Hep B Dalam Kehamilan
Hep B Dalam Kehamilan
PENDAHULUAN
Infeksi virus hepatitis B (HBV) saat ini telah dikenal sebagai salah satu masalah utama
masyarakat di seluruh dunia.1 Prevalensi infeksi virus ini bervariasi di seluruh dunia, dengan
perkiraan setengah dari populasi tersebut hidup di daerah dimana infeksi virus hepatitis B
menrupakan suatu endemik, termasuk di sebagian besar Asia, pulau-pulau di Pasifik, Afrika dan
Timur Tengah.2 Diperkirakan 350-400 juta individu diseluruh dunia mengalami infeksi kronik
akibat virus ini.3 lebih dari 50% individu tersebut mendapatkan infeksi virus hepatitis B nya
selama masa perinatal.4
Data yang dihimpun dalam suatu penjaringan terhadap 140.000 wanita hamil yang
berlangsung dari tahun 2005-2007 di Denmark menunjukan sebanyak 36.400 (0,26%) dari antara
wanita tersebut memiliki HBsAg positif dalam darahnya. Tanpa suatu bentuk intervensi seperti
pemberian imunoprofilaksis maka ibu dengan HBsAg positif memiliki resiko 20% untuk
mentransmisikan infeksi tersebut ke anaknya saat melahirkan. Resiko tersebut akan meningkat
menjadi lebih dari 90% pada ibu dengan HBeAg positif. 2,5 Transmisi secara vertical tersebut
diatas diketahui sebagai penyebab terjadinya infeksi perinatal yang berkaitan dengan angka
kroniksitas yang sangat tinggi (>95%).6
Lebih dari 40 % individu yang menderita infeksi kronis virus hepatitis B atau sekitar
600.000 individu di seluruh dunia meninggal tiap tahunnya karena gangguan hati, sirosis dan
hepatoseluler karsinoma (HCC).
4,6
sasaran penting dalam mengurangi angka kematian dan penularan serta eradikasi global terhadap
infeksi virus hepatitis B.4
Pengetahuan mengenai infeksi virus hepatitis B pada kehamilan penting guna melihat
mortalitas dan morbiditas dari host dalam hal ini ibu hamil tersebut dan efeknya pada persalinan
serta kemampuannya dalam mentransfer infeksi virus tersebut ke janin yang dikandungnya. 7
II. EPIDEMIOLOGI
Diperkirakan 350-400 juta individu diseluruh dunia telah terinfeksi oleh virus hepatitis
B.8 Prevalensi infeksi virus ini bervariasi diseluruh dunia, dengan setengah dari populasinya
hidup di daerah-daerah dimana hepatitis B merupakan suatu penyakit endemik.3 Daerah dengan
1
prevalensi tinggi (lebih dari 2%) antara lain: Australia aborigin, selandia baru, kepulauan di
Pasifik : Melanesia, Mikronesia, polinesia, Asia selatan : India, Banglades, Pakistan, Sri langka,
Asia tenggara: Camboja, Indonesia, laos, Malaisia, Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam, Asia
timur: Cina, Hongkong, Korea dan Taiwan, seluruh afrika kecuali afrika selatan, Amerika
Selatan: Chili, daerah mediterania, daerah timur tengah : Mesir, Iran, Libia, Jordania, Turki, serta
Eropa tengah seperti Rumania dan Yugoslavia.9 Tingkat infeksi virus hepatitis B masih tetap
tinggi, di Cina mencapai 7,18%, sedangkan data dari Nigeria mencapai 2-15% dari total
populasinya, dengan rentang umur antara 25-35 tahun.
