Anda di halaman 1dari 2

ANEKA UJIAN DI JALAN DAKWAH

Penulis:Tate Qomarudin

Mengenal tabiat jalan dakwah mutlak diperlukan oleh para du’at. Sebab hal itu merupakan salah satu faktor
pendukung kesiapan mental saat berhadapan dengan berbagai rintangan dan ujian. Mengenal tabiat jalan dakwah
juga akan membantu seseorang untuk menentukan perbekalan apa yang perlu dipersiapkan untuk menempuhnya.

Jalan dakwah memang merupakan jalan yang penuh ujian, rintangan dan tantangan. Betapa tidak. Sebagai manusia
saja, tanpa dikaitkan dengan urusan keimanan tidak pula dengan urusan dakwah, seseorang pasti berhadapan
dengan ujian dan tantangan, apalagi sebagai manusia mukmin. “Apakah manusia mengira bahwa mereka akan
dibiarkan hanya karena mereka mengatakan kami beriman, padahal mereka belum diuji?” (QS. 29:1-2). Apalagi bila
orang mukmin itu berdakwah. Maka ujiannya pun akan lebih berat lagi. Sebab selain ujian atas keimanannya Allah
juga akan mengujinya dalam hal konsistensi di jalan dakwah.

Secara garis besar ujian dakwah dapat dibagi dua: ujian berupa kesenangan, kebahagiaan, dan kenikmatan serta
ujian dalam bentuk penderitaan, kenestapaan, dan kesulitan. Allah swt. telah mengingatkan hal ini dalam ayat-Nya,
“Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya
kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (QS. 21:35)

Contoh konkrit kedua bentuk ujian ini tertera dalam firman-Nya, “Dan ingatlah (hai para muhajirin), ketika kamu
masih berjumlah sedikit, lagi tertindas di bumi (Mekah), kamu takut orang-orang (Mekah) akan menculik kamu, maka
Allah memberi kamu tempat menetap (Medinah) dan dijadikan-Nya kamu kuat dengan pertolonganNya dan diberi-
Nya kamu rezki dari yang baik-baik agar kamu bersyukur.” (QS. 8:26)

Pada ayat ini Allah swt. menggambarkan bahwa kaum Muslimin semula diuji dengan intimidasi yang dilakukan oleh
orang-orang kafir. Lalu, Allah menolong dan memberikan kemenangan kepada mereka. Allah juga memberi mereka
rezeki. Kemenangan dan rezeki itu adalah ujian untuk menakar kemampuan syukur kaum Muslimin.

Banyak bentuk rintangan dan ujian yang di hadapi seorang da’iyah, diantaranya adalah:

Rongrongan keluarga
Anak, isteri, suami, ayah atau ibu bisa menjadi aspirasi atau penambah semangat berdakwah. Tetapi di saat yang
sama mereka juga dapat menjadi batu sandungan bagi seorang da’i. Mereka berpotensi memalingkan garis dakwah,
mengurangi intensitas interaksi seseorang dengan dakwah atau bahkan menghentikan sama sekali gerak dakwah
seorang da’i.

Bisikan, tuntutan, atau ambisi-ambisi keluarga boleh jadi menyebabkan seseorang berat kaki untuk melangkah kaki
untuk melaksanakan program-program dakwah. Begitu juga keadaan keluarga baik dalam sisi ekonomi, kesehatan,
dan sebagainya dapat juga menjadi faktor penghambat keterlibatan seseorang dalam aktifitas dakwah.

Pada saat perang Tabuk, ada sahabat yang nyaris tidak turut serta dalam jihad karena ingin menikmati kehangatan
bersama isterinya. Akan tetapi ia kemudian tersadar akan kesulitan dan penderitaan yang dialami oleh Rasulullah
saw. dan para sahabatnya dalam perjuangan. Untuk Allah swt. mengingatkan kita:

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh
bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta
mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya hartamu
dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu); dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (QS. 64:14-15)

Kedengkian sesama muslim


“Batu sandungan” juga bisa datang dari sesama Muslim atau bahkan da’i. Bentuknya, semisal sikap iri dan dengki
atas keberhasilan yang dicapai oleh seorang da’i. Kata ‘batu sandungan’ sengaja saya beri tanda kutip karena hal itu
tidak selalu berakibat buruk bagi orang yang didengki. Sebaliknya bagi si pendengki belum tentu menjadi hal yang
produktif dan mengantarkan kepada apa yang menjadi keinginannya.

