Sistem tenaga listrik di Indonesia di desain untuk bekerja pada frekuensi listrik 50 Hz.
Namun, jenis beban tertentu yaitu jenis beban nonlinier, dapat mengakibatkan sistem
bekerja tidak hanya pada frekuensi dasar tersebut. Beban nonlinier dapat mengakibatkan
gelombang keluaran arus dan tegangannya memiliki karakteristik berbeda dengan
gelombang arus dan tegangan masukannya pada setiap setengah siklus. Hal seperti ini
disebut dengan istilah distorsi.
Dalam penulisan tugas akhir ini dibahas cara memperbaiki faktor daya pada beban
nonlinier dengan studi kasus di PT. Andayani Megah, dimana PT. Andayani Megah
tersebut mempunyai faktor daya sebesar 0.88 yang akan dinaikkan menjadi 0.95 dengan
menggunakan kapasitor. Kapasitor tersebut sekaligus digunakan sebagai filter harmonik
dengan menambahkan reaktor. Standar perhitungan yang digunakan dalam tugas akhir ini
adalah Standar IEEE 18-1992, IEEE Standard For Shunt Power Capasitors.
BAB I
PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang, tujuan penulisan, pembatasan masalah, metode penulisan,
dan sistematika penulisan Tugas Akhir.
BAB V KESIMPULAN
Berisi kesimpulan yang diperoleh dari keseluruhan pembahasan pada bab-bab
sebelumnya.
BAB II
DAYA SISTEM TENAGA LISTRIK
2.1. Umum
Saluran transmisi dan distribusi sistem tenaga listrik merupakan jaringan yang bersifat
reaktif yang dinyatakan dengan induktansi seri dan kapasitansi shunt perkilometer. Hal
ini menyebabkan mengalirnya daya reaktif pada saluran transmisi dan distribusi tersebut.
Aliran daya reaktif ini berkaitan erat dengan daya aktif dan akan mempengaruhi tegangan
disepanjang saluran sehingga apabila beban dan faktor daya beban berubah maka profil
tegangan disepanjang saluran transmisi akan berubah serta amplitudo tegangan di sisi
penerima akan bervariasi juga. Variasi tegangan ini sebagian besar tidak dapat ditolerir
oleh beban. Tegangan yang rendah menyebabkan penurunan unjuk kerja dari peralatan
beban, seperti motor-motor induksi, peralatan penerangan dan sebagainya. Sehingga
perlu diadakan pengontrolan daya reaktif untuk memperbaiki profil tegangan saluran.
Daya yang dapat disalurkan melalui saluran transmisi antara sisi pengirim dan sisi
penerima ditentukan oleh impedansi dari saluran tesebut. Daya aktif yang dikirimkan
berbanding terbalik dengan impedansi saluran (reaktansi) dan dikontrol oleh beda sudut
tegangan sisi pengirim dan sisi penerima.
Atau faktor daya disebut juga cos dimana ialah sudut fasanya, dimana arus mengikuti
tegangan dari beban yang bersangkutan.
PF = cos
PF = =
= tg = tg-1
maka
PF = cos(tg-1 ) .....................................................................................(2.5)
Definisi tersebut tidak begitu saja diterapkan terhadap beban-beban yang didistribusikan
terhadap sekelompok beban yang terdiri dari sejumlah beban-beban individu yang setiap
bebannya berubah. Pada keadaan seperti ini, faktor daya yang digunakan adalah pada
keadaan tertentu. Seperti pada kondisi beban ringan atau pada beban puncaknya untuk
mengetahui faktor daya dari suatu beban individu suatu titik, maka faktor daya dari
kelompok beban ini dapat dianggap sebagai faktor daya dari masing-masing individu
beban. Komposisi dari suatu kelompok beban harus diketahui, sebab bisa jadi faktor daya
dari suatu kelompok beban disebabkan oleh beban yang paling besar di kelompok
tersebut. Sehingga untuk mengetahui faktor daya dari kelompok beban biasanya
digunakan faktor daya rata-rata dari faktor daya pada keadaan beban tertentu.