10
tahun 2008, Indonesia merupakan salah satu negara dengan prevalensi tinggi yaitu 7,2%-9%
diikuti dengan Filipina 7,0-9,0% sedangkan Malaysia berkisar antara 6,0-9,0%. Data dari Negara
maju seperti Amerika Serikat menunjukkan angka hanya 1-2% dari populasinnya.11,12
Pada negara-negara dengan prevalensi tinggi seperti disebutkan diatas , wanita hamil
yang memiliki kadar Hepatitis B e Antigen (HBeAg) yang lebih tinggi, memiliki kemampuan
dalam mensalurkan infeksinya secara transmisi ibu-anak. 13 Transmisi secara vertical tersebut
diatas diketahui sebagai penyebab terjadinya infeksi perinatal yang berkaitan dengan angka
kroniksitas yang sangat tinggi (>95%).6
III. ETIOLOGI
Pada fase ini akan ditemukan HBeAg negative dan tergantikan dengan munculnya antiHBe . Kadar HBV-DNA rendah ( 103 kopi/ml) atau bahkan tiak terdeteksi lagi, selain
itu kadar ALT menjadi normal. Pada pemeriksaan Histologi sel hati akan ditemukan
peradangan minimal namun disertai dengan fibrosis hingga sirosis.
4) Fase reaktif (Hepatitis B HBeAg (-) kronik Aktif)
Fase ini ditandai dengan meningkatnya ALT disertai dengan kadar HBV-DNA yang tinggi
( 104 kopi/ml), biasanya disertai juga dengan ditemukan kembalinya HBeAg dalam
darah yang menggantikan anti-HBe yang ada sebelumnya. Pada pemeriksaan Histologi
sel hati akan ditemukan peradangan aktif disertai dengan fibrosis progresif.
5) Fase Resolusi
Pada fase ini, bentuk infeksi dari virus hepatitis B akan sembuh yang ditandai dengan
HBsAg negative dan kadar HBV-DNA tidak ditemukan lagi, selain itu kadar ALT juga
dalam batas normal. Jika dalam perkembangan fase sebelumnya telah terbentuk fibrotic
atau sirosis hati, maka hal tersebut akan menetap walaupun infeksinya telah sembuh.
Pada kasus supresi imun yang berat, reaktifasi bias terjadi.
Gambar 3. Fase hepatitis B kronik. panah putih, perubahan histopatologi; panah abu-abu,
perubahan marker serologi antara fase. Panah atas maupun bawah, peningkatan
atau penurunan level DNA (= sedikit meningkat; = peningkatan sedang;
=
penurunan
moderate;=
menigkat
tinggi).
ALT,
konsekuensi rupture membran plasenta yang terjadi, selain itu dapat pula terjadi melalui
cairan amnion, darah maupun sekret yang terdapat sepanjang jalan lahir tertelan oleh bayi.2
Okada dkk menemukan 85 % dari infeksi neonatal terjadi selama intrapartum hal ini
disebabkan oleh karena paparan darah dan sekret vagina yang infeksius.7
3. Transmisi Postpartum / post natal/ saat perawatan
Walaupun DNA HBV, HBsAg dan HBeAg telah terbukti di eksresikan bersama dengan
kolostrum dan air susu pada ibu yang terinfeksi hepatitis B, tidak ditemukan bukti bahwa
menyusui meningkatkan resiko transmisi secara ibu-anak.6
Mekanisme pasti mengenai cara transmisi postnatal belum diketahui secara pasti, namun
beberapa literature menduga transmisi terjadi melalui ciuman ibu ke mulut bayi dan akibat
kontaminasi air susu ibu dengan eksudat yang terbentuk dari luka disekitar putting susu ibu.6
VI. MANIFESTASI KLINIK
Gejala klinis pada pasien yang terinfeksi virus hepatitis B seperti pada umumnya, tidak
berbeda antara wanita hamil dengan wanita yang tidak hamil. Pada kasus infeksi akut akan
timbul keluhan yang tidak spesifik, termasuk kelemahan, kelelahan, anoreksia, mual, sakit
kepala, nyeri otot dan demam derajat rendah. Gejala seperti mual muntah pada stradium
prodromal ini terkadang membingungkan dengan gejala yang timbul pada wanita hamil muda
tanpa penyakit hepatitis B. Jika penyakit ini sembuh sebelum terbentuknya kerusakan hati yang
menyebabkan disfungsi hati sekunder maka gejala prodromal seperti diatas akan dianggap
seperti suatu sindrom flu biasa akibat virus atau bahkan akan dianggap sebagai bentuk efek
fisiologis normal dari kehamilan itu sendiri.7
Ikterus akan muncul sekitar 2-10 hari setelah gejala prodromal muncul, pasien juga akan
mengeluhkan rasa tidak nyaman di region perut kanan atas dan pada pemeriksaan fisik bisa
