PERALATAN LISTRIK
ANGGOTA KELOMPOK :
1. Nurul Febrianti Rahayu (3210181002)
2. Muhammad Rizal (3210181007)
3. Paradya Nabilah Ismah (3210181012)
4. Alfian Almaas Anan (3210181020)
5. Affrian Rachmansyah (3210181028)
3.1
TRANSFORMATOR
3.1.1. kebijakan pemilihan dan
karakteristrik
Jika trafo 3 fasa dibandingkan dengan trafo 1 fasa dengan kapasitas yang sama maka
akan diketahui bahwa bobot dari trafo 3 fasa kurang lebih 80% dari berat trafo 1 fasa. Trafo 3 fase
juga lebih menguntungkan dalam hal pondasi, kabel dan ruang yang dibutuhkan. Jika diperlukan
trafo cadangan, cukup menambahkan satu trafo satu fasa saja, sehingga ada 4 trafo 1 fasa; jadi
sangat irit. Namun, jika di G.I. ada banyak trafo, trafo 3 fasa lebih menguntungkan. Trafo 3 fasa
semakin diuntungkan karena keandalan trafo semakin meningkat, dan keterkaitan antar sistem
tenaga listrik semakin kuat. Oleh karena itu, saat ini trafo 3 fasa banyak dipasang.
Pengangkutan trafo berkapasitas besar saat dipasang dilakukan dengan melepas
peralatan misalnya (bushing, radiator dan sebagainya), mengganti oli dengan nitrogen (nitrogen),
dan memasukkan inti besi dan kumparan ke dalam tangki sehingga pengangkutan lebih ringan
dan mudah. Tujuan pengisian nitrogen adalah untuk mencegah penyerapan air oleh kumparan,
sehingga tidak perlu dilakukan pengeringan di tempat.
3.1.1. kebijakan pemilihan dan
karakteristrik
Ada dua cara untuk mengubah tegangan transformator (lihat Gambar 18):(a) pasang transformator
dengan tap changer yang dibebani, di mana tap dibuat pada satu atau kedua sisi transformator
dan perbandingan transformatornya adalah berubah. dengan pengubah tap yang dimuat; atau
dengan (b) memasang regulator tegangan beban secara seri dan terpisah dari transformator
utama. Keduanya memiliki mekanisme yang dapat mengubah tap saat trafo dibebani. Dahulu
ketika keandalan konverter load-tapping masih rendah dan masih sering harus dilakukan
pengecekan dan perawatan, maka regulator tegangan yang dibebani dipasang terpisah dari trafo
utama, sehingga pada saat dilakukan pemeriksaan trafo utama bisa jadi bekerja terus menerus
tanpa fby pass) pengatur tegangan. Namun, saat ini, karena keandalan yang baik, sebagian besar
trafo dengan konverter tap beban digunakan sebagai pengganti regulator tegangan beban
terpisah.
3.1.3. Pengubah Tap Berbeban
3.1.3. Pengubah Tap Berbeban
On load tap changer (OLTC) memiliki mekanisme link yang dapat mengubah tap saat trafo dimuat,
dan terdiri dari tap selector, switch diverter, dan alat bantu terkait. Seperti yang ditunjukkan pada
Gbr. 19, negara (a) adalah kondisi kerja normal; arus mundur mengalir melalui reaktor yang
memiliki keran di tengahnya. Dua bagian kumparan di kedua sisi tap dililitkan pada inti besi yang
identik, sehingga fluks magnetnya sama dan akan meniadakan efek masing-masing, dan impedans
reaktor mendekati nol. Dalam keadaan (b) arus bergerak ke satu sisi karena pembukaan sakelar
sakelar. Sementara itu di (c) pemilih keran maju ke ketukan berikutnya dan di (d) sakelar sakelar
menutup lagi; sekarang ada dua keran yang terhubung. Arus yang bersirkulasi karena perbedaan
tegangan antara kedua tap dibatasi oleh reaktor. Setelah itu ada situasi (e) dan (f) dimana toggle
switch dan tap selector dari sisi lain bekerja; setelah semuanya berjalan, maka proses transfer
sekali ketuk selesai (status (g))
3.1.3. Pengubah Tap Berbeban
3.1.3. Pengubah Tap Berbeban
1. Kondensator Putar
a) Kondensator Sinkron
b) Kondensator Asinkron
2. Kapasitor shunt
3. Reaktor shunt
3.2.2. Kondensator Sinkron
Kondensator sinkron merupakan jenis kondensator putar yang paling
sering digunakan. Kondesator sinkron terutama digunakan ketika sistim tenaga
masih pada awal pembangunannya, dikarenakan tidak hanya dapat
memberikan daya reaktif yang baik dengan fasa mendahului ataupun
membelakangi secara kontinu, tetapi juga dapat digunakan untuk pemuatan
(charging) percobaan dari saluran dan juga berguna untuk perbaikan stabilitas
sistim.
