Anda di halaman 1dari 36

JOB VII

SUBNETTING DAN NETMASK

I. TUJUAN
1. Mahasiswa mengerti dan memahami tentang IP Subnetting.
2. Mahasiswa mampu menghitung secara efisien kebutuhan IP dalam suatu rancangan
jaringan.
3. Mahasiswa mampu menggambar diagram jaringan beserta kebutuhan subnettingnya.
4. Mahasiwa mampu mengimplementasikan diagram jaringan yang dirancang ke dalam
praktikum.
II. PERALATAN
1. Beberapa PC sebagai client
2. Hub/Switch
3. NIC yang tertancap pada setiap PC
4. Kabel jaringan secukupnya
III. DASAR TEORI
a) Subnetting
Pada dasarnya subnetting itu sendiri mempunyai peran yang dapat memecah sebuah
network besar menjadi beberapa buah subnetwork yang ukurannya lebih kecil. Subnetting juga
menyebabkan “pengurangan” jumlah host pada suatu subnetwork, sehingga “beban” yang
harus ditanggung oleh subnetwork menjadi lebih ringan, jika kita ingin menggabungkan
beberapa network menjadi sebuah network yang berukuran besar maka untuk mengatasi
masalah tersebut digunakan teknik supernetting.
Subnetting merupakan teknik memecah network menjadi beberapa subnetwork yang
lebih kecil. Subnetting hanya dapat dilakukan pada IP address kelas A, IP Address kelas B dan
IP Address kelas C. Dengan subnetting akan menciptakan beberapa network tambahan, tetapi
mengurangi jumlah maksimum host yang ada dalam tiap network tersebut.
Apa tujuan Subnetting?
Apa tujuan Subnetting, Mengapa perlu subnetting atau Apa manfaat subnetting? Ada
beberapa alasan mengapa kita perlu melakukan subnetting, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengefisienkan alokasi IP Address dalam sebuah jaringan supaya bisa
memaksimalkan penggunaan IP Address.
2. Meningkatkan security dan mengurangi terjadinya kongesti akibat terlalu banyaknya
host dalam suatu network.
b) Classless Inter-Domain Routing (CIDR)
Metode classless addressing (pengalamatan tanpa klas) banyak diterapkan, yakni
dengan pengalokasian IP Address dalam notasi Classless Inter Domain Routing (CIDR). Istilah
lain yang digunakan untuk menyebut bagian IP address yang menunjuk suatu jaringan secara
lebih spesifik, disebut juga dengan Network Prefix. Biasanya dalam menuliskan network prefix
suatu kelas IP Address digunakan tanda garis miring (Slash) “/”, diikuti dengan angka yang
menunjukan panjang network prefix ini dalam bit, jadi CIDR merupakan teknik pendistribusian
IP address dari IP Public.
Misalnya, ketika menuliskan network kelas A dengan alokasi IP 12.xxx.xxx.xxx,
network prefix-nya dituliskan sebagai 12/8. Angka /8 menunjukan notasi CIDR yang
merupakan jumlah bit yang digunakan oleh network prefix, yang berarti netmask-nya 255.0.0.0
dengan jumlah maksimum host pada jaringan sebanyak 16.777.214 node. Contoh lain untuk
menunjukan suatu network kelas B 167.205.xxx.xxx digunakan: 167.205/18. Angka /18
merupakan notasi CIDR, yang berarti netmask yang digunakan pada jaringan ini adalah
255.255.192.0 dengan jumlah maksimum host pada jaringan sebanyak 16.382 node. Setelah
CIDR digunakan, broadcast address tidak harus selalu berakhir dengan nilain 255, lihat tabel
di bawah ini,
CIDR pada dasarnya adalah metode yang digunakan oleh ISP (Internet Service
Provider) untuk mengalokasikan sejumlah alamat pada suatu perusahaan, ke setiap tempat para
pengguna layanan dari ISP tersebut, dalam hal ini ISP menyediakan alamat dalam ukuran blok
(block size) tertentu. Dari mulanya CIDR dikembangkan untuk penggabungan network yang
dibentuk oleh beberapa router internet dan lazimnya CIDR diimplementasikan oleh provider
Internet, jika diperlukan CIDR dapat juga diimplementasikan untuk keperluan LAN, sepanjang
sistem operasi atau protocol yang digunakan sudah mendukung CIDR.
c) VLSM (Variable length Subnet Mask)
VLSM merupakan implementasi pengalokasian blok IP yang dilakukan oleh pemilik
network (network administrator) dari blok IP yang telah diberikan padanya (sifatnya local dan
tidak dikenal di internet, adapun keuntungan dari subnetting vlsm :
1. Mengurangi lalu lintas jaringan (reduced network traffic)
2. Teroptimasinya unjuk kerja jaringan (optimized network performance).
3. Pengelolaan yang disederhanakan (simplified management)
4. Membantu pengembangan jaringan ke jarak geografis yang jauh (facilitated spanning
of large geographical distance)
5. Menghemat ruang alamat.
VLSM merupakan bentuk lain dari tehnik subnetting akan tetapi pada subnetting ini
yang digunakan bukan berdasarkan jumlah banyak IP dalam satu subnet/class melainkan
banyak host yang ingin dibuat. Hal ini akan membuat semakin banyak jaringan yang dapat
dipisahkan pada suatu subnet maupun class. Sebagai contoh, suatu jaringan menggunakan class
C dengan alamat network 192.168.32.0. Jaringan tersebut ingin membagi jaringannya menjadi
5 subnet dengan rincian sebagai berikut :
Subnet #1 : 50 host
Subnet #2 : 50 host
Subnet #3 : 50 host
Subnet #4 : 30 host
Subnet #5 : 30 host
Rincian diatas tidak akan tercapai apabila menggunakan static subnetting. Untuk hal
tersebut apabila menggunakan subnetting 255.255.255.192 maka hanya terdapat 4 subnet
dengan tiap-tiap subnet memiliki 64 host, akan tetapi untuk kasus ini dibutuhkan 5 subnet. Dan
apabila menggunakan subnet 255.255.255.224 mungkin bisa 8 subnet tetapi tiap subnet-nya
hanya memiliki jumlah host maksimal 32 host, padahal kita butuh 50 host dalam satu subnet.
Untuk itu digunakan VLSM untuk membagi subnet menjadi 4 subnet dengan
menggunakan 255.255.255.192 dan subnet yang terakhir dibagi lagi dengan menggunakan
subnet 255.255.255.224. Sehingga akan diperoleh 5 subnet dengan subnet pertama sampai
ketiga maksimal 64 host dan subnet empat sampai lima maksimal 32 host. Teknik VLSM ini
akan dapat mengurangi beban atau pemborosan IP pada suatu perusahan atau gedung yang
akan membangun suatu jaringan.
Sebagai gambaran untuk mengenal teknik subnetting ini contoh kasusnya kira- kira
seperti berikut, misalkan disebuah perusahaan terdapat 200 komputer (host). Tanpa
menggunakan subnetting maka semua komputer (host) tersebut dapat kita hubungkan kedalam
sebuah jaringan tunggal dengan perincian sebagai berikut:
Misal kita gunakan IP Address Private kelas C dengan subnet mask default-nya yaitu
255.255.255.0 sehingga perinciannya sebagai berikut:
Network Perusahaan
Network ID : 192.168.1.0
Host Pertama : 192.168.1.1
Host Terakhir : 192.168.1.254
Broadcast Address : 192.168.1.255
Misalkan diperusahaan tersebut terdapat 2 divisi yang berbeda sehingga kita akan
memecah network tersebut menjadi 2 buah subnetwork, maka dengan teknik subnetting kita
akan menggunakan subnet mask 255.255.255.128 (nilai subnet mask ini berbeda-beda
tergantung berapa jumlah subnetwork yang akan kita buat) sehingga akan menghasilkan 2 buah
blok subnet, dengan perincian sebagai berikut:
Cara menghitung subnet untuk network class C:
Diketahui network id pada jaringan tersebut adalah 192.168.1.0, yang jika dikonversi menjadi
angka biner menjadi seperti pada tabel berikut ini:
Desimal Biner
192.168.1.0 11000000.10101000.00000001.00000000

