangga lainnya tertarik. Seranggaserangga tersebut adalah kumbang shilpid Nicrophorous humator (Gleditsch), histerids

Hister cadaverinus (Hoffman) dan Saprinus rotundatus Kugelann serta lalat muscid
Hydrotaeacapensis Wiedeman.1
4. Tahap Keempat: Tahap Setelah Pembusukan
Pada tahap lanjut pembusukan, yang tertinggal pada tubuh jasad adalah kulit kartilago,
dan tulang dengan sebagian sisa dari otot dan juga intestinal. Indikator terbesar pada
tahap ini adalah penigkatan keberadaan kumbang dan berkurangnya dominasi lalat
(Diptera) pada tubuh.1
5. Tahap Kelima: Skeletonisasi
Pada tahap ini, jaringan tubuh yang tersisa hanya rambut dan tulang. Tidak ada kelompok
serangga yang spesifik pada tahapan ini. Kadang dapat ditemukan kumbang family
Nitidulidae. Pada tahap ini, jasad telah mencapai tahap akhir pembusukan.1

Anda mungkin juga menyukai