Anda di halaman 1dari 5

TUGAS : PSIKOLOGI PENDIDIKAN

DOSEN : ABANG SYAFARUDDIN, S.Pd

NAMA : SITI KHATIJAH

NIM : 611000387

KELAS : TIK B SORE

SEMESTER : 1 (GANJIL)

Sekapur sirih tentang Psikologi Pendidikan


Psikologi Pendidikan yang merupakan ilmu bantu untuk melaksanakan pendidikan dan
pengajaran, wajib dikenal dan dikuasai oleh para pendidik agar pendidikan yang kita
laksanakan dapat mencapai hasil yang memuaskan.
Bila kita ingin mempelajari Psikologi Pendidikan, maka kita mau
tidak mau akan membicarakan dulu tentang istilah ”Psikologi”. Istilah ”Psikologi” berasal
dari kata-kata Yunani ’psyche’ artinya jiwa dan ’logos’ artinya ilmu, bila digabungkan kedua
kata itu menjadi ”Psikologi” artinya Ilmu Jiwa. Pemahaman Psikologi sebagai suatu ilmu
tentu bersifat dinamis, karena ciri khas suatu ilmu adalah selalu terus-menerus berkembang
mendifinisikan diri sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan jalan pikiran manusia
menurut zamannya.
Berdasarkan sejarah Psikologi, pada awal perkembangnnya sangat sarat dengan filosofis,
dimana aspek-aspek yang menjadi pusat kajian adalah : Apakah manusia itu?, apakah hidup
itu?, mengapa dan untuk apa manusia hidup?. Namun pada abad XVII dengan dimotori oleh
Descartes mencoba menyelidiki difokuskan kajian psikologi pada gejala-gelaja kesadaran
manusia. Hal-hal yang berhubungan diluar kesadaran manusia (penginderaan, pengamatan,
fantasi, ingatan, pikiran, perasaan) di anggap tidak berarti, namun dalam perkembangannya
semua pandangan tentang konsep psikologi ini ditinggalkan karena tidak sesuai lagi dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan zaman.
Perkembangan psikologi selanjutnya menunjukkan pengakuan bahwa di samping ’kesadaran’
terdapat pula ’ketidaksadaran’, dan bahwa kedua aspek tersebut diakui mempunyai pengaruh
yang sama terhadap manusia.
Dalam Pengertian Psikologi lama manusia dipandang sebagai obyek yang tidak berbeda
dengan obyek ilmu alam, ilmu pasti atau suatu kumpulan gejala fisiologis belaka, namun
perkembangan psikologi modern menunjukan bahwa manusia adalah makhluk yang terus
menerus merealisasikan diri dalam suatu lingkungan (alam), yang selalu berinteraksi dengan
alam sekitarnya. Manusia bukan hanya sekedar ”hidup”, tetapi manusia juga bereksistensi.
Psikologi pada akhirnya menjadi suatu ilmu yang obyeknya adalah tingkahlaku dan
penghayatan manusia dalam hubungannya dengan situasinya.(Samuel Soeitoe.1982:2).
Sebagai cabang psikologi, maka psikologi pendidikan mempelajari proses-proses dan faktor-
faktor yang terdapat dalam pendidikan manusia.
Bila Psikologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tingkahlaku manusia beserta latar
belakangnya dalam hubungan dengan lingkungannya, maka pendidikan diartikan bantuan
yang diberikan dengan sengaja kepada anak yang sedang berkembang baik fisik, psikis
maupun sosialnya. Jadi Psikologi Pendidikan yaitu ilmu yang membahas segi-segi psikologi
dalam lapangan pendidikan.
Tujuan psikologi pendidikan ialah mempelajari tingkahlaku manusia dan perubahan tingkah
laku itu sebagai akibat proses dari pendidikan (melalui bimbingan). Dengan kata lain ahli
psikologi pendidikan berusaha untuk mempelajari, menganalisa, menerangkan dan memimpin
proses pendidikan sedemikian rupa sehingga mendapatkan suatu sistem pendidikan yang
diharapkan.