ditemukan adanya hepatomegali. Namun pemeriksaan untuk menemukan adanya hepatomegali
tersebut akan sulit dilakukan pada pasien dengan usia kehamilan lanjut. 7
Umumnya ikterus dan gejala penyakit hati lainnya akan sembuh dalam 6 minggu, namun
beberapa diantaranya dapat berlanjut menjadi gagal hati yang fulminant yang ditandai dengan
kegagalan organ multiple, edema cerebri dan koagulopati. Ada pula yang kemudian menetap
lebih dari 6 bulan dan menjadi hepatitis B kronik. 7
Pada sebagian besar individu yang mengalami hepatitis B kronik tidak akan memberikan
gejala klinis hingga stadium akhir. Infeksi kronik hepatitis B kadang kala diketahui secara tidak
sengaja saat pasien hamil tersebut memeriksakan kehamilannya. Temuan laboratorium lain
umumnya normal kecuali kadar ALT yang cenderung tidak normal. 7
Pemeriksaan fisik wanita hamil dengan infeksi kronik hepatitis B terkadang tampak
normal oleh karena tanda-tanda sirosis dini seperti eritema Palmaris, splenomegali dan ukuran
hati yang kecil dapat tersamarkan dengan perubahan kondisi fisik akibat kehamilan tersebut. 7
Efek infeksi hepatitis B pada ibu hamil umumnya tidak bermakna. Namun bagi ibu yang
telah mengalami sirosis sebelum kehamilannya akan memiliki resiko lebih besar untuk terjadinya
rupture varises esophagus yang menyebabkan perdarahan. 7
Penelitian lain menunjukkan infeksi kronik hepatitis B berhubungan dengan terjadinya
diabetes mellitus gestasional, perdarahan antepartum, kelahiran premature dan kondisi skor apgar
yang rendah pada bayi baru lahir. selain itu ibu hamil dengan gangguan hati yang berat dapat
menyebabkan terjadinya perdarahan postpartum, distress hingga kematian janin, asfiksia
neonatorum dan berat badan lahir rendah. Perdarahan postpartum dan intrapartum dapat terjadi
oleh karena kurangnya vitamin K yang terjadi akibat adanya gangguan hati. 13
Adanya infeksi hepatitis B didalam uterus selama kehamilan merupakan indikator yang penting
karena janin yang mengalami paparan dini dengan antigen Hepatitis B saat perkembangan
embriogenik akan mengalami toleransi imun terhadap antigen tersebut dan memungkinkan
terbentuknya infeksi kronik pada janin oleh karena ketidak mampuan imun janin dalam
mengeliminasi virus tersebut. 10
VII. DIAGNOSIS
Diagnosis sering didasarkan pada riwayat klinik, meningkatnya kadar ALT serta
ditemukannya antigen hepatitis B virus (HBsAg) di serum pasien. Pemeriksaan tambahan seperti
anti-HBe IgM kadang kala dibutuhkan pada beberapa kasus dimana pasien diduga mengalami
infeksi akut dengan kadar HBsAg negatif, pasien pada kasus ini harus dicurigai sedang berada
pada fase jendela (window phase).17
Pada pasien dengan dugaan hepatitis B kronik harus dilakukan pemeriksaan HBsAg dan
HBV DNA guna diagnosis, indikasi terapi dan untuk mengamati perkembangan dari pasien
tersebut.17
Beberapa tes serologi penting antara lain HBeAg yang menunjukkan kondisi pasien yang
sangat infeksius, HBV DNA menunjukkan jumlah virus dalam tubuh pasien, anti HBe atau
HBeAg yang mengindikasikan bahwa pasien tersebut lebih kurang menular dibandingkan
dengan HBeAg positif. 9
VIII. PENATALAKSANAAN
Beberapa faktor yang mempengaruhi pilihan terapi bagi wanita usia reproduktif yang
terinfeksi virus hepatitis B diantaranya adalah keamanan saat bersalin dan menyusui efektivitas
agen terapi, lama masa terapi dan yang paling penting adalah akibat dari terapi tersebut bagi ibu
dan janin.19
Keputusan untuk memulai terapi selama kehamilan harus mempertimbangkan beberapa
hal mengenai resiko dan keuntungan bagi ibu serta janin yang dikandungnya, bahkan harus pula
dipikirkan mengenai kapan atau pada trimester berapa terapi harus dimulai.19
Pada kasus hepatitis B akut, Tidak diberikan penanganan khusus, penanganan hanya berupa
tira baring (bedrest) dan tinggi protein, diet rendah lemak. Sedangkan indikasi untuk rawat inap seperti
anemia berat, diabetes, mual muntah hebat, gangguan protrombin time, kadar serum albumin yang
rendah, kadar bilirubin >15mg/dl.
