Anda di halaman 1dari 15

SMA PLUS PGRI CIBINONG

PERANAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN


KOMUNIKASI BAGI DUNIA PENDIDIKAN
Perkembangan Teknologi Komunikasi dan Informasi/Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK), telah memberikan pengaruh terhadap dunia pendidikan khususnya
dalam proses pembelajaran. Menurut Rosenberg (2001), dengan berkembangnya
penggunaan TIK ada 5 (lima) proses pembelajaran yaitu:

(1) dari pelatihan ke penampilan,


(2) dari ruang kelas ke di mana dan kapan saja,
(3) dari kertas ke “on line” atau saluran,
(4) fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja,
(5) dari waktu siklus ke waktu nyata.

Komunikasi sebagai media pendidikan dilakukan dengan menggunakan media-media


komunikasi seperti telepon, komputer, internet, e-mail, dana lainnya. Interaksi antara guru dan
siswa tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi juga dilakukan dengan
menggunakan media-media tersebut. Guru dapat memberikan layanan tanpa harus berhadapan
langsung dengan siswa. Demikian pula siswa dapat memperoleh informasi dalam lingkup yang
luas dari berbagai sumber melalui cyber space atau ruang maya dengan menggunakan komputer
atau internet. Hal yang paling mutakhir adalah berkembangnya apa yang disebut “cyber teaching”
atau pengajaran maya, yaitu proses pengajaran yang dilakukan dengan menggunakan internet.
Istilah lain yang makin populer saat ini ialah e-learning yaitu satu model pembelajaran dengan
menggunakan media teknologi komunikasi dan informasi khususnya internet. Menurut Rosenberg
(2001; 28), e-learning merupakan satu penggunaan teknologi internet dalam penyampaian
pembelajaran dalam jangkauan luas yang berlandaskan 3 (tiga) kriteria yaitu:

(1) e-learning merupakan jaringan dengan kemampuan untuk memperbaharui, menyimpan,


mendistribusi dan membagi materi ajar atau informasi,

(2) pengiriman sampai ke pengguna terakhir melalui komputer dengan menggunakan teknologi
internet yang standar,

(3) memfokuskan pada pandangan yang paling luas tentang pembelajaran di balik paradigma
pembelajaran tradisional.

KHAIRUNNISA NILAMSARI 1
SMA PLUS PGRI CIBINONG

Saat ini e-learning telah berkembang dalam berbagai model pembelajaran yang berbasis TIK
seperti:

1. CBT (Computer Based Training)


2. CBI (Computer Based Instruction)
3. Distance Learning
4. Distance Education
5. CLE (Cybernetic Learning Environment)
6. Desktop Videoconferencing
7. ILS (Integrated Learning Syatem)
8. LCC (Learner-Cemterted Classroom)
9. Teleconferencing
10. WBT (Web-Based Training)

Satu bentuk produk TIK adalah internet yang berkembang pesat di penghujung abad
20 dan di ambang abad 21. Kehadirannya telah memberikan dampak yang cukup besar
terhadap kehidupan umat manusia dalam berbagai aspek dan dimensi. Internet
merupakan salah satu instrumen dalam era globalisasi yang telah menjadikan dunia ini
menjadi transparan dan terhubungkan dengan sangat mudah dan cepat tanpa mengenal
batas-batas kewilayahan atau kebangsaan. Melalui internet setiap orang dapat
mengakses ke dunia global untuk memperoleh informasi dalam berbagai bidang dan pada
gilirannya akan memberikan pengaruh dalam keseluruhan perilakunya. Dalam kurun
waktu yang amat cepat beberapa dasawarsa terakhir telah terjadi revolusi internet di
berbagai negara serta penggunaannya dalam berbagai bidang kehidupan. Keberadaan
internet pada masa kini sudah merupakan satu kebutuhan pokok manusia modern dalam
menghadapi berbagai tantangan perkembangan global.

Kondisi ini sudah tentu akan memberikan dampak terhadap corak dan pola-pola
kehidupan umat manusia secara keseluruhan. TKI telah mengubah wajah pembelajaran
yang berbeda dengan proses pembelajaran tradisional yang ditandai dengan interaksi
tatap muka antara guru dengan siswa baik di kelas maupun di luar kelas. Di masa-masa
mendatang, arus informasi akan makin meningkat melalui jaringan internet yang bersifat

KHAIRUNNISA NILAMSARI 2
SMA PLUS PGRI CIBINONG

global di seluruh dunia dan menuntut siapapun untuk beradaptasi dengan kecenderungan
itu kalau tidak mau ketinggalan jaman.

