JOBSHEET
(SUBNETTING DAN NETMASK)
DISUSUN OLEH:
JOB VII
SUBNETTING DAN NETMASK
I. TUJUAN
1. Mahasiswa mengerti dan memahami tentang IP Subnetting.
2. Mahasiswa mampu menghitung secara efisien kebutuhan IP dalam suatu
rancangan jaringan.
3. Mahasiswa mampu menggambar diagram jaringan beserta kebutuhan subnettingnya.
4. Mahasiwa mampu mengimplementasikan diagram jaringan yang dirancang ke
dalam praktikum.
II. PERALATAN
1. Beberapa PC sebagai client
2. Hub/Switch
3. NIC yang tertancap pada setiap PC
4. Kabel jaringan secukupnya
III. DASAR TEORI
a) Subnetting
Pada dasarnya subnetting itu sendiri mempunyai peran yang dapat memecah sebuah
network besar menjadi beberapa buah subnetwork yang ukurannya lebih kecil. Subnetting
juga menyebabkan “pengurangan” jumlah host pada suatu subnetwork, sehingga “beban”
yang harus ditanggung oleh subnetwork menjadi lebih ringan, jika kita ingin menggabungkan
beberapa network menjadi sebuah network yang berukuran besar maka untuk mengatasi
masalah tersebut digunakan teknik supernetting.
Subnetting merupakan teknik memecah network menjadi beberapa subnetwork yang
lebih kecil. Subnetting hanya dapat dilakukan pada IP address kelas A, IP Address kelas B
dan IP Address kelas C. Dengan subnetting akan menciptakan beberapa network tambahan,
tetapi mengurangi jumlah maksimum host yang ada dalam tiap network tersebut.
Apa tujuan Subnetting?
Apa tujuan Subnetting, Mengapa perlu subnetting atau Apa manfaat subnetting? Ada
beberapa alasan mengapa kita perlu melakukan subnetting, diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengefisienkan alokasi IP Address dalam sebuah jaringan supaya bisa
memaksimalkan penggunaan IP Address.
2. Meningkatkan security dan mengurangi terjadinya kongesti akibat terlalu banyaknya
host dalam suatu network.
b) Classless Inter-Domain Routing (CIDR)
Metode classless addressing (pengalamatan tanpa klas) banyak diterapkan, yakni
dengan pengalokasian IP Address dalam notasi Classless Inter Domain Routing (CIDR).
Istilah lain yang digunakan untuk menyebut bagian IP address yang menunjuk suatu jaringan
secara lebih spesifik, disebut juga dengan Network Prefix. Biasanya dalam menuliskan
network prefix suatu kelas IP Address digunakan tanda garis miring (Slash) “/”, diikuti
dengan angka yang menunjukan panjang network prefix ini dalam bit, jadi CIDR merupakan
teknik pendistribusian IP address dari IP Public.
Misalnya, ketika menuliskan network kelas A dengan alokasi IP 12.xxx.xxx.xxx,
network prefix-nya dituliskan sebagai 12/8. Angka /8 menunjukan notasi CIDR yang
merupakan jumlah bit yang digunakan oleh network prefix, yang berarti netmask-nya
255.0.0.0 dengan jumlah maksimum host pada jaringan sebanyak 16.777.214 node. Contoh
lain untuk menunjukan suatu network kelas B 167.205.xxx.xxx digunakan: 167.205/18.
Angka /18 merupakan notasi CIDR, yang berarti netmask yang digunakan pada jaringan ini
adalah 255.255.192.0 dengan jumlah maksimum host pada jaringan sebanyak 16.382 node.
Setelah CIDR digunakan, broadcast address tidak harus selalu berakhir dengan nilain 255,
lihat tabel di bawah ini,
CIDR pada dasarnya adalah metode yang digunakan oleh ISP (Internet Service
Provider) untuk mengalokasikan sejumlah alamat pada suatu perusahaan, ke setiap tempat
para pengguna layanan dari ISP tersebut, dalam hal ini ISP menyediakan alamat dalam
ukuran blok (block size) tertentu. Dari mulanya CIDR dikembangkan untuk penggabungan
network yang dibentuk oleh beberapa router internet dan lazimnya CIDR diimplementasikan
oleh provider Internet, jika diperlukan CIDR dapat juga diimplementasikan untuk keperluan
LAN, sepanjang sistem operasi atau protocol yang digunakan sudah mendukung CIDR.