Dan subnet mask default-nya adalah 255.255.255.0, yang jika dikonversi menjadi angka biner
akan menjadi seperti pada tabel berikut ini;
Desimal Biner
255.255.255.0 11111111.11111111.11111111.00000000
Semua pertanyaan tentang subnetting akan berpusat di 4 hal, jumlah subnet, jumlah host per
subnet, blok subnet, alamat host dan broadcast yang valid. Tujuan dari jaringan tersebut diatas
adalah untuk memecah jaringan besar diubah menjadi 2 sub jaringan yang lebih kecil lagi
cakupan user yang dilayani. Untuk membuat subnetwork langkah-langkah sebagai berikut;
1. Menghitung jumlah subnet.
Jumlah subnet = 2x
dimana x adalah banyaknya binari 1 pada oktet terakhir subnet mask (2 oktet terakhir
untuk kelas B, dan 3 oktet terakhir untuk kelas A). Jadi Jumlah Subnet adalah 21 = 2
subnet.
2. Menghitung jumlah host per subnet.
Jumlah host per subnet = 2y - 2
dimana y adalah adalah kebalikan dari x yaitu banyaknya binari 0 pada oktet terakhir
subnet. Jadi jumlah host per subnet adalah 27 – 2 = 126. Host menghitung jumlah blok
subnet. Menentukan alamat host dan broadcast yang valid.
3. Menghitung Blok Subnet.
Blok Subnet Class C = 256 – nilai oktet terakhir subnet mask
Blok Subnet = 256 – 128 = 128. Sehingga blok subnet-nya adalah kelipatan dari 128.
Jadi subnet lengkapnya adalah 0, 128.
4. Mencari host dan broadcast yang valid.