Dengan kondisi demikian maka pendidikan khususnya proses pembelajaran cepat


atau lambat tidak dapat terlepas dari keberadaan komputer dan internet sebagai alat
bantu utama. Majalah Asiaweek terbitan 20-27 Agustus 1999 telah menurunkan tulisan-
tulisan dalam tema "Asia in the New Millenium" yang memberikan gambaran berbagai
kecenderungan perkembangan yang akan terjadi di Asia dalam berbagai aspek seperti
ekonomi, politik, agama, sosial, budaya, kesehatan, pendidikan, dan lainnya, termasuk di
dalamnya pengaruh revolusi internet dalam berbagai dimensi kehidupan.

Salah satu tulisan yang berkenaan dengan dunia pendidikan disampaikan oleh Robin
Paul Ajjelo dengan judul "Rebooting: The Mind Starts at School". Dalam tulisan tersebut
dikemukakan bahwa ruang kelas di era millenium yang akan datang akan jauh berbeda
dengan ruang kelas seperti sekarang ini yaitu dalam bentuk seperti laboratorium
komputer di mana tidak terdapat lagi format anak duduk di bangku dan guru berada di
depan kelas. Ruang kelas di masa yang akan datang disebut sebagai "cyber classroom"
atau "ruang kelas maya" sebagai tempat anak-anak melakukan aktivitas pembelajaran
secara individual maupun kelompok dengan pola belajar yang disebut "interactive
learning" atau pembelajaran interaktif melalui komputer dan internet.

Anak-anak berhadapan dengan komputer dan melakukan aktivitas pembelajaran


secara interaktif melalui jaringan internet untuk memperoleh materi belajar dari berbagai
sumber belajar. Anak akan melakukan kegiatan belajar yang sesuai dengan kondisi
kemampuan individualnya sehingga anak yang lambat atau cepat akan memperoleh
pelayanan pembelajaran yang sesuai dengan dirinya. Kurikulum dikembangkan
sedemikian rupa dalam bentuk yang lebih fleksibel sesuai dengan kondisi lingkungan dan
kondisi anak sehingga memberikan peluang untuk terjadinya proses pembelajaran maju
berkelanjutan baik dalam dimensi waktu maupun ruang dan materi.

Dalam situasi seperti ini, guru bertindak sebagai fasilitator pembelajaran sesuai
dengan peran-peran sebagaimana dikemukakan di atas. Dalam tulisan itu, secara ilustratif

KHAIRUNNISA NILAMSARI 3
SMA PLUS PGRI CIBINONG

disebutkan bahwa di masa-masa mendatang isi tas anak sekolah bukan lagi buku-buku
dan alat tulis seperti sekarang ini, akan tetapi berupa:

(1) komputer notebook dengan akses internet tanpa kabel, yang bermuatan materi-
materi belajar yang berupa bahan bacaan, materi untuk dilihat atau didengar, dan
dilengkapi dengan kamera digital serta perekam suara,
(2) Jam tangan yang dilengkapi dengan data pribadi, uang elektronik, kode sekuriti
untuk masuk rumah, kalkulator, dsb.
(3) Videophone bentuk saku dengan perangkat lunak, akses internet, permainan, musik, dan
TV,
(4) Alat-alat musik,
(5) Alat olah raga, dan
(6) bingkisan untuk makan siang.

Hal itu menunjukkan bahwa segala kelengkapan anak sekolah di masa itu nanti
berupa perlengkapan yang bernuansa internet sebagai alat bantu belajar. Meskipun
teknologi komunikasi dan informasi dalam bentuk komputer dan internet telah terbukti
banyak menunjang proses pembelajaran anak secara lebih efektif dan produktif, namun
di sisi lain masih banyak kelemahan dan kekurangannya. Kadang-kadang anak-anak lebih
bergairah dengan internetnya itu sendiri dibandingkan dengan materi yang dipelajari.
Dapat juga terjadi proses pembelajaran yang terlalu bersifat individual sehingga
mengurangi pembelajaran yang bersifat sosial.