Kondensator sinkron dhubungkan pada lilitan tersier dari transformator karena
tegangannya sekitar 11 – 16,5 Kv.
Tabel Perbandingan Hubungan Singkat
Perbandingan Kapasitas Perbandingan Hubungan
Lagging dan Leading Singkat
0,5 0,7
0,8 1,0 – 1,1
1,0 1,2 – 1,3
Untuk mencegah penguatan sendiri (self excitation) pada saat charging test
saluran transmisi yang panjang, diperlukan kondensator sinkron yang memili
ki kapasitas 1,0
Jika sebuah saluran transmisi yang panjang dicoba diberi tegangan dengan
kondensator sinkron, maka mungkin terjadi penguatan sendiri oleh arus oemuat dari
saluran transmisi itu. Untuk mencegah kejadian ini, perbandingan hubungan arus
singkat harus memenuhi rumus :
2
𝑄′ 𝑉
𝐾𝑠 ≥ 1+𝜎
𝑄 𝑉′
Dimana :
-𝐾𝑠 = Perbandingan hubungan singkat
-Q = kapasitas (output) nominal dari kondensor sinkron (kVA)
-Q’ = Kapasitas pemuatan (charging capacity) yang diperlukan (kVA)
-V = tegangan nominal (kV)
-V’ = tegangan pemuatan (charging voltage) (kV)
-𝜎 = koefisien kejenuhan pada tegangan nominal (misalnya 0,06)
Cara mulai (start) :
– Cara mulai sendiri sebagai motor induksi
– Cara mulai dengan motor mulai start yang terpisah
Dalam hal pertama tidak mungkin dilakukan pemuatan percobaan
saluran transmisi dan pengereman (braking) sampai berhenti setelah
selesai bekerja.
Cara pengereman :
– Pengereman dengan penguatan arus searah (dynamic breaking)
– Pengereman dengan penguatan arus bolak balik
Cara pertama mempunyai sumber tenaga yang stabil dan sering
digunakan.
Cara Pendinginan :
– Pendinginan udara
– Pendingan zat air
Sering digunakan untuk unit berkapasitas besar serta sistem
pipanya menjadi sangat rumit, selain itu proses penggantian zat air
memerlukan waktu yang lama. Namun jika dibandingan dengan
pendingin udara, pendingan zat cair dikatakan lebih efektif, kerugian
geseran angonnya lebih kecil, sehingga mesin lebih kecil dan effisien.
Kondensator Asinkron
Keuntungan dan kerugian kondensator asinkron
Surja hubung (switching surge) merupakan unsur yang sangat penting untuk
menentukan tingkatan isolasi dari sistem transmisi tenaga, terutama pada
tingkat tegangan tinggi sekali (EHV).
Disamping itu ada surja hubung yang disebabkan oleh terpotongnya arus (current
chopping). Jika arus yang kecil, seperti arus pembangkitan trafo, terputus oleh pemutus
beban yang kuat, maka arus akan terputus sebelum mencapai titik nol. Perubahan arus yang
tiba-tiba dan induktansi yang besar (misalnya impedansi penguatan dari trafo) dapat
𝑑𝑖
mengakibatkan tegangan induksi 𝐿( ) yang sangat tinggi. Pemutus beban yang tahan
𝑑𝑡
terhadap surja hubung jenis ini adalah pemutus beban dengan tahanan (gbr. 26) yang
terpasang paralel pada kontak pemutus utama. Setelah kontak pemutus utama terbuka,
arusnya belarih ke tahanan, kemudian kontak pemutusu tahnan membuka. Tahanan semacam
ini penting artinya karena kemampuan nya untuk meredam surja hubung.
Tata-susunan (arrangement) panel control dan panel rele harus sesuai dengan
tata peralatan yang ada di luar, kelas tegangannya dan saluran transmisi yang masuk.
Sesuai dengan keadaan luar, maka urutan panel adalah saluran masuk, trafo, alat
pengubah fasa, dan panel saluran keluar.
Untuk pengawatan belakang (back wiring) harus dipakai kabel dengan
isolasi yang tidak dapat terbakar. Pada umumnya dipakai kabel PVC (Polyvinyl
chloride). Terminal pengujian dipasang pada rangkaian dari trafo arus dan trafo
tegangan. Terminal pengujian untuk trafo arus ada yang dari jenis terminal,
ada yang dari jenis pasak (plug type).
