Anda di halaman 1dari 5

• Home

• About

Posts | Comments | Email

www.menyusui.net

Aneka Masalah Payudara


Repotnya jika saat menyusui muncul masalah pada payudara kita. Selain kita “tersiksa”,
bayi pun jadi sulit menyusu.

Saat si kecil hadir setelah menunggunya selama 9 bulan- tentu kita ingin memberikan yang
terbaik buat sang buah hati. Di antaranya, memberi ASI eksklusif. Sayangnya, kadang
keinginan itu tak bisa berjalan mulus karena payudara kita bermasalah.

Ternyata banyak sekali, lo, masalah payudara yang bisa mengganggu kelancaran
pemberian ASI seperti yang dijelaskan dr. Hj. Hasnah Siregar, SpOG dari RSAB Harapan
Kita Jakarta berikut cara-cara mengatasinya.

1.PUTING RATA

Dikenal dengan retracted nipple banyak dijumpai pada ibu-ibu menyusui. Penyebabnya,
sampai sekarang belum diketahui secara pasti. “Merupakan bawaan dari sononya atau sejak
lahir memang payudaranya demikian.”

Tentu saja bentuk puting demikian akan menyulitkan si buah hati dalam menyusu. Namun
tak perlu khawatir, kok, Bu, karena masalah ini bukan berarti tak ada pemecahannya. Cara
mengatasinya dengan menarik-narik puting secara kontinyu. Alangkah baiknya lagi jika
program penarikan puting dimulai kala kehamilan berusia di atas 5 bulan. Sebab kalau
dilakukan di bawah usia kehamilan 5 bulan bisa merangsang rahim untuk berkontraksi.
Cara menariknya dengan memutar kiri-kanan, lantas tarik keluar.

Jika keadaannya tidak parah, maka dengan cara demikian, akan berhasil. Artinya, puting
bisa sedikit menonjol keluar, sehingga bayi pun dapat menyusui dengan mudah. Namun jika
keadaannya parah dan cara ini tidak berhasil, maka ASI sebaiknya dikeluarkan pakai pompa
dan si kecil minum ASI lewat sendok. “Namun cara ini punya kelemahan, yaitu rangsangan
isap menjadi hilang. Akibatnya, ASI jadi mudah terhenti produksinya. Padahal produksi ASI
akan semakin baik jika diisap terus oleh bayi.”

Yang tak boleh dilupakan, setelah puting berhasil keluar, si ibu harus rajin menyusui
bayinya. “Agar si bayi sering mengisap puting sehingga lama-lama puting itu akan bisa
menonjol. Bila otot-ototnya selalu ditarik-tarik mulut bayi, maka otot-otot itu bisa lebih
panjang dan lentur.”
Jika tidak menggunakan dua cara tersebut, maka puting bisa dipanjangkan dengan alat
bantu puting buatan; dengan menempelkan puting buatan pada puting susu. “Sayangnya,
banyak bayi yang tak suka dengan puting buatan. Mungkin karena rasanya tak enak
mengisap puting ini,”.

2.PUTING LECET

Puting lecet pun kerap terjadi pada ibu menyusui. Penyebabnya tak lain karena teknik
menyusui yang salah. “Anak bukannya mengisap sampai areola mammae, tapi mengisap
hanya di bagian puting saja. Akibatnya, puting jadi mudah lecet.”

Cara mengatasinya, lakukan teknik menyusui dengan benar, yaitu;


- Si ibu harus duduk dengan tegak.
- Mulut bayi harus masuk hingga ke areola mammae.
- Bayi menghadap perut ibu dengan mulut dan dagu yang menempel betul pada payudara
ibu.
- Kuping dan tangan bayi berada pada garis lurus.
- Jari tangan ibu jangan dalam posisi menggunting payudara karena akan mengunci gudang
susu, sehingga ASI malah tak keluar. Yang benar, tangan dalam posisi menopang payudara,
yaitu ibu jari di atas dan keempat jari di bawah puting.

