Anda di halaman 1dari 8

Sandra Dewi Dahlan

Pengkajian Amerika
Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada

Hillary Rodham Clinton

Simbol Perubahan Peranan Perempuan di Amerika

Berbicara tentang perubahan peran perempuan di Amerika abad ke-20 hingga ke-21 ini,
maka kita harus membicarakan Hillary Rodham Clinton. Peran Hillary sangat memberi
kontribusi besar dalam perubahan perspektif fungsi dan tanggung jawab perempuan Amerika di
dalam masyarakat, terlebih dalam ranah politik, bidang yang kemudian menjadi pilihan karirnya.
Untuk membahasnya lebih jauh, berikut adalah profil, perjalanan karir serta kehidupan Hillary
Rodham Clinton.

 Profil dan Karir Hillary Rodham Clinton


Hillary Rodham Clinton lahir pada tanggal 26 Oktober 1947 dan saat ini menjabat sebagai
Sekretaris Negara Amerika Serikat ke-67, di bawah kepemerintahan Presiden Barack Obama.
Hillary adalah seorang Senator Amerika Serikat untuk New York tahun 2001-2009. Ia juga
adalah istri Presiden ke-42 Amerika Serikat, Bill Clinton, yang menjadikannya sebagai First
Lady Amerika Serikat di tahun 1993-2001. Dalam pemilihan 2008, Hillary menjadi kandidat
utama nominasi presiden Partai Demokrat.
Pada tanggal 21 Januari 2009, Hillary Rodham Clinton disumpah sebagai Sekretaris ke-67
negara Amerika Serikat. Ia bergabung dengan Departemen Luar Negeri setelah hampir empat
dekade di pelayanan publik sebagai advokat, pengacara, First Lady, dan Senator.
Hillary merupakan lulusan Wellesley College dan Yale Law School, dimana ia bertemu
dengan Bill Clinton. Ia memulai karir di bidang hukum setelah lulus dari Yale Law School pada
tahun 1973. Pada tahun 1974, ia kemudian pindah ke Arkansas, setahun kemudian, 1975,
menikah dengan Bill Clinton dan menjadi seorang pengacara sukses disamping juga mengasuh
putri mereka, Chelsea. Hillary adalah asisten profesor di University of Arkansas School of Law,
dan setelah bekerja untuk memperkuat kantor bantuan hukum setempat ia ditunjuk oleh Presiden

1
Jimmy Carter pada tahun 1977 untuk mengabdi di dewan Legal Services Corporation, yang
kemudian diketuainya dan sekaligus menjadikan Hillary sebagai perempuan pertama dalam
jabatan penting tersebut di tahun 1978. Selain itu, Hillary juga menjadi partner perempuan
pertama di Rose Law Firm tahun 1979, dan dua kali tercatat sebagai salah satu dari 100
Pengacara Paling Berpengaruh di Amerika.
Selama 12 tahun (1979-1981 dan 1983-1992) Hillary menjabat sebagai First Lady negara
bagian Arkansas dengan Bill Clinton, suaminya, sebagai Gubernur. Hillary mengetuai Arkansas
Education Standards Committee menjadi salah satu pendiri The Arkansas Advocates for
Children and Families, dan mengabdi di beberapa dewan The Arkansas Children's Hospital dan
The Children's Defense Fund.
Pada tahun 1992, Gubernur Bill Clinton terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat, dan
sebagai First Lady, Hillary R. Clinton menjadi penganjur reformasi kesehatan dan bekerja di
berbagai isu yang berkaitan dengan anak-anak dan keluarga. Dia memimpin upaya bipartisan
sukses untuk meningkatkan adopsi dan sistem anak asuh, mengurangi kehamilan remaja, dan
menyediakan pelayanan kesehatan bagi jutaan anak-anak melalui Program Asuransi Kesehatan
Anak (Children's Health Insurance Program). Dia juga melakukan perjalanan ke lebih dari 80
negara sebagai wakil dari negara Amerika Serikat, memenangkan penghargaan sebagai
pemenang hak asasi manusia, demokrasi dan masyarakat sipil (champion of human rights,
democracy and civil society). Pidatonya yang terkenal di Beijing pada tahun 1995 ketika ia
menyatakan bahwa "hak asasi manusia adalah hak-hak perempuan, dan hak-hak perempuan
adalah hak asasi manusia" – telah menginspirasi perempuan di seluruh dunia dan membantu
menggembleng gerakan global untuk hak-hak perempuan.
Bersama Sekretaris Negara Madeleine K. Albright, Hillary bekerja untuk memulai The
Government’s Vital Voices Democracy Initiative. Sekarang Vital Voices adalah organisasi non-
pemerintah yang terus melatih dan mengelola pemimpin-pemimpin perempuan di seluruh dunia.
Pada tahun 2000, Hillary Clinton mencatat sejarah sebagai First Lady pertama yang terpilih
menjadi anggota Senat Amerika Serikat, dan wanita pertama yang terpilih di seluruh negara
bagian di New York. Dalam Senat, ia bertugas di The Armed Services Committee, The Health,
Education, Labor and Pensions Committee, The Environment and Public Works Committee, The
Budget Committee and The Select Committee on Aging. Dia juga menjabat sebagai Komisaris