....................................................................................(2.6)
=I
= I.R Cos + I.XL Sin
Dimana :
IR = I Cos = Komponen arus aktif dalam Ampere
IX = I Sin = Komponen arus reaktif dalam Ampere
Dengan pendekatan dan kecil.
Jatuh tegangan seperti persamaan (2.6) dapat dikurangi dengan pemasangan kapasitor
shunt pada jaringan distribusi atau di beban seperti terlihat pada gambar 2.2.(b) dan 2.2.
(d), sehingga jatuh tegangan dapat dihitung, sebagai berikut :
......................................................................(2.7)
Dimana : IC = Arus kapasitor shunt (Ampere)
Gambar 2.2. Bagan Satu Garis dan Fasor Diagram Suatu Penyulang Dengan Faktor Daya
Tertinggal. (i) Tanpa Kapasitor, Gambar (a) dan (c). (ii) Dengan Kapasitor-Shunt,
Gambar (b) dan (d)
Gambar 2.3. Diagram Fasor Tegangan Dengan FaKtor Daya Mengikut, (a) dan (c) Tanpa
Kapasitor, (b) dan (d) Dengan Kapasitor Seri
Dan gambar 2.3.(b) dan 2.3.(d), hasil jatuh tegangannya akibat dipasang kapasitor seri,
sehingga jatuh tegangan dapat dihitung sebagai berikut:
……………………….........……………(2.9)
Dimana :
XC = reaktansi kapasitif dari kapasitor seri, dalam Ohm
Pada gambar 2.3 kapasitor seri mengkompensir reaktansi induktif. Dengan kata lain,
kapasitor seri adalah reaktansi negatif (kapasitif) yang mengkompensir sebagian atau
seluruhnya. Oleh karena itu efek-efek pertama dari kapasitor seri adalah menekan jatuh
tegangan yang disebabkan oleh penaik tegangan dan digunakan sebagai penaik tegangan
otomatis yang sebanding dengan pertumbuhan beban.
..........................................................(2.10)
Keadaan seperti ini disebut kompensasi lebih (over compensation). Pada gambar 2.4.
diperlihatkan phasor diagram pada keadaan kompensasi lebih.
Perencanaan daya reaktif berkaitan dengan pemasangan atau pelepasan peralatan daya
reaktif pada sisitem tenaga listrik. Upaya seperti ini hanya ditunjukan pada kondisi sistem
untuk beberapa bulan sampai beberapa tahun mendatang.
Perencanaan operasi sistem berkaitaan dengan perbaikan dari pengoperasian peralatan
daya reaktif yang sebelumnya. Perencanaan seperti ini dilakukan untuk mengantisipasi
berbagai masalah daya reaktif pada kondisi sistem yang terjadi beberapa hari sampai
beberapa tahun mendatang.
Pengiriman dan pengendalian daya reaktif meliputi penentuan pengoperasian peralatan
secara aktual. Analisa seperti ini dilakukan dari setiap detik sampai setiap jam sebelum
pelaksanaannya. Istilah peralatan di sini menunjuk kepada peralatan pengkompensasi
daya reaktif dan juga peralatan untuk monitoring, pengendali dan komunikasi yang
diperlukan untuk melaksanakan pengiriman daya reaktif.
Peralatan pengkompensasi daya reaktif yang mungkin dipasang, dilepas atau
dikendalikan meliputi : kapasitor shunt yang dilengkapi dengan switch, reaktor shunt,
kapasitor seri, kondensor sinkron, kompensator VAR statis (SVC) dan kompensator LC.
Peralatan tambahannya, meliputi perlatan pengukuran untuk daya reaktif, relay kendali
otomatis, saklar atau switch, circuit breaker serta peralatan komunikasi.
