Disusun oleh:
2
1
Pendahuluan
3
1.1 Tegangan
Tegangan merupakan kerja yang diperlukan untuk memindahkan muatan
listrik dari satu kutub ke kutub lain, diukur dalam satuan Joule per
Coulomb atau Volt.
Istilah voltase atau tegangan listrik sering digunakan untuk menyebut
beda potensial. Setiap potensial diukur terhadap titik acuan nol, yang
umumnya adalah tanah atau bumi.
4
1.2 arus
Arus listrik didefinisikan sebagai laju aliran sejumlah muatan listrik yang
mengalir melalui suatu penampang. Arus listrik diukur dalam satuan
Ampere (A), atau satu Coulomb per detik.
5
1.4 Faktor daya
Faktor daya atau cos φ adalah rasio antara daya aktif (watt) dan daya semu
(VA) pada suatu sistem listrik. Faktor daya dinyatakan dalam bentuk cosinus dari
sudut fasa antara arus dan tegangan, dan dapat bernilai antara 0 hingga 1.
6
1.5 harmonisa
Harmonisa merujuk pada komponen sinusoidal dalam gelombang periodik
yang memiliki frekuensi kelipatan dari frekuensi dasar. Harmonisa dapat
menyebabkan masalah pada sistem kelistrikan.
Ada empat jenis harmonisa: harmonisa ganjil, harmonisa genap,
interharmonisa, dan subharmonisa.
7
2
Prosedur pengukuran
8
2.1 Alat dan bahan
Alat:
Dalam pengukuran ini, alat yang digunakan adalah Power Quality Analyzer
Kyoritsu KEW 6315.
Alat ukur ini dapat digunakan untuk mengukur arus, tegangan, daya, faktor
daya, harmonisa, dan lain-lain. Tampilan hasil pengukuran dari alat ini dapat
berbentuk gelombang, spektrum yang terjadi pada setiap orde-orde harmonisa dan
banyak lainnnya.
9
2.2 prosedur
- Pasang kabel penghubung pada clamp ampere dan probe tegangan ke alat
power analyzer
- Pasang clamp amper ke kabel incomming dari sumber dan capit probe
tegangan pada sistem tenaga listrik yang akan diukur, Pemasangan sesuai
dengan urutan kabel fasanya.
- Tekan tombol power untuk menghidupkan dan memulai pengukuran
- Setting alat untuk pengukuran 3 fasa, dengan menekan pada tombol, gunakan
periode of time dan atur rentang pengukuran setiap 5 menit, atur untuk
pengukuran dari pukul 8.30 - 15.30.
- Layar monitor akan menampilkan hasil pengukuran setelah selesai.
10
3
Analisa dan Hasil
11
3.1 grafik tegangan
12
3.2 grafik arus
13
3.3 grafik arus netral
14
3.4 grafik faktor daya
15
3.5 Grafik harmonisa tegangan
16
3.6 Grafik harmonisa arus
17
Analisa
18
Pada awal pengukuran data, dapat dilihat bahwa masing-masing arus dan tegangan
tiap fasa memiliki nilai yang berbeda yang menandakan terjadi ketidakseimbangan beban.
Hal ini dapat dilihat dengan adanya arus yang mengalir pada arus netral yang seharusnya
nol tetapi memiliki nilai rata - rata sebesar 12,72 A, dan juga, arus pada fasa netral
membahayakan pengguna apabila fasa netral tersentuh. Faktanya box panel
merefresentasikan hal tersebut.
Dampak dari adanya ketidakseimbangan beban tersebut berpengaruh terhadap
tegangan yang terpakai. Nilai tegangan yang seharusnya hanya tegangan fundamental
dalam kasus ini diikuti oleh tegangan-tengangan harmonisa seperti terlihat pada grafik di
atas. Nilai harmonisa yang sangat berpengaruh ternyata berada pada orde ganjil yang
memiliki nilai lebih besar dibandingkan orde genap.
