Anda di halaman 1dari 11

KEJAHATAN AKADEMIK!

di bulan RAMADHAN 1431 H


PLAGIARISME oleh
DR H AGUNG DANARTO MAg
SEKRETARIS UMUM PP MUHAMMADIYAH
SISI KIRI:
Penjiplak: Dr H Agung Danarto MAg
“Puasa Ramadan” di rubrik “Hikmah Ramadhan” Harian KEDAULATAN RAKYAT,
HALAMAN 1, 19 AGUSTUS 2010
Sumber: http://www.kr.co.id/web/detail.php?sid=222911&actmenu=35

SISI KANAN adalah artikel asli yang dijiplak:


“Puasa Ramadlan dan Makna Penting Kejujuran”
Sumber: Majalah SUARA MUHAMMADIYAH NO. 17 TAHUN KE-92//1-
15 SEPTEMBER 2007 M, HALAMAN 30-31

Kata Ramadan selalu mabniy ‘ala Bulan Ramadlan memiliki keunikan


al-fathi, tetap dalam bentuk fathah, yakni bentuk kata tersendiri dibandingkan dengan
sebuah kata yang harus dibaca Ramadana. nama bulan-bulan Islam lainnya. Kata
Kata ini berasal dari al-ramdhu yang Ramadan selalu mabniy ‘ala al-fathi, tetap
berarti “kala matahari sangat terik”. dalam bentuk fathah, yakni sebuah kata
Dengan demikian, Ramadan berarti yang harus dibaca Ramadana. Kata ini
“membakar sesuatu”, dalam arti bahwa, ia berasal dari al-ramdhu yang berarti “kala
menjadi sebuah kiasan sebagai bulan yang matahari sangat terik”.
membakar dosa-dosa manusia. Dengan demikian, Ramadan berarti
Di samping sebagai bulan “membakar sesuatu”, dalam arti bahwa, ia
membakar dosa-dosa, puasa di bulan menjadi sebuah kiasan sebagai bulan yang
Ramadhan selalu menghadirkan banyak membakar dosa-dosa manusia. Untuk
hikmah. Pada bulan ini umat Islam sedunia konteks Indonesia, (bulan) Ramadlan ini
disapa oleh Allah SWT agar menjadi lebih sangat tepat karena seringkali jatuh pada
bermakna secara manusiawi dan semakin musim panas.
memahami kehadirannya di muka bumi ini. Di samping sebagai bulan membakar
Dengan segunung hikmah yang dosa-dosa, puasa di bulan Ramadlan
terkandung di dalam bulan puasa ini, sesungguhnya selalu menghadirkan beribu
Ramadan menjadi bulan penuh makna yang hikmah. Inilah bulan kehadiran bagi
mampu menghidupkan dan sebanyak mungkin manfaat untuk sesama
menyemarakkan jiwa Islam dibandingkan demi sebuah persembahan tulus yang
bulan-bulan lainnya. Untuk memasukinya, bernilai Ilahiah serta pemaknaan hidup
seorang Muslim dituntun agar bersedia yang tak pernah usai. Di bulan ini umat