Bila ditinjau dari tujuan kompensasi maka kompensasi dapat dikategorikan menjadi 2,
yaitu:
1. Kompensasi Produksi Daya Reaktif
Kompensasi produksi daya reaktif dimaksudkan untuk menghasilkan atau menyuplai
daya reaktif yang dibutuhkan oleh sistem ataupun beban. Bebannya bersifat induktif
(mengambil daya reaktif) sedangkan penghasil daya reaktifnya bersifat kapasitif
(menyuplai daya reaktif).
2. Kompensasi Penyerapan Daya Reaktif
Kompensasi penyerapan daya reaktif dimaksudkan untuk menyerap atau mengambil daya
reaktif dari sistem. Sistem bersifat kapasitif (mengeluarkan daya reaktif) sedangkan
sistem bersifat induktif (menyerap daya reaktif).
Sedangkan bila dilihat dari cara kerja alat kompensasi, maka kompensasi dapat dibagi
menjadi :
1. Kompensator Dinamis
Kompensator ini memiliki bagian yang berputar atau bergerak dalam kerjanya yaitu
mesin serempak. Jika ingin menyuplai daya reaktif, maka mesin serempak ini akan
bekerja dengan penguatan berlebih (over excited). Sebaliknya jika ingin menyerap daya
reaktif dari sistem maka mesin serempak ini akan bekerja dalam kondisi penguatan
kurang (under excited).
2. Kompensator Statis
Kompensator statis tidak memiliki bagian yang berputar dalam kerjanya. Kompensator
ini terdiri dari kapasitor dan reaktor atau induktor. Kapasitor bertindak sebagai
kompensator penghasil daya reaktif sedangkan induktor bertindak sebagai kompensator
penyerap daya reaktif.
Bila ditinjau dari sisi pengaturan besarnya kompensasi, maka kompensator dapat di bagi
menjadi:
1. Kompensator Pasif
Pengaturan besarnya daya reaktif adalah secara bertahap (tidak halus) yaitu dengan
operasi switching (saklar hubung lepas khusus).
Misalnya : reaktor dan kapasitor bank yang pengoperasiannya dengan saklar.
2. Kompenstor Aktif
Pengaturan besarnya daya reaktif adalah secara halus dan kontinyu (tidak bertahap dan
sangat responsif atau sensitif) terhadap perubahan sistem akan kebutuhan daya reaktif.
Misalnya : mesin serempak, reaktor dan kapasitor yang dikontrol oleh thyristor.
BAB III
HARMONIK PADA SISTEM DISTRIBUSI
dimana :
IVnI = besarnya tegangan harmonik pada orde ke-n
= besarnya tegangan fundamental (Vrms)
n=2-?
Nilai n yang diperhitungkan berkisar antara 2 sampai dengan 50 (harmonik ke 50). Hal
ini disebabkan untuk n ? 50, nilai harmoniknya sangat kecil.
Besarnya pengaruh harmonik pada sistem tenaga ditentukan oleh besarnya THD yang
dihasilkan. Batasan-batasan THD yang diijinkan pada titik sambung bersama (point
common coupling) untuk beberapa sistem tegangan seperti yang diperlihatkan pada Tabel
3.1 :
Akibat yang dapat ditimbulkan oleh urutan polaritas komponen harmonik (lihat Tabel
3.3) antara lain tingginya arus netral pada sistem 3 fasa 4 kawat (sisi sekunder
transformator) karena arus urutan nol (zero sequence) dan arus ini akan terinduksi ke sisi
primer transformator dan akan berputar pada sisi primer transformator yang biasanya
memiliki belitan delta ( ). Hal ini diakibatkan oleh kawat netral yang tidak memiliki
peralatan pemutus arus untuk proteksi tegangan atau arus lebih. Pengaruh harmonik pada
transformator sering tanpa disadari dan diantisipasi keberadaannya sampai terjadi
gangguan yang penyebabnya tidak jelas. Hal ini dapat juga terjadi bila perubahan
konfigurasi atau jenis beban yang dipasok. Transformator dan peralatan induksi lainnya,
selalu terpengaruh oleh harmonik karena transformator itu sendiri dirancang sesuai
dengan frekuensi kerjanya. Selain itu transformator juga merupakan media utama antara
pembangkit dengan beban. Frekuensi harmonik yang lebih tinggi dari frekuensi kerjanya
akan mengakibatkan penurunan efisiensi atau terjadi kerugian daya.
