Anda di halaman 1dari 20

Ibadah Ramadhan Menjadi Bekal

Menghadapi Tantangan Perubahan

Oleh
Prof.Ir. Hermawan K. Dipojono, MSEE, Ph.D.
(Ketua Senat Akademik ITB, Pembina Salman ITB)

Khutbah Idul Fitri 1441H - 2020 M


YPM Salman ITB
Khutbah Idul Fitri
1441 H - 2020 M
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
Ibadah Ramadhan
Menjadi Bekal Menghadapi
Tantangan Perubahan

Khatib:
Prof.Ir. Hermawan K. Dipojono, MSEE, Ph.D.
(Ketua Senat Akademik ITB, Pembina Salman ITB)
Diterbitkan oleh Yayasan Pembina Masjid Salman ITB
Jalan Ganesha No. 7 Bandung 40132
Telp. (022) 2503645, 2530708 - Faks. (022) 2500042
email: sekretariat@salmanitb.com
http://www.salmanitb.com

Rekening donasi a.n. YPM Salman ITB:


Bank BNI Cabang ITB Bandung : 002.866.7520
Bank Muamalat Indonesia Capem Cihampelas : 103.00055.12
Cukuplah Allah (menjadi penolong) bagi kami dan Dia sebaik-baik
pelindung. (QS. Ali Imran [3]: 173)
8 Khatib: Prof.Ir. Hermawan K. Dipojono, MSEE, Ph.D.

(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram


de­ngan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah ha­
ti menjadi tenteram. (QS. Al-Ra’du [13]: 28)

H ari ini, di seluruh muka bumi, dikumandangkan takbir, tasbih, dan


tahmid, sambung-menyambung tiada henti. Puja dan puji bagi Allah
Swt. yang telah menjadikan hari raya ini bagi kaum Muslimin, barakah bagi
kaum Mukminin, dan rahmat bagi para Mutakin. Tiada Tuhan selain Engkau,
ya Allah, Yang Mahaagung, Raja Diraja di Hari Akhir, tiada sekutu bagi-Mu.
Salam dan shalawat marilah kita kirimkan kepada Rasul Mulia Muhammad
Saw.,juga kepada keluarga, Sahabat, dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Dari dan melalui Rasulullah Saw.-lah kita mengenal Allah Swt. dan Asma-
Asma-Nya Yang Mahamulia.
Ramadhan adalah bulan yang spesial bagi kaum Muslimin. Di dalam­nya
diturunkan Al-Quran, petunjuk bagi para Mutakin yaitu orang yang menca­
pai kualitas takwa. Di bulan itu pula pendamba kualitas takwa diperintah­
kan untuk melaksanakan shaum sebulan penuh, yang dengannya diharap­
kan kualitas itu dapat diperoleh. Mutakin adalah salah satu yang mendapat
jaminan masuk surga. Lebih dari itu, kualitas ini juga yang disebutkan oleh
Al-Quran akan mendapatkan kecintaan dari Allah Swt. Oleh karena itu, layak
untuk dikejar dan didambakan. Spektrum wujud ketakwaan sangatlah lebar,
mulai dari iman hingga amal saleh sosial; mulai dari berhati lebar, gampang
memberi maaf; hingga tegas tanpa kompromi dalam menegakkan keadilan,
khususnya membela yang lemah, terpinggirkan, dan terzalimi. Itulah sebe­
nar­nya wujud mulia fithriyyah manusia, master piece ciptaan-Nya yang se­
ring kali tenggelam oleh hiruk pikuk menghadapi urusan dunia. Modalitas
ke­mu­lia­an insani yang mungkin tersembunyi, dicoba dibangkitkan melalui
pe­ning­kat­an intensitas hubungan dengan Yang Mahamulia selama bulan
mu­lia itu.
Ramadhan tahun ini terusik tiba-tiba (disrupted) karena hadirnya Co­
vid-19 dalam hidup dan kehidupan bermasyarakat. Perubahan besar-be­
sar­
an harus terjadi dan masih terus berlangsung. Telah ada pula yang
Ibadah Ramadhan Menjadi Bekal Menghadapi Tantangan Perubahan 9