c) VLSM (Variable length Subnet Mask)
VLSM merupakan implementasi pengalokasian blok IP yang dilakukan oleh pemilik
network (network administrator) dari blok IP yang telah diberikan padanya (sifatnya local
dan tidak dikenal di internet, adapun keuntungan dari subnetting vlsm :
1. Mengurangi lalu lintas jaringan (reduced network traffic)
2. Teroptimasinya unjuk kerja jaringan (optimized network performance).
3. Pengelolaan yang disederhanakan (simplified management)
4. Membantu pengembangan jaringan ke jarak geografis yang jauh (facilitated spanning
of large geographical distance)
5. Menghemat ruang alamat.
VLSM merupakan bentuk lain dari tehnik subnetting akan tetapi pada subnetting ini
yang digunakan bukan berdasarkan jumlah banyak IP dalam satu subnet/class melainkan
banyak host yang ingin dibuat. Hal ini akan membuat semakin banyak jaringan yang dapat
dipisahkan pada suatu subnet maupun class. Sebagai contoh, suatu jaringan menggunakan
class C dengan alamat network 192.168.32.0. Jaringan tersebut ingin membagi jaringannya
menjadi 5 subnet dengan rincian sebagai berikut :
Subnet #1 : 50 host
Subnet #2 : 50 host
Subnet #3 : 50 host
Subnet #4 : 30 host
Subnet #5 : 30 host
Rincian diatas tidak akan tercapai apabila menggunakan static subnetting. Untuk hal
tersebut apabila menggunakan subnetting 255.255.255.192 maka hanya terdapat 4 subnet
dengan tiap-tiap subnet memiliki 64 host, akan tetapi untuk kasus ini dibutuhkan 5 subnet.
Dan apabila menggunakan subnet 255.255.255.224 mungkin bisa 8 subnet tetapi tiap subnet-
nya hanya memiliki jumlah host maksimal 32 host, padahal kita butuh 50 host dalam satu
subnet.
Untuk itu digunakan VLSM untuk membagi subnet menjadi 4 subnet dengan
menggunakan 255.255.255.192 dan subnet yang terakhir dibagi lagi dengan menggunakan
subnet 255.255.255.224. Sehingga akan diperoleh 5 subnet dengan subnet pertama sampai
ketiga maksimal 64 host dan subnet empat sampai lima maksimal 32 host. Teknik VLSM ini
akan dapat mengurangi beban atau pemborosan IP pada suatu perusahan atau gedung yang
akan membangun suatu jaringan.
Sebagai gambaran untuk mengenal teknik subnetting ini contoh kasusnya kira- kira
seperti berikut, misalkan disebuah perusahaan terdapat 200 komputer (host). Tanpa
menggunakan subnetting maka semua komputer (host) tersebut dapat kita hubungkan
kedalam sebuah jaringan tunggal dengan perincian sebagai berikut:
Misal kita gunakan IP Address Private kelas C dengan subnet mask default-nya yaitu
255.255.255.0 sehingga perinciannya sebagai berikut:
Network Perusahaan
Network ID : 192.168.1.0
Host Pertama : 192.168.1.1
Host Terakhir : 192.168.1.254
Broadcast Address : 192.168.1.255
Misalkan diperusahaan tersebut terdapat 2 divisi yang berbeda sehingga kita akan
memecah network tersebut menjadi 2 buah subnetwork, maka dengan teknik subnetting kita
akan menggunakan subnet mask 255.255.255.128 (nilai subnet mask ini berbeda-beda
tergantung berapa jumlah subnetwork yang akan kita buat) sehingga akan menghasilkan 2
buah blok subnet, dengan perincian sebagai berikut:
Cara menghitung subnet untuk network class C:
Diketahui network id pada jaringan tersebut adalah 192.168.1.0, yang jika dikonversi menjadi
angka biner menjadi seperti pada tabel berikut ini:
Desimal Biner
192.168.1.0 11000000.10101000.00000001.00000000
Dan subnet mask default-nya adalah 255.255.255.0, yang jika dikonversi menjadi angka biner
akan menjadi seperti pada tabel berikut ini;
Desimal Biner
255.255.255.0 11111111.11111111.11111111.00000000
Semua pertanyaan tentang subnetting akan berpusat di 4 hal, jumlah subnet, jumlah host per
subnet, blok subnet, alamat host dan broadcast yang valid. Tujuan dari jaringan tersebut
diatas adalah untuk memecah jaringan besar diubah menjadi 2 sub jaringan yang lebih kecil
lagi cakupan user yang dilayani. Untuk membuat subnetwork langkah-langkah sebagai
berikut;
1. Menghitung jumlah subnet.
Jumlah subnet = 2x
dimana x adalah banyaknya binari 1 pada oktet terakhir subnet mask (2 oktet terakhir
untuk kelas B, dan 3 oktet terakhir untuk kelas A). Jadi Jumlah Subnet adalah 2 1 = 2
subnet.
2. Menghitung jumlah host per subnet.
Jumlah host per subnet = 2y - 2
dimana y adalah adalah kebalikan dari x yaitu banyaknya binari 0 pada oktet terakhir
subnet. Jadi jumlah host per subnet adalah 27 – 2 = 126. Host menghitung jumlah blok
subnet. Menentukan alamat host dan broadcast yang valid.
3. Menghitung Blok Subnet.
Blok Subnet Class C = 256 – nilai oktet terakhir subnet mask
Blok Subnet = 256 – 128 = 128. Sehingga blok subnet-nya adalah kelipatan dari 128.