Harmonik merupakan fenomena yang bisa timbul akibat bekerjanya suatu peralatan
elektronik yang dipakai oleh masyarakat modern, misalnya : komputer dan peralatan
bantunya, motor listrik berpengaturan kecepatan, lampu hemat energi yang menggunakan
electronic ballast dan peralatan elektronik lainnya. Lampu hemat energi yang dirancang
untuk menggunakan arus listrik secara hemat dan efisien karena arus listrik hanya dapat
melalui komponen semikonduktornya selama metode pengaturan yang telah ditentukan.
Namun demikian, penghematan yang diperoleh juga berakibat timbulnya distorsi
harmonik pada gelombang arus beban yang pada akhirnya mengalir kembali kebagian
lain dari sistem pemasok.
Fenomena ini banyak terjadi di sistem distribusi yang memasok daerah komersial
(perkantoran) yang pada umumnya mempunyai beban nonlinier satu fasa. Sedangkan
beban nonlinier di daerah industri merupakan beban nonlinier tiga fasa berupa motor-
motor listrik berpengaturan kecepatan, tanur busur listrik (electric arc furnace), dan
sebagainya. Pada Gambar 3.4 diperlihatkan bentuk gelombang arus beban nonlinier.
Dari persamaan tersebut dapat dikatakan bahwa PFk akan semakin kecil seiring dengan
kenaikan THD.
Ada dua metode yang dapat digunakan dalam merancang suatu penyaring harmonik
untuk menghilangkan atau menekan arus harmonik yang mengalir ke dalam sistem
tenaga, yaitu yang pertama dengan menggunakan rangkaian penyaring dengan impedansi
tinggi yang dipasang secara seri dengan sistem untuk mengeblok arus harmonik, dan
kedua menggunakan rangkaian penyaring dengan impedansi rendah yang dipasang secara
paralel dengan sistem untuk membelokkan arus harmonik agar mengalir melalui
penyaring tersebut. Penyaring yang dipasang secara seri dengan sistem tersebut harus
mampu memikul arus beban secara penuh dan rangkaian ini tentunya akan mengisolasi
tegangan line. Sebaliknya rangkaian penyaring yang dipasang secara paralel dengan
sistem tidak akan memikul arus beban secara penuh dan hanya mengalirkan arus
harmonik saja. Dengan pertimbangan bahwa rangkaian penyaring seri jauh lebih mahal
dari rangkaian penyaring paralel, dan kenyataan bahwa rangkaian penyaring paralel dapat
digunakan sekaligus untuk suatu kompensasi daya reaktif, maka dalam prakteknya lebih
banyak digunakan rangkaian penyaring paralel (rangkaian penyaring dengan impedansi
rendah yang dipasang secara paralel terhadap sistem).
1. Kapasitor
Kapasitor dihubungkan seri atau paralel untuk memperoleh sebuah total rating tegangan
dan kVar yang diinginkan.
2. Induktor
Induktor digunakan dalam rangkaian filter agar mampu menahan selubung frekuensi
tinggi.
Rangkaian filter pasif ini (rangkaian seri LC), dirangkai secara paralel terhadap beban
nonlinier (sumber harmonik) yang terdapat pada sistem, seperti pada Gambar 3.5. berikut
ini.
Dimana, rangakaian seri LC yang dirangkai paralel terhadap beban nonlinier tersebut
memiliki impedansi Z, yaitu :
………………………………………………….……..(3.4)
atau
..……………………………………………………..(3.5)
Penyaring ini selain berfungsi sebagai penyaring harmonik level tertentu, juga sekaligus
dapat berfungsi sebagai kompensasi daya reaktif untuk meningkatkan faktor daya.