Subnet 192.168.1.0 192.168.1.128


Host Pertama 192.168.1.1 192.168.1.129
Host Terakhir 192.168.1.126 192.168.1.254
Broadcast 192.168.1.127 192.168.1.255

Berdasarkan tabel host dan broadcast yang valid tersebut maka dapat diubah menjadi 2
subnetwork dengan 2 divisi A dan B yaitu sebagai berikut :
a) Network Divisi A
Alamat Jaringan / Subnet A : 192.168.1.0
Host Pertama : 192.168.1.1
Host Terakhir : 192.168.1.126
Broadcast Address : 192.168.1.127
b) Network Divisi B
Alamat Jaringan / Subnet B : 192.168.1.128
Host Pertama : 192.168.1.129
Host Terakhir : 192.168.1.254
Broadcast Address : 192.168.1.255
Dengan demikian dengan teknik subnetting akan terdapat 2 buah subnetwork yang
masing-masing network maksimal terdiri dari 126 host (komputer). Masing- masing
komputer dari subnetwork yang berbeda tidak akan bisa saling berkomunikasi sehingga
meningkatkan security. Apabila dikehendaki agar beberapa komputer dari network
yang berbeda tersebut dapat saling berkomunikasi maka kita harus menggunakan
Router.
IV. LANGKAH PERCOBAAN
Teknik subnetting dengan konsep CIDR
a) Simulasi 1.
1. Buka aplikasi Cisco paket tracert 5.3.
2. Buatlah simulasi jaringan menggunakan Packet Tracert dengan 8 buah PC host dan 1
buah switch, seperti gambar berikut:

3. Lakukanlah pengaturan IP address dan Subnet mask pada masing-masing PC host


dengan menjalankan setiap skenario percobaan untuk alamat Subnet mask yang
berbeda, seperti pada tabel berikut:
Percobaan-1 Percobaan-2 Percobaan-3 Percobaan-4

PC Host IP Address Subnetmask Subnetmask Subnetmask Subnetmask

PC0 192.168.1.1 255.255.255.0 255.255.255.128 255.255.255.192 255.255.255.224

PC1 192.168.1.2 255.255.255.0 255.255.255.128 255.255.255.192 255.255.255.224

PC2 192.168.1.101 255.255.255.0 255.255.255.128 255.255.255.192 255.255.255.224

PC3 192.168.1.102 255.255.255.0 255.255.255.128 255.255.255.192 255.255.255.224

PC4 192.168.1.151 255.255.255.0 255.255.255.128 255.255.255.192 255.255.255.224

PC5 192.168.1.152 255.255.255.0 255.255.255.128 255.255.255.192 255.255.255.224

PC6 192.168.1.201 255.255.255.0 255.255.255.128 255.255.255.192 255.255.255.224

PC7 192.168.1.202 255.255.255.0 255.255.255.128 255.255.255.192 255.255.255.224

4. Untuk melakukan pengaturan IP address dan Subnet mask, klik pada salah satu PC
kemudian pilih tab Desktop. Klik ip configuration kemudian masukan IP address dan
Subnet mask dan Klik close untuk menyimpan.
5. Uji koneksi antar ke delapan PC tersebut dari setiap skenario percobaan.
6. Untuk mengujinya klik pada salah satu PC host, kemudian klik Desktop dan pilih
command prompt.
7. Misalkan test apakah antara PC0 dan PC1 bisa terkoneksi atau tidak, jika masuk dari
command prompt PC0 dengan ip address 192.168.1.1 maka target ping adalah alamat
ip address PC1 yaitu 192.168.1.2.

8. Jika hasil ping nya berupa Reply from …. , menandakan kedua PC host tersebut
terkoneksi, namun jika hasil ping nya berupa Request time out … menandakan PC host
tersebut tidak terkoneksi.
9. Buatlah 4 tabel pengujian dan lengkapi hasilnya untuk setiap skenario percobaan.
Percobaan 1. Uji Koneksi Untuk Subnet mask 255.255.255.0
Percobaan 2. Uji Koneksi Untuk Subnet mask 255.255.255.128
Percobaan 3. Uji Koneksi Untuk Subnet mask 255.255.255.192
Percobaan 4. Uji Koneksi Untuk Subnet mask 255.255.255.224
PENGUJIAN PERCOBAAN 1 : DENGAN NETMASK 255.255.255.0