Ada sebuah hadits, yang meskipun saya belum dapat memastikan kesahihannya, namun maknanyanya tidak keluar
dari apa yang disamapaikan Quran dan Sunnah, yang mengatakan: “Seorang mukmin berada di antara lima ujian
berat: sesama mukmin yang iri kepadanya; munafik yang membencinya; kafir yang terus memeranginya; hawa
nafsu yang terus merintanginya; dan syetan yang menyesatkannya.” (Al-Firdaus Bima’tsuril-Khitab)

Hadangan, kekejian, dan makar orang-orang Kafir


Sejak awal sejarah dakwah yang digulirkan oleh nabi-nabi sebelum Rasulullah saw., orang-orang kafir selalu berdiri
sebagai penghadang dakwah. Untuk menghentikan laju dakwah, mereka melakukan berbagai upaya dari mulai
rayuan hingga pembunuhan. Dalam Quran Allah swt. banyak mengingatkan kita, para da’i tentang makar orang-
orang kafir ini. Salah satu hikmahnya adalah agar kita senantiasa memiliki kesiapan mental saat menghadapinya.
Dan Kami tidak mengutus kepada suatu negeri seorang pemberi peringatanpun, melainkan orang-orang yang hidup
mewah di negeri itu berkata: "Sesungguhnya kami mengingkari apa yang kamu diutus untuk menyampaikannya".
(QS. 34:34)
Di ayat yang lain dinyatakan, Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami bernasib malang karena kamu,
sesungguhnya jika kamu tidak berhenti (menyeru kami), niscaya kami akan merajam kamu dan kamu pasti akan
mendapatkan siksa yang pedih dari kam.i" (QS. 36:18)

Khusus untuk Rasulullah saw., Allah swt. menggambarkan ujian dalam bentuk makar orang-orang kafir dalam
firman-Nya, “Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk
menangkap dan memenjarakanmu, atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah
menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya.” (QS. 8:30)

Allah juga swt. menegaskan bahwa orang-orang kafir tidak akan pernah berhenti memusuhi dakwah. Firman-Nya:

“Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu
(kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia
mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah
penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (QS. 2:217)

Biasa juga orang kafir membuat jebakan yang dikamuflase dengan kepentingan atau keuntungan dakwah. Ini
pernah dialami oleh Rasulullah saw. sendiri. Orang-orang kafir Quraisy menawarkan kepada Rasulullah saw. agar
beliau bersedia mengusap-usap patung-patung mereka. Mereka berjanji jika beliau berkenan melakukannya mereka
akan masuk Islam dan mengikuti Rasulullah saw. Hampir saja beliau terpengaruh dan mengikuti tawaran mereka,
jika saja Allah swt. tidak segera mengingarkan beliau dengan firman-Nya:

“Dan sesungguhnya mereka hampir mamalingkan kamu dari apa yang telah Kami wahyukan kepadamu, agar kamu
membuat yang lain secara bohong terhadap Kami; dan kalau sudah begitu tentulah mereka mengambil kamu jadi
sahabat yang setia. Dan kalau Kami tidak memperkuat (hati) mu, niscaya kamu hampir-hampir condong sedikit
kepada mereka. kalau terjadi demikian, benar-benarlah, Kami akan rasakan kepadamu (siksaan) berlipat ganda di
dunia ini dan begitu (pula siksaan) berlipat ganda sesudah mati, dan kamu tidak akan mendapat seorang
penolongpun terhadap Kami.” (QS. 17:73-75)

Kekejaman Penguasa Zalim.


Penguasa zalim juga memiliki andil dalam merintangi dakwah. Baik dia penguasa kafir maupun penguasa yang
mengaku Muslim. Dalam sejarah tercatat para ulama yang menjadi korban kekejaman penguasa zalim. Sekedar
menyebut contoh, Sa’id Bin Zubair sang ulama tabi’in, Imam Ahmad, Imam Ibnu Taimiyyah. Dan tidak perlu jauh-
jauh, di negeri kita sendiri hal itu dapat kita saksikan dan rasakan. Di tahun 80-an tidak sedikit para da’i yang
dijebloskan ke bui dan diintimidasi saat mengingatkan khalayak terhadap bahaya kristenisasi atau saat menentang
cara-cara paksa program Keluarga Berencana. Bahkan hingga hari ini, masih terjadi penangkapan terhadap da’i
yang oleh sebagian kalangan dinamakan aksi pemberantasan terorisme.

Tentu saja masih banyak jenis dan bentuk rintangan dan ujian di jalan dakwah. Karenanya, ingin berdakwah tapi
tidak mau berhadapan dengan kesulitan? Mimpi ‘kali ye? Allahu a’lam.

Anda mungkin juga menyukai