Kerangka Konseptual April 2010
Kerangka Konseptual April 2010
peneliti memandang bahwa aspek ekonomi memiliki kekuatan yang besar untuk
disamping faktor moral, sosial dan legitimasi. Bab ini menyajikan kerangka
tersebut dilakukan oleh Sumaila dan Keith (2006) dari kerangka dasar yang
dibangun oleh Charles et al.(1999) dengan menambahkan faktor moral dan sosial
kerangka kerja ekonomi produksi nelayan di bawah regulasi input dan output
yang bekerja secara terpisah. Mereka menggunakan dua bentuk fungsi : umum
v1
( ) dan khusus ( RR ). Fungsi tersebut mencakup fungsi produksi, biaya,
peluang tertangkapnya nelayan atas R RR dan besarnya denda atas
tindakan R RR. Melalui kerangka kerja tersebut Charles et al.(1999) dapat
R RR, (2) respon nelayan terhadap upaya penegakan yang dilakukan oleh
pengelola perikanan, (v) target tingkat konservasi sumberdaya ikan, dan (4) upaya
input dan output. Regulasi input fokus dengan bagaimana meredam input
bagaimana meredam hasil tangkapan nelayan agar tidak melebihi kuota yang
ditetapkan.
asumsi bahwa fungsi produksi nelayan memiliki bentuk linear dan separabel.
dimana :
h = Hasil tangkapan ikan
q = Koefisien kemampuan tangkap
x = Beragam jenis input perikanan
B = Ketersediaan biomassa ikan
l = Legal
i = Terlarang (R )
bahwa biaya penangkapan ikan terdiri dari biaya untuk pengadaan input dan
v2
menyusun upaya agar terhindar dari kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh
bagi nelayan.
(v.2) :
dimana :
= Total biaya variabel
A = Tindakan penghindaran terhadap regulasi
cl = Biaya per unit penggunaan input legal
ci = Biaya per unit input terlarang
cA = Biaya per unit tindakan penghindaran
Karena itu nelayan akan menghadapi peluang untuk tertangkap ( ) dan
dihukum ( R ) bila melakukan R RR, à, sebagai konsekuensi dari
dimana :
àåxR
0, àåEc
0, àåA < 0, dan à 0 bila xR = 0
vv
seperangkat input terlarang, i, upaya penegakan regulasi input perikanan, , dan
dihukum, àåxR
0 dan àåEc
0. Sebaliknya, peluang tersebut akan menurun
bahwa bila nelayan tertangkap melakukan R RR, maka mereka akan
terkena denda (R). Karena itu, dalam proses pengambilan keputusan untuk
( R). Besaran tentatif perkiraan denda dalam kasus regulasi
dimana :
F = Besaran denda atas tindakan R RR.
A merupakan faktor yang dapat mengurangi peluang tertangkapnya
jadi diartikan sebagai perkiraan denda per unit R RR bila nelayan tidak
melakukan penghindaran, = 0.
' [pq Bx + pqR BxR ± c x 2 ± cRxR2 ± cA2 ±(1 - Ê A)ExR ; ....... (v.5)
Notasi pada persamaan tersebut menunjukkan harga per unit ikan. Keuntungan
persamaan (v.1), (v.2) dan (v.4). Peubah keputusan bagi nelayan adalah input
åxR = pqR B ± 2cR xR ± (1 - ÊA)Ec = 0, atau pqR B ± (1 - ÊA)E = 2cRxR ... (v.6b)
Sisi kiri persamaan (v.6a) dan (v.6b) merupakan nilai penerimaan produk marjinal
terhadap tingkat seperangkat input terlarang dan upaya penegakan regulasi input.
akan menghasilkan tingkat peubah keputusan yang optimal, baik
A
A
xR = ................................ ................................ ........... (v.7b)
A
A A
A= ................................ ................................ ........... (v.7c)
A
Terdapat tiga kondisi yang harus dipenuhi terkait tiga macam peubah
persamaan (v.7b) dan (v.7c) harus positif. , pembilang pada persamaan
(v.7b) dan (v.7c) harus positif untuk menjamin nilai input yang positif. R,
Mengacu pada persamaan (v.8), R RR, yaitu R > 0, akan terjadi
hanya jika upaya penegakan tidak terlalu tinggi untuk meredam insentif atas
akan terjadi meski tingkat penegakan regulasinya tinggi, dan bila biaya atas
1
Berikut disajikan bagaimana kondisi (v.8) diturunkan.
, mengacu pada
denominator persamaan (v.7b) dan (v.7c), kondisi yang diperlukan agar denominator
tersebut positif adalah : E I2Ê2 = 4cicA EI2 = 4cicAåÊ2 c Ê!" !. , mengacu
pada nominator persamaan (v.7b), kondisi yang diperlukan agar nominator tersebut positif
adalah : 2cA pq iB ± 2cAEI = 0 2cA pqiB = 2cAEI c #$%. R, kondisi yang
diperlukan adalah (1 - ÊA) > 0. Hasilnya diperoleh dengan mensubstitusikan persamaan
(v.7c) ke dalam faktor tersebut.
A A
A
A
(1 - ÊÂ A
)
>0 (1 - Â A
)
>0 Â
A
<1
MA A < 4cicA - Ê2EI2 pqiB ± E I < (4cicAåÊ2E I) ± EI PqiB < (4cicAåÊ2EI )
2 !
Ê E I < (4cicAåpqiB) c Ê " #$%".
v6
tangkap terlarang dapat ditelusuri secara logis dari persamaan (v.7b). Melalui
upaya penegakan, biaya pengadaan input R dan biaya penghindaran sebagai
semakin tinggi upaya penegakan dan tingginya biaya input R serta biaya
tersebut.
aspek legitimasi. Secara empiris Kuperan dan Sutinen (1998) serta Eggert dan
!
