ASKEP Gangguan Telinga Karena Benda Asing
ASKEP Gangguan Telinga Karena Benda Asing
bengkak, bila pengambilan benda tersebut menggunakan teknik irigasi akan membahayakan
(termasuk kontraindikasi).
Bila dengan menggunakan teknik irigasi, benda asing belum juga berhasil dikeluarkan,
maka dapat menggunakan teknik pengisapan, serta instrumentasi. Bila memakai teknik
instrumentasi maka kanalis auditorius harus terlihat secara langsung guna menghindari
kerusakkan lebih lanjut organ telinga.
Berikut beberapa benda asing yang sering masuk ke telinga dan penangangan pertama
yang bisa dilakukan:
a. Air
Sering kali saat kita heboh mandi, berenang dan keramas, membuat air masuk ke dalam
telinga. Jika telinga dalam keadaan bersih, air bisa keluar dengan sendirinya. Tetapi jika di dalam
telinga kita ada kotoran, air justru bisa membuat benda lain di sekitarnya menjadi mengembang
dan air sendiri menjadi terperangkap di dalamnya. Segera kunjungi dokter THT untuk
membersihkan kotoran kuping yang ada.
b. Cotton Buds
Cotton buds tidak di anjurkan secara medis untuk membersihkan telinga. Selain kapas bisa
tertinggal di dalam telinga, bahaya lainnya adalah dapat menusuk selaput gendang bila tidak hati-
hati menggunakannya. Basahi cotton buds dengan menggunakan air hangat, jangan
menggunakan cotton buds dalam keadaan kering atau berminyak karena itu memungkinkan
terjadinya iritasi pada telinga.
c.
Benda-benda kecil
Anak-anak kecil sering tidak sengaja memasukkan sesuatu ke dalam telinganya. Misalnya,
manik-manik mainan. Jika terjadi, segera bawa ke dokter THT. Jangan coba-coba
mengeluarkannya sendiri, karena bisa menimbulkan masalah baru. Di ruang praktek, dokter
mempunyai alat khusus untuk mengeluarkan benda tersebut dan disertai dengan keterampilan
khusus untuk menangani masalah ini.
d. Serangga
Bila telinga sampai kemasukan semut, berarti ada yang salah dengan bagian dalam telinga.
Pada prinsipnya, telinga punya mekanisme sendiri yang dapat menghambat binatang seperti
semut untuk tidak masuk ke dalam.
3. Patofisiologi
Benda asing yang masuk ke telinga biasanya disebabkan oleh beberapa factor antara lain
pada anak anak yaitu factor kesengajaan dari anak tersebut, factor kecerobohan misalnya
menggunakan alat-alat pembersih telinga pada orang dewasa seperti kapas, korek api ataupun
lidi serta factor kebetulan yang tidak disengaja seperti kemasukan air, serangga seperti lalat atau
nyamuk .
Masuknya benda asing ke dalam telinga yaitu ke bagian kanalis audiotorius eksternus
akan menimbulkan perasaaan tersumbat pada telinga, sehingga klien akan berusaha
mengeluarkan benda asing tersebut. Namun, tindakan yang klien lakukan untuk mengeluarkan
benda asing tersebut sering kali berakibat semakin terdorongnya benda tersebut ke bagian tulang
kanalis eksternus sehingga menyebabkan laserasi kulit dan melukai membrane timpani. Akibat
dari laserasi kulit dan lukanya membrane timpanai, akan menyebabkan gangguan pendengaran ,
rasa nyeri telinga atau otalgia dan kemungkinan adanya risiko terjadinya infeksi.
4. Manifestasi klinik
Efek dari masuknya benda asing tersebut ke dalam telinga dapat berkisar dari tanpa
gejala sampai dengan gejala nyeri berat dan adanya penurunan pendengaran.
Merasa tidak enak ditelinga :
Karena benda asing yang masuk pada telinga, tentu saja membuat telinga merasa tidak enak, dan
banyak orang yang malah membersihkan telinganya, padahal membersihkan akan mendoraong
benda asing yang mauk kedalam menjadi masuk lagi.
Tersumbat
Karena terdapat benda asing yang masuk kedalam liang telinga, tentu saja membuat telinga
terasa tersumbat.
Pendengaran terganggu
Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Beratnya ketulian
tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem
pengantaran suara ke telinga tengah.