Jadi subnet lengkapnya adalah 0, 128.
4. Mencari host dan broadcast yang valid.
Berdasarkan tabel host dan broadcast yang valid tersebut maka dapat diubah menjadi
2 subnetwork dengan 2 divisi A dan B yaitu sebagai berikut :
a) Network Divisi A
Alamat Jaringan / Subnet A : 192.168.1.0
Host Pertama : 192.168.1.1
Host Terakhir : 192.168.1.126
Broadcast Address : 192.168.1.127
b) Network Divisi B
Alamat Jaringan / Subnet B : 192.168.1.128
Host Pertama : 192.168.1.129
Host Terakhir : 192.168.1.254
Broadcast Address : 192.168.1.255
Dengan demikian dengan teknik subnetting akan terdapat 2 buah subnetwork yang
masing-masing network maksimal terdiri dari 126 host (komputer). Masing- masing
komputer dari subnetwork yang berbeda tidak akan bisa saling berkomunikasi
sehingga meningkatkan security. Apabila dikehendaki agar beberapa komputer dari
network yang berbeda tersebut dapat saling berkomunikasi maka kita harus
menggunakan Router.
IV. LANGKAH PERCOBAAN
Teknik subnetting dengan konsep CIDR
a) Simulasi 1.
1. Buka aplikasi Cisco paket tracert 5.3.
2. Buatlah simulasi jaringan menggunakan Packet Tracert dengan 8 buah PC host dan 1
buah switch, seperti gambar berikut:
4. Untuk melakukan pengaturan IP address dan Subnet mask, klik pada salah satu PC
kemudian pilih tab Desktop. Klik ip configuration kemudian masukan IP address dan
Subnet mask dan Klik close untuk menyimpan.
5. Uji koneksi antar ke delapan PC tersebut dari setiap skenario percobaan.
6. Untuk mengujinya klik pada salah satu PC host, kemudian klik Desktop dan pilih
command prompt.
7. Misalkan test apakah antara PC0 dan PC1 bisa terkoneksi atau tidak, jika masuk dari
command prompt PC0 dengan ip address 192.168.1.1 maka target ping adalah alamat
ip address PC1 yaitu 192.168.1.2.
8. Jika hasil ping nya berupa Reply from …. , menandakan kedua PC host tersebut
terkoneksi, namun jika hasil ping nya berupa Request time out … menandakan PC
host tersebut tidak terkoneksi.
9. Buatlah 4 tabel pengujian dan lengkapi hasilnya untuk setiap skenario percobaan.
Percobaan 1. Uji Koneksi Untuk Subnet mask 255.255.255.0
Percobaan 2. Uji Koneksi Untuk Subnet mask 255.255.255.128
Percobaan 3. Uji Koneksi Untuk Subnet mask 255.255.255.192
Percobaan 4. Uji Koneksi Untuk Subnet mask 255.255.255.224
Tabel Hasil Percobaan
Respon Ping
Tes Ping (Terkoneksi/Tidak Terkoneksi)
Dari/Ke
PC0 PC1 PC2 PC3 PC4 PC5 PC6 PC7
PC0
PC1
PC2
PC3
PC4
PC5
PC6
PC7
b) Simulasi 2
1. Buatlah simulasi pada paket tracert yang terdiri minimal 10 buah komputer yang
tersambung pada sebuah switch. Kemudian setting IP address 5 buah komputer
dengan SubnetID A 192.168.1.0/28 dan 5 buah komputer yang lain dengan SubnetID
B 192.168.1.128/28.
2. Lengkapi pengalamatan IP address dan subnet mask berikut:
PC Host SubnetID A SubnetID B
PC-1
PC-2
PC-3
PC-4
PC-5
3. Lakukan tes ping antar PC dalam Subnet ID yang sama, bagaimana hasilnya?
4. Lakukan tes ping antar PC dari Subnet ID yang berbeda, bagaimana hasilnya?
c) Simulasi 3
1. Buatlah contoh teknik subnetting pada IP address kelas B dimana jumlah maksimum
host-nya adalah 1022 dari alamat jaringan awal 172.16.0.0/16. Lengkapi dengan
perhitungan subnet (mulai dari SubnetID-1 sampai SubnetID-5), host pertama, host
terakhir, dan broadcast id.
2. Buatlah simulasi pada paket tracert dimana per subnetwork-nya diwakili oleh 2 buah
komputer.
