Anda di halaman 1dari 8

Program Studi : TKJ Nama : Rahadian Wahid

Exp : Diagnosa LAN Kelas : XI TKJ B


VSLM
Instruktur : 1. Rudi Haryadi
No. Exp :7
2. Adi Setiadi

TUJUAN
 Siswa mengerti dan paham tentang materi VSLM.
 Siswa dapat melakukan proses subnetting melalui metode VSLM.

PENDAHULUAN

Jika proses subnetting yang menghasilkan beberapa subjaringan dengan jumlah host
yang sama telah dilakukan, maka ada kemungkinan di dalam segmen-segmen jaringan
tersebut memiliki alamat-alamat yang tidak digunakan atau membutuhkan lebih banyak
alamat. Karena itulah, dalam kasus ini proses subnetting harus dilakukan berdasarkan
segmen jaringan yang dibutuhkan oleh jumlah host terbanyak. Untuk memaksimalkan
penggunaan ruangan alamat yang tetap, subnetting pun diaplikasikan secara rekursif untuk
membentuk beberapa subjaringan dengan ukuran bervariasi, yang diturunkan dari network
identifier yang sama. Teknik subnetting seperti ini disebut juga variable-length subnetting.
Subjaringan-subjaringan yang dibuat dengan teknik ini menggunakan subnet mask yang
disebut sebagai Variable-length Subnet Mask (VLSM).

Karena semua subnet diturunkan dari network identifier yang sama, jika subnet-subnet
tersebut berurutan (kontigu subnet yang berada dalam network identifier yang sama yang
dapat saling berhubungan satu sama lainnya), rute yang ditujukan ke subnet-subnet
tersebut dapat diringkas dengan menyingkat network identifier yang asli.

Teknik variable-length subnetting harus dilakukan secara hati-hati sehingga subnet yang
dibentuk pun unik, dan dengan menggunakan subnet mask tersebut dapat dibedakan
dengan subnet lainnya, meski berada dalam network identifer asli yang sama. Kehati-hatian
tersebut melibatkan analisis yang lebih terhadap segmen-segmen jaringan yang akan
menentukan berapa banyak segmen yang akan dibuat dan berapa banyak jumlah host
dalam setiap segmennya.

Dengan menggunakan variable-length subnetting, teknik subnetting dapat dilakukan secara


rekursif: network identifier yang sebelumnya telah di-subnet-kan, di-subnet-kan kembali.
Ketika melakukannya, bit-bit network identifier tersebut harus bersifat tetap dan subnetting
pun dilakukan dengan mengambil sisa dari bit-bit host.

Tentu saja, teknik ini pun membutuhkan protokol routing baru. Protokol-protokol routing
yang mendukung variable-length subnetting adalah Routing Information Protocol (RIP) versi
2 (RIPv2), Open Shortest Path First (OSPF), dan Border Gateway Protocol (BGP versi 4
(BGPv4). Protokol RIP versi 1 yang lama, tidak mendukungya, sehingga jika ada sebuah
router yang hanya mendukung protokol tersebut, maka router tersebut tidak dapat
melakukan routing terhadap subnet yang dibagi dengan menggunakan teknik variable-
length subnet mask.

Misalkan kita memiliki empat buah network dengan jumlah host yang berbeda-beda untuk
tiap networknya. Net-A (14 host), Net-B (30 host), Net-C (20 host) dan Net-D (6 Host). Ip
yang digunakan adalah 192.168.100.xx . Bagaimana kita membuat subnet dengan
menggunakan VLSM?

Langkah 1
Tentukan terlebih dahulu urutan network dengan jumlah host terbanyak dan subnet yang
akan digunakan. Dalam kasus ini urutan network mulai dari host terbanyak adalah Net-B,
Net-C, Net A dan Net-D. Bila dilihat jumlah host terbanyak yaitu pada Net-B, bandingkan dan
pilihlah subnet yang memiliki selisih paling sedikit atau sama antara host per subnet dengan
host terbanyak.