Dari aspek informasi yang diperoleh, tidak terjamin adanya ketepatan informasi dari
internet sehingga sangat berbahaya kalau anak kurang memiliki sikap kritis terhadap
informasi yang diperoleh. Bagi anak-anak sekolah dasar penggunaan internet yang kurang
proporsional dapat mengabaikan peningkatan kemampuan yang bersifat manual seperti
menulis tangan, menggambar, berhitung, dan lainnya. Dalam hubungan ini guru perlu
memiliki kemampuan dalam mengelola kegiatan pembelajaran secara proporsional dan
demikian pula perlunya kerjasama yang baik dengan orang tua untuk membimbing anak-
anak belajar di rumah masing-masing.

Untuk dapat memanfaatkan TIK dalam memperbaiki mutu pembelajaran, ada tiga hal
yang harus diwujudkan yaitu:

KHAIRUNNISA NILAMSARI 4
SMA PLUS PGRI CIBINONG

(1) siswa dan guru harus memiliki akses kepada teknologi digital dan internet dalam
kelas, sekolah, dan lembaga pendidikan guru.
(2) Harus tersedia materi yang berkualitas, bermakna, dan dukungan kultural bagi
siswa dan guru, dan
(3) Guru harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menggunakan alat-alat
dan sumber-sumber digital untuk membantu siswa agar mencapai standar
akademik.

Dalam menghadapi tantangan kehidupan modern di abad-21 ini, kreativitas dan


kemandirian sangat diperlukan untuk mampu beradaptasi dengan berbagai tuntutan.

Kreativitas sangat diperlukan dalam hidup ini dengan beberapa alasan antara lain:

a. Kreativitas memberikan peluang bagi individu untuk mengaktualisasikan dirinya.


b. Kreativitas memungkinkan orang dapat menemukan berbagai alternatif dalam
pemecahan masalah.
c. Kreativitas dapat memberikan kepuasan hidup.
d. Kreativitas memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya.

Dari segi kognitifnya, kreativitas merupakan kemampuan berfikir yang memiliki


kelancaran, keluwesan, keaslian, dan perincian. Sedangkan dari segi afektifnya, kreativitas
ditandai dengan motivasi yang kuat, rasa ingin tahu, tertarik dengan tugas majemuk,
berani menghadapi resiko, tidak mudah putus asa, menghargai keindahan, memiliki rasa
humor, selalu ingin mencari pengalaman baru, menghargai diri sendiri dan orang lain, dan
sebagainya.

Karya-karya kreatif ditandai dengan orisinalitas, memiliki nilai, dapat


ditransformasikan, dan dapat dikondensasikan. Selanjutnya kemandirian sangat
diperlukan dalam kehidupan yang penuh tantangan ini, sebab kemandirian merupakan
kunci utama bagi individu untuk mampu mengarahkan dirinya ke arah tujuan dalam
kehidupannya. Kemandirian didukung dengan kualitas pribadi yang ditandai dengan
penguasaan kompetensi tertentu, konsistensi terhadap pendiriannya, kreatif dalam
berfikir dan bertindak, mampu mengendalikan dirinya, dan memiliki komitmen yang kuat
terhadap berbagai hal. Dengan memperhatikan ciri-ciri kreativitas dan kemandirian

KHAIRUNNISA NILAMSARI 5
SMA PLUS PGRI CIBINONG

tersebut, maka dapat dikatakan bahwa Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
memberikan peluang untuk berkembangnya kreativitas dan kemandirian siswa.

Pembelajaran dengan dukungan TIK memungkinkan dapat menghasilkan karya-karya


baru yang orsinil, memiliki nilai yang tinggi, dan dapat dikembangkan lebih jauh untuk
kepentingan yang lebih bermakna. Melalui TIK, siswa akan memperoleh berbagai
informasi dalam lingkup yang lebih luas dan mendalam sehingga meningkatkan
wawasannya. Hal ini merupakan rangsangan yang kondusif bagi berkembangnya
kemandirian anak terutama dalam hal pengembangan kompetensi, kreativitas, kendali
diri, konsistensi, dan komitmennya baik terhadap diri sendiri maupun terhadap pihak lain.
Semua hal itu tidak akan terjadi dengan sendirinya karena setiap siswa memiliki kondisi
yang berbeda antara satu dengan lainnya.