2
pada Komisi Keamanan dan Kerjasama di Eropa (the Commission on Security and Cooperation
in Europe).
Sebagai Senator, Hillary R. Clinton bekerja lintas partai untuk membangun dukungan demi
misi penting konstituen dan negara, termasuk perluasan kesempatan ekonomi dan akses terhadap
kualitas serta perawatan kesehatan yang terjangkau.
Setelah serangan teroris 11 September 2001, Hillary menjadi advokat kuat untuk pendanaan
pembangunan kembali di New York dan pemerhati masalah kesehatan para relawan yang
mempertaruhkan hidup mereka yang bekerja di Ground Zero. Ia juga memperjuangkan misi
militer Amerika Serikat dan berjuang untuk perawatan kesehatan yang lebih baik selain juga
memperhatikan kebutuhan anggota pelayanan yang terluka, veteran dan anggota The National
Guard and Reserves. Ia juga satu-satunya anggota Senat dari Transformasi Advisory Group pada
Department of Defense's Joint Forces Command.
Pada tahun 2006, Hillary memenangkan kembali pemilihan di Senat, dan pada tahun 2007 ia
memulai kampanye bersejarahnya untuk maju sebagai Presiden. Pada tahun 2008, ia
berkampanye untuk pemilihan pasangan Presiden dan Wakil Presiden, Barack Obama dan Joe
Biden, dan pada bulan November dia dicalonkan oleh Presiden Terpilih Barack Obama menjadi
Sekretaris Negara.
Hillary R. Clinton adalah penulis buku terlaris, termasuk otobiografinya, Living History, dan
buku inovatifnya tentang anak-anak, It Takes A Village.
Hillary yang terpilih sebagai Senator Amerika Serikat tahun 2000 menjadikannya sebagai
First Lady Amerika pertama yang mengikuti pencalonan dalam jabatan publik. Dalam
perlombaan pencalonan presiden pada tahun 2008, Hillary menang dengan perwakilan suara
terunggul daripada kandidat perempuan manapun dalam sejarah Amerika, tetapi kalah tipis dari
senator Barack Obama. Selain itu sebagai Sekretaris Negara, Hillary Clinton menjadi mantan
First Lady pertama yang mengabdi dalam kabinet presiden.

 Tantangan Hidup yang Dihadapi Hillary


Banyak hal yang bisa dipelajari dari sosok Hillary R. Clinton. Hal pertama yang bisa diamati
adalah keputusan Hillary yang memilih untuk pindah ke Arkansas untuk mendukung karir politik
Bill Clinton dan mengorbankan karirnya sendiri yang tengah bersinar. Ini bisa dikatakan sebagai
konsekuensi dari mengikuti kata hatinya, karena ia sangat mencintai Bill. Tidak hanya itu,