Puting lecet juga bisa disebabkan kesalahan teknik melepaskan puting setelah menyusui.
“Seringkali terjadi, melepaskan puting dari mulut bayi dengan menarik puting itu. Jika
mulut bayi masih kuat tertanam di puting ibu, maka tarikan ini hanya akan membuat puting
jadi lecet.” Sebaiknya, lepaskan puting dari mulut bayi dengan cara memasukkan jari
kelingking ibu ke mulut bayi melalui sudut mulut atau menekan dagu bayi ke bawah.

Puting lecet juga disebabkan perawatan payudara tidak benar. Misalnya, membiarkan
puting selalu dalam keadaan basah. Puting yang basah hanya akan mendatangkan atau
menumbuhkan kuman, sehingga memudahkan infeksi dan lecet. Karena itu sebaiknya
sebelum menyusui puting selalu dalam keadaan kering.

Nah, untuk menghindari infeksi, sebaiknya sebelum menyusui, pijat puting sedikit agar
keluar air susunya. Air susu ini kemudian digunakan untuk mengolesi puting dan sekitar
areola. “Begitu juga sesudah menyusui. Dengan demikian, puting selalu bersih dan
terhindar dari infeksi. Sebab, di dalam ASI ada pelumas yang bisa melembutkan areola
mammae dan puting, serta mengandung desinfektan yang bisa membersihkan. Jadi, tak
usah membasuh puting dengan air segala macam, cukup dengan air ASI saja sudah bersih,
kok.”

Juga jangan sekali-kali membersihkan puting memakai sabun, lo. Karena sabun
mengandung soda yang memudahkan puting jadi lecet. “Payudara saat menyusui itu, kan,
lagi mekar, bengkak, dan muara ASI-nya sedang terbuka, sehingga jadi sensitif jika terkena
soda. Kala mandi, cukuplah dibersihkan memakai air saja, tanpa sabun.”

Sebaiknya pula, jangan memakai bra yang memakai lapisan plastik di bagian dalamnya.
Karena lapisan ini pun memungkinkan puting jadi lecet saat tergores permukaannya yang
tak rata, misalnya. Paling aman adalah memilih bra yang memakai lapisan kain katun di
bagian dalamnya.
Jika keadaan lecet puting ini sangat parah sebaiknya payudara yang lecet untuk sementara
diistirahatkan dari acara menyusui hingga 24 jam. “Susuilah anak dengan payudara yang
sebelah lagi.” Kalau ternyata ASI dari payudara yang lecet itu sudah penuh, ASI sebaiknya
dikeluarkan dengan jalan dipompa. “ASI hasil pompaan ini dapat diminumkan ke bayi
dengan jalan disendoki.”

Selanjutnya, puting lecet tersebut diobati dengan obat oles hingga lecetnya sembuh.
“Namun sebelum disusukan kembali, sebaiknya puting yang bekas diolesi obat ini
dibersihkan dulu. Dengan demikian, bekas obat tidak terisap bayi.”

3.SALURAN TERSUMBAT

Saluran tersumbat atau ASI membeku biasanya mengakibatkan benjolan lokal di salah satu
bagian payudara, sementara bagian yang lain tidak. Misalnya, ada benjolan di atas
payudara atau di bawah payudara. “Mungkin saja saat ia menyusukan ada sedikit ASI yang
tersumbat, sehingga lama-kelamaan semua ASI pun akan tersumbat, kan?”

Cara mengatasinya dengan jalan menyusukan semua ASI di payudara hingga kosong,
jangan sampai tersisa. “Kalau ternyata bayinya sudah kenyang tapi ASI-nya masih banyak,
sebaiknya dipompa lantas disimpan. Entah itu di termos atau kulkas. Di kulkas tahan 48
jam, di termos 24 jam, sedangkan bila dibiarkan di udara terbuka tahan 8 jam. “Menyimpan
ASI di udara terbuka sebaiknya menggunakan botol kaca, karena botol plastik mudah
bereaksi.” Untuk mencairkan ASI yang baru dikeluarkan dari kulkas jangan direbus, ya, Bu,
sebaiknya botolnya direndam dalam air panas.