Pada gelombang arus terlihat bentuk yang tidak linear atau tidak sinusoidal sempurna
yang diakibatkan perubahan pemakaian beban di Gedung tersebut. Hasil akhir perekaman
setelah pengukuran menunjukkan bahwa ketidakseimbangan beban terjadi.
19
Analisis ketidakseimbangan tegangan
Umumnya, jika perbedaan antara nilai tegangan antara fase-fase lebih besar dari 5% dari nilai
rata-rata tegangan, maka tegangan dapat dikatakan tidak seimbang.
Dalam kasus ini, perbedaan antara nilai tegangan antara fase-fase dapat dihitung sebagai
berikut:
20
Analisis power factor
Dari nilai-nilai tersebut, dapat dilihat bahwa faktor daya pada tiap fasa relatif mendekati 1,
sehingga dapat dikatakan bahwa sistem listrik tersebut sudah cukup baik dan efisien.
21
Analisis harmonisa tegangan dan arus
Dari grafik 3.5 dan 3.6 dapat dilihat bahwa nilai THDv di Gedung Fakultas Teknik (FT)
hampir merata di setiap fasanya dengan rata-rata tertinggi untuk setiap fasa adalah 1,37% untuk fasa
R, 1,13% untuk fasa S, dan 1,33% untuk fasa T. Dengan mengacu pada Standard IEEE 519:1992 di
mana batas untuk THDv adalah 5%, maka Gedung FT memenuhi standard untuk THDv.
Sementara untuk nilai rata-rata tertinggi THDi berada di angka 32,49% yang terjadi di fasa T,
di mana standard yang diperuntukkan untuk THDi adalah sebesar 15%, maka Gedung FT tidak
memenuhi standard untuk THDi karena angkanya sudah melebihi batas aman yang diijinkan.
22
5
Solusi
23
Untuk mengurangi nilai THDi yang tinggi pada kasus ini, 32,49%. Penulis
menyarankan untuk menggunakan filter aktif. Filter aktif dapat memberikan pengurangan
harmonisa yang lebih efektif dibandingkan filter pasif pada nilai THDi yang tinggi seperti
ini.
24
Berikut adalah perhitungan yang dapat dilakukan untuk menentukan kapasitas filter
yang diperlukan:
Dari data di atas, Rata-rata THDi Tertinggi = 32,49%, dan Rata-rata RMS I (arus)
pada tiga fase adalah 44,5A
TRAFO
27
Nilai Pengukuran R S T Total
Rms Arus
Rms Tegangan
28
𝑃= √ 3 × 𝑉 × 𝐼 ×𝐶𝑂𝑆 𝜑
29
30
Sebelum pemasangan filter
31
Sebelum pemasangan filter
32
Setelah pemasangan filter
33
Setelah pemasangan filter
34
4
Kesimpulan
35
-- Berdasarkan hasil pengukuran, dapat disimpulkan bahwa Gedung Fakultas Teknik
(FT) mengalami ketidakseimbangan beban yang menyebabkan terjadinya rugi-rugi daya.
- Perbedaan nilai tegangan antara fase-fase tidak melebihi 5% dari nilai rata-rata
tegangan sehingga dapat dikatakan tegangan pada sistem tersebut seimbang.
- Faktor daya pada tiap fasa relatif mendekati 1, sehingga dapat dikatakan bahwa
sistem listrik tersebut sudah cukup baik dan efisien.
- Namun, nilai rata-rata tertinggi THDi berada di atas batas aman yang diijinkan oleh
standard yang diperuntukkan untuk THDi yaitu 32,49%. Oleh karena itu, perlu dilakukan
perbaikan untuk mengurangi nilai THDi agar memenuhi standard yang ditetapkan dan
meningkatkan efisiensi penggunaan energi listrik di Gedung Fakultas Teknik (FT). Salah
satu cara yang disarankan adalh dengan memasang filter aktif.
36
Danke Schön!
37