KABUPATEN BENGKALIS
Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Pendidikan Guru
Taufik Ikram Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Jamil Universitas Riau (PSBSI FKIP Unri), dan selesai tahun 1987.
Selain dikenal sebagai seorang cerpenis dan penyair, Taufik Ikram Jamil juga dikenal
sebagai jurnalis. Ia bahkan lebih dulu dikenal sebagai sastrawan berkat cerpen-cerpennya
Amanah dan sebagainya. Ia memulai karier kewartawanannya pada tahun 1983 sebagai
wartawan di mingguan Genta, Pekanbaru. Tahun 1988, ia pindah ke Kompas dan sempat
Pada tahun 1991, ia mendirikan Yayasan Membaca yang bergerak di bidang kebudayaan.
Yayasan ini kemudian menerbitkan jurnal Menyimak yang memuat karya-karya sastrawan
setempat. Kemudian, tahun 1999, yayasan ini bermetamorfosis menjadi Yayasan Pusaka
Riau yang bergerak dalam berbagai bidang, di antaranya kebudayaan, penerbitan, dan
kesenian. Pada tahun 2002, ia berhenti menjadi wartawan di harian Kompas untuk
mencurahkan pikiran dan ide-ide kreatif demi kemajuan seni. Pada tahun itu juga ia
mendirikan dan mengetuai Akademi Kesenian Melayu Riau (AKMR) di Pekanbaru, satu-
satunya akademi kesenian di Sumatera. Tahun 2002–2007 ia terpilih sebagai ketua Umum
Dalam dunia kesusasteraan, Taufik Ikram Jamil banyak menghasilkan karya yang telah
dimuat dalam berbagai media cetak seperti Riau Pos, Kompas, Berita Buana, Republika,
Suara Pembaruan, Kartini, Horison, Kalam, Jawa Pos dan Ulumul Qur‘an. Kumpulan puisi
sulungnya adalah Tersebab Haku Melayu, kemudian menyusul kumpulan cerita pendek
Sandiwara Hang Tuah, Membaca Hang Jebat, dan roman Gelombang Sunyi. Adapun karya
sastranya yang berisi tentang sejarah terhimpun dalam berbagai antologi di Pekanbaru,
Bayang-bayang dan Soeharto dalam Cerpen Indonesia, serta antologi cerpen dalam bahasa
Inggris Menagerie 4. Seorang pakar sastra Belanda, Dr Will Derks telah membahas karya-
karyanya dalam sebuah bunga rampai tentang pembangunan Asia yang diterbitkan di
Melalui karya-karyanya, Taufik Ikram Jamil semakin terkenal, sehingga ia sering mendapat
undangan untuk menghadiri berbagai event sastra di dalam dan luar negeri. Tahun 2001, ia
mewakili Indonesia untuk membaca sajak bersama penyair dari sepuluh negara dalam
International Poetry Festival yang diselenggarakan Majelis Sastra Asia Tenggara. Ia juga
pernah menjadi pembicara dalam berbagai seminar di beberapa kota besar, di antaranya
Jakarta, 1996), Hikayat Batu-Batu (Kompas, Jakarta, 2005), Jumat Pagi Bersama “Amuk”
dan Membaca Hang Jebat (Grasindo, Jakarta, 1995), antologi cerpen Soeharto dalam
Cerpen Indonesia (Penerbit Bentang, Jogyakarta, 2001), antologi cerpen dalam bahasa
Inggris Menagerie 4. Untuk roman, Taufik Ikram Jamil telah melahirkan Gelombang Sunyi
(Kompas, Jakarta, 2001), Hempasan Gelombang (Kompas. 1999). Satu bukunya yang lain,
Dari Percikan Kisah, Membentuk Propinsi Riau, merupakan buku sejarah (Yayasan Pusaka
Atas karya dan jasa-jasanya pada sastra dan budaya, Taufik Ikram Jamil telah dianugerahi