...........................................................(3.6)
dimana :
THDF adalah Transformator Harmonic Derating Factor
......................................................(3.7)
dengan : ...................................................................................(3.10)
................................................................(3.11)
..................................................................................(3.12)
dimana :
fs adalah frekuensi sampel
adalah waktu antara sampel
adalah skala dari komponen frekuensi ( bila = 50 Hz, maka f0 = 0 Hz, f1 = 50 Hz, f2 =
100 Hz dan seterusnya )
x(tn) adalah besar tegangan atau arus pada saat tn
n dan k = 0, 1, 2, 3, 4, ..., N-1
..........................................………….(3.13)
Besar dari setiap X(fk) adalah bilangan kompleks dan bilangan real dan sudut fasa . Pada
setiap komponen X(fk) berlaku rumus dibawah ini :
.................................................................(3.14)
dengan sudut fasa :
..................................................................................(3.15)
3.6. Perbaikan Faktor Daya Pada Beban Nonlinier dan Desain Filter Harmonik4
Berikut ini akan dijelaskan langkah-langkah untuk memperbaiki faktor daya dan untuk
mendesain filter harmonik pada daerah-daerah industri yang mengandung harmonik.
Kapasitor perbaikan faktor daya digunakan secara luas pada daerah industri untuk
mengurangi rugi-rugi dan meningkatkan faktor daya.
Langkah-langkah untuk memperbaiki faktor daya dan mendesain filter harmonik adalah
sebagai berikut :
BAB IV
PERBAIKAN FAKTOR DAYA PADA BEBAN NONLINIER
Pada penulisan Tugas Akhir ini, diambil contoh kasus untuk perbaikan faktor daya pada
beban nonlinier dari PT. Andayani Megah. Perusahaan tersebut diasumsikan sebagai
beban nonlinier karena sebagian besar peralatan yang digunakan adalah peralatan-
peralatan listrik yang dapat membangkitkan harmonik.
4.3. Aplikasi Perhitungan Perbaikan Faktor Daya Pada Beban Nonlinier dan Desain Filter
Harmonik
Berikut ini data Load Profile PT. Andayani Megah pada tanggal 30 Juli 2008 yang
terbaca di APP.
Tabel 4.1. Load Profile PT. Andayani Megah Tanggal 30 Juli 2008
Jam S (kVA) P (kW) PF
0:00 0.5268 0.4742
1:00 0.5479 0.4918
2:00 0.5519 0.4975
3:00 0.5437 0.4886
4:00 0.5182 0.4696
5:00 0.498 0.4546
6:00 0.5213 0.4731
7:00 0.5265 0.4747
8:00 0.5049 0.4587
9:00 0.5115 0.4636
10:00 0.4938 0.4494
11:00 0.526 0.4768
12:00 0.5385 0.4848
13:00 0.5109 0.4622
14:00 0.5553 0.497
15:00 0.5745 0.511
16:00 0.5653 0.504
17:00 0.5696 0.5077
18:00 0.5609 0.4992
19:00 0.5324 0.4766
20:00 0.5435 0.4869
21:00 0.5644 0.5009
22:00 0.5689 0.5038
23:00 0.5689 0.5014
Berikut ini data Load Profile PT. Andayani Megah pada tanggal 31 Juli 2008 yang
terbaca di APP.
Tabel 4.2. Load Profile PT. Andayani Megah Tanggal 31 Juli 2008
Jam S (kVA) P (kW) PF
0:00 0.5286 0.4707
1:00 0.5376 0.4778
2:00 0.5385 0.4802
3:00 0.5406 0.4798
4:00 0.5156 0.4569
5:00 0.5006 0.4481
6:00 0.5106 0.4561
7:00 0.5275 0.467
8:00 0.4983 0.4466
9:00 0.5189 0.4664
10:00 0.5261 0.4752
11:00 0.5366 0.483
12:00 0.5351 0.479
13:00 0.542 0.4781
14:00 0.5164 0.4683
15:00 0.5188 0.4707
16:00 0.5059 0.4608
17:00 0.4744 0.4351
18:00 0.5413 0.4884
19:00 0.5228 0.4708
20:00 0.5262 0.4757
21:00 0.5683 0.5074
22:00 0.5934 0.5291
23:00 0.5959 0.5307
*Nilai PF-nya tidak terbaca karena tidak di-setting.
