Anda di halaman 1dari 7

Tundung Subali P, Aplikasi Filter Daya Aktif Shunt, Halaman 25 31

APLIKASI FILTER DAYA AKTIF SHUNT DENGAN BEBAN RESISTIF


Tundung Subali Patma*)
Abstrak Filter daya aktif shunt dapat digunakan untuk mengkompensasi distorsi arus saluran dan untuk memperbaiki faktor daya. Makalah ini membahas sintesa beban resistif ketika filter daya aktif shunt ini diterapkan pada sistem dengan tegangan yang tidak sinusoida sempurna. Filter daya aktif shunt 1 kVA, 220 V, frekuensi peralihan 20 kHz ini digunakan pada saluran tiga kawat seimbang, dengan tegangan yang dapat terdistorsi. Perilaku beban resistif yang diselidiki adalah beban seimbang tiga fasa non linier dan beban non linier tidak seimbang. Makalah ini menyimpulkan aplikasi filter daya aktif shunt pada sistem menggunakan sintesa beban resistif dapat menjaga kapasitas peredaman melawan resonansi. Pada beban non linier tiga fasa seimbang, setelah filter daya aktif shunt mengkompensasi, bentuk gelombang arus sama dengan bentuk gelombang tegangannya. Pada beban non linier tidak seimbang, setelah filter daya aktif shunt mengkompensasi, beban resistif menjadi seimbang, THD tegangan turun menjadi 2,8 % dan faktor daya 0,995. Kata-kata Kunci: filter, daya aktif, beban, resistif Abstract The shunt active power filters can compensate the line current distortion and to improve the power factor. This paper discusses the resistive load synthesis when the shunt active power filter is used in a system where the voltage is not perfectly sinusoidal. The shunt active power filter 1 kVA, 220 V, switching frequency 20 kHz is applied in a balanced three phases (three wires), in which the voltage can be distorted. The resistive loads are a three phases nonlinear balanced load and a single phase nonlinear load (unbalanced load). It concludes that the implementation of shunt active power filter to synthesize resistive loads can maintain damping capacity against induced resonances. After the compensation is carried out, the line currents are similar to the respective voltages, on a three phases nonlinear balanced load. In the unbalanced nonlinear load, the shunt active power filter is able to compensate for the load, and reflecting to the grid a resistive and balanced load. The voltage THD is reduced to 2.8%, and power factor is 0.995. Keywords: filter, active power, load, resistive

1. PENDAHULUAN Beberapa tahun terakhir telah dikaji penggunaan filter daya aktif shunt (shunt active power filter, APF) untuk mengkompensasi distorsi arus saluran dan untuk memperbaiki faktor daya (Akagi, et.al., 1984:625). Banyak alasan untuk mempelajari filter ini, antara lain standar internasional yang membatasi distorsi arus, faktor daya, dan pertimbangan sosial-ekonomi penggunaan energi yang lebih efisien. Makalah ini membahas sintesa beban resistif (resistive load synthesis, RLS) ketika
*)

filter daya aktif shunt ini diterapkan pada sistem dengan tegangan yang tidak sinusoida sempurna. Tingkat distorsi pada titik simpul (point of common coupling, PCC) sangat tergantung pada arus beban yang terkait dengan impedansi saluran dan distorsi tegangan bus. Pengaruh pada distorsi tegangan PCC penting jika beban menyerap arus yang terdistorsi, karena pengoperasian peralatan-peralatan lain yang terhubung ke titik yang sama dapat terpengaruh.

Tundung Subali P, Dosen Program Studi Teknik Elektronika Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Malang