PSIKOLOGI PENDIDIKAN ( Pertemuan ke 2)

PERBEDAAN INDIVIDU
Dalam kehidupan sehari-hari kita mengetahui bila sekelompok manusia diberi tugas yang
sama dan mereka mengerjakan dalam waktu yang telah ditentukan, maka hasil yang diperoleh
oleh mereka itu banyak yang tidak sama. Demikian pula bila mereka disuruh mengerjakan
tugas yang sama dan diminta hasil kerja yang sama, maka pada umumnya waktu yang
dibutuhkan untuk melakukan tugas tersebut juga tidak sama.
Perbedaan-perbedaan itu dipelajari secara ilmiah melalui psikologi pendidikan.
Keragaman dan perbedaan tingkah laku setiap individu disebabkan antara lain :
1. Setiap individu itu mempunyai keinginan sendiri.
2. Setiap individu itu mempunyai kebutuhan
3. Setiap individu itu mempunyai bakat sendiri
4. Setiap individu itu mempunyai kekuatan sendiri
5. Setiap individu itu mempunyai kelemahan sendiri.
6. Setiap individu itu memiliki kebiasaan sendiri.
7. Setiap individu itu memiliki lingkungan hidup sendiri

Anak dengan keadaan yang berbeda-beda itu bertemu dalam suatu lingkungan baru yang
disebut sekolah. Tugas sekolah adalah mengembangkan segala potensi (kemungkinan) yang
ada pada setiap peserta didik (anak), sehingga mereka dapat berkembang secara optimal atau
sepenuhnya sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Kalau dalam keluarga, yang
bertanggungjawab penuh terhadap perkembangan aspek-aspek psikis, fisik dan sosial anak itu
adalah orang tua, maka di sekolah gurulah yang memikul tanggung jawab tersebut, karena dia
harus berhadapan langsung dengan setiap siswa, baik secara perorangan, maupun dalam
kegiatan kelompok.
Dalam melaksanakan tugas sehari-hari, seorang guru akan berhadapan langsung dengan
siswanya, bukan saja dalam hubungan guru dan siswa atau pengajar-pebelajar, tetapi akan
berhubungan diluar batas kegiatan dalam kelas, misalnya di lapangan olahraga, di
laboratorium, di ruang kesenian, di kebun sekolah, dalam kegiatan pramuka, dan sebagainya.
Oleh karena itu, seorang guru harus benar-benar mendalami dan memahami dengan baik
tingkah laku anak agar dapat membimbing atau memberi bantuan, mendorong serta
mengarahkan anak untuk berkembang secara positif dan mencegah serta mengendalikan agar
mereka tidak berkembang ke arah yang negatif yang menyebabkan mereka menjadi anak-
anak ”rusak”.
Dengan berkembang ke arah yang positif kita mengharapkan agar mereka memiliki
kepribadian yang baik dan dapat menyesuaikan diri dalam keluarga dan sekolah serta turut
aktif dalam pembangunan masyarakat.
Ternyata, bahwa tugas seorang guru atau pendidik pada umumnya tidak hanya terbatas pada
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar saja, atau hanya sebagai penyampai ilmu, tetapi
seorang guru dituntut untuk mampu meningkatkan kualitas belajar siswa sehingga siswa
tersebut dapat menjadi manusia masa depan yang produktif.
Untuk mewujudkan hal tersebut di atas perlu adanya komunikasi (hubungan) yang baik dan
harmonis antara pendidik dengan peserta didik. Hubungan yang terjadi dalam kegiatan
tersebut biasanya melibatkan berbagai proses psikis yang rumit, karena semua aspek