Siswa memerlukan bimbingan baik dari guru maupun dari orang tuanya dalam
melakukan proses pembelajaran dengan dukungan TIK. Dalam kaitan ini guru memegang
peran yang amat penting dan harus menguasai seluk beluk TIK dan yang lebih penting lagi
adalah kemampuan memfasilitasi pembelajaran anak secara efektif. Peran guru sebagai
pemberi informasi harus bergeser menjadi manajer pembelajaran dengan sejumlah
peran-peran tertentu, karena guru bukan satu-satunya sumber informasi melainkan
hanya salah satu sumber informasi.

Dalam bukunya yang berjudul “Reinventing Education”, Louis V. Gerstmer, Jr. dkk
(1995), menyatakan bahwa di masa-masa mendatang peran-peran guru mengalami
perluasan yaitu guru sebagai:

1. Pelatih
2. Konselor
3. Manajer Pembelajaran
4. Partisipan
5. Pemimpin
6. Pembelajar, dan
7. Pengarang

KHAIRUNNISA NILAMSARI 6
SMA PLUS PGRI CIBINONG

Sebagai pelatih (coaches), guru harus memberikan peluang yang sebesar-besarnya


bagi siswa untuk mengembangkan cara-cara pembelajarannya sendiri sesuai dengan
kondisi masing-masing. Guru hanya memberikan prinsip-prinsip dasarnya saja dan tidak
memberikan satu cara yang mutlak.

Hal ini merupakan analogi dalam bidang olah raga, di mana pelatih hanya
memberikan petunjuk dasar-dasar permainan, sementara dalam permainan itu sendiri
para pemain akan mengembangkan kiat-kiatnya sesuai dengan kemampuan dan kondisi
yang ada. Sebagai konselor, guru harus mampu menciptakan satu situasi interaksi belajar-
mengajar, di mana siswa melakukan perilaku pembelajaran dalam suasana psikologis
yang kondusif dan tidak ada jarak yang kaku dengan guru. Disamping itu, guru diharapkan
mampu memahami kondisi setiap siswa dan membantunya ke arah perkembangan
optimal. Sebagai manajer pembelajaran, guru memiliki kemandirian dan otonomi yang
seluas-luasnya dalam mengelola keseluruhan kegiatan belajar-mengajar dengan
mendinamiskan seluruh sumber-sumber penunjang pembelajaran. Sebagai partisipan,
guru tidak hanya mengajar akan tetapi juga belajar dari interaksinya dengan siswa.

Hal ini mengandung makna bahwa guru bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi
anak, akan tetapi ia sebagai fasilitator pembelajaran siswa. Sebagai pemimpin,
diharapkan guru mampu menjadi seseorang yang mampu menggerakkan orang lain untuk
mewujudkan perilaku menuju tujuan bersama. Disamping sebagai pengajar, guru harus
mendapat kesempatan untuk mewujudkan dirinya sebagai pihak yang bertanggung jawab
dalam berbagai kegiatan lain di luar mengajar. Sebagai pembelajar, guru harus secara
terus menerus belajar dalam rangka menyegarkan kompetensinya serta meningkatkan
kualitas profesionalnya.

Sebagai pengarang, guru harus selalu kreatif dan inovatif menghasilkan berbagai karya
yang akan digunakan untuk melaksanakan tugas-tugas profesionalnya. Guru yang mandiri
yaitu guru yang kreatif yang mampu menghasilkan berbagai karya inovatif dalam
bidangnya. Hal itu harus didukung oleh komitmen dan rasa percaya diri yang tinggi
sebagai basis kualitas profesionalisme seorang guru.

KHAIRUNNISA NILAMSARI 7
SMA PLUS PGRI CIBINONG

Guru yang mandiri bukan sebagai tukang atau teknisi yang harus mengikuti satu buku
petunjuk yang baku, melainkan sebagai tenaga yang kreatif yang mampu menghasilkan
berbagai karya inovatif dalam bidangnya. Hal itu harus didukung oleh daya abstraksi dan
komitmen yang tinggi sebagai basis kualitas profesionaliemenya.