25

Jurnal ELTEK, Volume 05 Nomor 01, April 2007 ISSN 1693-4024 Standar IEEE 519 mengijinkan distorsi harmonik total (total harmonic distortion, THD) 5 % pada rangkaian (jaringan) tegangan rendah dan membatasi tiap harmonik pada 3 % dari komponen dasar. Tingkat ini dapat dilampaui jika beban-beban non linier (dengan arus terdistorsi) terhubung ke rangkaian (jaringan). Filter daya aktif shunt ini tidak mengubah arus beban, karena arus ini tidak berpengaruh besar pada tegangan PCC. Filter ini dapat menyalurkan semua komponen non aktif arusnya ke beban. Komponen-komponen non aktif dari arus ini seperti yang dijelaskan pada (Malesani, et.al., 1991: 392). Filter daya aktif shunt ini memaksimalkan faktor daya, sehingga rugi-rugi saluran (transmisi) menjadi minimal. Hal itu karena kondisi tersebut berkaitan dengan arus RMS minimum yang diperlukan untuk mengirim daya aktif ke beban. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sintesa Beban Resistif Dengan menggunakan teori daya seketika (instantaneous power theory, IPT) (Akagi, et.al., 1984:625), filter daya aktif shunt menghasilkan arus kompensasi yang diinjeksikan ke rangkaian (jaringan), akan menghasilkan arus saluran sinusoida sefasa dengan tegangannya. Teori daya seketika itu tidak menghasilkan penyelesaian yang baik jika tegangan saluran tidak sinusoida. Teori ini memungkinkan penentuan arus kompensasi (yang diinjeksikan ke rangkaian) menjamin penyerapan daya seketika konstan dari sumber. Tegangan yang sinusoida dan seimbang akan menghasilkan arus akhir sinusoida dan seimbang. Demikian juga sebaliknya, arus akhir akan terdistorsi dengan komponen harmonik, sehingga faktor daya tidak akan terkoreksi menuju ke 1. Gambar 1 menunjukkan adanya komponen harmonik ke-5 pada tegangan, yang besarnya 10 % dari tegangan dasar. Setelah dilakukan kompensasi, arus akhir mempunyai bentuk gelombang yang berbeda dan faktor dayanya 0,99.

Gambar

1. Arus Saluran Setelah Menggunakan IPT pada Tegangan Tidak Sinusoida

Pada kondisi ini, teori daya seketika perlu dimodifikasi sehingga arus yang dihasilkan filter dapat disesuaikan, yaitu arus sinusoida (Komatsu dan Kawabata, 1997: 161). Tetapi, karena tegangan terdistorsi, penyelesaian itu tidak menjamin faktor daya yang terkoreksi menuju ke 1. Komponen harmonik tegangan tidak memberikan kontribusi ke beban aktif tetapi meningkatkan daya semu (apparent power). Namun penyelesaian itu memperbaiki faktor daya jika dibandingkan dengan teori terdahulu. Faktor dayanya 0,995, seperti pada Gambar 2.

Gambar

2. Arus Saluran Setelah Menggunakan Modifikasi IPT pada Tegangan Tidak Sinusoida

Keberadaan rangkaian resonansi pada rangkaian tegangan terdistorsi dapat menyebabkan fenomena resonansi (Owen, 1998: 6). Bagian resistif rangkaian menyebabkan efek peredaman. Bagian resistif ini terdiri atas resistansi fisik rangkaian (kabel, pengawatan) dan beban resistif ekivalen rangkaian. Jika tegangan beban lokal terdistorsi dan filter daya aktif shunt menghasilkan arus saluran sinusoida, maka pada beban hanya ada frekuensi dasar saja. Beban itu adalah rangkaian terbuka untuk harmonik, karena

26

Tundung Subali P, Aplikasi Filter Daya Aktif Shunt, Halaman 25 31 tidak ada arus yang akan mengalir pada frekuensi ini. Berdasarkan peranan yang dimainkan oleh peredaman beban, maka sistem akan kehilangan kemampuannya untuk meredam resonansi akhir yang dapat menyebabkan distorsi tegangan yang besar pada PCC. Sebaliknya, jika filter daya aktif shunt bekerja menyintesa beban resistif, maka arus saluran akan mempunyai bentuk gelombang yang sama dengan bentuk gelombang tegangan, efek peredaman tidak berubah. Faktor daya akan terkoreksi menuju ke 1. Hal itu berarti arus RMS untuk daya aktif konstan disalurkan ke beban. Sistem dengan tegangan harmonik ke-7 adalah 1 % ditunjukkan gambar 3. Sistem yang dihubungkan dengan sebuah filter daya aktif shunt ideal yang menyintesa beban resistif ditunjukkan gambar 3a. Sedangkan sintesa arus sinusoida ditunjukkan gambar 3b. Untuk daya aktif tertentu, beban resistif murni akan meminimalkan daya semu dan arus RMS, sehingga meminimalkan rugi-rugi saluran (transmisi) (Fryze, 1932: 596). Tetapkan u(t) dan i(t) adalah kuantitas periodik tegangan dan arus, sehingga nilainilai RMS adalah:

U=

1 T 2 u (t )dt T 0 1 T 2 i (t )dt T 0

(1)

I=
P=

(2)

Daya aktif dan daya semunya adalah:

1 T u.i.dt T 0 S = U.I
Menggunakan pertidaksamaan Schwartz:
2 b 2 a b 2 a

(3) (4)

[abf (x ).g(x ).dx] f (x ).dx. g (x ).dx (5)


(6)

S P = .U.I

a. Sintesa Beban Resistif

b. Sintesa Arus Sinusoida Gambar 3. Perbandingan Sintesa pada Sistem Tegangan Terdistorsi Pada gambar 3a, bentuk gelombang tegangan pada PCC tidak dipengaruhi oleh bekerjanya filter daya aktif shunt. Efek peredaman hilang pada gambar 3b. Perlu diketahui bahwa distorsi harmonik total (THD) 1 % pada sumber mengakibatkan lebih dari 10 % THD pada PCC. Jika semua beban yang dihubungkan ke sistem adalah resistif, distorsi tegangan yang diinduksikan oleh beban akan hilang, sehingga tegangan pada PCC menjadi sinusoida. Penggunaan sintesa beban resistif lebih baik untuk mengendalikan suatu filter daya aktif shunt pada tegangan saluran yang terdistorsi. Kelemahan sintesa beban resistif ini adalah penyelesaiannya tidak sederhana dan tidak cepat.

Persamaan 6 hanya dapat diterapkan jika perbandingan f(x)/g(x) konstan, yang mencirikan beban resistif. Parameter adalah konstan yang mewakili faktor daya. Rossetto dan Tenti (1994) memandang secara umum hasil itu untuk sistem fasa banyak, menggunakan konsep normalisasi. Pendekatan ini memungkinkan penggambaran hubungan seketika antara arus dan tegangan (tiap fasa) sebagai fungsi dari daya seketika, seperti persamaan 7.

i p (t ) =

v(t )

p(t )

v(t )

(7)

dengan: p(t) : daya seketika

v(t ) : normalisasi

Euclidean

vektor

tegangan ip(t) : komponen arus pada daya aktif beban Perhatikan bahwa jika daya seketika dan kuadrat normalisasi punya karakteristik dinamik yang sama, perbandingan tegangan terhadap arus konstan, mencirikan beban resistif. Pendekatan ini dipandang secara umum untuk berbagai bentuk gelombang (Deckmann dan Marafao, 2000: 289). Normalisasi dihitung pada interval yang didefinisikan oleh