3. Lakukan tes ping antar PC dalam Subnet ID yang sama, bagaimana hasilnya?
4. Lakukan tes ping antar PC dari Subnet ID yang berbeda, bagaimana hasilnya?
DATA PERCOBAAN
SIMULASI 1
Rangkaian
Rangkaian
Ip address
Respon Ping
Tes Ping (Terkoneksi/Tidak Terkoneksi)
Dari/Ke
PC0 PC1 PC2 PC3 PC4
PC0 Terkoneksi Terkoneksi Terkoneksi Terkoneksi
PC1 Terkoneksi Terkoneksi Terkoneksi Terkoneksi
PC2 Terkoneksi Terkoneksi Terkoneksi Terkoneksi
PC3 Terkoneksi Terkoneksi Terkoneksi Terkoneksi
PC4 Terkoneksi Terkoneksi Terkoneksi Terkoneksi
Tes ping antara PC dengan Subnet ID yang berbeda
Respon Ping
Tes Ping (Terkoneksi/Tidak Terkoneksi)
Dari/Ke PC5 PC6 PC7 PC8 PC9
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
PC0
Terkoneksi Terkoneksi Terkoneksi Terkoneksi Terkoneksi
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
PC1
Terkoneksi Terkoneksi Terkoneksi Terkoneksi Terkoneksi
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
PC2
Terkoneksi Terkoneksi Terkoneksi Terkoneksi Terkoneksi
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
PC3
Terkoneksi Terkoneksi Terkoneksi Terkoneksi Terkoneksi
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
PC4
Terkoneksi Terkoneksi Terkoneksi Terkoneksi Terkoneksi
Pada percobaan ini semua PC pada SubnetID yang sama terkoneksi dan apabila
salah satu PC dari Subnet IDA mencoba menghubungi PC yang ada pada SubnetID B
tidak terkoneksi.
SIMULASI 3
IP address kelas B dimana jumlah maksimum host-nya adalah 1022 dari alamat
jaringan awal 172.16.0.0/16.
Jawaban:
1022 host
1022 ≤ 2y – 2 (untuk menentukan 2y hasil harus lebih besar dari host)
1022≤ 210 – 2
1022 ≤ 1024 – 2
1022≤ 1022
Blok subnet : 256 – 252 = 4 (kelipatan 4)
Network Address : 172.16.0.0/22
Subnet mask : 255.255.252.0 (/22)
1. Subnet ID 1 172.16.0.0
Host petama 172.16.0.1
Host terakhir 172.16.3.254
Broadcast ID 1 172.16.3.255
2. Subnet ID 2 172.16.4.0
Host petama 172.16.4.1
Host terakhir 172.16.7.254
Broadcast ID 2 172.16.7.255
3. Subnet ID 3 172.16.8.0
Host petama 172.16.8.1
Host terakhir 172.16.11.254
Broadcast ID 3 172.16.11.255
4. Subnet ID 4 172.16.12.0
Host petama 172.16.12.1
Host terakhir 172.16.15.254
Broadcast ID 4 172.16.15.255
5. Subnet ID 5 172.16.16.0
Host petama 172.16.16.1
Host terakhir 172.16.19.254
Broadcast ID 5 172.16.19.255
Rangkaian
Respon Ping
Tes Ping (Terkoneksi/Tidak Terkoneksi)
Dari/Ke
PC2 PC4 PC6 PC8
Tidak Tidak Tidak Tidak
PC0
Terkoneksi Terkoneksi Terkoneksi Terkoneksi
Tidak Tidak Tidak Tidak
PC1
Terkoneksi Terkoneksi Terkoneksi Terkoneksi
Tidak Tidak Tidak
PC2
Terkoneksi Terkoneksi Terkoneksi
Tidak Tidak Tidak
PC3
Terkoneksi Terkoneksi Terkoneksi
Tidak Tidak Tidak
PC4
Terkoneksi Terkoneksi Terkoneksi
Tidak Tidak Tidak
PC5
Terkoneksi Terkoneksi Terkoneksi
Tidak Tidak Tidak
PC6
Terkoneksi Terkoneksi Terkoneksi
Tidak Tidak Tidak
PC7
Terkoneksi Terkoneksi Terkoneksi
Tidak Tidak Tidak
PC8
Terkoneksi Terkoneksi Terkoneksi
Tidak Tidak Tidak
PC9
Terkoneksi Terkoneksi Terkoneksi
Tes ping dari PC0 ke PC3
ANALISA DATA
SIMULASI 1
Percobaan 1
Percobaan ini menggunakan teknik subnetting dengan konsep CIDR. Dimana pada
percobaan 1 menggunakan subnet mask 255.255.255.0 atau /24. Disini saya menggunkan 8
buah PC dan 1 buah switch yang berguna untuk menghubungkan semua PC yang terpasang.
Ip Address pada setaip PC yang saya gunakan yaitu:
PC0 192.168.1.1
PC1 192.168.1.2
PC2 192.168.1.101
PC3 192.168.1.102
PC4 192.168.1.151
PC5 192.168.1.152
PC6 192.168.1.201
PC7 192.168.1.202
Karena menggunkan Subnet Mask 255.255.255.0 atau sles 24, maka semua PC dapat
terkoneksi satu sama lain atau siap melakukan pertukaran data. Hal ini dikarenakan
jumlah host maksimum pada sles 24 yaitu 256 yanf diperoleh dari 256-0 = 256. Range IP
Addres yang dapat digunkan yaitu 192.168.1.1-192.168.1.254 dengan Broadcast Addres
192.168.1.255.