Antara Guru dan Abad Teknologi Informasi dan


Komunikasi
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang secara tidak langsung
telah banyak mempengaruhi dunia pendidikan dan pembelajaran di negara ini. Boleh kita
lihat guru-guru kita misalnya yang harus dengan cepat mengupdate pengetahuan dan
keterampilannya alih-alih kompetensinya dalam bidang teknologi informasi dan
komunikasi. Upaya guru-guru kita ternyata tidak bisa dengan mudah begitu saja
menguasai bidang TIK ini, banyak kendala mulai dari faktor usia, dukungan sarana
peralatan, kesempatan dan dukungan kebijakan dari atasan, hingga ketersediaan
infrastruktur di sekolah yang tidak sederhana dan dengan mudah bisa disesuaikan.

Kesiapan, ketersediaan , kebiasaan dan keterpaksaan seakan menjadi sebuah


gunung es yang sulit untuk dicairkan hanya karena oleh bekal kreativitas, semangat dan
motivasi serta keberanian yang dimiliki oleh para guru. Bahkan guru-guru yang sudah
menunjukkan kekearyaannyapun ternyata mereka masih membutuhkan dukungan
kebebasan berkarya, finansial, dan manajemen kebijakan yang adaptif. Kondisi ini bisa
penulis rasakan tak kala seorang guru masih kesulitan dalam memperoleh dukungan
manajemen dan finansialnya terhadap hasil jerih payahnya yang telah diraih selama ini.
Fakta ini bisa dilihat dari 19 orang guru yang mewakili jenjang SD, SMP dan SMA yang
mengikuti lomba "Inovasi Media Pembelajaran" yang baru-baru ini telah dilaksanakan di
Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi Jawa Barat dapat dijadi cermin
bagaimana pihak manajemen, para pengelola, dan para pengambil kebijakan dalam
bidang pendidikan kurang begitu gencar dalam memnfasilitasi karya dan inovasi guru-
guru terpilih ini.

KHAIRUNNISA NILAMSARI 8
SMA PLUS PGRI CIBINONG

Terlebih dari 10 guru yang mengikuti Lomba Inovasi Media Pembelajaran pad ajenjang
SMA misalnya, ternyata masih terlihat aspek keragu-raguan dari para guru pilihan ini
untuk mampu memaksimalkan karya-karyanya. Penulis bangga dengan LPMP yang telah
berusaha memfasilitasi dan memberikan jalur bagaimana guru-guru pilihan ini mampu
menunjukkan dna mengaktualisasikan tingkat kreativitasnya. Dari kegiatan tersebut
penulis lihat banyak potensi lokal yang mampu mencapai target Nasional bahkan
Internasional. Namun semuanya itu tidak akan terlepas dari faktor dukungan manajemen
dan tata kelola pendidikan oleh para stakeholder dan penggerak sistem pendidikan di
Negara ini. Sebagaimana jika penulis telaah dalam bidnag Teknologi Informasi dan
Komunikasi. Dari 10 orang guru SMA yang mengikuti perlombaan ini hanya 3-4 orang
yang sudah memberaikan diri masuk dan menguasai bidang Teknologi Informasi dan
Komunikasi ini. Namun demikian kondisi dan tingkat kualitasnya maish bisa dikalahkan
oleh karya-kraya inovasi yang murni berangkat dari kejauhan dan sentuhan dunia
Teknologi Informasi ini. Dengan demikian guru-guru pilihan yang mencoba menunjukkan
kreativitasnya dalam bidang TIK harus puas dengan peringkat di bawah juara ke-3.

Dari pengalaman tersebut maka dapat ditarik sebuah lesson learnt, bahwa ternyata
selama ini kita hanya gembar-gembor akan semaraknya inovasi dan adopsi Teknologi
Informasi dan Komunikasi dalma dunia pendidikan dan pembelajaran. Tapi ternyata kita
tidak bisa kompak seirama dan saling mendukung siapa dan pihak mana yang harus
mendukung siapa dan melakukan inovasi apa dalam dunia TIK. Inilah persoalan yang
harus segera dicairkan, artinya semua pihak harus kembali duduk bersama dan
membahas kembali serta menanamkan kerangka pikiran yang jelas bagi semua pihak
mengenai apa, bagaimana TIK serta seperti apakah TIK yang cocok untuk mendukung
peningkatan kualitas pendidikan bagi bangsa ini. Padahal jika penulis amati yang waktu
itu bertindak sebagai evaluator, maka sangat banyak potensi yang dimiliki guru-guru
pilihan ini terhadap upaya menguasai TIK dalam melakukan inovasi pembelajarannya.
Kenyataan ini harus menjadi pekerjaan rumah bersama.