27

Jurnal ELTEK, Volume 05 Nomor 01, April 2007 ISSN 1693-4024 periode sampling (pada sistem digital akuisisi data) daripada periode sinyal. Dalam hal ini, normalisasi berkaitan dengan nilai seketika. Mengacu pada suatu sistem dengan tegangan terdistorsi dan komponen dasar yang seimbang, maka penggunaan metode ini memungkinkan untuk membangkitkan seketika referensi arus yang diperlukan untuk menyintesa suatu beban resistif. Metode ini akan membuka wawasan tentang penerapan digital dari sistem kendali filter daya aktif. 2.2. Metode Kendali Sintesa Beban Resistif Diagram blok sistem filter daya aktif shunt tiga fasa dan sistem kendalinya terdapat pada gambar 4. Filter daya aktif shunt ini digunakan pada saluran tiga kawat seimbang, dengan tegangan yang dapat terdistorsi. Sumber DC tidak diperlukan karena ketika kondisi steady state, filter daya aktif shunt (APF) tidak memasok daya aktif ke beban. Pada keluaran inverter, terdapat filter pasif pelewat rendah (low-pass passive filter) untuk membatasi komponen frekuensi tinggi yang dihasilkan oleh pensaklaran (switching). Karena filter ini tidak teredam, maka untuk mengurangi rugi-rugi, rangkaian kendali harus dapat menjamin stabilitas loop tertutup. Struktur pada gambar 4 memungkinkan kendali sistem 3 fasa dengan pemantauan hanya 2 arus dan 3 tegangan (tegangan bus inverter DC dan tegangan 2 fasa). Referensi-referensi untuk arus fasa a dan fasa b diperoleh melalui sampling tegangan-tegangan masing-masing fasa (fasa ke netral) dan mengalikannya dengan tingkat DC untuk memperoleh bentuk gelombang dan amplitudo yang diinginkan. Referensi fasa c diperoleh dengan membalik (inverting) penjumlahan kedua referensi yang lain. Tingkat DC ini berasal dari rangkaian kendali tegangan DC. Kebutuhan daya selama transien beban cepat dipasok dari kapasitor DC, sehingga mengubah tegangan DC. Rangkaian kendali berdasarkan pengendali PI (PI controller). Jika tegangan DC pada tingkat penyetelan, pengendali PI tidak berubah keluarannya dan amplitudo referensi konstan. Sebaliknya akan bertambah atau berkurang, tergantung polaritas kesalahan. Loop yang lebih luar memberikan respon frekuensi rendah untuk mencegah loop arus dalam yang cepat, yang bertanggung jawab pada kompensasi bentuk gelombang arus. Kesalahan arus yang berkurang diperoleh jika loop arus dalam menghasilkan penguatan (gain) yang cukup tinggi. Penguatan (gain) ini harus cukup dibatasi untuk mencegah ketidakstabilan yang ditimbulkan oleh resonansi filter pasif (Ataide dan Pomilio, 1997: 422). Untuk loop arus, sebuah pengendali PI bukanlah penyelesaian yang cukup karena pergeseran fasa yang dihasilkan akan mengurangi margin fasa sistem, sehingga mempengaruhi stabilitas sistem secara keseluruhan. Kestabilan tergantung juga pada rangkaian pemrosesan sinyal arus saluran. Rangkaian ini harus memiliki karakteristik pelewat rendah (low-pass characteristic) untuk meredam resonansi filter pasif secara efektif. Di lain pihak, diperlukan respon datar (flat response) (pada penguatan dan fasa) pada batas harmonik (sampai kira-kira 2000 Hz). Artinya jika arus saluran memberikan komponen harmonik di luar batas itu, maka tidak mungkin terjadi kompensasi penuh. 2.3. Perilaku Dinamik Loop Arus Arus saluran diukur dan diproses oleh blok pengkondisi arus. Kesalahan antara sinyal-sinyal ini dan referensi dikalikan dengan penguatan K dan dibandingkan

Gambar 4. Diagram Blok Filter Daya Aktif Shunt 3 Fasa dengan Sintesa Beban Resistif

28

Tundung Subali P, Aplikasi Filter Daya Aktif Shunt, Halaman 25 31 dengan pembawa segitiga, modulasi lebar pulsa. Tiap fasa, sinyalnya adalah: menghasilkan tinggi dan impedansi filter pasif rendah Zeq(s) yang sesuai. Didasarkan bahwa filter pasif disusun oleh sel LC (rangkaian seri induktor dan kapasitor shunt), maka impedansi rendah itu berarti nilai induktansinya rendah. Berdasarkan pelemahan frekuensi tinggi (IEC, 1990), tidak mungkin menggunakan filter sel tunggal karena induktansi yang dihasilkan ungkin terlalu tinggi, berlawanan dengan syarat Zeq(s) rendah. Akibatnya direkomendasikan untuk menggunakan filter sel banyak orde ke-4. Untuk pelemahan (attenuation) harmonik frekuensi peralihan (switching), filter orde ke-4 akan mempunyai frekuensi cut-off lebih tinggi, sehingga memperbaiki respon umpan balik arus pada batas-batas harmonik. Pada filter orde ke-4, dengan 2 sel LC yang identik, komponen-komponennya diperoleh dari:

(8) Pada kawasan frekuensi, arus yang tersaring oleh filter daya aktif dan diinjeksikan ke sistem adalah:

v M (t ) = K.[is (t ) is (t )]
*

Icon (s ) =

V con (s ) V s (s ) Zeq (s )