Massage-lah benjolan akibat penyumbatan ASI tersebut. “Kemudian kompres dengan lap
handuk yang direndam air panas dan selanjutnya dalam air dingin. Lakukan terus hingga
benjolan hilang.” Setelah itu, minta si bayi menyusu sering-sering di payudara itu hingga
ASI kosong.

Untuk menghindari timbulnya benjolan kembali sebaiknya jangan memakai bra yang terlalu
sempit. “Bra yang sempit hanya mengakibatkan stuing atau penekanan pada payudara
yang mengakibatkan saluran ASI jadi tersumbat.”

4.PAYUDARA BENGKAK

Pnyebabnya tak lain karena pengeluaran ASI yang tidak lancar. “Biasanya karena bayi tak
cukup sering menyusu atau bayinya malas menyusu sehingga ASI bertumpuk di payudara
ibu dan mengakibatkan bengkak.” Bayi malas menyusu bisa lantaran kenyang atau ada
gangguan penyakit atau gangguan pencernaan.

Begitu juga ibu yang buru-buru menyapih bayinya gara-gara harus segera masuk kembali
ke kantor karena cutinya habis juga menyebabkan payudara bisa membengkak.

Pembengkakannya tak selalu terjadi pada kedua belah payudara. Bisa saja hanya terjadi
pada satu payudara. “Istilahnya asimetris. Biasanya terjadi karena bayi hanya menyusu di
satu payudara, misalnya, di payudara kiri saja sementara kalau dipindah ke payudara kanan
tak mau. Kalau hal ini dituruti, maka payudara yang kanan pasti membengkak.”

Untuk mengatasinya, sebaiknya dalam menyusui memakai cara menggiring bola. Jadi,
jangan memutar kepala anak dari payudara kiri dipindah ke payudara kanan dengan posisi
kepala berpindah. Kalau ia merasa nyaman menyusu di payudara kiri ibu, berarti posisi pipi
kananlah yang selalu menempel ke payudara ibu, kan? Nah, gunakan taktik, menggesernya
dari payudara kiri ke payudara kanan dengan tetap pada posisi pipi yang sama yang
menempel di badan ibu. Tentu bayi akan merasa ia tetap menyusu di payudara kiri ibu
padahal sudah bergeser ke payudara kanan.

Sebaiknya dalam menyusukan harus sama waktunya antara payudara yang satu dengan
yang lainnya. “Sebagai ibu, toh, pasti akan tahu kemampuan anaknya menyusu. Kalau
anaknya selalu menyusu selama 15 menit. Maka bagilah 15 menit itu untuk dua payudara
dengan waktu yang sama. Karena kalau hanya satu saja yang sering disusukan, maka jadi
besar sebelah. Yang sering disusui jadi lebih kecil dan yang tak pernah disusui jadi besar.
Hasilnya jadi asimetris. Ini, kan, mengurangi keindahan.”

Jika pun sudah kadung membengkak, maka payudara yang membengkak tersebut diolesi
minyak atau baby oil, selanjutnya di-massage (dipijat). Urutlah payudara dengan kedua
tangan mengelilingi payudara, kemudian dari pangkal payudara ke arah puting.
Selanjutnya, kompres payudara dengan lap handuk yang telah direndam dalam air panas.
Lalu kompres dengan lap yang telah direndam air dingin.

Selama membengkak payudara tersebut harus tetap sering disusukan ke bayi. “Dengan
bayi menyusu maka isi gudang ASI pun berkurang. Kalau tidak disusukan, misalnya, bayi
sudah kenyang, maka payudara yang membengkak harus dikosongkan dengan cara
dipompa hingga ASI-nya habis.”