KHAIRUNNISA NILAMSARI 9
SMA PLUS PGRI CIBINONG

Kiat Memahami dan Memaknai TIK

Jika seorang guru kita tanya mengenai Teknologi, maka seakan hal itu menjadi
suatu hal yang antik dan tidak familier dengan keseharaiannya sebagai seorang pendidik
sejati. Maka disinilah letak locus masalah titik temu antara dunia pendidikan dengan
dunia TIK jika dilihat dari kacamata pendidik. Setidaknya jika penulis amati ternyata ada
suatu bentuk jurang pemisah antar zaman. Maksudnya antar zaman adalah masa
kejayaan wwaktu berpikir dan belajar guru-guru kita dengan masa munculnya abad
teknologi informasi dan komunikasi ini. Padahal jika kita coba uraikan dan sederhanakan
strategi pemahaman dan pemaknaannya tentang teknologi ini ternyata hasilnya cukup
banyak guru-guru kita dengan usia 50 tahunan yang tersenyum bangga dan yakin akan
kemampuan untuk menguasai abad teknologi informasi dan komunikasi ini. Penulis yakin
jika semua guru pada semua jenjang telah tersentuh oleh pendekatan dalam memahami
TIK yang dimaksud maka inovasi pendidikan yang berbasis kreativitas guru-guru
berteknologi ini akan menjadi lebih bisa diwujudkan secara merata dan ringan.

Teknologi

Untuk memahami dan memaknai sebuah TIK dengan mudah ini, penulis
ilustrasikan dalam pernyataan bahwa Teknologi bisa dipandang dari 3 sudut pandang,
yaitu sudut pandang Teknologi sebagai Ide, Teknologi sebagai Proses-rancangan bangun
ide dan aktivitas, serta Teknologi sebagai Produk atau hasil. Kecepatan berpikir kita yang
selama ini selalu langsung memahami dan memikirkan kata-kata teknologi yaitu dengan
cara langsung melihat produk atau langsung memandang teknologi sebagai hasil rancang
bangun (enginering). Dan ini biasanya bagi pihak tertentu cuku menyesakkkan, atau
seseorang mungkin mengucapkan guyonannya " canggih" = 'can kapanggih ' ( belum
ketemu cara dan pemahamannya). Fenomena seperti inilah yang banyak dijumpai dan
dirasakan oleh siapa saja jika melihat dan memandang serta memahami "Teknologi"
hanya sebagia produk.

Terlebih di kalangan guru yang tinggal dan bertugas serta berasal dari daerah yang
jauh dari perkotaan, maka tentunya pandangan terhadap teknologi sebagai produk seolah
akan terlalu tinggi. Padahal sudut pandang terhadap Teknologi ini diharapkan mulai dari

KHAIRUNNISA NILAMSARI 10
SMA PLUS PGRI CIBINONG

sudut pandang Teknologi sebagai Ide, artinya semua guru pasti sudah berteknologi atau
melakukan proses kegiatan tertentu yang akna menghasilkan sebuah teknologi, atau
menggunakan produk hasil teknologi. Sebagai ilustrasi misalnya ketika seorang guru akan
mengajarkan pokok bahasan Bangun Datar dan guru tersebut harus mendemonstrasikan
bagaimana membuat sebuah lingkaran dengan menggunakan sebuah jangka , tiba-tiba
jangkanya tidak ada di kelas, dan skeolah tidak memilikinya.

Kemudian guru tersebut berpikir dan mulai mewujudkan ide pikirnya tersebut
untuk membuat sebuah jangka. Selanjutnya sang guru pergi mencari sebuah ranting atau
dahan pohon jambu yang bercabang (cagak), dan dipotonglah dahan bercabang ini,
kemudian ia mengikatkan cabang dahan pertama dengan sebuah paku dan cabang dahan
yang satunya ia ikatkan dengan sepotong kapur, kemudian ia gunakan dan praktekan
untuk membuat sebuah lingkaran. Akhirnya hasil gambar yang dibuat dengan jangka dari
ranting tersebut hasilnya sama bulat jika dibuat dengan menggunakan jangka yang
banyak dijual di pasaran.