26
Bagi wanita hamil yang merasa dirinya telah terpapar dengan virus
hepatitis B dapat diberikan immunoglobulin hepatitis B (HBIG) guna melawan virus tersebut, idealnya
diberikan dalam 72 jam pertama setelah paparan. Selain itu guna meningkatkan profilaksis, pasien
tersebut dapat diberikan vaksin hepatitis B dalam 7 hari pertama setelah terpapar, dilanjutkan dengan 1
dosis pada bulan berikutnya (vaksin yang kedua) dan 1 dosis (vaksin yang ketiga) lagi setelah 5 bulan dari
vaksin ke dua atau 6 bulan dari saat terpapar. 27
10
Tabel 2 : Pengolongan obat yang digunakan pada pasien yang sedang mengandung. 4
11
3,8
Sedangkan
bagi mereka yang ingin hamil, harus mengatur rencana kehamilannya. sebagai contoh, pasien
yang sebelumnya menggunakan terapi interferon harus menghentikan terapi tersebut selama
minimal 6 bulan sebelum merencanakan kehamilannya, oleh karena interferon merupakan obat
antipolimerase yang menjadi kontraindikasi bagi kehamilan.13,19
Penggunaan antiviral selama kehamilan didasarkan pada data keamanan penggunaan
antiviral virus hepatitis B yang berasal dari 2 sumber utama yaitu Antiviral Pregnancy Registry
(APR) dan Development of Antiretroviral Therapy Study (DART).8
Data dari APR yang dilaporkan pada tahun 2010 menunjukkan bahwa lamivudine dan
tenovovir merupakan 2 obat dengan pengalaman penggunaan secara in vivo di trimester pertama
kehamilan yang paling aman.8
12
Oleh sebab itu didunia saat ini terdapat 2 jenis obat yang paling sering digunakan sebagai
terapi hepatitis B pada ibu hamil, yaitu lamivudin dan tenovovir.
Walaupun lamivudine
digolongkan obat kelas C oleh FDA atas dasar ditemukannya toksisitas saat penggunaanya di
kelinci hamil saat trimester pertama. 3 Namun penelitian di Cina telah menunjukkan kesuksesan
lamivudine dalam menghambat transmisi vertical selama trimester ke 3 kehamilan, saat
digunakan pada pemberian pertama di usia kehamilan 28 minggu , dengan kadar DNA-HBV
108 IU/ml. Penelitian ini juga menunjukkan penurunan kadar DNA-HBV hingga
IU/ml bagi pasien dengan kadar DNA-HBV
106
lamivudine. Penelitian lain yang juga menggunakan lamivudin selama trimester 3 kehamilan
menunjukan penurunan angka transmisi intrauterine dan tidak ditemukannya abnormalitas pada
bayi baru lahir dalam kelompok tersebut.6
Tenovovir termasuk kategori kelas B, obat ini memiliki kelebihan tambahan berupa
kemampuannya dalam mancegah resistensi virus, bahkan hingga saat ini tidak terdapat laporan
mengenai terjadinya resistensi virus hepatitis B terhadap obat ini.3
Obat lain yang mulai digunakan adalah telbivudin yang masuk dalam kategori kelas B
menurut FDA, namun penggunaanya masih terbatas oeh karena kurangnya data keamanan
penggunaan obat ini dalam penelitian in vivo pada ibu hamil dan mudahnya obat ini menjadi
resisten.3,8
Penelitian yang melibatkan penggunaan telbivudine telah dilaksanakan pada wanita hamil
dengan usia kehamilan 20-32 minggu yang memiliki HBsAg positif dan kadar DNA-HBV
107 IU/ml menunjukan adanya penurunan angka transmisi perinatal, selain itu terjadi penurunan