3.4.2. Lemari Hubung
Lemari hubung (cubicle) terbuat untuk kelas 3-30 kv, dan dipakai
untuk pusat beban atau pusat daya (power centre). Karakteristiknya adalah
a) Bagian yang bertegangan tidak boleh terbuka (exposed)
b) Gangguan tidak akan meluas sebab rangkaiannya terbagi dalam satuan
-satuan
c) Luas instalasi kecil dan pemasangan, perluasan dan pemindahan
Instalasi itu mudah
d) Keandalannya tinggi karena pemasangannya yang sempurna di pabrik
Lemari hubung diklasifikasikan oleh
perbedaan-perbedaan system rilnya kedalam
jenis-jenis ril tunggal, ril rangkap dan ril
penyimpang (by-pass). Untuk rangkaian
pemakaian G.I sendiri jenis yang sering
dipakai adalah yang paling sederhana ialah
jenis ril tunggal.
Cubicle 20 kV
3.5
ARRESTER
3.5.1. Kegunaan Arrester
Arrester merupakan kunci dalam koordinasi isolasi suatu sistem tenaga
listrik. Bila surja (surge) datang ke G.I., arrester bekerja melepaskan muatan
listrik (discharge), serta mengurangi tegangan abnormal yang akan mengenai
peralatan dalam G.I. itu. Setelah surja (petir atau hubung) dilepaskan melalui
arrester, arus masih mengalir karena adanya tegangan sistim; arus ini disebut
arus dinamik atau arus susulan (follow current); periksa Gbr. 30.
Arrester harus mempunyai ketahanan termos yang cukup terhadap energi dari
arus susulan ini, dan harus mampu memutuskannya. Jika pada waktu arrester
melepas, tegangan sistim dan arus dinamik terlalu tinggi, maka arrester itu
mungkin tidak mampu memutuskan arus susulan.
Persyaratan yang harus dipenuhi oleh arrester adalah sebagai berikut:
𝐸𝑟 = 𝛼𝛽𝑈𝑚
di mana ,
𝐸𝑟 = tegangan dasar arrester
𝛼 = koefisien pembumian
𝛽 = toleransi, guna memperhitungkan fluktuasi tegangan, effek Ferranti, dan
sebagainya
𝑈𝑚 = tegangan sistim maksimum
Koefisien a yang menunjukkan kenaikan tegangan dari fasa yang sehat
pada waktu ada gangguan 1-fasa ke tanah, tergantung dari impedansi-
impedansi urutan positip, negatip dan nol dilihat dari titik gangguan. Bila
tegangan pada waktu gangguan tidak dapat dihitung dengan teliti, dapat juga
digunakan Gbr. 32. Nilai 𝛼 kurang dari 0,8 bila 𝑅0 /𝑋1 < 𝑋0 /𝑋1 ≤ 3
pada sistim dengan pembumian effektif. Pada sistim dengan pembumian
dengan tahanan harga 𝛼 adalah 1,0, tetapi jika saluran trans misinya panjang
impedansi urutan nolnya menjadi kapasitip dan 𝛼 menjadi lebih dari 1,0.
Biasanya tegangan dasar arrester dipilih antara 0,7-0,85𝑈𝑚 . (termasuk toleransi)
untuk sistim dengan pembumian efektif, dan kira-kira 1,2 𝑈𝑚 , untuk sistim
dengan pengetanahan dengan tahanan.
3.5.4. Karakteristik Tegangan
Pelepasan
Perbandingan antara tegangan pelepasan dan tegangan dasar
disebut perbandingan tingkat pelepasan (discharge level ratio: DLR). Makin
rendah perbandingan ini, makin baik karakteristik arrester. Akhir-akhir ini
telah dibuat arrester dengan DLR kurang dari 3,0.
3.5.5. Kemampuan Arrester
Terhadap Surja Hubung
Ada dua macam surja:
1. Surja Petir
2. Surja Hubung.
Jika arrester melepas surja hubung, maka tenaga yang harus ditampung arrester itu lebih
besar dari pada tenaga yang harus diserap bila surja petir yang menyambar. Ketika
arrester yang dapat memenuhi tugas kerja terhadap surja hubung belum berhasil dibuat,
maka arrester itu dirancang untuk tidak melepas karena surja hubung dan tingkatan
isolasi dari peralatan yang dilindungi diperkuat terhadap surja hubung. Namun, pada
sistim dengan tegangan sangat tinggi, karena pertimbangan ekonomis dikehendaki
penurunan tingkat isolasi terhadap surja hubung. Karena itu, setelah arrester yang
mampu menampung surja hubung ini dapat dibuat, maka penekanan surja hubung oleh
arrester mulai dila kukan. Meskipun dikehendaki tegangan pelepasan terhadap surja
hubung kurang dari 70% BIL dari peralatan yang dilindungi, suatu batas minimum
kadang-kadang diadakan, karena jika tegangan ini terlalu rendah, arrester akan terlalu
sering bekerja dan ini mempercepat kerusakannya.
TERIMAKASIH