1
untuk saling memaafkan di atnara Islam sedunia disapa eksistensinya oleh
sesasamanya. Menghapus segala curiga, Allah SwT agar menjadi lebih bermakna
khilaf, dosa, amarah, benci dan segenap secara manusiawi dan semakin memahami
sifat tercela adalah kunci sukses untuk kehadirannya di muka bumi ini.
membuka pintu kesucian dengan penuh Bulan rahmat, bulan ampunan, dan
bersih jiwa, raga, dan pikiran. bulan pembebasan ini menghadrikan
Tidak berlebihan bila setiap ibadah dirinya sebagai madrasah ruhaniah, ruang
yang dilakoni akan terasa sangat bermakna uintuk memperkukuh penempaan mental
dan berkesan. Salat Tarawih secara dan momentum memeprtebal pengalaman
berjamaah di masjid menyiratkan makna spiritual. Di balik kehadirannya ia
kebersamaan yang ramai dinanti-nantikan menitipkan begitu banyak hikmah,
oleh para jamaah. Sesudahnya, tadarus sehingga menjadi kewajaran bagi setiap
digelar secara bergantian. Masing-masing umat Islam untuk menata agenda
membaca dan menyimak Alquran untuk terbaiknya demi memperkaya amal
saling mengoreksi. ibadahnya.
Bangun tengah malam untuk makan
sahur adalah pekerjaan berat bagi sebagian Bulan Penuh Makna
orang, tetapi sangat menyenangkan. Sebuah Dengan segunung hikmah yang
usaha penuh ketulusan untuk bersedia terkandung di dalam bulan puasa ini,
“diganggu” dan dibangunkan dari lelap Ramadan menjadi bulan penuh makna yang
kenikmatan duniawi yang sesaat ini. mampu menghidupkan dan
Kala Maghrib tiba, kaum Muslimin menyemarakkan jiwa Islam dibandingkan
berbuka bersama dengan keluarga atau bulan-bulan lainnya, Untuk memasukinya,
teman-teman. Puncaknya adalah ketika seorang Muslim dituntun agar bersedia
datangnya hari kemenangan, yakni Idul untuk saling memaafkan di antara
Fitri. Umat Islam di seluruh dunia sesasamanya. Menghapus segala curiga,
berbondong-bondong ke lapangan untuk khilaf, dosa, amarah, benci dan segenap
menunaikan Salat ‘Id. Menyusuri jejak- sifat tercela adalah kunci sukses untuk
jejak amal ibadah puasa Ramadan tersebut membuka pintu kesucian dengan penuh
dengan mobilitas ruhaniah yang penuh bersih jiwa, raga, dan pikiran.
kesadaran dan hikmah adalah sebentuk Tidak berlebihan bila setiap ibadah
kenikmatan sekaligus kebangunan jiwa yang dilakoni akan terasa sangat bermakna
bagi orang-orang yang beriman. dan berkesan. Salat Tarawih secara
Allah SWT mencurahkan rahmat berjamaah di masjid menyiratkan makna
(rahmah), ampunan (mahgfirah), dan kebersamaan yang ramai dinanti-nantikan
membebaskan orang-orang yang diterima oleh para jamaah. Ada detak kebahagiaan
puasanya dari siksaan api neraka (‘itqun untuk bersua dengan tetangga, menebar
min al-nar). Allah menghapus dosa-dosa senyum sesama jamaah serta memupuk
yang telah lalu, dan kelak saat Idul Fitri tekad bersama dengan doa untuk puasa
tiba, Allah menjadikan orang yang esok hari.
berpuasa bagaikan seorang bayi yang baru Sesudahnya, tadarus digelar secara
dilahirkan, bersih, dan suci. bergantian. Masing-msing membaca dan
Puasa Ramadan mengajarkan nilai- menyimak Alquran untuk saling
nilai luhur tentang kesabaran, kejujuran, mengoreksi. Tidakkah ini menyembulkan
kedisiplinan, kebersiham, kesehatan, makna penting akan arti tanggung jawab