Jika ditelaah dari ilustrasi ini, maka guru tesebut telah menunjukkan dan
memanfaatan hasil pemahaman terhadap apa itu "Teknologi". Pemahaman guru tersebut
bukan hanya sekedar aspek kognitifnya, tetapi juga sudah pada tataran psikomotor atau
prakteknya. Jadi secera utuh "Teknologi" yang dimaksud telah dikuasai oleh guru mulai
dari Teknologi sebagai ide, teknologi sebagai proses dan akhirnys Teknologi sebagai hasil
rancang bangun dari ide pikiran dan proses guru tersebut membuat jangka dari ranting
bambu tersebut.

Informasi

Ketika guru menyampaikan bahan pembelajaran kepada siswanya, maka disitu


terdapat sejumlah informasi yang ia kemas, olah dan akhirnya disampaikan kepada siswa.
Setelah informasi tersebut sampai pada diri siswa dan siswa merasa mengerti akan
informasi yang disampaikan oleh guru tersebut. Maka pada tahapan inilah pada dasarnya
guru harus menyadai bahwa dirinya adalah seorang manajer terhadap proses
pengelolaan informasi pelajaran yang setiap harinya ia lakukan sehingga begitu banyak

KHAIRUNNISA NILAMSARI 11
SMA PLUS PGRI CIBINONG

informasi yang diolah guru maka informasi tersebut akan semakin mudah ditata dan
dimengerti oleh para siswanya.

Jika dikaitkan dengan upaya memahami "Teknologi Informasi dan Komunikasi",


maka ketika guru banyak mengelola informasi inilah pada dasarnya bahwa guru sudah
berada pada pemahaman kata kedua dari istilah TIK ini, yaitu kata "Informasi". Dengan
demikian guru pada dasarnya pihak yang selalu dituntut untuk kreatif dana mencari,
mengelola, mendasain pengelolaan dan penyampaian informasi tersebut. Maka guru di
sini sebetulnya secara tida langsung telah mampu menguasai dunia Teknologi dan
Informasi.

Komunikasi

Ketika guru menyampaikan informasi yang sudah ia olah sedemikian rupa,


misalnay disampaikan dengan kepandaiannya berbicara dengan sistematis, jelas, tegas
dan benar maka informasi dapat dengan mudah sampai kepada diri siswa. Sebagai misal
guru menggunakan alat batu atau media pembelajaran dengan menggunakan papan tulis,
poster, gambar, dan media lainnya, kemudian terjadi proses interaksi yang hangat antara
ia dengan siswanya ytang diakhiri dengan perubahan pengetahuan, sikap dan
keterampilan siswa, maka sudah dapat dikatakan bahwa guru tersebut sudah sukses
melakukan proses komunikasi dalam pembelajarannya tersebut.

Apakah guru masih asing dengan kata "Komunikasi" ini?, tentunya jika melihat
penjelasan di atas maka sebenarnya guru adalah pihak yang paling aktif dalam melakukan
proses komunikasi dengan tujuan dan target yang ketat. Di mana setiap jam, setiap hari,
setiap minggu selalu ada target proses komunikasi (mengajar) seperti apa yang paling
efektif sehingga siswanya bisa mengerti mengenai apa yang ia komunikasikan.

Selanjutnya jika dikaitkan dengan Pemahaman dan Pemaknaan terhadap


Teknologi Informasi dan Komunikasi, maka guru ini adalah pihak yang sudah secara
lengkap menguasai, memahami dan memaknai bahwakan telah sukses
mengimplementasinyakannya dalam tugas sehari-hari. Inilah fenomena yang harus
banyak digali, khususnya pada tataran kesadaran guru atau pihak yang selalu membawa
misi inovasi dalam dunia Tkenologi Informasi dan Komunikasi. Secara mendalam jika

KHAIRUNNISA NILAMSARI 12
SMA PLUS PGRI CIBINONG

dianalisis maka fenomena seorang guru yang setiap hari mengajar pada dasarnya ia telah
menjadi seorang Maestri dalam dunia Teknologi Informasi dan Komunikasi.