kadar HBV-DNA, HBeAg dan normalnya kadar ALT sebelum tiba saatnya bersalin.6
Terapi pada wanita hamil dengan HBsAg positif harus didasarkan pada evaluasi dasar
seperti kondisi kadar HBV-DNA, HBV-M (HBsAg, HBeAg, anti-HBe) serta penyulit-penyulit
lain seperti fibrosis hati berat ( kadar ALT meningkat lebih dari 2 kali nilai normal, kadar HBVDNA > 105 kopi/ml), atau telah mengalami sirosis hepatis. Dengan kondisi diatas maka terapi
antiviral harus dimulai sejak kehamilan muda. jika pada pemeriksaan awal fungsi hati, ALT,
13
kadar HBV-DNA didapatkan dalam keadaan normal maka evaluasi ulang harus dilakukan
kembali pada usia kehamilan 26-28 minggu. Jika pada saat itu ditemukan kadar HBV-DNA >
107 kopi/ml atau pasien memiliki riwayat melahirkan anak yang mengidap hepatitis B maka
antiviral seperti lamivudin, tenofovir harus diberikan saat usia kehhamilan 28-30 minggu hingga
6 bulan setelah melahirkan, selanjutnya pengobatan dapat dilanjutkan tergantung dari kondisi
pasien, namun sebaiknya terapi dihentikan bila ibu yang ingin menyusui karena antiretroviral
tidak di anjurkan saat menyusui. Pemantauan ALT dan HBV-DNA harus dilakukan pada bulan
ke 1, 3 dan 6 setelah melahirkan. 8,13
Penjaringan HBsAg wanita hamil pada kunjungan awal
antenatal
HBsAg
Negatif
Pemberian
vaksin Hep
B pada Bayi
saat lahir
HBsAg
Positif
Pemberian
vaksin Hep B
pada Ibu
selama
kehamilan
Trimester I
Periksa: HBs Ab,
HBeAg, HBeAb,
PLT, ALT, Kadar
HBV-DNA
Ada dugaan
suatu bentuk
infeksi aktif /
sirosis,
TIDA
Melengkapi
Vaksinasi Hep
B sesuai
jadwal
Pertimbangkan
Terapi dengan
Lamivudine /
Tenofovir
HBV-DNA
< 107
kopi/ml
HBV-DNA
> 107
kopi/ml
Anak HBV
(-)
Anak HBV
(+)
Pertimbangkan terapi
dengan Lamivudine /
Tenofovir pada awal
Trimester III (UK 28-30 mgg)
Pertimbangkan penghentian
terapi setelah melahirkan
14
Bagi ibu dengan HBsAg negative, pemberian vaksinasi sangat dianjurkan, sama halnya dengan
pemberian vaksinasi bagi bayi yang dilahirkannya. Selanjutnya pemberian vaksinasi pada bayi
mengikuti jadwal yang telah ada.6
IX. PENCEGAHAN
Penjaringan merupakan teknik yang tepat untuk pencegahan dan penataksanaan lanjutan
bagi pasien hamil yang terinfeksi hepatitis B serta pasien resiko tinggi. Sehingga penjaringan
hepatitis B menjadi standar pada saat asuhan antenatal. penjaringan ini juga memungkinkan
tenaga kesehatan menilai janin yang memerlukan imunoprofilaksis baik dengan vaksin maupun
immunoglobulin hepatitis B (HBIG), mengetahui indikasi terapi antiviral pada pasien carier,
serta berguna dalam konseling aktivitas seksual. The American Association Study of Liver
Disease (AASLD), merekomendasikan penjaringan untuk HBsAg pada semua wanita hamil
selama trimester pertama kehamilan.4
Vaksinasi merupakan salah satu cara pencegahan penularan penularan virus hepatitis B
dari ibu ke anak. Dengan pemberian vaksinasi pada ibu yang hamil akan memungkinkan
terjadinya penyaluran pasif antibodi ke janin yang memungkinkan suatu bentuk perlindungan
dari infeksi horizontal hingga bayi tersebut mendapatkan imunisasi aktif, vaksinasi juga terbukti