Maka dapat disimpulkan semua IP Address yang saya gunakan masuk kedalam range IP
Valid atau alamat IP yang dapat digunakan oleh sebab itu semua PC dapat terkoneksi.
Dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Percobaan 2
Percobaan 2 ini menggunakan teknik subnetting dengan konsep CIDR dengan
menggunakan Subnet Mask 255.255.255.128 (/25). Terdiri dari 2 Network ID dimana
jumlah maksimum perNetwor ID adalah 128 yang diperoleh dari 256-128 = 128, maka
setiap NetworkID kelipatan dari 128. Biner Subnet Mask yaitu
11111111.11111111.11111111.00000001 = /25. Range IP valid Network ID1
192.16.1.1-192.168.1.126, Broadcast ID1 192.168.1.127 dengan network ID1
192.168.1.0
NetworkID2 192.168.1.128, Range IP valid 192.168.1.129-192.168.1.254, dan
Broadcastnya adalah 192.168.1.255.
Ip Address pada setaip PC yang saya gunakan yaitu:
PC0 192.168.1.1
PC1 192.168.1.2
PC2 192.168.1.101
PC3 192.168.1.102
PC4 192.168.1.151
PC5 192.168.1.152
PC6 192.168.1.201
PC7 192.168.1.202
Dapat dilihat pada tabel diatas PC0, PC1,PC2, dan PC3 dapat terkoneksi atau dapat
melakukan pertukaran data satu sama lain karena IP Address keempat PC tersebut
termasuk kedalam range IP valid Networ ID1. Keadaan yang sama pada PC4, PC5, PC6,
dan PC7 dapat terkoneksi satu sama lian, IP Addres keempat PC ini termasuk ke dalam
range NetworkID 2.
Apbila PC0 dihubungkan dengan PC4 tidak terhubung akan muncul request time out. Hal
ini dikarenakan kedua PC terbebut berbeda networkID. Respon dari semua PC dapat
dilihat pada tabel ditas.
Percobaan 3
Dapat dilihat pada tabel di atas PC0 terkoneksi dengan PC1, PC2 terkoneksi dengan PC3,
PC4 terkoneksi dengan PC5, dan PC6 terkoneksi dengan PC7. Tetapi PC0 tidak tekoneksi
dengan PC2, PC3, PC4, PC5, PC6 dan PC7. PC1 tidak tekoneksi dengan PC2, PC3, PC4,
PC5, PC6 dan PC7. PC2 tidak tekoneksi dengan PC1, PC0, PC4, PC5, PC6 dan PC7. PC3
tidak tekoneksi dengan PC2, PC3, PC4, PC5, PC6 dan PC7. PC0 tidak tekoneksi dengan
PC0, PC1, PC4, PC5, PC6 dan PC7. PC4 tidak tekoneksi dengan PC2, PC3, PC0, PC1,
PC6 dan PC7. PC5 tidak tekoneksi dengan PC2, PC3, PC0, PC1, PC6 dan PC7. PC6 tidak
tekoneksi dengan PC2, PC3, PC4, PC5, PC0 dan PC1. PC7 tidak tekoneksi dengan PC2,
PC3, PC4, PC5, PC0 dan PC1.
Hal ini dikarenakan PC0 dan PC1 termasuk kedalam NetworID1, PC2 dan PC3 termasuk
kedalam NetworID2, PC4 dan PC5 termasuk kedalam NetworID3, serta PC6 dan PC7
termasuk kedalam NetworID4.
Percobaan 4
Pada percobaan ini, dengan penggunaan metode subneting yang sama yaitu CIDR percobaan ini
menggunkan Subnet Mask 255.255.255.224 (/27) binernya yaitu 11111111.11111111.11111111.00000111.
Jumlah maksimum per networkID 256 – 224 =32 Maka setiap NetworkID kelipatan dari 32.
Network ID 1 192.168.1.0
RangeIP 192.168.1.1-192.168.1.30
Broadcast 192.168.1.31
Dapat dilihat pada tabel di atas PC0 terkoneksi dengan PC1, PC2 terkoneksi dengan
PC3, PC4 terkoneksi dengan PC5, dan PC6 terkoneksi dengan PC7. Tetapi PC0 tidak
tekoneksi dengan PC2, PC3, PC4, PC5, PC6 dan PC7. PC1 tidak tekoneksi dengan PC2,
PC3, PC4, PC5, PC6 dan PC7. PC2 tidak tekoneksi dengan PC1, PC0, PC4, PC5, PC6 dan
PC7. PC3 tidak tekoneksi dengan PC2, PC3, PC4, PC5, PC6 dan PC7. PC0 tidak
tekoneksi dengan PC0, PC1, PC4, PC5, PC6 dan PC7. PC4 tidak tekoneksi dengan PC2,
PC3, PC0, PC1, PC6 dan PC7. PC5 tidak tekoneksi dengan PC2, PC3, PC0, PC1, PC6 dan
PC7. PC6 tidak tekoneksi dengan PC2, PC3, PC4, PC5, PC0 dan PC1. PC7 tidak
tekoneksi dengan PC2, PC3, PC4, PC5, PC0 dan PC1.