(9)

dengan: Vcon : tegangan pada keluaran inverter Vs : tegangan fasa Zeq : impedansi filter pasif Hubungan antara tegangan fasa (yang ditentukan oleh bentuk gelombang arus yang diinginkan) dan referensi arus adalah 1/R. Inverter dapat dimodelkan sebagai sebuah penguatan yang nilainya adalah perbandingan antara tegangan DC (VDC) dan amplitudo pembawa segitiga (Vtri). Loop arus digambarkan pada diagram blok gambar 5. Loop tegangan luar (mungkin merubah parameter 1/R) diharapkan tidak mempunyai respon lambat.

f0 =

1 x = f A1 A 2 2 LC 10 L 4 V DC = Z0 = C I max

(13) (14)

Gambar 5. Diagram Blok Loop Arus Tujuan pengoperasian filter daya aktif adalah memaksa arus saluran yang dihasilkan untuk mengikuti referensinya Is*(s). Referensinya itu harus mempunyai bentuk gelombang yang sama dengan tegangan Vs(s). Jika terjadi variasi arus beban dan gangguan itu tidak merubah kebutuhan daya aktif, arus yang dihasilkan tetap sama. Dari gambar 5 dapat diformulasikan sebagai berikut:

dengan: fx : frekuensi pada pelemahan A1 A1 : pelemahan filter 1 A2 : pelemahan filter 2 Imax : arus keluaran maksimum inverter pada frekuensi peralihan Pada (IEC, 1990), frekuensi fx 150 kHz, A2 adalah 80 dB/dec (filter orde ke-4). Imax ditentukan berdasarkan peralihan daya. 3. PEMBAHASAN Perilaku filter daya aktif diselidiki dengan membuat prototipe 1 kVA, 220 V, dan frekuensi pengalihan 20 kHz. Perlu diperhatikan bahwa tegangan jaringan (rangkaian) lokal terdistorsi, dengan memuat komponen harmonik ke-5 dan ke-7. Distorsi harmonik tegangan total sebesar kurang dari 3 %. Filter pasif terdiri atas sebuah filter dengan 2 sel LC, dengan L = 1 mH, C = 115 nF. Loop umpan balik arus menggunakan sensor Hall dan sebuah rangkaian pengkondisi sinyal, seperti gambar 6.

K. V CC Is (s ) = * Is (s ) K. V CC V tri . Zeq (s ) R. V tri K. V CC Is (s ) = V s (s ) R (V tri . Zeq (s ) K. V CC ) V tri . Zeq (s ) Is (s ) = I L (s ) V tri . Zeq (s ) K. V CC

(10) (11) (12)

Perilaku yang diinginkan itu diperoleh untuk penguatan loop arus K yang cukup

29

Jurnal ELTEK, Volume 05 Nomor 01, April 2007 ISSN 1693-4024 Setelah kompensasi dijalankan, bentuk gelombang arus sama dengan bentuk gelombang tegangannya, termasuk distorsinya. Transisi yang cepat tidak sepenuhnya dikompensasi, karena keterbatasan frekuensi respon loop arus. Beban non linier tidak seimbang (penyearah 1 fasa) ditunjukan gambar 8. a. Rangkaian Pengkondisi Sinyal Arus

b. Rangkaian Pengendali PI Tegangan DC Gambar 6. Rangkaian Umpan Balik Rangkaian ini merupakan filter pelewat rendah (low pass filter) dengan penambahan kapasitor pada masukannya. Kapasitor mengubah fungsi alih rangkaian, dengan menambahkan nol. Hasil rangkaian itu melemahkan komponen frekuensi tinggi sambil menjaga respon datar untuk penguatan frekuensi rendah dan fasa. Pengendali PI merupakan rangkaian kendali tegangan DC, seperti pada gambar 6. Gambar 7 menunjukkan bentuk gelombang beban seimbang tiga fasa non linier (penyearah 6 pulsa). Keterangan: - Atas: tegangan (500 V/div) - Tengah: arus saluran (1 A/div) - Bawah: arus beban (1 A/div) Gambar 8. Bentuk Gelombang Beban Non Linier 1 Fasa Pada kasus ini filter daya aktif juga dapat mengkompensasi beban, merefleksikan ke rangkaian (jaringan) berupa beban resistif seimbang. Setelah kompensasi, distorsi harmonik total (THD) tegangan diturunkan dari 4,2 % menjadi 2,8 % (nilai normal rangkaian lokal), seperti gambar 9. Faktor daya terukur 0,995 dan efisiensi terukur filter daya aktif sebesar 96,5 %.