PERCOBAAN PC 0 KE PC 1
PERCOBAAN PC 3 KE PC 4
PERCOBAAN PC 7 KE PC 2

PERCOBAAN PC 6 KE PC 0
Tabel Hasil Percobaan 1
Respon Ping
Tes Ping (Terkoneksi/Tidak Terkoneksi)
Dari/Ke
PC0 PC1 PC2 PC3 PC4 PC5 PC6 PC7

PC0

PC1

PC2

PC3

PC4

PC5

PC6

PC7

PENGUJIAN PERCOBAAN 2 : DENGAN NETMASK 255.255.255.128

PERCOBAAN PC 0 KE PC 3

PERCOBAAN PC 3 KE PC 4
PERCOBAAN PC 6 KE PC 2

PERCOBAAN PC 7 KE PC 5
Tabel Hasil Percobaan 2
Respon Ping
Tes Ping (Terkoneksi/Tidak Terkoneksi)
Dari/Ke
PC0 PC1 PC2 PC3 PC4 PC5 PC6 PC7

PC0

PC1

PC2

PC3

PC4

PC5

PC6

PC7
PENGUJIAN PERCOBAAN 3 : DENGAN NETMASK 255.255.255.192

PERCOBAAN PING ATAU MENGGUNAKAN ADD SIMPLE PDU

PING DARI PC 0 KE PC 1

PING DARI PC 4 KE PC 1
Tabel Hasil Percobaan 3
Respon Ping
Tes Ping (Terkoneksi/Tidak Terkoneksi)
Dari/Ke
PC0 PC1 PC2 PC3 PC4 PC5 PC6 PC7

PC0

PC1

PC2

PC3

PC4

PC5

PC6

PC7

PENGUJIAN PERCOBAAN 4 : DENGAN NETMASK 255.255.255.224


PERCOBAAN MENGGUNAKAN PING ATAU ADD SIMPLE PDU

PING PC 0 KE PC 1
PING PC 2 KE PC 1

Tabel Hasil Percobaan 4


Respon Ping
Tes Ping (Terkoneksi/Tidak Terkoneksi)
Dari/Ke
PC0 PC1 PC2 PC3 PC4 PC5 PC6 PC7

PC0

PC1

PC2

PC3

PC4

PC5

PC6
PC7

b) Simulasi 2
1. Buatlah simulasi pada paket tracert yang terdiri minimal 10 buah komputer yang
tersambung pada sebuah switch. Kemudian setting IP address 5 buah komputer dengan
SubnetID A 192.168.1.0/28 dan 5 buah komputer yang lain dengan SubnetID B
192.168.1.128/28.
2. Lengkapi pengalamatan IP address dan subnet mask berikut:
PC Host SubnetID A SubnetID B

PC-1 192.168.1.1 192.168.1.129

PC-2 192.168.1.2 192.168.1.130

PC-3 192.168.1.3 192.168.1.131

PC-4 192.168.1.4 192.168.1.132

PC-5 192.168.1.5 192.168.1.133

3. Lakukan tes ping antar PC dalam Subnet ID yang sama, bagaimana hasilnya?
Berhasil melakukan tes ping antar PC dalam SubnetID yang sama

SUBNET ID A

SUBNET ID B
4. Lakukan tes ping antar PC dari Subnet ID yang berbeda, bagaimana hasilnya?
Gagal melakukan tes ping antar PC dalam SubnetID yang berbeda
c) Simulasi 3
1. Buatlah contoh teknik subnetting pada IP address kelas B dimana jumlah maksimum
host-nya adalah 1022 dari alamat jaringan awal 172.16.0.0/16. Lengkapi dengan
perhitungan subnet (mulai dari SubnetID-1 sampai SubnetID-5), host pertama, host
terakhir, dan broadcast id.
- Jumlah host: 2𝑦 – 2 = 210- 2 = 1022
- Karena y = 10 dan subnetting ini berada di kelas B maka: x = 16 - 10 = 6
- Jumlah subnetID: 2𝑥 = 26 = 64
- 16bit awal + 6bit = 22bit sehingga subnet masknya adalah 225.225.252.0 (/22)
- Alamat jaringan akhir adalah 172.16.0.0/22
- Mencari blok subnet = 256 – 252 = 4, jadi untuk menjabarkan subnetID
menggunakan kelipatan 4 (0, 4, 8, 12, 16, 20 dst)
• SubnetID 1: IP 172.16.0.0/22
Host pertama: 172.16.0.1
Host terakhir: 172.16.3.254
BroadcastID: 172.16.3.255
• SubnetID 2: IP 172.16.4.0/22
Host pertama: 172.16.4.1
Host terakhir: 172.16.7.254
BroadcastID: 172.16.7.255
• SubnetID 3: IP 172.16.8.0/22
Host pertama: 172.16.8.1
Host terakhir: 172.16.11.254
BroadcastID: 172.16.11.255
• SubnetID 4: IP 172.16.12.0/22
Host pertama: 172.16.12.1
Host terakhir: 172.16.15.254
BroadcastID: 172.16.15.255
• SubnetID 5: IP 172.16.16.0/22
Host pertama: 172.16.16.1
Host terakhir: 172.16.19.254
BroadcastID: 172.16.19.255