2
kesederhanaan, kasih sayang terhadap dan saling mengingatkan terhadap sesama.
sesama, kebersamaan, dan keuletan hidup. Bangun tengah malam untuk makan
Semuanya itu terkandung dalam nafas sahur adalah pekerjaan berat bagi sebagian
Ramadan yang mencerahkan dan orang, tetapi sangat menyenangkan. Sebuah
mengesankan. Semoga bulan ini dapat usaha penuh ketulusan untuk bersedia
membekas dan mewarnai bulan-bulan “diganggu” dan dibangunkan dari lelap
lainnya. kenikmatan duniawi yang sesaat ini.
(Dr H Agung Danarto MAg, Kemudian datanglah tahrim, sebagai
Sekretaris Umum PP Muhammadiyah). peringatan untuk mengakhiri bangun dan
sahur menuju gerak eksistensial menjelang
shubuh. Lalu setelah itu kaum Muslimin
bersiap menyapa pagi dengan kebugaran
dan berlomba-lomba mendekap beribu
hikmah dalam kehidupan pagi hingga sore
hari.
Kala maghrib tiba, kaum Muslimin
berbuka bersama dengan keluarga atau
teman-teman. Puncaknya adalah ketika
datangnya hari kemenangan, yakni Idul
Fitri. Umat Islam di seluruh dunia
berbondong-bondong ke lapangan untuk
menunaikan Shalat ‘Id. Menyusuri jejak-
jejak amal ibadah puasa Ramadan tersebut
dengan mobilitas ruhaniah yang penuh
kesadaran dan hikmah adalah sebentuk
kenikmatan sekaligus kebangunan jiwa
bagi orang-orang yang beriman.
Dalam sebuah Hadits disebutkan
bahwa, “Setiap perbuatan baik digandakan
sepuluh hingga tujuh ratus kali, kecuali
puasa. Puasa untuk-Ku dan Aku yang
memberikan balasannya”.
Di samping itu, Allah SwT
mencurahkan rahmat (rahmah), ampunan
(mahgfirah), dan membebaskan orang-
orang yang diterima puasanya dari siksaan
api neraka (‘itqun min al-nar). Allah
menghapus dosa-dosa yang telah lalu, dan
kelak saat Idul Fitri tiba, Allah menjadikan
orang yang berpuasa bagaikan seorang bayi
yang baru dilahirkan, bersih, dan suci.
Puasa Ramadan mengajarkan nilai-
nilai luhur tentag kesabaran, kejujuran,
kedisiplinan, kebersihan, kesehatan,
kesederhanaan, kasih sayang terhadap

3
sesama, kebersamaan, dan keuletan hidup.
Semuanya itu terkandung dalam nafas
Ramadan yang mencerahkan dan
mengesankan. Semoga bulan ini dapat
membekas dan mewarnai bulan-bulan
lainnya.
Apabila setiap nilai itu seutuhnya
berhasil diterapkan sesaat dan seusai bulan
Ramadlan, maka kehidupan kita pasti akan
menjadi lebih sempurna. Tidak heran kalau
ada orang yang bertekad
“meRamadlankan” hidupnya di bulan-
bulan yang lain. Rasanya ada sesuatu yang
hilang setelah Ramadlan berlalu, dan
sebaliknya, ada sesuatu yang tumbuh saat
bulan suci itu tiba di tengah-tengah kita.

Makna Kejujuran
Tujuan puasa Ramadlan adalah
takwa sebagaimana termaktub dalam Qs.
Al-Baqarah: 183. Secara ontologis, taqwa
erarti menghadirkan kesadaran
berketuhanan dalam kehidupan kita sehari-
hari. Eksistesi-Nya harus diakui
sebagaimana pesan Qs. Al-Baqarah: 115
yang menyatakan bahwa “Ke mana engkau
hadapkan wajahmu, di situlah waha
Tuhan”.
Kehadiran Yang Transenden di
tengah-tengah kita, harus bisa
memengaruhi perilaku dan pikiran kita agar
menjadi lebih berbobot, taat, dan
bermanfaat bagi sesama. Menghadirkan
spirit Ilahiah dalam pribadi kita akan dapat
memperkukuh niat tulis kita untuk
memaknai hidup ini lebih baik lagi,
memperteguh keimanan kita, membangun
diri kita menjadi manusia pemberani untuk
peduli menegakkan kejujuran, kepedulian
dan kebenaran serta menghadirkan rasa
takut hanya kepada Allah SwT (Qs. Al
Maidah: 8).
Salah satu hikmah penting dari puasa
adalah mengajarkan kita akan pentingnya
arti kejujuran dalam kehidupan ini.