Rasa nyeri telinga (otalgia)
Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya
durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak. Nyeri merupakan
tanda berkembangnya komplikasi telinga akibat benda asing.
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan dengan Otoskopik
Mekanisme :
- Bersihkan serumen
- Lihat kanalis dan membran timpani
Interpretasi :
- Warna kemerahan, bau busuk dan bengkak menandakan adanya infeksi
- Warna kebiruan dan kerucut menandakan adanya tumpukan darah dibelakang gendang.
- Kemungkinan gendang mengalami robekan.
b. Pemeriksaan Ketajaman
Test penyaringan sederhana
1. Lepaskan semua alat bantu dengar
2. Uji satu telinga secara bergiliran dengan cara tutup salah satu telinga
3. Berdirilah dengan jarak 30 cm
4. Tarik nafas dan bisikan angka secara acak (tutup mulut)
5. Untuk nada frekuensi tinggi: lakukan dgn suara jam
c. Uji Ketajaman Dengan Garpu Tala
Uji weber
1. Menguji hantaran tulang (tuli konduksi)
2. Pegang tangkai garpu tala, pukulkan pada telapak tangan
3. Letakan tangkai garpu tala pada puncak kepala pasien.
4. Tanyakan pada pasien, letak suara dan sisi yang paling keras.
Interpretasi
1. Normal: suara terdengar seimbang (suara terpusat pada ditengah kepala)
2.Tuli kondusif: suara akan lebih jelas pada bagian yang sakit (obstruksi: otosklerosis, OM) akan
menghambat ruang hampa.
3. Tuli sensorineural: suara lateralisasi kebagian telinga yang lebih baik.
Uji Rine
1. Membandingkan konduksi udara dan tulang
2. Pegang garpu tala, pukulkan pada telapak tangan
3. Sentuhkan garpu tala pada tulang prosesus mastoid, apabila bunyi tidak terdengar lagi pindahkan
kedepan lubang telinga (2 cm)
4. Tanyakan pasien, kapan suara tak terdengar (hitungan detik)
5. Ulangi pada telinga berikutnya
Interpretasi
1. Normal: terdengar terus suara garpu tala.
2. Klien dengan tuli kondusif udara: mendengar garpu tala lebih jelas melalui konduksi tulang
(Rinne negatif).
6. Pencegahan
Usaha pencegahan
a. Kebiasaan terlalu sering memakai cotton bud untuk membersihkan telinga sebaiknya dijauhi
karena dapat menimbulkan beberapa efek samping seperti kulit telinga kita yang ditumbuhi bulubulu halus yang berguna untuk membuat gerakan menyapu kotoran di telinga kita akan rusak,
sehingga mekanisme pembersihan alami ini akan hilang. Jika kulit kita lecet dapat terjadi infeksi
telinga luar yang sangat tidak nyaman dan kemungkinan lain bila terlalu dalam mendorong
Cottonbud, maka dapat melukai atau menembus gendang telinga. Sebaiknya bersihkan telinga 23 kali dalam seminggu.
b. Hindarkan memberi mainan berupa biji-bijian pada anak-anak, dapat tejadi bahaya di atas atau
juga dapat tertelan dan yang fatal dapat menyumbat jalan nafas (obstruksi jalan nafas).
7. Penatalaksanaan
Ekstrasi benda asing dengan menggunakan pengait atau pinset atau alligator (khususnya
gabah). Pada anak yang tidak kooperatif, sebaiknya dikeluarkan dalam narcosis umum, agar
tidak terjadi komplikasi pada membrane timapani.
Bila benda asing berupa binatang atau serangga yang hidup, harus dimatikan dulu dengan
meneteskan pantokain,xylokain,minyak atau alcohol kemudian dijepit dengan pinset.
Usaha pengeluaran harus dilakukan dengan hati- hati biasanya dijepit dengan pinset dan
ditarik keluar. Bila pasien tidak kooperatif dan beresiko merusak gendang telinga atau strukturstruktur telinga tengah, maka sebaiknya dilakukan anastesi sebelum dilakukan penatalaksanaan.
Kemudian benda asing dikait dengan pinset atau klem dan ditarik keluar. Setelah benda
asing keluar, liang telinga dibersihkan dengan larutan betadin. Bila ada laserasi liang telinga
diberikan antibiotik ampisilin selama 3 hari dan analgetik jika perlu.