2. Buatlah simulasi pada paket tracert dimana per subnetwork-nya diwakili oleh 2 buah
komputer.
3. Lakukan tes ping antar PC dalam Subnet ID yang sama, bagaimana hasilnya?
Berhasil melakukan tes ping antar PC dalam SubnetID yang sama

4. Lakukan tes ping antar PC dari Subnet ID yang berbeda, bagaimana hasilnya?
Gagal melakukan tes ping antar PC dalam SubnetID yang berbeda
JOB VII

SUBNETTING

VARIABLE LENGTH SUBNET MASKING (VLSM)

TUJUAN
1. Memahami konsep teknik subnetting menggunakan metode VLSM.

2. Mahasiswa mampu menghitung secara efisien kebutuhan IP dalam suatu rancangan jaringan menggunakan
teknik VLSM.
3. Mahasiswa mampu menggambar diagram jaringan beserta kebutuhan subnettingnya.

4. Mahasiwa mampu mengimplementasikan diagram jaringan yang dirancang ke dalam praktikum.


PERALATAN
1. Beberapa PC sebagai client

2. Hub/Switch

3. NIC yang tertancap pada setiap PC

4. Kabel jaringan secukupnya


DASAR TEORI
VLSM (Variable Length Subnet Masking)
VLSM adalah pengembangan mekanisme subnetting, dengan VLSM dilakukan peningkatan dari kelemahan
subneting klasik, yang mana dalam subnetting klasik, subnet zeroes, dan subnet ones tidak bisa digunakan. selain
itu, dalam subnet klasik, lokasi nomor IP masih kurang efisien.
VLSM memberbaiki kekurangan metode subnetting konvensional. Dalam subnetting tradisional, semua
subnet mempunyai kapasitas yang sama. Ini akan menimbulkan masalah ketika ada beberapa subnet yang jauh lebih
besar daripada yang lain atau sebaliknya. Sedangkan pada metode subnetting VLSM semua subnet tidak harus
mempunyai kapasitas yang sama, jadi bisa disesuaikan dengan kebutuhan kita.
Perhitungan IP Address menggunakan metode VLSM adalah metode yang berbeda dengan memberikan
suatu Network Address lebih dari satu subnet mask, jika menggunakan CIDR dimana suatu Network ID hanya
memiliki satu subnet mask saja, perbedaan yang mendasar disini juga adalah terletak pada pembagian blok,
pembagian blok VLSM bebas dan hanya dilakukan oleh si pemilik Network Address yang telah diberikan
kepadanya atau dengan kata lain sebagai IP address local dan IP Address ini tidak dikenal dalam jaringan internet,
namun tetap dapat melakukan koneksi kedalam jaringan internet, hal ini terjadi dikarenakan jaringan internet hanya
mengenal IP Address berkelas.
Metode VLSM ataupun CIDR pada prinsipnya sama yaitu untuk mengatasi kekurangan IP Address dan
dilakukannya pemecahan Network ID guna mengatasi kekerungan IP Address tersebut. Network Address yang
telah diberikan oleh lembaga IANA jumlahnya sangat terbatas, biasanya suatu perusahaan baik instansi pemerintah,
swasta maupun institusi pendidikan yang terkoneksi ke jaringan internet hanya memilik Network ID tidak lebih dari
5 – 7 Network ID (IP Public).
Adapun beberapa manfaat VLSM:
1. Efisien menggunakan alamat IP karena alamat IP yang dialokasikan sesuai dengan kebutuhan ruang host
setiap subnet.
2. VLSM mendukung hirarkis menangani desain sehingga dapat secara efektif mendukung rute agregasi, juga
disebut route summarization.
3. Berhasil mengurangi jumlah rute di routing table oleh berbagai jaringan subnets dalam satu ringkasan alamat
yang dikenal dengan supernet (dengan mengambil subnetmask yang lebih kecil agar dapat mengakomodir
semua subnet). Misalnya subnets 192.168.10.0/24, 192.168.11.0/24 dan 192.168.12.0/24 semua akan dapat
diringkas menjadi 192.168.8.0/21.
Dalam penerapan IP Address menggunakan metode VLSM agar tetap dapat berkomunikasi kedalam
jaringan internet sebaiknya pengelolaan network-nya dapat memenuhi persyaratan ; routing protocol yang
digunakan harus mampu membawa informasi mengenai notasi prefix untuk setiap rute broadcastnya (routing
protocol : RIP, IGRP, EIGRP, OSPF dan lainnya), semua perangkat router yang digunakan dalam jaringan harus
mendukung metode VLSM yang menggunakan algoritma penerus packet informasi. Tahapan perhitungan
menggunakan VLSM adalah IP Address yang ada dihitung menggunakan CIDR selanjutnya baru dipecah kembali
menggunakan VLSM.
Tabel perhitungan IP :