aman bagi ibu dan janin, efeksamping yang paling sering muncul adalah nyeri ditempat suntikan
dan demam ringan sampai dengan sedang.15
Vaksin pertama tersedia tahun 1981, vaksin tersebut dibuat dari antigen permukaan
hepatitis B dari pasien HBsAg karrier, yang berisi 22 nm HBsAg partikel inaktif digabungkan
dengan urea , pepsin, formaldehid dan pemanasan. Vaksin ini telah sukses digunakan pada lebih
dari ratusan juta individu dan dikenal dengan istilah plasma derived vaccine . Pada tahun 1982,
dikembangkan vaksin rekombinan yang di ekstrak dari DNA yeast atau sel mamalia yang dibuat
terinfeksi virus hepatitis B. Teknologi baru ini telah memungkinkan dibuatnya vaksin dengan
produksi tidak terbatas sehingga vaksin dapat digunakan secara luas di seluruh dunia. 20
Sejak dikembangkan vaksin rekombinan hepatitis B tahun 1982, sebagian besar otoritas
kesehatan, termasuk World Health Organitation (WHO) merekomendasikan penggunaan vaksin
pada bayi baru lahir terutama yang lahir dari ibu dengan HBsAg positif atau dari kelompok
15
resiko tinggi.
Bentuk vaksinasi lainnya adalah vaksinasi pasif yang dikenal dengan nama
immunoglobulin hepatitis B (HBIG). HBIG ini merupakan bentuk anti-HBs yang di ambil dari
individu donor yang dalam plasmanya mengandung kadar anti-HBs yang tinggi.28
16
guna melawan HBsAg yang disebut anti-HBs mendekati 100% pada anak kecil dan hampir 95%
pada dewasa muda.2,4,20
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Osazuwa F, Ankiwe HC (2012). Risk of Mother to Child Transmision of Hepatitis B
among Children. Internasional Journal of Tropical Medicine 7 (1): 34-37
2. Navabakhsh B, Mehrabi N, Estakhri A, Mohamadnejad M, Poustchi H. (2011). Hepatitis
B Virus Infection during Pregnancy: Transmision and Prevention. Middle East Journal of
Digestive Disease Vol 3 No 2: 93-102
3. Bzowej NH. (2012). Optimal Management of the Hepatitis B Patient Who Desires
Pregnancy or Is Pregnant. Curr Hepatitis Rep 11: 82-89
4. Yogeswaran K, Fung SK. (2011) Chronic Hepatitis B in Pregnancy: Unique Challenges
and Opportunities. The Korean Journal of Hepatologi 17 :1-8
5. Adabara NU, Ajala OO, Momohjimoh A, Hashimu Z, Agabi AYV (2012). Prevalence of
Hepatitis B Virus among Women Attending Antenatal Clinic in General Hospital, Minna,
Niger State. Shiraz E-Medical Journal Vol 13, No 1: 28-32
6. Ho V, Ho W. (2012). Hepatitis B in Pregnancy : Spesific issues and Considiration. J
Antivirals & Antiretrovirals Vol 4 (3): 51-59
7. Bohidir NP. (2012) Hepatitis B Virus Infection in Pregnancy. Hepatitis Annual Journal :
199-209.
8. Bzowej NH. (2010). Hepatitis B Therapy in Pregnancy. Curr Hepatitis Rep 9: 197-204
9. Maternitiy Care in SA. (2011) Chapter 44 Hepatitis B in Pregnancy. Government of
South Australia :1-9
10. Eke AC, Eke UA, Okafor CI, Ezebialu IU, Ogbuagu C. (2011) Prevalence, Correlates,
Pattern of Hepatitis B Surface Antigen in Low Resource Setting. Virology Journal 8: 1-12
11. World health organization. (2011) Viral hepatitis in the WHO south-east asia region.
India: 4.