Landasan Pemanfaatan TIK dalam Pendidikan

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah memberikan


pengaruh terhadap dunia pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran. Menurut
Rosenberg (2001), dengan berkembangnya penggunaan TIK ada lima pergeseran dalam
proses pembelajaran, yaitu:

1. dari pelatihan ke penampilan,

2. dari ruang kelas ke di mana dan kapan saja,

3. dari kertas ke “on line” atau saluran,

4. dari fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja,

5. dari waktu siklus ke waktu nyata .

Dalam pandangan tradisional di masa lalu (dan masih ada pada masa sekarang),
proses pembelajaran dipandang sebagai:
(1) sesuatu yang sulit dan berat,
(2) upaya mengisi kekurangan siswa,
(3) satu proses transfer dan penerimaan informasi,
(4) proses individual atau soliter,
(5) kegiatan yang dilakukan dengan menjabarkan materi pelajaran kepada satuan-satuan
kecil dan terisolasi,
(6) suatu proses linear.

TIK memandang pembelajaran sebagai:

a. Proses alami
b. Proses aktif dan pasif
c. Proses linear dan atau tidak linear
d. Proses yang berlangsung integratif dan kontekstual
e. Aktivitas yang berbasis pada model kekuatan, kecakapan, minat, dan kulktur siswa

KHAIRUNNISA NILAMSARI 13
SMA PLUS PGRI CIBINONG

f. Aktivitas yang dinilai berdasarkan pemenuhan tugas, perolehan hasil, dan


pemecahan masalah nyata baik individual maupun kelompok.

Landasan Filisofis
Teknologi merupakan penerapan ilmu, dengan demikian bahwa dalam penerapan
teknologi komunikasi dalam pendidikan diharapkan membuka cakrawala keilmuan yang
dilandasi oleh semangat mencari dan berinovasi dengan segala fasilitas yang diberikan.
Oleh karena itu paham progresivisme tidak mengakui kemutlakan kehidupan, menolak
absolutisme dan otoritarianisme dalam segala bentuknya.

Landasan Yuridis
Berdasarkan UU Nomor 14/2005 tentang Guru dan Dosen telah diputuskan bahwa
“setiap Guru harus dapat memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik”.

Landasan Teoritis

Kreativitas sangat diperlukan dalam hidup ini dengan beberapa alasan antara lain:

1. Kreativitas memberikan peluang bagi individu untuk mengaktualisasikan dirinya,


2. Kreativitas memungkinkan orang dapat menemukan berbagai alternatif dalam
pemecahan masalah,
3. Kreativitas dapat memberikan kepuasan hidup, dan keempat, kreativitas
memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya.

Tiga hal yang harus diwujudkan

 Siswa dan guru harus memiliki akses kepada teknologi digital dan internet dalam
kelas, sekolah, dan lembaga pendidikan guru

 Harus tersedia materi yang berkualitas, bermakna, dan dukungan kultural bagi
siswa dan guru

 Guru harus memiliki pengetahuan dan ketrampilan dalam menggunakan alat-alat


dan sumber-sumber digital untuk membantu siswa agar mencaqpai standar
akademik.

KHAIRUNNISA NILAMSARI 14
SMA PLUS PGRI CIBINONG

Manfaat TIK

Mengubah peran guru:

 Dari penyampai pengetahuan, sumber utama informasi, akhli materi, dan sumber
segala jawaban, menjadi sebagai fasilitator pembelajaran, pelatih, kolaborator,
navigator pengetahuan, dan mitra belajar;

 Dari mengendalikan dan mengarahkan semua aspek pembelajaran, menjadi lebih


banyak memberikan lebih banyak alternatif dan tanggung jawab kepada setiap
siswa dalam proses pembelajaran

Mengubah peran siswa:

 Dari penerima informasi yang pasif menjadi partisipan aktif dalam proses
pembelajaran

 Dari mengungkapkan kembali pengetahuan menjadi menghasilkan dan berbagai


pengetahuan

 Dari pembelajaran sebagai aktiivitas individual (soliter) menjadi pembelajaran


berkolaboratif dengan siswa lain.

KHAIRUNNISA NILAMSARI 15

Anda mungkin juga menyukai