Contoh 1 Subnetting dengan metode VLSM pada IP kelas C:


Di sebuah perusahaan memiliki sebuah alamat jaringan 202.40.10.0/24 dan IP tersebut akan dibagi ke dalam 5
bagian yaitu :
▪ Pimpinan dengan 3 host

▪ Manajer 26 host

▪ Keuangan dengan 55 host


▪ Sales dengan 108 host

▪ Administrasi 11 host

Tentukanlah network address, Range IP, dan Broadcast Address pada setiap bagian yang telah ditentukan !
Pembahasan :

Urutkan terlebih dahulu jaringan dari yang paling banyak hostnya:


1. Sales dengan 108 host

2. Keuangan dengan 55 host

3. Manajer 26 host

4. Administrasi 11 host

5. Pimpinan dengan 3 host

Tabel Urutan Jaringan


Netmask Desimal Netmask Biner Format CIDR Jumlah Host

255.255.255.0 11111111.11111111.11111111.00000000 /24 254


255.255.255.128 11111111.11111111.11111111.10000000 /25 126
255.255.255.192 11111111.11111111.11111111.11000000 /26 62
255.255.255.224 11111111.11111111.11111111.11100000 /27 30
255.255.255.240 11111111.11111111.11111111.11110000 /28 14
255.255.255.248 11111111.11111111.11111111.11111000 /29 6
255.255.255.252 11111111.11111111.11111111.11111100 /30 2

1. Sales : 108 host

y y 7
108 ≤ 2 – 2

(untukmenentukan 2 hasil harus lebih besar dari host) 108 ≤ 2 – 2 108 ≤ 128 – 2
108 ≤ 126
Blok subnet : 256 – 128 = 128 (kelipatan 128)
Network Address : 202.40.10.0/25
Subnet mask : 255.255.255.128 (/25)
Range IP Address : 202.40.10.1 – 202.40.10.126
Broadcast Address : 202.40.10.127
2. Keuangan : 55 host

y y 6
55 ≤ 2 – 2

(untukmenentukan 2 hasil harus lebih besar dari host) 55 ≤ 2 – 2 55 ≤ 64 – 2


55 ≤ 62
Blok subnet : 256 – 192 = 64 (kelipatan 64)
Network Address : 202.40.10.128/26
Subnet mask : 255.255.255.192 (/26)
Range IP Address : 202.40.10.129 – 202.40.10.190
Broadcast Address : 202.40.10.191
3. Manajer : 26 host

y y
26 ≤ 2 – 2 (untuk menentukan 2 hasil harus lebih besar dari host)

5
26 ≤ 2 – 2

26 ≤ 32 – 2
26 ≤ 30
Blok subnet : 256 – 224 = 32 (kelipatan 32)
Network Address : 202.40.10.192/27
Subnet mask : 255.255.255.224 (/27)
Range IP Address : 202.40.10.193 – 202.40.10.222
Broadcast Address : 202.40.10.223
4. Administrasi : 11 host

y y 4
11 ≤ 2 – 2

(untukmenentukan 2 hasil harus lebih besar dari host) 11 ≤ 2 – 2 11 ≤ 16 – 2


11 ≤ 14
Blok subnet : 256 – 240 = 16 (kelipatan 16)
Network Address : 202.40.10.224/28
Subnet mask : 255.255.255.240 (/28)
Range IP Address : 202.40.10.225 – 202.40.10.238
Broadcast Address : 202.40.10.239
5. Pimpinan : 3 host

y y 4
3≤2 –2

(untukmenentukan 2 hasil harus lebih besar dari host) 3 ≤ 2 – 2 3 ≤ 8 – 2


3≤6
Blok subnet : 256 – 248 = 8 (kelipatan 8)
Network Address : 202.40.10.240/29
Subnet mask : 255.255.255.248 (/29)
Range IP Address : 202.40.10.241 – 202.40.10.246
Broadcast Address : 202.40.10.247
Hasil perhitungan IP dengan teknik VLSM akan mengalokasikan alamat IP sesuai dengan kebutuhan setiap
subnet yang berbeda-beda. Alamat IP yang diberikan ke setiap subnet akan berlanjut terus (continuous), tidak
saling overlapping dan tidak berulang.