3
perannya kemudian sebagai First Lady of America membuat Hillary sangat terbatas melakukan
aktivitas ataupun berkarir sesuai keinginannya seperti sebelumnya. Ia rela mengesampingkan
cita-citanya, karirnya yang gemilang, demi mendukung profesi suaminya. Hal ini juga terjadi
pada hampir setiap First lady di Amerika. Seperti juga Michelle Obama, Hillary, meskipun
sudah memiliki karir yang sukses, yakni seorang pengacara, tetapi sebagai First Lady, ia memilih
untuk membidangi urusan anak-anak atau keluarga, yang artinya tidak beranjak dari stereotype
umum, bahwa perempuanlah yang bertanggung jawab mengurusi urusan keluarga dan anak,
sementara laki-laki dianggap lebih kapabel untuk mengurusi persoalan politik.
Hal ini sebenarnya sudah menggambarkan bagaimana perempuan Amerika masih
tersubordinasi, dan masih dianggap sebagai pelengkap kaum lelaki. Sebagai istri, seorang First
Lady harus ikut pindah dan tinggal di Gedung Putih dan aktivitas yang sebelumnya dilakukan
menjadi sangat terbatas dan terkontrol demi mendukung tugas dan karir suami. Dalam posisi
yang paling tertinggi sekalipun, sebagai istri orang nomor satu di negara adidaya Amerika
Serikat, perempuan tetap saja tidak memiliki pilihan yang menguntungkan bagi dirinya, bagi
pilihan karirnya sendiri. Dengan demikian, ada harga yang harus mereka pertaruhkan bahkan
korbankan demi posisinya sebagai First Lady.
Tetapi pandangan ini segera ditepis oleh Hillary yang segera menjalani karir di bidang politik
dan bahkan karirnya semakin meningkat setelah terlepas dari jabatan First lady of America.
Ada satu contoh menarik yang bisa dijadikan perbandingan. Maria Owings Shriver, First
lady dari California yang bersuamikan Gubernur California Arnold Schwarzenegger awalnya
juga memilih untuk mengorbankan karirnya demi mendukung suaminya setelah terpilih menjadi
Gubernur California. Ia hengkang dari dunia jurnalisme pertelevisian khususnya dari NBC News
di tahun 2004, dunia yang dicintainya dan karir yang telah dibangunnya selama seperempat abad,
oleh karena telah berstatuskan First lady of California, selain juga berperan sebagai tenaga
advokasi dalam kepemerintahan suaminya. Selain itu juga, alasannya hengkang adalah ia ingin
menjaga agar tidak terjadi isu conflict of interest.
Tetapi kecintaannya yang besar terhadap dunia jurnalisme ternyata tidak bisa
ditinggalkannya begitu saja. Ia secara tegas menyatakan bahwa ia perlu menjadi dirinya sendiri
dan melakukan apa yang dia kehendaki dan tak harus mengorbankan karir ataupun kegiatan-
kegiatan yang disenanginya demi mendukung kepemerintahan suaminya ataupun menjalani
protokoler sebagai First Lady. Shriver kemudian semakin giat sebagai aktivis dan juga aktif

4
dalam beberapa acara televisi, kemudian tahun 2007 ia kembali bekerja di dunia berita televisi
pada CNN. Selain itu dia juga secara berani menyatakan mendukung Senator Barack Obama
sebagai presiden setelah beberapa hari sebelumnya suaminya Arnold S. telah menyatakan
dukungannya terhadap Senator John McCain.
Keadaan yang dijalani Shriver dalam beberapa hal bisa dibilang cukup berbeda dengan
Hillary dalam hal jalan hidup yang dipilih. Hillary bertahan dalam berbagai kritik dan tentangan
terhadap suaminya, bahkan membela. Sehingga Hillary juga kerap mendapat kritikan dan
kecaman dari berbagai pihak. Hillary menuai banyak kritik, khususnya dari para feminist,
terutama dalam kasus perselingkuhan suaminya yang diketahui publik dan Hillary melakukan
pembelaan serta tidak membenarkan adanya tuduhan perselingkuhan suaminya tersebut. Hillary
Clinton menunjukkan dukungan dan kekuatan karakternya, ketika gosip perselingkuhan
mengguncang reputasi Bill Clinton yang saat itu sedang berkampanye untuk pemilihan Presiden
AS pada 1993. Kekuatan karakter yang sama kemudian kembali ia tunjukkan saat kasus
perselingkuhan dengan Monica Lewinsky yang membuat Clinton terancam kehilangan
jabatannya sebagai Presiden. Adalah pidato Hillary yang menyatakan bahwa dirinya memaafkan
Clinton yang akhirnya membuat publik Amerika "mengampuni" Presiden Amerika ke-42 itu.
Sikap Hillary tersebut bagi sebagian feminist dianggap sebagai sikap yang tidak mewakili
perempuan modern dan berpendidikan tinggi.
Tragedy, penyangkalan, skandal, kekuasaan adalah isu-isu yang dihadapi oleh Hillary.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Hillary adalah sosok perempuan yang cerdas,
ambisius, kuat, namun tabah menghadapi segala tantangan kehidupan. Terlepas dari semua itu,
Hillary melakukan pilihan berdasarkan pertimbangannya sendiri, seperti dituliskan di dalam
buku Hillary Rodham Clinton: Politician (Women of achievement) (Abrams, 2009) bahwa semua
yang ia lakukan adalah berdasarkan “following her heart”.
Benar atau tidak keputusan yang diambilnya adalah jalan kehidupan yang dipilih untuk
ditempuhnya sebagai suatu proses pengembangan diri. Hal tersebut bisa dikatakan tidak sia-sia.
Ia mampu menjadi perempuan satu-satunya yang berhasil maju dalam pencalonan presiden, yang
sangat sulit dilakukan di negara Amerika tersebut mengingat perempuan dalam banyak hal masih
menjadi second class citizen meskipun di negara semaju Amerika Serikat sekalipun, sehingga
tantangan dan hambatan yang dihadapi oleh perempuan dalam hal berkarir jauh lebih besar
dibanding laki-laki.