Benda asing seperti kertas, busa, bunga, kapas, dijepit dengan pinset dan ditarik keluar.
Benda asing yang licin dan keras seperti batu, manik-manik, biji-bijian pada anak yang
tidak kooperatif dilakukan dengan narkose. Dengan memakai lampu kepala yang sinarnya terang
lalu dikeluarkan dengan pengait secara hati-hati karena dapat menyebabkan trauma pada
membran timpani.
Pengambilan benda asing dari kanalis audiotorius eksternus merupakan tantangan bagi petugas
perawatan kesehatan. Banyak benda asing (misalnya : kerikil, mainan, manik-manik, penghapus)
dapat diambil dengan irigasi kecuali ada riwayat perforasi lubang membrana timpani. Benda
asing dapat terdorong secara lengkap ke bagian tulang kanalis yang menyebabkan laserasi kulit
dan melubangi membrana timpani pada anak kecil atau pada kasus ekstraksi yang sulit pada
orang dewasa. Pengambilan benda asing harus dilakukan dengan anatesia umum di kamar
operasi.
Anak: Kebelakang
Bayi: kebawah
Hal yang perlu diperhatikan :
Posisi
Warna
Ukuran
Bentuk
Kesimetrisan
Seluruh permukaan dan lateral
Palpasi
Palpasi daun telinga: tekstur, nyeri pembengkakan dan nodul-nodul.
Palpasi prosesus mastoideus: nyeri, pembengkaka dan nodul.
Lakukan penarikan terhadap lobus lunak bagian bawah.
B. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b.d. agen cedera biologis, fisik ,kimia
b. Gangguan sensori persepsi (auditori) b.d. perubahan sensori persepsi
c. Risiko infeksi b.d. laserasi kulit dan trauma membran timpani
d.Kurang pengetahuan b.d.kurang terpaparnya informasi tentang penyakit, pengobatan.
C. Rencana Keperawatan
Diagnosa
Nyeri akut
b.d. agen
cedera
biologis,
fisik , kimia
Tujuan-Kriteria
Setelah diberikan
Intervensi
Observasi keluhan nyeri,
tindakan
keperawatan rasa
Rasional
Dapat
mengidentifikasi
terjadinya komplikasi
dan untuk intervensi
selanjutnya.
- Melaporkan nyeri
guided imagery.
berkurang/
terkontrol.
- Menunjukkan
mengurangi persepsi
nyeri atau
mangalihkan perhatian
klien dari nyeri.
Membantu
mengurangi nyeri
ekspresi wajah/
postur tubuh rileks.
Setelah diberikan
tindakan
keperawatan
diharapkan
ketajaman
pendengaran
pasien meningkat,
KH:
Pasien
dapat
mendengar dengan
baik tanpa alat
bantu pendengaran,
mampu menentukan
timpani.
hasil:
-Tidak
terdapat
tanda-tanda infeksi
( kalor, dolor, rubor,
tumor, fungsiolesa)
- Tanda- tanda vital
Mengetahui
tingkat
ketajaman
pendengaran
pasien
dan untuk menentukan
intervensi selanjutnya.
untuk
Berikan lingkungan Membantu
menghindari
masukan
yang tenang dan tidak
kacau, jika diperlukan sensori pendengaran
yang
berlebihan
seperti musik lembut.
dengan
mengutamakan
kualitas tenang.
Observasi ketajaman
pendengaran,
catat
apakah kedua telinga
terlibat.
Mengetahui
tandatanda
terjadinya
infeksi dan indicator
dalam
melakukan
intervensi selanjutnya
Menetapkan
data
dasar pasien, terjadi
peradangan
dapat
diketahui
dari
penyimpangan
nilai
Pertahankan tehnik
tanda
vital.
aseptik dalam melakukan
tindakan
Kurang
pengetahuan
b.d.kurang
terpaparnya
informasi
tentang
penyakit,
pengobatan
Mengetahui tingkat
pemahaman dan
pengetahuan pasien
tentang penyakitnya
serta indikator dalam
melakukan intervensi
Meningkatkan
pemahaman klien
tentang kondisi
kesehatan
Mengurangi tingkat
kecemasan dan
membantu
meningkatkan
kerjasama dalam
mendukung program
terapi yang diberikan