Keterangan: - Atas: tegangan (500 V/div) - Tengah: arus saluran (5 A/div) - Bawah: arus beban (5 A/div) Gambar 7. Bentuk Gelombang Beban Non Linier 3 Fasa

Gambar 9. Spektrum Frekuensi Tegangan Jaringan Fasa a Mengikuti Aksi APF

30

Tundung Subali P, Aplikasi Filter Daya Aktif Shunt, Halaman 25 31 Respon transien loop tegangan DC, diikuti 50 % variasi beban step terdapat pada gambar 10. 5. DAFTAR PUSTAKA Akagi, H., Kanazawa, Y., and Nabae, A., MayJune 1984. Instantaneous Reactive Power Compensators Comprising Switching Devices Without Energy Storage Components, IEEE Transaction on Industrial Application, vol. IA-20. Atade, M. V., and Pomilio, J. A., June 1997. Single-phase Shunt Active Filter: A Design Procedure Considering Harmonics and EMI Standards, Proceeding of IEEE International Symposium on Industrial Electronics (ISIE97), Guimares, Portugal. Deckmann, S. M., and Marafo, F. P., Oct. 2000. Time Based Decomposition of Voltage, Current and Power Functions, Proceeding of IEEE International Conference on Harmonics Quality Power, Orlando, FL, pp. 289294. Fryze, S., 1932. Wirk-, Blind, Scheinleistung in Elektrische Stromkreisen in Nicht Sinusformigen Verlauf von Strom und Spannung, Elektrotechnische Zeitschrift, vol. 53, pp. 596599. IEC, 1990. Limits and Methods of Measurement of Electromagnetic Disturbance Characteristics of Industrial, Scientific and Medical (ISM) Radio-frequency Equipment, International Electrotechnical Commission, International Special Committee on Radio Interference CISPR 11, Geneva, Switzerland. Komatsu, Y., and Kawabata, T., Aug. 1997. A Control Method of Active Power Filter in Unsymmetrical An Distorted Voltage System, Proceeding on Power Convertion Conference, vol. 1, Nagaoka, Japan, pp. 161168. Malesani, L., Rosseto, L., and Tenti, P., July 1991. Active Power Filter with Hybrid Energy Storage, IEEE Transaction on Power Electronics, vol. 6, pp. 392397. Owen, E. L., Jan./Feb. 1998. A History of Harmonic in Power Systems, IEEE Industrial Application Magazine, pp. 6 12. Rossetto, L., and Tenti, P., Dec. 1994. Evaluation of Instantaneous Power Terms in Multi-phase Systems: Techniques and Applications to Powerconditioning Equipment, Europe Transaction on Power Electronics, vol. 4, no. 6, pp. 469475.

Keterangan: - Atas: tegangan DC (100 V/div) - Bawah: arus saluran (2 A/div) Gambar 10. Range Tegangan pada Bus DC Karena inverter menentukan arus saluran, maka arus saluran itu tidak berubah seketika. Awalnya tegangan DC menurun seiring kenaikan arus beban. Inverter memasok daya beban tambahan. Setelah dideteksi kelonggaran (sag) tegangan DC, arus referensi meningkat, memungkinkan sejumlah daya yang dikeluarkan dari rangkaian utama untuk memasok beban. Pada gambar 10 juga menunjukkan transisi yang lain, ketika arus beban menurun. Pada kasus ini, nilai arus saluran dijaga tetap tinggi, menghasilkan tegangan DC lebih sampai sistem kendali merespon penurunan referensi arus saluran. 4. PENUTUP Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan: 1) Aplikasi filter daya aktif shunt pada sistem menggunakan sintesa beban resistif dapat menjaga kapasitas peredaman melawan resonansi. 2) Pada beban non linier tiga fasa seimbang, setelah filter daya aktif shunt mengkompensasi, bentuk gelombang arus sama dengan bentuk gelombang tegangannya. 3) Pada beban non linier tidak seimbang, setelah filter daya aktif shunt mengkompensasi, beban resistif menjadi seimbang, THD tegangan turun menjadi 2,8 % dan faktor daya 0,995.

31

Anda mungkin juga menyukai