5
Sebagai public figure Hillary dicintai, dikagumi, tetapi juga dibenci oleh sebagian
masyarakat Amerika. Tantangan dan permasalahan yang dihadapi di dalam kehidupannya
membuat ia maju, menjadi perempuan yang kuat, mampu memiliki dan menggerakkan massa,
suaranya didengar dan sosoknya diharapkan dapat memberikan kontribusi besar bagi perubahan
dan perbaikan di segala bidang, khususnya mengenai isu perempuan dan hak asasi manusia.
Hillary, pada pemilihan presiden 2008 tidak sampai pada kursi kepresidenan AS, tetapi
berhasil dipilih sebagai Sekretaris Negara. Hal ini adalah suatu pencapaian yang luar biasa
hebatnya bagi seorang perempuan dan mantan First lady di negara superpower Amerika Serikat.
Perjuangan dalam hidup, karir, dan keluarga, seperti yang telah diutarakan sebelumnya,
menggambarkan double standard dan double burden yang diemban sekaligus dijalani Hillary
dalam statusnya sebagai perempuan yang berkarir. Sebagaimana yang dituliskan oleh Abrams
(2009):
As Bill Clinton climbed the political
ladder, Hillary Clinton was with him every step of the way.
Constantly in the public eye, she has filled many roles: attorney,
wife, mother, activist, first lady of the United States,
political adviser, U.S. senator, and presidential candidate.
In 1988 and 1991, she was listed as one of the 100 most
influential lawyers in the United States. (p. 11)

Dengan demikian, Hillary pantaslah disebut sebagai icon, a powerful symbol of women’s
achievement!

 Kutipan Pidato Visisoner Hillary

In Her Own Words:


Hillary Clinton has long been a proponent of women’s rights
and the role of women in government. In delivering the keynote
address at the Vital Voices Conference held in Vienna, Austria, in
July 1997, she said:
“We are here to advance the cause of women and to
advance the cause of democracy and to make it absolutely
clear that the two are inseparable. There cannot be true
democracy unless women’s voices are heard. There cannot
be true democracy unless women are given the opportunity
to take responsibility for their own lives.” (2009: 12)

***

6
As Clinton says in the opening paragraph of her autobiography:
“I wasn’t born a first lady or a senator. I wasn’t born
a Democrat. I wasn’t born a lawyer or an advocate
for women’s rights and human rights. I wasn’t born
a wife or mother. I was born an American in the
middle of the twentieth century, a fortunate time
and place. I was free to make choices unavailable to
past generations of women in my own country and
inconceivable to many women in the world today.” (2009: 13)

***

Smart Power
“We must use what has been called “smart power”: the full range of tools at our disposal -- diplomatic,
economic, military, political, legal, and cultural -- picking the right tool, or combination of tools, for each
situation. With smart power, diplomacy will be the vanguard of foreign policy. This is not a radical idea.
The ancient Roman poet Terence, who was born a slave and rose to become one of the great voices of his
time, declared that “in every endeavor, the seemly course for wise men is to try persuasion first.” The
same truth binds wise women as well.” (http://www.state.gov/secretary/)

***

"I don't quit. I keep going." –Hillary Rodham Clinton (2004)

***

NB: Tulisan ini disusun dengan fokus pembahasan pada sosok Hillary sebagai perempuan yang berkarir,
dan tanpa mencapuradukkannya dengan keputusan-keputusan dalam kebijakan politis yang
diambilnya.

Referensi

Abrams, Dennis, 2009, Hillary Rodham Clinton: Politician (Women of Achievement), New
York: Chelsea House Publications.

7
Andersen, Christopher, 2004, American Evita: Hillary Clinton’s Path to Power, Harper Collins,
Inc.
http://www.state.gov/secretary/ “Secretary of State Hillary Rodham Clinton”, accessed on 15
June, 2010
http://www.state.gov/r/pa/ei/biog/115321.htm Biography of Hillary Rodham Clinton: Secretary
of State, accessed on 15 June, 2010
http://en.wikipedia.org/wiki/Maria_Shriver, accessed on 16 June, 2010
http://en.wikipedia.org/wiki/Hillary_Rodham_Clinton, accessed on 16 June, 2010

Anda mungkin juga menyukai