Anda di halaman 1dari 4

TUGAS SISTEM DISTRIBUSI DAYA

LISTRIK

Kelompok 10:
• Muhammad Fachrurozi Surya (2114210433)
• Ilham Al'hayan (2214210029)
Materi:
• Segitiga Daya
• Drop Voltage
• Power Factor
1. Segitiga Daya
Segitiga Daya, atau dalam bahasa Inggris disebut "Power Triangle," adalah suatu konsep
yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara daya aktif (real power), daya reaktif
(reactive power), dan daya semu (apparent power) dalam sebuah sistem listrik tiga fasa. Konsep
ini berguna dalam pemahaman tentang bagaimana daya listrik dalam sistem tiga fasa
berhubungan satu sama lain.

Berikut adalah definisi dan komponen Segitiga Daya:

1. Daya Aktif (Real Power - P):


- Daya aktif adalah komponen dari daya listrik yang benar-benar digunakan untuk melakukan
kerja, seperti menggerakkan mesin atau memanaskan peralatan. Unit ukurannya adalah Watt
(W).

2. Daya Reaktif (Reactive Power - Q):


- Daya reaktif adalah komponen dari daya listrik yang tidak melakukan kerja, tetapi
diperlukan untuk menyeimbangkan medan listrik dan medan magnetik dalam peralatan seperti
motor induksi. Daya reaktif menyebabkan aliran arus yang bergantung pada fase terhadap
tegangan. Unit ukurannya adalah Volt-Ampere Reactive (VAR).

3. Daya Semu (Apparent Power - S):


- Daya semu adalah hasil dari kombinasi daya aktif dan daya reaktif, dan mewakili total daya
yang mengalir dalam sirkuit listrik. Daya semu diukur dalam Volt-Ampere (VA).

Segitiga Daya biasanya diilustrasikan dalam bentuk segitiga dengan panjang sisi segitiga
mewakili daya semu (S), sisi horizontal mewakili daya aktif (P), dan sisi vertikal mewakili
daya reaktif (Q). Hubungan antara ketiga komponen ini dapat dijelaskan dengan persamaan
berikut:

S^2 = P^2 + Q^2

Contoh penggunaan Segitiga Daya adalah dalam perhitungan daya dalam sistem tiga fasa, di
mana pemahaman tentang daya aktif, daya reaktif, dan daya semu penting dalam merencanakan
kapasitas peralatan, mengoptimalkan faktor daya, dan merancang sistem distribusi listrik yang
efisien.
2. Drop Voltage
Drop tegangan (voltage drop) adalah penurunan tegangan yang terjadi dalam sebuah sistem
listrik saat arus listrik mengalir melalui konduktor atau kabel listrik. Penurunan tegangan ini
disebabkan oleh hambatan konduktor terhadap aliran arus, dan itu bisa menjadi masalah
terutama dalam sistem distribusi listrik jarak jauh atau dalam sistem yang memiliki panjang
kabel yang signifikan.

Contoh drop tegangan dapat dijelaskan sebagai berikut:

Misalkan Anda memiliki sebuah sirkuit listrik sederhana dengan sumber daya (misalnya,
baterai) yang menyediakan tegangan 12 Volt. Anda ingin mengalirkan arus melalui seutas kabel
dengan hambatan tertentu menuju suatu beban (misalnya, lampu). Kabel tersebut memiliki
resistansi yang menyebabkan penurunan tegangan saat arus mengalir melaluinya.

Jika resistansi kabel adalah 1 Ohm dan arus yang mengalir adalah 1 Ampere, maka penurunan
tegangan (drop tegangan) di sepanjang kabel dapat dihitung menggunakan hukum Ohm:

Penurunan Tegangan (V) = Arus (I) × Resistansi (R)


Penurunan Tegangan (V) = 1 A × 1 Ω = 1 Volt

Sehingga, dengan 1 Ampere arus, Anda akan mengalami penurunan tegangan sebesar 1 Volt di
sepanjang kabel. Akibatnya, tegangan yang tiba di beban (lampu) hanya akan menjadi 11 Volt
(12 Volt - 1 Volt).

Pengetahuan tentang drop tegangan penting dalam perencanaan sistem listrik karena penurunan
tegangan yang signifikan dapat mengakibatkan masalah, terutama dalam sistem listrik yang
panjangnya berjalan jauh atau dalam aplikasi yang memerlukan tegangan yang konstan. Untuk
mengatasi masalah ini, perancang sistem harus mempertimbangkan pemilihan kabel yang
sesuai untuk mengurangi drop tegangan dan memastikan operasi yang efisien dan andal.
3. Power Factor
Power factor (faktor daya) adalah ukuran efisiensi penggunaan daya listrik dalam suatu
sirkuit listrik. Faktor daya menggambarkan sejauh mana daya semu (apparent power)
digunakan secara efisien untuk melakukan kerja yang berguna dalam peralatan listrik. Faktor
daya berkaitan dengan hubungan antara daya aktif (real power) dan daya semu dalam sirkuit.

Faktor daya diukur dalam rentang antara 0 hingga 1, dan faktor daya yang lebih tinggi
menunjukkan penggunaan daya yang lebih efisien. Faktor daya yang ideal adalah 1 (atau
100%), yang berarti bahwa seluruh daya semu digunakan untuk melakukan kerja yang berguna,
dan tidak ada daya reaktif yang terbuang.

Contoh faktor daya dalam sebuah sirkuit listrik:

1. Sirkuit dengan faktor daya tinggi (cos φ = 1):


Misalkan Anda memiliki sebuah sirkuit dengan beban yang sangat efisien seperti lampu LED
atau motor listrik yang dioperasikan dengan peralatan yang merancang faktor daya yang baik.
Dalam hal ini, faktor daya mendekati 1, yang berarti bahwa sebagian besar daya semu yang
disediakan digunakan dengan efisien untuk melakukan pekerjaan.

2. Sirkuit dengan faktor daya rendah (cos φ < 1):


Sebagai contoh, mesin induksi motor yang digunakan dalam industri sering memiliki faktor
daya yang lebih rendah karena mereka memerlukan daya reaktif untuk menciptakan medan
magnetik yang diperlukan untuk beroperasi. Ini dapat menyebabkan faktor daya yang rendah,
dan sebagian besar daya semu hanya digunakan untuk menggerakkan motor itu sendiri,
sementara sejumlah besar daya reaktif mengalir di sirkuit.

Perbaikan faktor daya dalam sirkuit yang memiliki faktor daya rendah seringkali dilakukan
dengan menggunakan kapasitor (kompensasi daya) untuk mengimbangi daya reaktif. Dengan
meningkatkan faktor daya, efisiensi sistem meningkat, dan biaya yang terkait dengan
pembayaran daya reaktif dapat dikurangi. Hal ini penting dalam pengelolaan energi listrik dan
perencanaan distribusi listrik yang efisien.

Anda mungkin juga menyukai