Tabel 4.3. Load Profile PT. Andayani Megah Tanggal 30 Juli 2008 Dengan Faktor
Pengali 12000
Jam S (kVA) P (kW) PF
0:00 6321.6 5690.4 0.90
1:00 6574.8 5901.6 0.90
2:00 6622.8 5970 0.90
3:00 6524.4 5863.2 0.90
4:00 6218.4 5635.2 0.91
5:00 5976 5455.2 0.91
6:00 6255.6 5677.2 0.91
7:00 6318 5696.4 0.90
8:00 6058.8 5504.4 0.91
9:00 6138 5563.2 0.91
10:00 5925.6 5392.8 0.91
11:00 6312 5721.6 0.91
12:00 6462 5817.6 0.90
13:00 6130.8 5546.4 0.90
14:00 6663.6 5964 0.90
15:00 6894 6132 0.89
16:00 6783.6 6048 0.89
17:00 6835.2 6092.4 0.89
18:00 6730.8 5990.4 0.89
19:00 6388.8 5719.2 0.90
20:00 6522 5842.8 0.90
21:00 6772.8 6010.8 0.89
22:00 6826.8 6045.6 0.89
23:00 6826.8 6016.8 0.88
Sedangkan Load Profile PT. Andayani Megah Tanggal 31 Juli 2008 dengan faktor
pengali 12000 :
Tabel 4.4. Data Load Profile PT. Andayani Megah Tanggal 31 Juli 2008 Dengan Faktor
Pengali 12000
Jam S (kVA) P (kW) PF
0:00 6343.2 5648.4 0.89
1:00 6451.2 5733.6 0.89
2:00 6462 5762.4 0.89
3:00 6487.2 5757.6 0.89
4:00 6187.2 5482.8 0.89
5:00 6007.2 5377.2 0.90
6:00 6127.2 5473.2 0.89
7:00 6330 5604 0.89
8:00 5979.6 5359.2 0.90
9:00 6226.8 5596.8 0.90
10:00 6313.2 5702.4 0.90
11:00 6439.2 5796 0.90
12:00 6421.2 5748 0.90
13:00 6504 5737.2 0.88
14:00 6196.8 5619.6 0.91
15:00 6225.6 5648.4 0.91
16:00 6070.8 5529.6 0.91
17:00 5692.8 5221.2 0.92
18:00 6495.6 5860.8 0.90
19:00 6273.6 5649.6 0.90
20:00 6314.4 5708.4 0.90
21:00 6819.6 6088.8 0.89
22:00 7120.8 6349.2 0.89
23:00 7150.8 6368.4 0.89
Dari data di atas dapat diketahui bahwa faktor daya terendah pada PT. Andayani Megah
adalah 0.88.
Kapasitor untuk perbaikan faktor daya dapat juga digunakan sebagai filter. Prosedur
untuk memperbaiki faktor daya dan untuk mendesain filter dapat dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut.
Gambar 4.2. Alat Ukur Harmonik Merk EDMI Tipe GENIUS MK6
Untuk sistem 20 kV, filter reaktansi kapasitif ekivalen wye (Y) dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan (3.16) :
Xfilt = = = 360.074
Xfilt (reaktansi filter) adalah selisih dari reaktansi kapasitif dan reaktansi induktif pada
frekuensi fundamental.
