Solusi Deret
Solusi Deret
BAB III
Misalkan persamaan differensial berikut y′ = 2xy. Persamaan differensial ini bila diselesaikan dengan
metode yang telah dipelajari pada BAB 8 dapat dinyatakan
dy dy
dx
= 2 xy →
y
( )
= 2 xdx → ln y = x 2 + C → y = exp x 2 + C = C ' e x
2
Bila didiferensialkan:
( )
a1 + 2a2 x + 3a3 x 2 + ... = 2 x a0 + a1 x + a3 x 2 + ...
Untuk n genap
Karena hanya deret dengan n genap yang muncul, maka dapat dituliskan (ambil n = 2m):
2 1
a2 m = a2 m − 2 = a2 m − 2
2m m
sedangkan lebih lanjut dapat dituliskan
2 1
a2 m− 2 = a2 m− 2− 2 = a2 m−4
2m − 2 m −1
Demikian seterusnya sehingga menjadi
-1-
Catatan Kuliah FI-2281 Fisika Matematik IIB – SOLUSI DERET DARI PERSAMAAN DIFFERENSIA
L
Bila solusi menggunakan deret tersebut dibandingkan dengan solusi cara biasa (menggunakan integral)
yang telah disinggung pada bagian awal, maka akan diperoleh
x4 ∞
x 2n
y = C ' e x = C ' 1 + x 2 + + ... = a0 ∑
2
2 !
n =0 n!
∞
x2 n
∑ n!
n=0
dengan a0 = C′.
Polinom Legendre
dengan l adalah konstanta. Persamaan differensial tersebut akan banyak dijumpai manakala
menyelesaikan persamaan differensial parsial dalam sistem koordinat bola.
Solusi persamaan differensial tersebut adalah dalam bentuk polinomial yang dikenal sebagai polinom
Legendre.
Misalkan solusi untuk y berbentuk deret pangkat dalam x
-2-
Catatan Kuliah FI-2281 Fisika Matematik IIB – SOLUSI DERET DARI PERSAMAAN DIFFERENSIA
L
Bila disusun dalam bentuk tabel agar lebih mudah dianalisa
x0 x x2 x3 x4 xn
2a2 0 −2a2 −6a3 −12a4 − n(n − 1)an
0 −2a1 −4a2 −6a3 −8a4 − 2nan
l(l+1)a0 l(l+1)a1 l(l+1)a2 l(l+1)a3 l(l+1)a4 l (l + 1)an
Bila koefisien dari masing-masing suku pangkat x tersebut dijumlahkan, masing-masing harus
memberikan nilai sama dengan nol agar persamaan differensial tersebut terpenuhi. Artinya
Artinya untuk n genap, koefisien an dapat dinyatakan dalam a0, sedangkan untuk suku yang ganjil
dapat dinyatakan dalam a1. Dengan demikian solusi dari persamaan Legendre dapat dinyatakan dalam
a0 dan a1:
-3-
Catatan Kuliah FI-2281 Fisika Matematik IIB – SOLUSI DERET DARI PERSAMAAN DIFFERENSIA
L
2 2
Deret tersebut konvergen untuk x < 1 sedangkan bila x = 1 deret tersebut menjadi bersifat divergen
{lihat kembali pembahasan tentang konvergensi deret pada kuliah Fismat I, BOAS BAB I}.
Dalam banyak penggunaannya di bidang Fisika, x adalah nilai cosinus dari suatu sudut θ dan konstanta
l adalah bilangan bulat bukan negatif.
Tinjau kasus untuk l = 0. Untuk kasus ini deret a1 dapat dituliskan menjadi:
2! 3 4! 5 6 7
x+ x + x + x + ... yang bersifat divergen. Sedangkan untuk deret a0 dituliskan menjadi
3! 5! 7!
1 − 0 + 0 − 0 + ... yang artinya bersifat konvergen.
Untuk l = 1, deret a0 bersifat divergen (pada x2 = 1) sedangkan a1 bersifat konvergen. Secara umum
dapat digeneralisasi bahwa untuk nilai l tertentu, salah satu deret bersifat konvergen sementara deret
yang satunya lagi divergen pada x2 = 1.
Dengan demikian untuk suatu harga l tertentu terdapat polinom untuk y, misalnya untuk l = 0 y = a0;
untuk l = 1 y = a1x dan seterusnya. Masing-masing mempunyai konstanta a0 ATAU a1. Jika
konstanta tersebut dipilih sedemikian agar diperoleh nilai y = 1 untuk x = 1, maka diperoleh suatu suku
banyak yang dinamakan POLINOM LEGENDRE, yang dituliskan sebagai Pl(x).
Misalkan untuk l = 0, maka y = a0. Agar y = 1, maka artinya a0 = 1. Dinyatakan P0(x) = 1.
Untuk l = 1 telah diperoleh bahwa y = a1x. Agar y = 1 untuk x = 1, maka artinya a1 = 1 sehingga
dinyatakan P1(x) = x.