lingkungan seorang anak saling mempengaruhi perkembangan prilaku anak (Keluarga,
sekolah dan masyarakat).
Dengan demikian, dapat kita simpulkan bahwa proses pendidikan itu selalu melibatkan
komunikasi yang bersifat mendidik antara pendidik dan peserta didik. Dalam proses
komunikasi tersebut, agar berhasil dengan baik pihak pendidik perlu memahami dan
menghayati hal-hal berikut :
1. Proses pendidikan harus berpusat pada peserta didik. Artinya segala tindakan pendidikan
harus ditujukan demi kepentingan dan kebaikan anak (peserta) didik yang dalam
perkembangannya sama sekali tidak terlepas dari hubungan dengan lingkungannya. Dia akan
selalu berusaha untuk dapat diterima dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
2. Dalam kehidupannya dari saat ke saat, peserta didik itu selalu dalam
keadaan perubahan dan berkembang.
3. Sifat peserta didik adalah unik, artinya keadaannya sangat khusus dan
bersifat individual dalam hal kemampuan, bakat, minat, cita-cita/lingkungan dan unsur-unsur
lain yang baik yang bersifat asli (murni) maupun yang telah mendapat pengaruh luar. Oleh
karena itu seorang pendidik tidak boleh memaksakan kehendaknya yang bertentangan dengan
individualitas peserta didik, karena hal itu akan merupakan ”pemaksaan” yang akan berakibat
kurang baik bagi anak tersebut.
4. Pada dasarnya mendidik itu adalah membantu anak (peserta) didik
agar mereka mampu mengarahkan dirinya sendiri dalam menghadapi perubahan-perubahan
yang terjadi dalam perkembangannya sesuai dengan kemampuan dan tuntutan lingkungannya.
5. Dalam kegiatan pendidikan terjadi :
a. Proses sosial. Yaitu hubungan insani antara anak didik sendiri dengan tenaga pendidik dan
dengan orang lain yang terdapat dalam leingkungannya.
b. Proses psikis, seperti berpikir, belajar, merasa, meniru dan sebagainya yang terjadi di
dalam diri anak itu sendiri.
6. Agar pendidikan mencapai hasil yang memuaskan, maka proses-
proses sosial dan psikis tersebut di atas perlu dimanfaatkan dan mendapat pengarahan dari
tenaga pendidik dengan sebaik-baiknya.
7. Dalam kehidupan di sekolah proses psikis yang dinyatakan dalam
perbuatan belajar sangat menentukan keberhasilan pendidikan.
8. Proses-proses psikis yang terjadi dalam pendidikan akan menjadi
salah satu garapan psikologi pendidikan.
Jadi Psikologi Pendidikan itu mempunyai hubungan fungsional yang erat dengan pendidikan.
Hubungan tersebut dapat kita lihat dengan jelas dalam peranan Psikologi Pendidikan dalam
kegiatan mendidik di bawah ini :
1. Untuk memahami karakteristik proses belajar mengajar.
2. Untuk memahami karakteristik peserta didik.
3. untuk penentuan tujuan pendidikan yang selaras dengan perkembangannya dan
karakteristik peserta didik.
4. Pemilihan bahan pelajaran yang selaras dengan perkembangan peserta
didik.
5. Pemilihan kegiatan belajar mengajar yang cocok, dengan fase-fase perkembangan peserta
didik.
6. Penentuan upaya penilaian terhadap keberhasilan belajar peserta didik.
7. Penentuan upaya pemberian bantuan kepada peserta didik yang mengalami kesulitan dalam
mencapai keberhasilan pendidikan.

Psikologi Pendidikan (Pertemuan ke 3)

Pentingnya Psikologi Pendidikan Bagi Para Pendidik.