me­nyu­ara­kan atau mengingatkan mengenai kemungkinan hadirnya ke­nor­


mal­an baru (new normal). Walaupun perubahan itu—sebagaimana ke­ma­
ti­an—adalah sebuah kepastian, namun kehadirannya, apalagi dengan cara
yang tidak terbayangkan sebelumnya dan (relatif) mendadak, selalu da­pat
mengejutkan dan menyentakkan siapa saja. Covid-19 memang meng­ha­
sil­kan gelombang kejut dengan dampak sosial-ekonomi yang belum se­pe­
nuh­nya dipahami, mungkin bahkan lebih besar dari penyakit itu sendiri,
namun harus dihadapi untuk diatasi bersama. Dalam jumlah besar, tiba-
tiba sebagian anggota masyarakat kehilangan pekerjaan dan penghasilan.
Turunannya bisa banyak: ada yang mungkin harus putus sekolah, kehilangan
tempat tinggal, busung lapar, ketegangan sosial. Ini jelas bukan persoalan
sederhana. Bahwa peristiwa ini beririsan waktunya dengan Ramadhan, jelas
bukanlah suatu kebetulan dan tanpa makna.
Dalam satu dekade terakhir ini, sebenarnya telah terjadi transformasi
da­lam hidup dan kehidupan manusia karena hadirnya teknologi digital,
khu­sus­nya dalam bentuk mulai dari media sosial hingga robot cerdas (yang
kini masih terus berlangsung pengembangannya). Walaupun tidak se­hi­ngar
bingar teknologi digital, teknologi jenis lain pun seperti nano-bio-cog­no,
telah turut membentuk dan memengaruhi akan lahirnya peradaban ma­nu­
sia yang entah nanti wujudnya seperti apa. Jasad renik hingga viruspun kini
ha­rus mulai diperhitungkan dalam penataan masyarakat lokal, regional,
bah­kan juga global.
Ada tanda-tanda bahwa ternyata manusia tidak sepenuhnya mampu
mengontrol bahkan apa yang dibuat atau direkayasanya sendiri. Alih-alih
menunjukkan kecerdasannya, bahkan buah karyanya itu justru merupakan
bukti betapa dapat menjadi pandirnya manusia itu karena ulahnya sendiri.
Medsos, misalnya, ternyata juga membantu percepatan menyebarnya fit­
nah, hoax, dan ujung-ujungnya terjadilah pembauran antara benar dan
salah. Nilai-nilai kemuliaanpun mengalami goncangan hebat. Dalam hal
Co­vid-19, tatanan mapan kemanusiaan tidak saja menjadi goyah, bahkan
tidak berlebihan jika disebut sebagai ambyar, berantakan, kepongahan adi­
daya rontok tak berdaya, dan itu nampak dengan kasat mata oleh seluruh
warga dunia. Ironisnya itu disebabkan oleh objek sangat kecil yang bahkan
hanya dapat dilihat melalui mikroskop yang kuat. Dampaknyapun dapat
10 Khatib: Prof.Ir. Hermawan K. Dipojono, MSEE, Ph.D.

mengenai siapa saja tanpa pandang bulu, hitam-putih-kuning-coklat, ja­


hat-baik, kaya-miskin.

Dan peliharalah dirimu dari fitnah, cobaan, siksaan yang tidak hanya
menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Ketahuilah
bahwa Allah sangat keras siksa-Nya. (QS. Al-Anfal [8]: 25).

Dan bertawakkallah kepada Allah dan cukuplah Allah sebagai Pemeli­


ha­ra (QS. Al-Ahzab [33]: 3).