Hal ini dikarenakan PC0 dan PC1 termasuk kedalam NetworID1, PC2 dan PC3termasuk
kedalam NetworID5, PC4 dan PC5 termasuk kedalam NetworID6, serta PC6 dan PC7
termasuk kedalam NetworID7.
SIMULASI 3
Pada percobaan ini, dengan menggunakan metode subneting CIRD pada percobaan ini
diperintahkan untuk mencari alamat IP dengan jumlah maksimum hosnya adalah 1022,
pada alamat ip awal 172.16.0.0/16 yang termasuk kedalam kelas B. setelah saya
melakukan perhitungan maka dipeloh sles yang cocok adalah sles 22. Jumlah maksimum
host dari /22 adalah 1024. Jumlah subnet id sebanyak 5. Untuk perhitungannya dapat
dilihat pada data diatas.
Setelah menentukan ip validnya langaka selanjutnya adalah melakukan simulasi pada
Cisco Paket Trecer. Kemudian pengisian IP Adress pada setiap PC, subnet ip diwakili oleh
dua buah pc.
IP Addres yang saya isi pada setiap PC
1. PC0 (172.16.0.1/22)
2. PC1 (172.16.0.2/22)
3. PC2 (172.16.4.1/22)
4. PC3 (172.16.4.2/22)
5. PC4 (172.16.8.1/22)
6. PC5 (172.16.8.2/22)
7. PC6 (172.16.12.1/22)
8. PC7 (172.16.12.2/22 )
9. PC8 (172.16.16.1/22)
10. PC9 (172.16.16.2/22)
Dari data diatas tes ping pada subnet id yang sama saling terkoneksi tetapi pada subnet id
yang berbeda tidak terkoneksi. Disini saya menngunakan switch untuk menghubungkan
setiap subnet id.
KESIMPULAN
Subnet Mask adalah istilah yang mengacu pada angka biner 32 bit yang
digunakan untuk mendapatkan Net ID dengan host ID.Menunjukan hak suatu
host,apakah berbeda di jaringan lokal jaringan biner
Setiap host di dalam sebuah jaringan yang menggunakan TCP/IP membutuhkan
sebuah subnet mask meskipun berada di dalam jaringan dengan satu segmen.
Fungsi Sabnet Mask yaitu untuk mengetahui fungsi network dari suatu
ip,mengetahui alamat ip addrest,mengetahui alamat network addrest,mengetahui
broadcast address dan mengetahui banyak suubnet
Jumlah sabnet dipengaruhi oleh jumlah bit 1yang bertambah pada oktet ke
empat pada Netmask.Semakin banyak jumlah bit 1pada oktet ke empat netmask
maka semakin banyak jumlah sebenarnya
Metode yang digunakan untuk mempresentasikan A Subnetmask yaitu Notasi
Desimal Bertitik dan Notasi Panjang Grafik Jaringan.
JOB VII
SUBNETTIN
G
VARIABLE LENGTH SUBNET MASKING (VLSM)
I. TUJUAN
1. Memahami konsep teknik subnetting menggunakan metode VLSM.
2. Mahasiswa mampu menghitung secara efisien kebutuhan IP dalam suatu
rancangan jaringan menggunakan teknik VLSM.
3. Mahasiswa mampu menggambar diagram jaringan beserta kebutuhan subnettingnya.
4. Mahasiwa mampu mengimplementasikan diagram jaringan yang dirancang ke
dalam praktikum.
II. PERALATAN
1. Beberapa PC sebagai client
2. Hub/Switch
3. NIC yang tertancap pada setiap PC
4. Kabel jaringan secukupnya
III. DASAR TEORI
VLSM (Variable Length Subnet Masking)
VLSM adalah pengembangan mekanisme subnetting, dengan VLSM dilakukan
peningkatan dari kelemahan subneting klasik, yang mana dalam subnetting klasik, subnet
zeroes, dan subnet ones tidak bisa digunakan. selain itu, dalam subnet klasik, lokasi nomor IP
masih kurang efisien.
VLSM memberbaiki kekurangan metode subnetting konvensional. Dalam subnetting
tradisional, semua subnet mempunyai kapasitas yang sama. Ini akan menimbulkan masalah
ketika ada beberapa subnet yang jauh lebih besar daripada yang lain atau sebaliknya.
Sedangkan pada metode subnetting VLSM semua subnet tidak harus mempunyai kapasitas
yang sama, jadi bisa disesuaikan dengan kebutuhan kita.