beberapa penghargaan, di antaranya dari majalah Horison untuk kategori cerpen terbaik
berjudul Menjadi Ratu (1997), dari Yayasan Sagang untuk kategori karya budaya terbaik
berjudul Sandiwara Hang Tuah (1997), dari Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) untuk kategori
cerpen utama Indonesia berjudul Jumat Pagi Bersama ”Amuk” (1998). Dari Dewan
Kesenian Jakarta (DKJ) sebagai juara harapan II dalam sayembara penulisan roman
untuk kategori sastra terbaik berjudul Membaca Hang Jebat (1999), dari Yayasan Sagang
Maret 1971. Menamatkan SD di kampung halaman, SMPN 3 Tanjung Balai Karimun, SPGN
Tanjungpinang (1990), dan Universitas Riau, FKIP Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia
(1994) Aktif menulis sejak duduk di bangku kuliah. Tulisannya berupa cerpen, esei
sastra/budaya, dan artikel/opini tersebar di Harian Riau Pos, Majalah Budaya Sagang,
Majalah Sastra Berdaulat, Majalah Sastra Budaya Tepak, Harian Riau Mandiri, Harian Pagi
Riau Tribune, Harian Batam Pos, Bulletin Annida (Jakarta), dan Republika. Kumpulan
cerpen perdananya berjudul ‘’Sebuah Kesaksian’’ diterbitkan oleh Yayasan Pusaka Riau
pada Oktober 2002. Pernah berkhidmat sebagai wartawan Harian Riau Pos. Kini, dia
mengabdi sebagai Guru SMA Negeri 3 Bengkalis. Sebelumnya, pernah bertugas sebagai
Guru SMPN 1 dan SMPN 2 Merbau. Cerpen dan esainya terangkum dalam beberapa
ontologi Anugerah Sagang 2000 dan antologi Cerpen pilihan Harian Pagi Riau Pos 2002
(Terbang Malam), (Magi dari Timur, 2003), (Satu Abad Cerpen Riau, 2004), (Tafsir Luka,
2005), (Jalan Pulang, 2006), dan (Keranda Jenazah Ayah, 2007). Pada tahun 2003,
memperoleh Juara Harapan Lomba Menulis Cerpen Umum dengan judul ‘’Kemerdekaan’’
20 besar dalam Lomba Mengulas Karya Sastra (LMKS) Guru Bahasa dan Sastra Indonesia
se-Indonesia yang ditaja oleh Dirjen Manajemen Dikdasmen, Depdiknas. Tahun 2006,
novelnya yang berjudul ‘’Cinta, Che Sera Sera’’ memperoleh Juara Harapan Sayembara
Penulisan Naskah Buku Bacaan yang ditaja oleh Pusat Perbukuan, Depdiknas. Tahun 2006,
dia terpilih sebagai Guru Berprestasi Tingkat Kabupaten (Peringkat I) dan Tingkat Provinsi
Riau (Peringkat I). Tahun 2007, cerpennya Hikayat Kampung Asap meraih Juara Harapan di
Laman Cipta Sastra Dewan Kesenian Riau (DKR). Pada tahun yang sama juga, terbit buku
kumpulan esainya berjudul ’’Membela Marwah Melayu’’ (UIR Press dan BKKI). Tahun 2008,
novel Tangisan Batang Pudu (Gurindam Press, Pekanbaru) masuk nominasi Ganti Award.
Tahun 2009, terbit kumpulan cerpen Tuan Presiden, Keranda, dan Kapal Sabut (Seligi Press,
Pekanbaru). Tahun 2010, terbit kumpulan cerpennya berjudul Hikayat Kampung Asap
(Seligi Press, Pekanbaru) dan di tahun yang sama, terbit pula novelnya Lautan Rindu
(Mujahid Press, Bandung). Tahun 2010, kumpulan cerpen Tuan Presiden, Keranda, dan
Kapal Sabut memperoleh Anugerah Sagang Kategori Buku Pilihan. Berkat pernikahannya
dengan Isnawati, S.Pd., kini telah dikaruniai 3 putra: M. Iqbal Al-Raziq, M. Syazily Al-Raziq,