Menolong atau memohon pertolongan; memberi atau menunggu pem­


berian. Sebenarnya dua kata yang berlawanan itu relevan kapan dan di ma­
na saja. Kini, dalam suasana yang penuh ketidakpastian, kedua kata itu te­
rasa lebih bermakna. Ramadhan baru saja berlalu dan kita mendambakan
dapat meraih kualitas takwa, kembali memperoleh fitrah kemuliaan insan.
Bagi yang mempunyai kelebihan, masih dapat menikmati makan tiga kali
sehari, maka memberi dan berbagi adalah wujud ibadah Ramadhan-nya
membawa hasil dan berkah, tidak hanya sekadar memperoleh rasa lapar,
dahaga, dan lelah saja. Memberi atau berbagi juga merupakan wujud dari
syukur dan bebasnya dari pembudakan diri pada dunia. Jangan sampai, na­
‘udzubillah, masuk dalam golongan yang justru mendustakan agama.
Ibadah Ramadhan Menjadi Bekal Menghadapi Tantangan Perubahan 11

1. Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? 2. Itulah orang


yang menghardik anak yatim, 3. dan tidak menolong memberi makan
orang miskin. 4. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,
5. (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, 6. orang-orang yang
berbuat riya, 7. dan enggan (memberikan) bantuan. (QS Al-Ma‘un
[107]: 1—7)

Bagi yang sedang menghadapi musibah, apapun bentuknya, ketakwaan


yang diperoleh melalui ibadah shaum Ramadhan sungguh dapat menjadi
bekal untuk tabah, tegar, dan kuat mencari alternatif rahmat Allah yang ti­
dak terbatas. Kepada Allah-lah semua permohonan dan permintaan itu
diajukan. Dia-lah Zat Yang senang diminta dan tidak berkurang sedikitpun
kekayaan dan keagungan-Nya karena memberi, Yang malu tidak memenuhi
permintaan yang sungguh-sungguh dari hamba-Nya.
Orang yang beriman mempunyai keyakinan bahwa musibah atau coba­
an kesulitan hidup dapat menjadi kendaraan ke Surga, manakala itu dapat
di­laluinya dengan kesabaran dan ketawakalan.

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal be­
lum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang
ter­d­ahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan ke­
sengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam coba­an)
sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman ber­sama­
nya, “Kapankah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesung­guh­
nya pertolongan Allah itu amat dekat. (QS. Al-Baqarah [2]: 214).
12 Khatib: Prof.Ir. Hermawan K. Dipojono, MSEE, Ph.D.

Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan


baginya jalan keluar 3. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada
disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah
niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya
Allah me­laksanakan urusan yang (dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya
Allah te­lah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. (QS. Al-
Talaq [65]: 2—3)

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, “Tuhan kami ialah


Allah” kemudian mereka tetap istiqamah, maka tidak ada kekhawa­
tir­an terhadap mereka dan mereka tiada (pula) bersedih hati. (QS. Al-
Ahqaf [46]: 13)

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, “Tuhan kami ialah


Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka Ma­
lai­kat akan turun kepada mereka dengan mengatakan, “Janganlah
kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka
dengan Surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” (QS. Fushilat
[41]: 30).

Shaum mendidik seseorang untuk membangun keyakinan bahwa Allah


Swt. menyaksikan segala tindak-tanduknya. Kemampuan menghadirkan
Allah dalam seluruh aspek hidup dan kehidupannya merupakan salah satu
outcomes yang dapat diharapkan, dari seseorang yang telah melaksanakan
ibadah shaum satu bulan penuh. Manusia merupakan makhluk yang men­
dapatkan kesempatan memberikan kesaksian kehadiran Allah, yaitu di saat
manusia masih berada di alam arwah. Oleh karena itu, menghadirkan Allah
dalam hidup dan kehidupannya merupakan jalan untuk kembali kepada
fi­trahnya; sungguh ibadah shaum merupakan salah satu jalan terpenting
Ibadah Ramadhan Menjadi Bekal Menghadapi Tantangan Perubahan 13