Contoh 2 Subnetting dengan metode VLSM pada IP kelas C:


Sebuah perusahaan memiliki alamat IP jaringan awal 192.168.10.0/24 dengan desain topologi jaringan sebagai
berikut:

Pada topologi jaringan tersebut memiliki kebutuhan:


• Workstation LAN: butuh sebanyak 50 hosts.

• Point-to-Point WAN: butuh 2 hosts.

• Server-LAN: butuh sebanyak 12 hosts.

Tentukanlah network address, Range IP, dan Broadcast Address pada setiap bagian yang telah ditentukan !
Pembahasan:

Jika menggunakan teknik subnetting tradisional maka 192.168.10.0/24 dibagi menjadi 3 network, kita bisa
menggunakan: /26 untuk setiap subnet (workstation LAN, point-to-point, server LAN) semua sama. Lebar host dari
/26 adalah 64, dengan valid host sebanyak 62 host dan satu block /26 yang tersisa/tidak terpakai (bisa digunakan
sebagai cadangan). Akan tetapi cara ini akan menghasilkan alokasi alamat IP yang kurang efisien, karena ada
alokasi alamat yang nantinya tidak akan terpakai. Contohnya pada koneksi point-to-point yang hanya membutuhkan
2 alamat IP sedangkan /26 terdapat 62 host, sehingga ada 60 alamat IP yang tidak terpakai.
Adapun penyelesaian dengan teknik VLSM:
1. Workstation LAN, paling banyak, yaitu 50 host. Menggunakan /26 dengan alamat network 192.168.10.0/26.
Subnetmask : 255.255.255.192
Range IP host: 192.168.10.1 – 192.168.10.62
Broadcast Address: 192.168.10.63
2. Server-LAN, kedua, ada 12 host. Menggunakan /28 (karena punya 14 valid host).

Dengan alamat network 192.168.10.64/28.


Subnetmask : 255.255.255.240
Range IP host: 192.168.10.65 – 192.168.10.78
Broadcast Address: 192.168.10.79
3. Point-to-point WAN, terakhir, cuma ada 2 host, cukup dengan /30. Dengan alamat network 192.168.10.80/30.
Subnetmask : 255.255.255.252
Range IP host: 192.168.10.81 – 192.168.10.82
Broadcast Address: 192.168.10.83
4. Kalau ada network lagi, berarti bisa pakai network mulai dari 192.168.10.84 (akhir dari network point to
point WAN).
Maka desain alokasi IP dari topologi jaringan perusahaan tersebut sebagai berikut:

Contoh 3 Subnetting dengan metode VLSM dengan IP kelas B:


Misalnya sebuah perusahaan besar akan membangun sebuah jaringan LAN, dengan alamat jaringan awal
172.16.0.0/16. Dengan ketentuan host yang dibutuhkan antara lain :
1) Ruang utama 1000 host
2) Ruang kedua 500 host

3) Ruang ketiga 100 host

4) Ruang server 2 host Pembahasan:


Dengan IP 172.16.0.0/16
1) Ruang utama 1000 host

Dibutuhkan 1000 host yang akan terhubung ke jaringan. Karena yang dibutuhkan 1000 host, maka cari hasil
pemangkatan. Dari tabel didapat 2^10 = 1024 dan subnetmask 255.255.252.0
Untuk mencari nilai IP range :255.255.255.255 - 255.255.252.0 = 0 . 0 . 3 . 255
Untuk mengetahui IP broadcastnya yakni hasil dari pengurangan diatas ditambah dengan
IP network: 172. 16. 0. 0 + 0. 0. 3. 255 = 172. 16. 3. 255
Network : 172.16.0.0 /22
Subnetmask : 255.255.252.0
Range IP host : 172.16.0.1 - 172.16.3.254
IP broadcast : 172.16.3.255
2) Ruang kedua 500 host

Dari tabel, yang menghasilkan 500 host > adalah 2^9 = 512 dan subnetmask 255.255.254.0
Untuk mencari nilai IP range : 255.255.255.255 - 255.255.254.0 = 0 . 0 . 1 . 255
Untuk IP broadcastnya :172. 16. 4. 0. 0 + 0. 0. 1. 255 = 172. 16. 5. 255
Network : 172.16.4.0 /23
Subnetmask : 255.255.254.0
Range IP host : 172.16.4.1 - 172.16.5.254
IP broadcast : 172.16.5.255
3) Ruang ketiga 100 host

Gunakan konsep kelas C atau bermain pada oktet ke 4. Peningkatan yang menghasilkan
100 host > adalah 2^7 = 128 dan subnetmask 255.255.255.127
Mencari nilai IP range : 255.255.255.255 - 255.255.255.128 = 0 . 0 . 0 . 127
Mencari nilai IP broadcast : 172. 16. 6. 0. 0 + 0. 0 . 0. 127 = 172. 16 . 6. 127
Network : 172. 16. 6. 0 /25
Subnetmask : 255.255.255.128
Range IP host : 172. 16. 6. 1 - 172. 16. 6. 126
IP broadcast : 172. 16. 6. 127
4) Ruang server 2 host