12. Apuzzio J, et al (2012) Chronic Hepatitis B in Pregnancy: A workshop Consensus
Statement on Screening, Evaluation and Management, Part 1. The Female Patient Journal
Vol 37: 22-27
13. Han GR, Xu CL, Zhao W, Yang YF. (2012). Management of Chronic Hepatitis B in
Pregnancy. World Journal of Gastroenterology Vol 18 (33): 4517-4521
14. El-Sherif WT, Sayed SK, Afifi NA, El-amin H. (2012). Occult Hepatitis among Egyptian
Chronic Hepatitis C Patients and its Relation with Liver Enzymes and Hepatitis B
Markers. Life Science Journal 9 (2): 467-474
15. Samkomkamhang US, Lumbiganon P, Laopaiboon M. (2011). Hepatitis B Vaccination
during Pregnancy for Preventing Infant Infection (Review). The Cochrane library (3):113.
18
16. Bety B. et al. (2010). National Hepatitis B Strategy 2010 2013. Ministerial Advisory
Committee on Blood Borne Viruses and Sexually Transmissible Infections (MACBBVS):
1-21
17. Christensen PB, Clausen MR, Krarup H, Laursen AL, Schlichting P, Weis N. (2011).
Treatment for Hepatitis B virus (HBV) and Hepatitis C virus (HCV) infection- Danish
National Guidelines 2011. Danish Medical jurnal: 1-11
18. Chowdhury SD, Eapen CE. (2012). Perinatal Transmission of Hepatitis B. Hepatitis
Annual Journal : 80-88
19. Petersen J. (2011). HBV Treatment and Pregnancy. Journal of hepatology Vol 30.
20. Franco E, Bagnato B, Marino MG, Meleleo C, SerinoL, Zaratti L. (2012). Hepatitis B :
Epidemiology
and
Prevention
in
Developing
Countries.
World
Journal
of
2012.
[cited
2010].
Available
from:
http://multiple-sclerosis-
research.blogspot.com/2012_10_01_archive.html
22. Feitelson MA, Larkin JD. (2001). New Animal Models of Hepatitis B and C. Institute for
Laboratory Animal Research Vol 42 (2) :127-38
23. Poterucha JJ. Chronic viral hepatitis. In: hauser SC, Pardi DS, poterucha JJ. Mayo clinic
gastroenterology and hepatology broad review. USA: Mayo clinic scientific and informa
healthcare USA Inc. 2008; p. 296-7.
24. Zhang SL, Yue YF, Bai GQ, Shi L, Jiang H. (2004). Mechanism of intrauterine infection
of hepatitis B virus. World Journal of Gastroenterology Vol 10(3):437-438
25. Liu SR, Weng HB, Wu J, Zhang ZD, Zeng YM, et al. (2011) Relationship between
intrauterine infection and the gene polymorphism of DC-SIGN/DCSIGNR in the
pregnant women of HBV positive. Zhonghua Shi Yan He Lin Chuang Bing Du Xue Za
Zhi 25: 331-333.
26. Pandipati S, Gibbs RS. Transplacentally acquired microbial infection in the fetus. In:
Reece EA, Hobbins JC Editors. Clinical Obstetrics the fetus & mother. 3rd Ed. Blackwell
publishing. 2007; p. 276-7, 279.
27. Sookoian S. (2006). Liver Disease During Pregnancy: Acute viral hepatitis. Annals Of
Hepatology Vol 15(3):231-36
28. Nabi Biopharmaceuticals. Hepatitis B immune globulin (human) [online]. 2012. [cited
2010]. Available from: http://www hepatitis-b-immune-globulin-human.html
29. Biofarma. Hepatitis B Vaccine Recombinant [online]. 2012. [cited 2010]. Available
from: http://www hepatitis-b-immune-globulin-human.html
19
20