Perhitungan IP Address menggunakan metode VLSM adalah metode yang berbeda
dengan memberikan suatu Network Address lebih dari satu subnet mask, jika
menggunakan CIDR dimana suatu Network ID hanya memiliki satu subnet mask saja,
perbedaan yang mendasar disini juga adalah terletak pada pembagian blok, pembagian blok
VLSM bebas dan hanya dilakukan oleh si pemilik Network Address yang telah diberikan
kepadanya atau dengan kata lain sebagai IP address local dan IP Address ini tidak dikenal
dalam jaringan internet, namun tetap dapat melakukan koneksi kedalam jaringan internet, hal
ini terjadi dikarenakan jaringan internet hanya mengenal IP Address berkelas.
Metode VLSM ataupun CIDR pada prinsipnya sama yaitu untuk mengatasi
kekurangan IP Address dan dilakukannya pemecahan Network ID guna mengatasi
kekerungan IP Address tersebut. Network Address yang telah diberikan oleh lembaga IANA
jumlahnya sangat terbatas, biasanya suatu perusahaan baik instansi pemerintah, swasta
maupun institusi pendidikan yang terkoneksi ke jaringan internet hanya memilik Network ID
tidak lebih dari 5
– 7 Network ID (IP Public).
Adapun beberapa manfaat VLSM:
1. Efisien menggunakan alamat IP karena alamat IP yang dialokasikan sesuai dengan
kebutuhan ruang host setiap subnet.
2. VLSM mendukung hirarkis menangani desain sehingga dapat secara efektif
mendukung rute agregasi, juga disebut route summarization.
3. Berhasil mengurangi jumlah rute di routing table oleh berbagai jaringan subnets
dalam satu ringkasan alamat yang dikenal dengan supernet (dengan mengambil
subnetmask yang lebih kecil agar dapat mengakomodir semua subnet). Misalnya
subnets 192.168.10.0/24, 192.168.11.0/24 dan 192.168.12.0/24 semua akan dapat
diringkas menjadi 192.168.8.0/21.
Dalam penerapan IP Address menggunakan metode VLSM agar tetap dapat
berkomunikasi kedalam jaringan internet sebaiknya pengelolaan network-nya dapat
memenuhi persyaratan ; routing protocol yang digunakan harus mampu membawa informasi
mengenai notasi prefix untuk setiap rute broadcastnya (routing protocol : RIP, IGRP, EIGRP,
OSPF dan lainnya), semua perangkat router yang digunakan dalam jaringan harus
mendukung metode VLSM yang menggunakan algoritma penerus packet informasi. Tahapan
perhitungan menggunakan VLSM adalah IP Address yang ada dihitung menggunakan CIDR
selanjutnya baru dipecah kembali menggunakan VLSM.
Tabel perhitungan IP :
108 ≤ 2y – 2 (untuk menentukan 2y hasil harus lebih besar dari host) 108 ≤ 27 – 2
108 ≤ 128 – 2
108 ≤ 126
Blok subnet : 256 – 128 = 128 (kelipatan 128)
Network Address : 202.40.10.0/25
Subnet mask : 255.255.255.128 (/25)
Range IP Address : 202.40.10.1 – 202.40.10.126
Broadcast Address : 202.40.10.127
2. Keuangan : 55 host
26 ≤ 25 – 2
26 ≤ 32 – 2
26 ≤ 30
Blok subnet : 256 – 224 = 32 (kelipatan 32)
Network Address : 202.40.10.192/27
Subnet mask : 255.255.255.224 (/27)
Range IP Address : 202.40.10.193 – 202.40.10.222
Broadcast Address : 202.40.10.223
4. Administrasi : 11 host
2. Buatlah simulasi pada paket tracert dimana per subnetwork-nya diwakili oleh 2 buah
komputer.
3. Lakukan tes ping antar PC dalam Subnet ID yang sama, bagaimana hasilnya?
4. Lakukan tes ping antar PC dari Subnet ID yang berbeda, bagaimana hasilnya?
b) Simulasi 2.
1. Misalkan ada sebuah perusahaan terbagi dalam 5 buah divisi yaitu A, B, C, D dan E. Divisi A
terdiri dari 300 komputer, divisi B terdiri dari 250 komputer, divisi C terdiri dari 200 komputer,
divisi D terdiri dari 140 komputer, dan divisi E terdiri dari 140 komputer. Alamat IP jaringan
awal menggunakan kelas B yakni 172.200.0.0/16. Lengkapi tabel dibawah dan perhitungan
subnet (mulai dari Subnet ID-A sampai Subnet ID-E), range IP host, dan IP broadcast. Sertakan
perhitungannya secara detail.