CIDR Host per subnet Blok subnet


/26 62 64
/27 30 32
/28 14 16
/29 6 8
/30 2 4

Langkah 2
Buat blok-subnet dari subnet yang sudah dipilih

Subnet 192.168.100.0 192.168.100.32 192.168.100.64 192.168.100.96


Ip pertama 192.168.100.1 192.168.100.33 192.168.100.65 192.168.100.97
Ip terakhir 192.168.100.30 192.168.100.62 192.168.100.94 192.168.100.126
Broadcast 192.168.100.31 192.168.100.63 192.168.100.95 192.168.100.127

Bila kita menggunakan subnet secara langsung, maka kita membutuhkan 4 blok-subnet
untuk menghubungkan keempat network tersebut. Berbeda halnya bila kita menggunakan
VLSM.

Langkah 3
Bila menggunakan VLSM maka kita perlu untuk menentukan subnet yang akan digunakan
untuk masing – masing network.

CIDR Host per subnet Blok subnet Network


/26 62 64 -
/27 30 32 B dan C
/28 14 16 A
/29 6 8 D
/30 2 4 -
Langkah 4
Menentukan jumlah blok-subnet yang baru. Berdasarkan blok-subnet pada langlah 2, kita
memilih blok-subnet baru yang dapat menampung seluruh host dalam network A, B, C dan
D. Perlu diingat bahwa satu blok-subnet dapat menampung 30 host.

Net-B Net-C Net-A dan Net-D


Subnet 192.168.100.0 192.168.100.32 192.168.100.64
IP pertama 192.168.100.1 192.168.100.33 192.168.100.65
IP terakhir 192.168.100.30 192.168.100.62 192.168.100.94
Broadcast 192.168.100.31 192.168.100.63 192.168.100.95

Net-B menempati satu blok-subnet karena jumlah host = jumlah host per subnet (30=30).
Net-C menempati satu blok-subnet karena jumlah host mendekati jumlah host per subnet
(20 > 30).
Net-A dan Net-D menempati satu blok-subnet karena jumlah host dari kedua network
tersebut hasilnya mendekati jumlah host per subnet (14 + 6 > 30).

Langkah 5
Menentukan subnet untuk VLSM. Blok-subnet untuk net-B dan net-C sudah tidak perlu lagi
dipersoalkan tinggal bagaimana blok-subnet untuk net-A dan net-D. Berdasarkan langkah 3
kita menggunakan /28 untuk net-A dan /29 untuk net-B. Berikut blok-subnet yang
digunakan oleh net-A.

Net-A
Subnet VLSM 192.168.100.64 192.168.100.80
IP pertama 192.168.100.65 192.168.100.81
IP terakhir 192.168.100.78 192.168.100.94
Broadcast 192.168.100.79 192.168.100.95

Perhatikan, lompatan blok-subnet untuk net-A langsung menggunakan 64 tidak


menggunakan 0 , 16, 32, 48 karena sudah digunakan oleh net-B dan net-C. Jumlah host per
subnet yang digunakan untuk net-A pun sesuai dengan format subnet yang digunakan yaitu
14. Blok-subnet kedua dari /28 pada net-A digunakan oleh net-B dengan format berbeda
yaitu /29, dengan alasan yang sama maka lompatan bloksubnet untuk net-B langsung 80,
sehingga blok-subnet yang baru untuk net-B yaitu :

Net-B
Subnet VLSM 192.168.100.80
IP pertama 192.168.100.81
IP terakhir 192.168.100.86
Broadcast 192.168.100.87
Secara lengkap subnet yang dapat digunakan adalah sebagai berikut :

Net-B 192.168.100.0 /27


Net-C 192.168.100.32 /27
Net-A 192.168.100.64 /28
Net-D 192.168.100.80 /29

Bukti bahwa perhitungan subnet sudah benar adalah Network ID pada masing-masing
netwok berbeda sehingga tidak terjadi overlapping.

ALAT & BAHAN


 1 Buah buku
 Alat tulis
 Kalkulator (Jika diperlukan)

LANGKAH KERJA
1. Kerjakan soal yang telah diberikan yaitu :

a. Dari network 192.20.20.0/24 tentukan alokasi/range subnetwork untuk network :


i. Network A berjumlah 35 PC
ii. Network B berjumlah 65 PC
iii. Network C berjumlah 7 PC
iv. Network D berjumlah 12 PC
v. Network E berjumlah 14 PC

b. Dari network 192.20.0.0/21 tentukan alokasi/range subnetwork untuk network :


i. Network A berjumlah 200 PC
ii. Network B berjumlah 150 PC
iii. Network C berjumlah 250 PC
iv. Network D berjumlah 190 PC
v. Network E berjumlah 300 PC
vi. Network F berjumlah 100 PC
vii. Network G berjumlah 112 PC

c. Dari network 192.40.0.0/23 tentukan alokasi/range subnetwork untuk network :


i. Network A berjumlah 50 PC
ii. Network B berjumlah 100 PC
iii. Network C berjumlah 28 PC
iv. Network D berjumlah 20 PC
v. Network E berjumlah 10 PC