& c
Mengacu pada Becker (1968), Kuperan dan Sutinen (1998), dan Charles at
Charles et al.(1999).
diasumsikan bahwa keputusan untuk terlibat atau tidak dalam kegiatan perikanan
terlarang tergantung pada potensi manfaat bersih (NB) dari kegiatan tersebut yang
NB = f[h(A, xR, x), ș(xR, A, R), F, m(xR), s(xR); ................................ ...... (v.9)
dimana :
NBh>0; NBș<0; NBF<0; NBm<0, dan NBs<0.
dimana adalah hasil tangkapan dari perikanan terlarang oleh nelayan tertentu; R
secara terbalik pada derajat perikanan terlarang yang dilakukan oleh nelayan.
NB = [ph(A, xR, x) ± T(xR, A); ± ș(xR, A, R)F ± m(xR) ± s(xR) ............... (v.10)
dimana :
p = Harga ikan per unit yang ditangkap
pada sisi kanan persamaan secara berurutan menunjukkan penerimaan total dan
0; > 0, dan peluang nelayan untuk tertangkap dan dihukum bila ditemukan
Simbol menunjukkan denda yang bisa dikenakan kepada pelanggar, dan untuk
mencapai harapan denda total yang harus dibayar oleh pelanggar, maka peluang
moral dan sosial. Jika nelayan memilih untuk tidak melakukan penangkapan ikan
dengan cara terlarang, maka NB dalam persamaan (v.10) sama dengan nol. Hal
inilah yang diharapkan oleh setiap pengelola perikanan. Akan tapi, jika nelayan
dimana tidak ada peraturan, maka peluang nelayan untuk tertangkap sama dengan
nol. Dalam situasi ini akan ada sedikit tindakan kegiatan penghindaran, dan
karenanya (xR, ) direduksi menjadi (xR ), dan (, xR , ) direduksi menjadi (xR ,
!). Kondisi turunan pertama ketika tidak ada penegakan aturan disajikan pada
persamaan (v.11) :
terlarang sama dengan biaya marjinal dari kegiatan terlarang itu. Persamaan (v.11)
Jika nelayan melakukan penangkapan secara terlarang, dan pada pihak lain
terdapat upaya penegakkan regulasi, yang ditunjukkan oleh > 0, > 0, dan
dengan implikasi A > 0, maka kondisi optimalitas dapat dikaji dari persamaan
(v.12) :
dengan jumlah biaya marjinal akibat penangkapan R dengan potensi denda
bagi nelayan ketika melakukan tindakan penghindaran harus sama dengan biaya
nelayan akan menimbang resiko tertangkap dan didenda, xR , resiko kehilangan
moral,
xR , dan social, xR , ketika memutuskan untuk melakukan penangkapan ikan
secara R .
40
dan pendirian sosial memiliki potensi untuk mendorong dan meredam kepatuhan
nelayan terhadap regulasi alat tangkap. Kuperan dan Sutinen (1998) serta Eggert
dan Lokina (2008) memproksi faktor sosial dan moral dengan beberapa peubah
penilaian nelayan terhadap sisi keadilan regulasi, persentase nelayan yang terlihat
perikanan.
'()
(*
tersebut diilustrasikan bahwa pilihan nelayan terhadap alat tangkap legal dan
tersebut terdiri dari perbandingan harapan keuntungan bersih dari alat tangkap
legal dan terlarang, tekanan atau ancaman sosial dari nelayan lain, dan
Apabila harapan keuntungan bersih dari alat tangkap legal lebih tinggi dari
pada tiga pertimbangan lainnya : tekanan sosial dari masyarakat nelayan lain,
41
pertimbangan moral serta resiko pidana dan denda bila tertangkap menggunakan
Pertimbangan
Legal Terlarang
Ekonomi
Keuntungan
Biaya Penerimaan
Kotor
Reparasi
Skema Bagi Hasil
Es dan Garam
Keuntungan Bersih
Penyusutan
Retribusi
Penegakan dan Pengawasan
Ekonomi
Keluarga
empiris, tekanan sosial tersebut dapat berupa konflik horizontal antar nelayan dan
hukumnya, semakin besar peluang nelayan pengguna alat tangkap terlarang untuk
ditangkap.
penerimaan dari setiap jenis alat tangkap. Penggunaan alat tangkap legal dan
penangkapan ikan secara umum terdiri dari biaya tetap dan variabel. Biaya
konsumsi Anak Buah Kapal (ABK), reparasi kapal dan alat tangkap, penyusutan
4v
dan retribusi. Sementara itu, penerimaan dari setiap alat tangkap tergantung dari
kemampuan produksi dan harga ikan. Setiap jenis alat tangkap memiliki
proporsi bagi hasil antara nelayan pemilik dengan ABK. Persentase bagi hasil
antara nelayan ABK dengan pemilik kapal atau perahu merupakan kelembagaan
ekonomi nelayan yang secara empiris sudah melekat dalam ekonomi nelayan.
Persentase bagi hasil merupakan sebuah konstanta, dan bila dimasukan ke dalam
persamaan v.12, maka tidak akan mengubah proposisi dari solusi model
matematik tersebut. Proporsi bagi hasil mungkin bisa bervariasi antar nelayan.
Proporsi bagi hasil yang lebih besar bagi nelayan pemilik secara linear akan
memberikan keuntungan bersih yang lebih besar bagi nelayan pemilik. Dimana
Gambar 2. Kerangka Pemilihan Nelayan atas Alat Tangkap Legal dan Terlarang.......... 41