2. Buatlah simulasi pada paket tracert dimana per subnetwork-nya diwakili oleh 2 buah komputer.
3. Lakukan tes ping antar PC dalam Subnet ID yang sama, bagaimana hasilnya?
4. Lakukan tes ping antar PC dari Subnet ID yang berbeda, bagaimana hasilnya?
DATA DAN ANALISA
SIMULASI 1
Subnet ID/Network
Gedung Range IP host IP Broadcast
Address
A 192.168.2.255
192.168.2.192 /26 192.168.2.193 – 192.168.2.254
B 192.168.2.0 /25 192.168.2.1 – 192.168.2.126 192.168.2.127
C 192.168.3.0 /28 192.168.3.1 – 192.168.3.14 192.168.3.15
D 192.168.2.128 /26
192.168.2.129 – 192.168.2.190 192.168.2.191
E 192.168.3.16 /28 192.168.3.17 – 192.168.3.30 192.168.3.31
ANALISA :
Pada percobaan ini kami menggunakan teknik subneting menggunakn metode VLSM
(Variable Length Subnet Masking). Simulasi 1 mempunyai IP 192.168.0.0/24 yang termasuk ke
dalam kelas C. Ip tersebut akan dibagi kedalam pada 5 gedung, dimana gedung A mempunyai 45
host, gedung B 80 host, gedung C 12 host, gedung D 60 host, dan gedung E 7 host. Pengalamatan
menggunakan metode VLSM hal pertama yang dilakukan adalah menentukan jaringan dari yang
paling banyak hostnya. Maka dari soal simulsi 1 dari gedung B 80 host, gedung D 60 host, gedung A
45 host, gedung C 12 host dan yang terakhir gedung E dengan 7 host. Setelah itu menentukan sles-
sles yang cocok dengan host yang dibutuhkan setiap gedung. Rumus yang digunakan adalah host ≤ 2y
– 2 (untuk menentukan 2y hasil harus lebih besar dari host dimana y adalah banyaknya biner 0 pada
subnet mask).
Gedung B dengan network addres 192.168.2.0 yang diwakili oleh PC0 dan PC1, Gedung D dengan
network addres 192.168.2.128 yang diwakili ole PC2 dan PC3, Gedung A dengan network addres
192.168.2.0 yang diwakili ole PC0 dan PC1, Gedung B dengan network addres 192.168.2.192 yang
diwakili ole PC4 dan PC5, Gedung C dengan network addres 192.168.3.0 yang diwakili ole PC6 dan
PC7, dan Gedung E dengan network addres 192.168.3.16 yang diwakili ole PC8 dan PC9.
IP Addres pada setiap PC:
PC0 192.168.2.1
PC1 192.168.2.2
PC2 192.168.2.129
PC3 192.168.2.130
PC4 192.168.2.193
PC5 192.168.2.194
PC6 192.168.3.1
PC7 192.168.3.2
PC8 192.168.3.17
PC9 192.168.3.18
Tes ping PC dalam SudnetID yang sama
1. Gedung A PC4 dengan PC5: Tekoneksi
2. Gedung B PC0 dengan PC1: Tekoneksi
3. Gedung C PC6 dengan PC7: Tekoneksi
4. Gedung D PC2 dengan PC3: Tekoneksi
5. Gedung E PC8 dengan PC9: Tekoneksi
Tes ping dalam subnetID/IP Address yang sama yaitu setiap PC dapat terkoneksi. Semua
PC dalam gedung A dapat melakukan komunikasi satu sama lain dengan menggunakn switch
sebagai penghubung antar PC. Begitupun dengan gedung B,C,D dan E
Tes ping dalam SubnetID/IP Addres yang berbeda yaitu keadaan yang terjadi yaitu
PC pada gedung A tidak dapat menghubungi PC pada gedung B. Hal ini berlaku untuk
semua pc pada setiap gedung. Pada saat PC pada gedung A meakukan komunikasi pada
PC pada gedung B yang mucul adalah request time out yang berarti PC ini tidakdapat
melakukan komunikasi. Dapat dilihat pada gambar dibawah ini
Pada percobaan ini kita melakukan tes ping dalam SubnetID yang sama atau tes ping PC
pada devisi A. ping dari PC0 ke PC1 yaitu keduan PC tersebut terkoneksi atau siap
me;akukanpertukaran data. Hal ini berlaku untuk setiap PC pada semua Devisi. Dapat
dilihat pada data percobaan diatas.
Tes ping dari SubnetID yang berbeda
Pada percobaan ini kita melakukan tes ping SubnetID yang berbeda. Disini saya
menggunakan dari PC0 devisi 1 ke PC 2 devisi 2 hal yang terjadi adalah PC tersebut tidak
terkoneksi atau kedua PC tersebut tidak dapat melakukan komunikasi satu sama lain.
Respon yang muncul adalah Reguest Time Out. Dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Respon ping dari PC0 ke PC2
KESIMPULAN
VLSM atau variable length subnet mask adalah jenis perhitungan subnetting dimana panjang
subnet mask yang kita berikan akan disesuikan dengan banyaknya jumlah host di setiap subnet
tersebut.
Dengan menggunakan teknik VLSM kita bisa lebih memaksimalkan pemakaian host
dalam sebuah subnet. Dengan teknik VLSM juga kita bisa membuat jaringan lebih kecil dan
mudah untuk memanejemennya.