2. Setelah selesai cantumkan hasil perhitungan ke dalam laporan.


HASIL PENGAMATAN
1. Dari network 192.20.20.0/24 tentukan alokasi/range subnetwork untuk network :

1. Network A berjumlah 35 PC
2. Network B berjumlah 65 PC
3. Network C berjumlah 7 PC
4. Network D berjumlah 12 PC
5. Network E berjumlah 14 PC

Jawab :

Definisi range setiap network.

Network Jumlah Host Masking


A 35 /26
B 65 /25
C 7 /28
D 12 /28
E 14 /28

Pengurutan prioritas subnetwork.

Network Masking
B /25
A /26
E /28
D /28
C /28

Range network dari setiap subnetwork.

Network Range Network


B 192.20.20.0/25 – 192.20.20.127/25
A 192.20.20.128/26 – 192.20.20.191/26
E 192.20.20.192/28 – 192.20.20.207/28
D 192.20.20.208/28 – 192.20.20.223/28
C 192.20.20.224/28 – 192.20.20.239/28

Sisa IP Address yaitu :

192.20.20.239 – 192.20.20.255

2. Dari network 192.20.0.0/21 tentukan alokasi/range subnetwork untuk network :


1. Network A berjumlah 200 PC
2. Network B berjumlah 150 PC
3. Network C berjumlah 250 PC
4. Network D berjumlah 190 PC
5. Network E berjumlah 300 PC
6. Network F berjumlah 100 PC
7. Network G berjumlah 112 PC

Jawab :

Definisi range setiap network.

Network Jumlah Host Masking


A 200 /24
B 150 /24
C 250 /24
D 190 /24
E 300 /23
F 100 /25
G 112 /25

Pengurutan prioritas subnetwork.

Network Masking
E /23
C /24
A /24
D /24
B /24
G /25
F /25

Range network dari setiap subnetwork.

Network Range Network


E 192.20.0.0/23 – 192.20.1.255/23
C 192.20.2.0/24 – 192.20.2.255/24
A 192.20.3.0/24 – 192.20.3.255/24
D 192.20.4.0/24 – 192.20.4.255/24
B 192.20.5.0/24 – 192.20.5.255/24
G 192.20.6.0/25 – 192.20.6.127/25
F 192.20.6.128/25 – 192.20.6.255/25

Sisa IP Address yaitu :

192.20.7.0 – 192.20.7.255
3. Dari network 192.40.0.0/23 tentukan alokasi/range subnetwork untuk network :

1. Network A berjumlah 50 PC
2. Network B berjumlah 100 PC
3. Network C berjumlah 28 PC
4. Network D berjumlah 20 PC
5. Network E berjumlah 10 PC

Jawab :

Definisi range setiap network.

Network Jumlah Host Masking


A 50 /26
B 100 /25
C 28 /27
D 20 /27
E 10 /28

Pengurutan prioritas subnetwork.

Network Masking
B /25
A /26
C /27
D /27
E /28

Range network dari setiap subnetwork.

Network Range Network


B 192.40.0.0/25 – 192.40.0.127/25
A 192.40.0.128/26 – 192.40.0.191/26
C 192.40.0.192/27 – 192.40.0.223/27
D 192.40.0.224/27 – 192.40.0.255/27
E 192.40.1.0/28 – 192.40.1.15/28

Sisa IP Address yaitu :

192.40.1.16 – 192.40.1.255
KESIMPULAN
 Metode VSLM pada dasarnya menggunakan metode CIDR tetapi di sini lebih
ditentukan prioritas suatu subnetwork untuk menggunakan subnet mask yang besar
atau tidak. Tidak seperti CIDR yang menyamakan semua nilai subnet mask untuk
semua subnetwork.
 Metode VSLM sangat cocok digunakan untuk network yang memiliki subnetwork
yang berukuran berbeda – beda.

Anda mungkin juga menyukai