Xfilt = XCap - XL
Untuk pemasangan harmonik ke h :
XCap = h2 XL
Xfilt = XCap - XL
Xfilt = XCap -
Xfilth2 = XCap (h2 -1)
XCap =
XCap = = 377.147
kVar = = = 1060.593 kVar
Pada tegangan 20 kV, filter akan didesain dengan menggunakan kapasitor sebesar 1100
kVar, maka :
XCap = = = 363.636
XCap =
C = = = 8.753 F
Untuk memperbaiki faktor daya dipilih 0.95 karena menjaga pada kondisi faktor daya
maksimum pada beban, faktor dayanya tidak menjadi leading.
Atau
fh =
Dimana fh = 4.7 x 50 = 235 HZ
LC = = = 4.587 10-7
L = = 52.405 mH
4.3.4. Perhitungan Untuk Persyaratan Filter
Perhitungan untuk persyaratan filter ini termasuk perhitungan tegangan puncak, arus,
kVar, dan tegangan rms. Standar IEEE 18-1992, IEEE standard for shunt power
capasitors, digunakan sebagai standar limit perhitungan ini. Perhitungan ini sangat
panjang, oleh karena itu dibagi menjadi tiga tahap, yaitu perhitungan untuk persyaratan
nilai fundamental, harmonik dan arus rms serta tegangan puncak.
d. Pada kenyataannya, arus fundamental pada filter lebih besar daripada nilai arus
fundamental pada kapasitor saja, maka nilai daya reaktif yang dihasilkan menjadi lebih
besar daripada nilai daya reaktif yang dihasilkan oleh kapasitor saja.
c. Arus harmonik maksimum (Ihtotal) adalah penjumlahan dari arus harmonik dari beban
dan dari sisi utility.
Ihtotal = 13.479 + 8.504 = 21.983 A
Tabel 4.5. Tabel Perbandingan Hasil Perhitungan Dengan Standar IEEE 18-1992
Rumus Limit, % Nilai aktual Nilai aktual, %
Tegangan Puncak
120
118
Tegangan RMS
110
105
Arus RMS
180
108
kVar
135
114
BAB V
KESIMPULAN
Dari penjelasan, pengamatan dan perhitungan yang telah dilakukan pada bab-bab
sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa :
1. Untuk perbaikan faktor daya pada beban nonlinier (PT. Andayani Megah) dari 0.88
menjadi 0.95 diperlukan kompensasi sebesar 1100 kVar.
2. Untuk filter harmonik pada beban nonlinier tersebut, reaktor yang perlu ditambahkan
sebesar 52.405 mH.
3. Pada kondisi faktor daya beban maksimum (0.92) dengan kompensasi sebesar 1100
kVar, faktor daya yang baru menjadi 0.98 (tidak leading).
4. Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa pemasangan filter tersebut masih dalam
batas satandar IEEE 18-1992, IEEE Standard For Shunt Power Capasitors.
5. Dengan dipasangnya filter pada PT. Andayani Megah, didapat 2 keuntungan. Yaitu :
a. Dapat memperbaiki faktor daya.
b. Dapat menekan harmonik yang paling dominan yaitu harmonik ke-5.
DAFTAR PUSTAKA
1. Basri, Hasan, Ir., Sistem Distribusi Daya Listrik, Jurusan Elektro ISTN, Jakarta, 1997.
2. Hermawanto, Bambang, Ir. MSc., Phenomena Harmonik Di Sistem Distribusi Tenaga
Listrik : Masalah, Penyebab dan Usaha Mengatasinya, Energi dan Listrik Volume VI No.
2, Juni 1996.
3. Hardi, Surya, Ir. MSc., Harmonisa Dan Pengaruhnya Pada Peralatan Sistem Distribusi,
SAINTEK ITM NO. 10 Tahun VI.
4. R.C Dugan, M. F. McGranaghan, and H. W. Beaty, Electrical Power System Quality.
New York : McGraw-Hill, 1996.
5. Standar IEEE 18-1992, IEEE Standard For Shunt Power Capasitors.
6. Ernawati, Strategi bersaing PT Gajah Tunggal sebagai produsen ban ranmor terbesar di
Asia Tenggara, MasterThesesfromMM-FEUI dibuat : 1996-12-15.