un­tuk kembali kepada fitrah manusia, yaitu mampu meyaksikan hadirnya


Allah dalam kehidupannya sehari-hari.
Kemampuan menghadirkan Allah adalah sebuah keniscayaan, karena Dia
tidak pernah menolak keinginan seorang hamba yang hendak mengenal-
Nya dengan lebih dekat. Bahkan lebih dari itu, Allah sebenarnya lebih rin­
du kepada seorang hamba dibanding kerinduan seorang hamba kepada-
Nya. Ibadah shaum Ramadhan merupakan didikan yang diberikan oleh
Allah sendiri, untuk mengungkapkan kerinduan seorang hamba kepada
Allah. Sungguh, bukan sebuah kebetulan jika rangkaian perintah shaum Ra­
madhan disertai pula oleh sebuah ayat yang menyatakan betapa dekat­nya
Allah kepada hamba yang merindukan-Nya. Karena kesempurnaan atri­
but atau asma-Nya, maka semestinyalah seorang yang mampu senantiasa
meng­hadirkan Allah dalam hidup dan kehidupannya akan mengisi usia­nya
dengan perbuatan-perbuatan bermartabat, sejalan dengan kemuliaan as­
ma-Nya tersebut.

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad)


tentang Aku, maka (jawablah) sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan
permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepada-Ku. Maka
hendaklah mereka itu memenuhi perintah-Ku, dan hendaklah mereka
beriman kepada-Ku, agar mereka mereka memperoleh kebenaran.
(QS. Al-Baqarah [2]: 186)
14 Khatib: Prof.Ir. Hermawan K. Dipojono, MSEE, Ph.D.

Jamaah shalat Id yang semoga senantiasa mendapat curahan kasih sa­


yang dari Allah Swt.
Kesantunan dan kasih kepada sesama, menghargai hak-hak serta me­nya­
dari kewajiban sosialnya terhadap orang lain, merupakan konsekuensi lo­
gis dari seseorang yang mampu menghadirkan Allah dalam kehidupannya.
Oleh karena itu, penistaan martabat mulia dan perampasan hak-hak sesa­
ma­nya, atau rendahnya kepekaan sosial terhadap penderitaan orang lain,
merupakan salah satu indikasi kegagalan dalam pelaksanaan ibadah shaum.
Apa yang diperoleh dari ibadah shaum seperti itu hanyalah lapar, haus, dan
lelah semata. Kemungkinan terjadinya hal seperti ini pun sebenarnya telah
diingatkan oleh Rasulullah Saw. Dalam kasus seperti itu, shaum tidak lebih
dari sekedar festival budaya atau tradisi sosial dan tidak lagi mempunyai ke­
kuatan transenden yang mampu menghasilkan sebuah lompatan tran­s­for­
masi spiritual, dengan implikasi sosial berupa terangkatnya harkat masya­
ra­kat ke tingkat yang lebih bermartabat.
Di dalam masa yang penuh tantangan dan cobaan seperti saat ini, sifat
atau karakter yang mulia tersebut nampaknya harus kita kokohkan kembali
kehadirannya di tengah-tengah masyarakat atau bangsa ini, terutama di
kalangan kaum Muslimin. Karakter mulia tersebut amat perlu dan sangat
relevan, jika yang kita inginkan adalah keberhasilan dalam menghadapi za­
man dengan tantangan perubahan yang cepat dan penuh dengan ke­tidak­
pastian.
Ibadah Ramadhan Menjadi Bekal Menghadapi Tantangan Perubahan 15

Kita semua mendambakan kehidupan yang lebih baik, di dunia saat ini
dan di akhirat nanti, dan dengan demikian harus berusaha untuk turut ser­
ta dalam usaha menjawab berbagai tantangan tersebut. Jalan menuju ke­
pada kedamaian, kesejahteraan, dan kebahagiaan itu adalah ketundukan
dan ketulusan memenuhi panggilan-Nya yang memang mengajak kepada
tujuan berupa negeri yang sejahtera, darussalam, melalui jalan yang lurus,
shi­rathal mustaqim.

Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (negeri yang penuh kedamai­


an), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang
lu­rus. (QS. Yunus [10]: 25).

Secara tulus kita akui bahwa tidaklah mudah untuk menjadi seorang
Mus­lim, seorang yang tunduk secara tulus memenuhi panggilan-Nya, mes­
kipun panggilan itu sebenarnya untuk kebaikan bagi kita sendiri. Bahkan
l­e­bih dari itu, ketundukan yang tulus akan mewujud dalam bentuk rahmat
ba­gi lingkungan sekelilingnya, menjadi rahmatan lil ’alamin. Sebenarnya
ki­ta juga mengetahui bahwa ini merupakan tugas hidup seorang hamba
yang Muslim, sebagaimana secara implisit telah ditegaskan oleh Allah Swt.
da­lam ayat-Nya yang berbunyi,

Dan tiadalah Kami mengutus kamu (ya Muhammad), kecuali sebagai


penabur rahmat bagi seluruh alam. (QS. Al-Anbiya [21]: 107)

Telah menjadi sunnah-Nya bahwa kepatuhan atau ketaatan yang tu­lus


dari seorang hamba akan secara terus menerus, tanpa henti, diha­dap­kan
pada tes atau ujian dalam berbagai bentuk, di setiap fase hidup dan ke­hi­
dupannya, baik di kala berkecukupan maupun di saat serba keku­ra­ng­­an.
Pada saat Allah Swt. memberinya rezeki harta dan kekayaan, ma­sih­­kah
diingatnya bahwa ada sejumlah saudaranya, sesamanya yang memer­
lukan santunannya? Pada saat Allah Swt. memberinya kelebihan penge­ta­
16 Khatib: Prof.Ir. Hermawan K. Dipojono, MSEE, Ph.D.

hu­an, masihkah diingatnya bahwa besertanya ada amanah untuk mem­beri


pencerahan kepada sesamanya? Pada saat Allah Swt. memberinya ke­luas­
an ke­kua­sa­an, masihkah diingatnya bahwa dalam kekuasaan itu ter­kan­
dung ama­nah untuk membebaskan mereka yang kelaparan karena ada­
nya ke­tidak­adilan di bidang ekonomi, dan membebaskan mereka yang
ke­ta­kut­an karena adanya ketidakadilan di bidang hukum? Pada saat Allah
Swt. memberinya ujian berupa musibah, kesulitan dan kesempitan hidup,
masihkah diingatnya, bahwa nikmat Allah kepadanya jauh lebih banyak di­
banding dengan persoalan yang sedang dihadapinya itu? Masihkah terbersit
harapan bahwa cepat atau lambat pertolongan Allah Swt. pasti datang me­
lalui ikhtiar di jalan yang benar, tanpa kenal menyerah dan melalui doa yang
tulus?

Tentu saja kehidupan yang damai, tenteram, lapang hati, dan sejahte­ra
tidak bermakna kehidupan yang statis, yang dapat datang tiba-tiba begitu
saja. Keadaan ini adalah sesuatu yang perlu diupayakan dan dipelihara te­rus
menerus secara dinamis, memerlukan kerja keras, cerdas, tuntas, mawas
dan ikhlas, yang sistemis-sistematis, yang menuntut pengerahan seluruh
ke­mampuan dan sumber daya yang telah dianugerahkan oleh Allah Swt.
ke­pada kita semua. Sumber energi dari dinamika tersebut seharusnyalah
berasal dari keyakinan bahwa upaya dan usaha yang tidak kenal lelah itu
adalah merupakan salah satu wujud pengabdian atau ibadah kepada Allah
swt.
Keberhasilan perjuangan kemerdekaan negara kita merupakan bukti
betapa energi yang dibangkitkan oleh suatu keyakinan, berupa kesadaran
bahwa memperjuangkan kemerdekaan adalah ibadah, ternyata mampu
mengatasi tantangan terhebat di zamannya. Pengalaman rohani yang seperti
itu nampaknya perlu dibangkitkan kembali. Bangsa ini layak untuk hidup
secara lebih terhormat dan bermartabat di tengah-tengah bangsa lainnya
di dunia. Anak-anak bangsa ini, tanpa pandang bulu kaya miskin, Islam
maupun non-Islam, dan berbagai perbedaan primordial lainnya, layak dan
berhak mempunyai masa depan yang lebih baik; mereka berhak dan layak
Ibadah Ramadhan Menjadi Bekal Menghadapi Tantangan Perubahan 17