5.MASTITIS ATAU INFEKSI PAYUDARA

Pada payudara yang terkena infeksi akan terlihat ciri-ciri payudara membengkak, merah,
dan nyeri. Mastitis biasanya merupakan kelanjutan dari payudara yang membengkak atau
tersumbat lokal yang tidak ditangani tuntas. “Jadi, bengkak dulu atau ada benjolan dulu
baru terjadi mastitis. Tidak pernah mastitis terjadi tanpa adanya pembengkakan di
payudara.”

Bila sudah terjadi mastitis, biasanya juga menimbulkan reaksi sistemik. “Ibu akan demam
di seluruh tubuh. Akhirnya, bukan hanya payudara yang terinfeksi, namun seluruh tubuh
pun bisa terkena infeksi.”

Kalau sudah begini mau tak mau ibu harus minum antibiotika untuk mengatasi infeksi.
“Massage tidak boleh dilakukan, tapi cukup dengan pengompresan panas-dingin, serta
minum yang banyak. Karena ibarat got kotor, jika kita guyur pakai air banyak-banyak,
maka air kotor yang menyumbat akan terguyur keluar. Sementara untuk menahan nyeri,
ibu juga akan diberi analgetik.”

Tentu saja, menyusui harus tetap jalan. “Makin bayi tak menyusu, ASI akan makin
menumpuk sehingga mau tak mau harus dikeluarkan dengan dipompa.”

Kalau keadaan mastitis masih dini, dalam seminggu-dua minggu akan sembuh. “Karena
jaringan payudara itu, kan, termasuk dalam jaringan yang gembur sehingga mudah
sembuh.”

6.PAYUDARA ABSES
Bila mastitis ditangani terlambat atau tak ditangani dengan baik, maka bisa mengakibatkan
payudara abses. “Mastitis itu sebenarnya tak terlalu masalah. Tapi karena terlambat diobati,
maka menyebabkan abses. Misalnya, ASI jadi basi sehingga tumbuhlah kuman yang
mengakibatkan abses.”

Jika sudah abses bayi tak boleh lagi menyusu. “Karena bisa saja ASI tercampur nanah dari
abses itu.” Abses bisa terjadi di sekitar puting, bisa juga di seluruh payudara.

Ciri payudara yang mengalami abses adalah bentuknya merah kehitaman layaknya sedang
bisulan. Payudara pun tidak setegang saat mastitis. “Kalau abses, payudara jadi lembek
karena sudah ada nanah di balik kulit.”

Jika sudah abses, mau tak mau, di bagian nanah itu harus diinsisi/dibuka dan dikeluarkan
nanahnya. “Jadi, semacam operasi kecil yang membuka kulit sedikit dan mengeluarkan
nanahnya dengan memakai tampon, kemudian dijahit lagi.”

Dalam waktu 1-2 minggu, biasanya abses pun sembuh setelah diinsisi. Tentu saja si ibu pun
akan diberi antibiotika untuk menyembuhkan infeksinya. “Sebaiknya ASI dari payudara
yang abses tetap dipompa keluar dan dibuang. Sementara itu, anak menyusu dari payudara
yang tidak abses.”

7.RELUCTANT NURSER

Suatu istilah dimana bayi tak mau menyusu karena ASI yang keluar dari si ibu begitu kuat.
Penyebabnya karena ibunya terlalu sehat sehingga produksi ASI menjadi berlebihan.
“Memang bagus jika produksi ASI begitu banyak, namun kalau ASI yang keluar terlalu
deras, maka bayi pun jadi gelagapan. Akibatnya, ia tak mau minum ASI lagi.”

Cara mengatasinya, si bayi sebaiknya diminta sering-sering menyusu atau kalau mau
menyusu, pompa dulu ASI-nya separuh dalam botol, sehingga saat bayi menyusu tidak
terlalu penuh lagi yang menyebabkan ASI mancur terlalu deras.

Indah Mulatsih.

sumber: Tabloid Nakita

Anda mungkin juga menyukai