4
Kejujuran dapat menjadikan seseorang dari
kebinasaan dan kerusakan; serta
mendekatkan orang kepada kebahagiaan
dan surga. Rasulullah saw bersabda, “Jika
engkau jujur kepada Allah, niscaya Allah
akan mengabulkan doamu”. Dalam Hadits
yang lain dikatakan, “Sesungguhnya
kejujuran adlaah ketenangan, kedustaan
adalah keraguan” (Hadits Shahih, Jami’
Tirmidzi).
Kejujuran adalah syarat penting bagi
terwujudnya harmoni sosial. Sebaliknya,
ketidakjujuran sudah pasti membatalkan
segenap pahala dan maka dari puasa itu
sendiri. Orang menjadi percaya kepada kita
karena kejujuran kita. Rasulullah saw
bersabda, “Hendaklah kalian bersikap
jujur, sesungguhnya kejujuran membawa
kebaikan dan sesungguhnya kebaikan
membawa kepada surga. Seseorang selalu
jujur dan berupaya jujur hingga Allah
mencatat dirinya sebagai orang yang
jujur” (H. R. Muslim).
Sikap jujur mencegah menampilkan
keimanan dengan topeng kedustaan dan
menyembunyikan kekufuran. Seseorang
yang selalu berperilaku kujur, akhlaknya
berbanding lurus alias akan jujur pula.
Sebaliknya, kedustaan adalah puilar utama
kemunafikan. Lisan yang jujur
m,embutuhkan pengorbanan yang besar,
dan itu tidaklah ringan. Lisan yang jujur
inheren dengan keytakwaan.
Dari Abdullah bin Amr berkata,
“Ditanyakan kepada Rasulullah saw,
siapakah manusia paling mulia?” Beliau
menjawab: “Setiap Makhmum Qalbi (yang
berhati bersih) lisannya berkata jujur”.
Sahabat berkata, “kalau lisan yang berkata
jujur kami mengenalnya, lalu apa itu
Makhmum Qolbi?” Nabi menjawab:
“Yaitu orang yang bertakwa, suci dari
dosa, kesesatan, kedengkian dan hasad
dalam dirinya” (Shahih Sunan Ibnu
Majah). Berdasarkan hadits itu, nabi

5
Muhammad saw tidak mengatakan lisan
yang jujur itu berhati bersih, akan tetapi
beliau bersabda seperti dalam Haditsnya,
bahwa “setiap yang berhati bersih,
liosannya berkata jujur”.
Rasulullah adalah pribadi yang jujur.
Abu Jahal, musuh utama Rasulullah saw,
pernah memberikan kesaksiannya atas
kejujuran beliau. Saat perang Badar, Al-
Akhnas bin Syuraiq bertemu Abu Jahal dan
bertanya kepadanya, “Tidak ada orang
selain kita berdua yang mendengar
pembicaraan kita, kabarilah aku tentang
Muhammad, apakah ia seorang yang jujur
atau pendusta?” Abu Jahal menjawab,
“Demi Allah, Muhammad adalah orang
yang jujur dan tidak pernah berdusta
sekalipun” (Tarikh Thabari).
Kejujuran adalah bekal berharga
untuk memperoleh kepercayaan.
Sebaliknya, kedustaan hanya akan
menghancurkan harga diri dan
membenamkan potensi kreatif yang
diberikan Allah SwT kepada kita. Perilaku
jujur merupakan nilai tambah potensial
yang sangat produktif bagi pemaknaan
hidup kita. Puasa kita tidak ada artinya
tanpa kejujuran. “Barangsiapa yang tidak
mau meninggalkan kata-kata bohong dan
selalu memperbuatnya, maka Allah tidak
akan mempedulikan (puasanya) padahal ia
telah susah payah meninggalkan makan
dan minum” (HR Bukhori).

Robby H Abror, Dosen Aqidah dan


Filsafat, Fakultas Ushuluddin, UIN Sunan
Kalijaga, Yogyakarta.

*format perbandingan di atas diambil dari


http://www.scribd.com/doc/27433584/Prof-Banyu-s-Another-Plagiarism,

6
KOMPILASI OLEH:
KOMUNITAS ANTI PLAGIASI (KAPAL)
ANGKATAN MUDA MUHAMMADIYAH, YOGYAKARTA
cp. ABDUL FIKAR -- HP 085 743 916 913.

Kompilasi ini sifatnya COPYLEFT (tidak mengenal hak cipta).

7
8
9
10
11

Anda mungkin juga menyukai