Gunakan konsep kelas C atau bermain pada oktet ke 4. Peningkatan yang menghasilkan 2 host > adalah 2^2 =
4 dan subnetmask 255.255.255.252
Mencari nilai IP range : 255.255.255.255 - 255.255.255.252 = 0 . 0 . 0 . 3
Mencari nilai IP broadcast : 172. 16. 6. 0. 128 + 0. 0 . 0. 3 = 172. 16 . 6. 131
Network : 172. 16. 6. 128 /30
Subnetmask : 255.255.255.252
Range IP host : 172. 16. 6. 129 - 172. 16. 6. 130I
IP broadcast : 172. 16. 6. 131

LANGKAH PERCOBAAN
Teknik subnetting dengan konsep VLSM a) Simulasi 1.
1. Pada sebuah perusahaan terdapat 5 gedung, Gedung A, B, C, D, dan gedung E.

Perusahaan tersebut mempunyai IP 192.168.2.0/24 yang akan di bagi ke setiap gedung. Gedung A
mempunyai 30 host, gedung B 80 host, gedung C 12 host, gedung D 60 host, dan gedung E 7 host.
Lengkapi tabel dibawah dan perhitungan subnet (mulai dari Subnet ID-A sampai Subnet ID-E), range IP
host, dan IP broadcast. Sertakan perhitungannya secara detail.
Gedung Subnet ID/Network Subnet Mask Range IP host IP Broadcast

Address
B 192.168.2.0/25 225.255.255.128 192.168.2.1 - 192.168.2.126 192.168.2.127

D 192.168.2.128/26 225.255.255.192 192.168.2.129 - 192.168.2.190 192.168.2.191

A 192.168.2.192/27 225.255.255.224 192.168.2.193 - 192.168.2.222 192.168.2.223

C 192.168.2.224/28 225.255.255.240 192.168.2.225 - 192.168.2.238 192.168.2.239

E 192.168.2.240 225.255.255.240 192.168.2.241 - 192.168.2.254 192.168.2.255

2. Buatlah simulasi pada paket tracert dimana per subnetwork-nya diwakili oleh 2 buah
komputer.
3. Lakukan tes ping antar PC dalam Subnet ID yang sama, bagaimana hasilnya?
Berhasil melakukan ping pada subnet ID yang sama
4. Lakukan tes ping antar PC dari Subnet ID yang berbeda, bagaimana hasilnya?
Gagal melakukan ping pada subnet ID yang berbeda
PING PC 0 KE PC 4

b) Simulasi 2.
1. Misalkan ada sebuah perusahaan terbagi dalam 5 buah divisi yaitu A, B, C, D dan E. Divisi A
terdiri dari 300 komputer, divisi B terdiri dari 250 komputer, divisi C terdiri dari 200
komputer, divisi D terdiri dari 140 komputer, dan divisi E terdiri dari 140 komputer. Alamat
IP jaringan awal menggunakan kelas B yakni 172.200.0.0/16. Lengkapi tabel dibawah dan
perhitungan subnet (mulai dari Subnet ID-A sampai Subnet ID-E), range IP host, dan IP
broadcast. Sertakan perhitungannya secara detail.
Divisi Subnet ID/Network Range IP host IP Broadcast

Address Dan Subnet


Mask
A 172.200.0.0/23 172.200.0.1 - 172.200.1.254 172.200.1.255
255.255.254.0
B 172.200.2.0/24 172.200.2.1 - 172.200.2.254 172.200.2.255
255.255.255.0
C 172.200.3.0/24 172.200.3.1 - 172.200.3.254 172.200.3.255
255.255.255.0
D 172.200.4.0/24 172.200.4.1 - 172.200.4.254 172.200.4.255
255.255.255.0
E 172.200.5.0/24 172.200.5.1 - 172.200.5.254 172.200.5.255
255.255.255.0

2. Buatlah simulasi pada paket tracert dimana per subnetwork-nya diwakili oleh 2 buah
komputer.
3. Lakukan tes ping antar PC dalam Subnet ID yang sama, bagaimana hasilnya?

Berhasil melakukan ping pada subnet ID yang sama


PING DIVISI 3 YAITU PC 4 DAN PC 5
4. Lakukan tes ping antar PC dari Subnet ID yang berbeda, bagaimana hasilnya?
Gagal melakukan ping pada subnet ID yang berbeda
PING PC 6 DENGAN PC 9

Anda mungkin juga menyukai