menerima layanan publik yang lebih bermartabat; layak dan berhak untuk
hidup di lingkungan yang lebih sehat, lebih teratur, lebih sejahtera lahir dan
batin.
Secara jujur kita akui bahwa harapan itu belum sepenuhnya terpenuhi
sampai saat ini. Masing-masing, baik individu maupun institusi, semuanya
mempunyai tanggung jawab untuk mengubah keadaan ini; dan semuanya,
betapapun kecil, mempunyai potensi untuk dapat memberikan kontribusi.
Bagi umat Islam, sebagai warga mayoritas, tanggung jawab itu menjadi terasa
lebih besar karena keadaan ini, tidak terhindarkan, memancarkan citra yang
tidak semestinya mengenai ajaran Islam. Al-Quran mengingatkan bahwa
kita harus bisa menjadi saksi di tengah-tengah umat manusia mengenai ke­
muliaan ajaran yang kita yakini, yang semestinya membentuk dan mewujud
dalam hidup dan kehidupan kita, dan dengan demikian Nabi Saw. nantinya
akan berkenan menjadi saksi di hadapan Allah bahwa kita adalah umatnya.
Inilah salah satu hal yang akan kita pertanggungjawabkan kelak di akhirat;
ini adalah suatu keyakinan yang harus dimiliki oleh seseorang dengan kua­
litas takwa.

Dan demikianlah Kami telah menjadikan kalian (umat Islam) sebagai


umat yang adil (sebagai contoh), menjadi saksi di tengah-tengah umat
manusia dan Rasul (Muhammad) sebagai saksi atas kalian. (QS. Al-
Baqarah [2]: 143).

Ramadhan yang baru saja kita lalui telah memberi pengalaman riil
betapa ketaatan kepada Allah Swt. dapat dan sudah seharusnyalah akan
mampu mengaktualkan sejumlah potensi yang semula tersembunyi. Hal
yang diperlukan sebagai langkah awal adalah sebuah keyakinan. Kita ha­
rus ya­kin bahwa bangsa ini adalah bangsa besar, mempunyai tanggung ja­
wab be­sar dan mulia, menjadi teladan dalam menebar rahmat, dan yakin
bah­wa kita dapat mewujudkan itu melalui perbaikan terus-menerus tanpa
18 Khatib: Prof.Ir. Hermawan K. Dipojono, MSEE, Ph.D.