Kalau kita melihat kegiatan sehari-hari seorang anak maka kita dapati ada perbedaan tingkah
laku antara anak satu dan lainnya. Hal ini disebabkan pengaruh dari lingkungan keluarga
yang sangat besar terhadap perkembangan prilaku anak. Ada orang tua yang memperlakukan
anaknya dengan penuh kasih sayang, penuh pengertian, menjauhi kekerasan dan ketegangan
serta selalu menyediakan waktu untuk berkomunikasi dengan anak-anaknya. Komunikasi ini
dapat berupa makan bersama, shalat bersama, bermain dan berlibur bersama. Hal ini dapat
secara sadar atau tidak disadari dapat membentuk dan mempengaruhi tingkah laku anak.
Karena perbuatan ini sangat mudah ditiru oleh anak-anak yang dalam masa perkembangan.
Perlakuan orang tua pada anak tersebut diatas menggambarkan bahwa orang tua tersebut
mengerti tentang apa yang dibutuhkan oleh anak dan apa yang mesti mereka lakukan. Baik
kebutuhan fisik, misalnya kesehatan tubuh, makanan yang bergizi, pakaian yang bersih,
lingkungan yang nyaman, atau kebutuhan psikis, misalnya perasaan aman, gembira, kasih
sayang, jauh dari rasa takut, saling menghormati, kebebasan untuk mewujudkan hoby
masing-masing, demikian pula dengan pemenuhan kebutuhan sosialnya, misalnya mereka
boleh bermain dengan teman-temannya, boleh belajar dengan kelompok atau di tempat lain,
boleh mengikuti kegiatan di sekolah.
Betapa pentingnya psikologi pendidikan untuk dipelajari, dipahami, dan dikuasai pendidik,
baik pendidik alamiah yaitu orang tua maupun pendidik formal yaitu guru.
Apakah pernyataan di atas berarti, jika orang tua bukan guru atau jika orang tua tidak belajar
psikologi pendidikan, tidak akan berhasil dalam mendidik anak-anaknya ?
Tentu saja tidak berarti demikian. Sebab masih banyak cara untuk mendidik atau
membimbing anak agar hidup anak tersebut bermoral sesuai dengan harapan
keluarga,masyarakat, agama dan negara.
Salah satu cara misalnya, dengan membaca buku-buku yang berhubungan dengan pendidikan
dan psikologi, membaca kitab-kitab suci sesuai dengan agama masing-masing, yang
merupakan sumber pemahaman tentang pendidikan moral.
Cara lain lagi misalnya, dengan mengikuti secara aktif ceramah-ceramah atau seminar-
seminar yang diselenggarakan khusus untuk membahas masalah pendidikan anak. Menonton
film, memilih acara televisi yang baik dan mendengarkan radio, juga dianjurkan untuk
mendapatkan pengetahuan mengenai pendidikan. Sehubungan dengan pentingnya psikologi
pendidikan, di bawah ini ada beberapa cara untuk mempelajarinya agar mencapai hasil yang
memuaskan, antara lain :
1. Bulatkan motivasi anda untuk mempelajari psikologi pendidikan dengan sebaik-baiknya,
sehingga menimbulkan inisiatif dan keinginan yang tinggi secara profesional untuk
memahami bidang keguruan khususnya psikologi pendidikan.
2. Bangkitkan kemauan dan kesanggupan untuk belajar sendiri dan jangan selalu tergantung
atas pertolongan orang lain. Tapi hal ini tidak berarti menutup informasi dari orang lain.
Apabila sudah mencoba membangkitkan kemauan dan kesanggupan sendiri secara optimal,
ternyata belum memuaskan, bertukar pendapatlah dengan orang yang menguasai bidang ini.
3. Tingkatkan keinginan untuk memahami psikologi pendidikan secara
mendalam, dengan membaca tulisan-tulisan yang berkaitan dengan psikologi pendidikan
secara luas.
4. Pilih buku-buku psikologi pendidikan dan bagian-bagian yang penting
untuk dipelajari sebagai bahan untuk ditelaah secara sungguh-sungguh secara mendalam.
5. Dengan memahami prinsip dan pengertian psikologi pendidikan secara benar dapat
membantu tenaga pendidik untuk mengetahui tindakan yang paling tepat dalam menghadapi
situasi yang terjadi dalam hubungan antara pendidik dan peserta.
6. Lakukan catatan anekdot terhadap perkembangan prilaku anak yang menyimpang untuk
dapat dilakukan penanganan dan bimbingan secara lebih baik, sehingga dapat mewujudkan
anak atau peserta didik yang sesuai dengan harapan keluarga, masyarakat, agama dan negara.

Anda mungkin juga menyukai