kenal lelah dan menyerah. Kita harus yakin bahwa transformasi memang
diperlukan dan untuk itu diperlukan pengorbanan dari semua. Masing-ma­
sing, individu maupun institusi, sesuai dengan potensi uniknya sendiri-sen­
diri, dapat menjadi pelita penerang bagi sekelilingnya, memberi inspirasi
untuk menembus kebuntuan dalam mencari solusi. Kemudian secara ber­
sa­ma dalam suatu paduan harmonis, segenap anak bangsa membentuk
mo­­zaik kebhinekaan Indonesia yang lebih baik dari hari ini. Sungguh, hal
ini me­rupakan sebuah keniscayaan. Keterbatasan bukan untuk dikeluhkan
te­tapi untuk ditaklukkan; dan keterbatasan selalu dan hanya dapat dika­lah­
kan oleh tekad kuat atas dasar suatu keyakinan dan pengetahuan.
Sebagai manusia biasa, kita tidak pernah luput dari kealpaan dan kekhi­
laf­an dalam mewujudkan ketaatan kepada Allah Swt. dalam kehidupan se­
hari-hari. Pintu-pintu ampunan-Nya terbuka lebar bagi mereka yang ingin
kem­bali dekat kepada-Nya. Setiap tahun selama sebulan penuh Ra­ma­dhan,
kita berlatih menghadirkan Allah. Latihan ini telah terbukti mam­pu men­
daya­gunakan berbagai potensi fitrah yang tersembunyi untuk melakukan
amal kebajikan dan membimbing tindakan manusia agar bermartabat. Ki­ta
berdoa agar hasil latihan rutin ini akan dapat terus terpelihara sampai Ra­ma­
dhan berikutnya sehingga membawa hikmah kebaikan bagi kita bersama.
Semoga dengan demikian kita dapat mewariskan kepada anak-anak kita,
kepada generasi mendatang, Indonesia esok yang lebih baik daripada hari
ini.
Marilah kita tutup khutbah ini dengan bersama-sama berdoa, dengan
khusyu’ dan sepenuh hati:
Ibadah Ramadhan Menjadi Bekal Menghadapi Tantangan Perubahan 19

Ya Allah, ya Tuhan kami


Puja puji syukur kami haturkan kehadirat-Mu
Shalawat dan salam semoga Engkau limpahkan kepada Rasul pilihan-
Mu,
Nabi Muhammad Saw. beserta segenap keluarga, sahabat dan para pe­
ngi­kutnya hingga akhir zaman
Ya Allah, Engkau telah memilih Ramadhan sebagai bulan penuh berkah
Kami telah berusaha untuk memenuhi seruan-Mu, mengisi bulan suci
dengan taqarrub dan ibadah kepada-Mu
Terimalah, ya Allah, segala amal kebajikan kami, shalat kami, puasa
kami, zakat kami dan semua ibadah pengabdian kami kepada-Mu
Allahumma, ya Allah, Engkau Maha Perkasa dan Mahakuasa
Engkau Maha Pengasih, Maha Penyayang, dan Maha Pengampun
Ya Rahman, Ya Rahim, ya Aziz, Ya Ghaffar
Ya ’Alimu al-ghaibi wa asy-syahadah
Engkau mengetahui niat kami, untuk kembali mendekatkan diri kepada-
Mu
Untuk mengabdi hanya kepada-Mu
Terimalah niat kami itu ya Allah
Peliharalah jasad kami, hindarkanlah kami dari segala penyakit menular
dan wabah;
keluarkanlah bangsa dan masyarakat dari berbagai cobaan yang tidak
sang­gup kami menghadapinya
Peliharalah ketulusan hati kami dari debu-debu nafsu yang sering meng­
goda
20 Khatib: Prof.Ir. Hermawan K. Dipojono, MSEE, Ph.D.

untuk memberikan perhatian yang berlebihan kepada dunia yang fana


untuk mengajak melupakan kehidupan akhirat yang abadi
Ya Allah, Ya Ghafuru Rahim
Apabila dalam perjalanan memenuhi panggilan-Mu itu
kami tergelincir karena dosa dan alpa, kami memohon berkenan kiranya
Engkau segera menegur, mengingatkan kami, dan menuntun kami untuk
kembali
ke jalan yang benar, jalan yang akan membawa kami kepada keridhaan-
Mu
Rabbi, ampuni segala dosa dan kesalahan kami, ampuni dosa dan ke­khi­
lafan ayah bunda kami, pemimpin-pemimpin kami, dan guru-guru kami
Terimalah amal pengabdian kami semua, sebagai amal ibadah yang Eng­
kau ridhai.
Khutbah Idul Fitri 1441H - 2020 M
YPM Salman ITB

Anda mungkin juga menyukai