Untuk l = 2, diperoleh y = a0(1 − 3x2). Agar y = 1 untuk x = 1, maka artinya a0 = −1/2, sehingga
1 1
dituliskan P2 ( x) = − (1 − 3 x 2 ) = (3 x 2 − 1)
2 2
Dengan cara yang sama dapat diperoleh ungkapan untuk P3(x), P4(x) dan seterusnya.
Berikut ini adalah polinom Legendre untuk beberapa nilai l:
Polinom Legendre Pl(x) tersebut sering disebut juga sebagai FUNGSI LEGENDRE JENIS PERTAMA.
Terdapat juga FUNGSI LEGENDRE JENIS KEDUA yang merupakan solusi untuk setiap l yang
berupa deret tak hingga. Fungsi jenis kedua ini biasanya dilambangkan dengan Ql(x) namun
penggunaannya tidak sesering fungsi jenis pertama.
-4-
Catatan Kuliah FI-2281 Fisika Matematik IIB – SOLUSI DERET DARI PERSAMAAN DIFFERENSIA
L
Plot fungsi Legendre jenis pertama untuk l = 2, 3, 4 dan 5.
dv
Misalkan v = ( x 2 − 1)l , maka = l ( x 2 − 1) l −1 (2 x) dan
dx
dv
( x 2 − 1) = ( x 2 − 1)l ( x 2 − 1)l −1 (2 x) = l ( x 2 − 1)l (2 x) = 2lxv
dx
= 1 + 12 (2 xh − h 2 ) + 83 (2 xh − h 2 ) 2 + ...
= 1 + xh − 12 h 2 + 83 (4 x 2 h 2 − 4 xh 3 + h 4 ) + ...
∞
= 1 + xh + h 2 ( 3
2 )
x 2 − 12 + ... = Po ( x) + hP1 ( x) + h 2 P2 ( x) + ... = ∑ h l Pl ( x)
l =0
-5-
Catatan Kuliah FI-2281 Fisika Matematik IIB – SOLUSI DERET DARI PERSAMAAN DIFFERENSIA
L
Polinom Pl(x) tersebut bila dihitung untuk nilai x=1 akan memberikan
1 1
(
Φ(1, h) = 1 − 2h + h 2 )−1 / 2
= =
1− h
= 1 + h + h 2 + ...
(1 − h) 2
≡ Po (1) + P1 (1) + h 2 P2 (1) + ...
dengan demikian haruslah terpenuhi bahwa Pl (1) = 1 yang merupakan sifat polinom Legendre.
Dapat ditunjukkan pula bahwa polinom Pl(x) tersebut memenuhi persamaan Legendre.
Hubungan rekursif tersebut dapat digunakan untuk mencari polinom Legendre untuk l tertentu bila
diketahui polinom dengan l yang lebih kecil. Misalnya, karena P0 ( x) = 1 dan P1 ( x) = x , maka
2 P2 ( x) = 3 xP1 ( x) − 1P0 ( x) = 3 x 2 − 1 → P2 ( x) = 1
2 (3x 2
− 1)
V= = 1 − 2(cos θ ) +
d R R R
Kuntitas dalam kurung siku tersebut mempunyai bentuk yang sama dengan fungsi pembangkit Φ,
sehingga
kq kq
V= = Φ
d R
-6-
Catatan Kuliah FI-2281 Fisika Matematik IIB – SOLUSI DERET DARI PERSAMAAN DIFFERENSIA
L
r
dengan Φ = Φ cos θ , merupakan fungsi pembangkit polinom Legendre. Maka dapat dituliskan
R
l
kq kq ∞ r
V = Φ = ∑ Pl (cos θ )
R R l =0 R
Jika terdapat banyak beberapa muatan qi pada posisi ri maka potensial oleh salah satu muatan qi adalah
l l
kq ∞
ri ∞
r P (cos θ )
Vi = i
R
∑ Pl (cos θ i ) = kqi ∑ i l l +1 i
l =0 R l =0 R
Dua buah fungsi A(x) dan B(x) dikatakan ortogonal pada selang (a,b) jika
b
∫ A( x) B( x)dx = 0
a
∫ A ( x) B( x)dx = 0
*
maka dikatakan bahwa An(x) adalah kumpulan fungsi yang ortogonal. Contohnya adalah fungsi sin nx
yang merupakan fungsi ortogonal pada selang (−π,π).
Polinom Legendre juga merupakan fungsi yang ortogonal pada selang (−1,1) dan dinyatakan
1
∫ P ( x) P ( x)dx = 0
−1
l m kecuali l = m
-7-
Catatan Kuliah FI-2281 Fisika Matematik IIB – SOLUSI DERET DARI PERSAMAAN DIFFERENSIA
L
Hal ini dapat dibuktikan sebagai berikut:
Substitusi polinom Legendre Pl(x) ke persamaan Legendre menghasilkan:
d
dx
[ ]
(1 − x 2 ) Pl ' + l (l + 1) Pl = 0 (*)
−1
1 1
∫ d [(1 − x ]
)( Pm Pl '− Pl Pm ' ) + ∫ [l (l + 1) − m(m + 1)]Pl Pm dx = 0
2
−1 −1
1
1
(1 − x 2 )( Pm Pl '− Pl Pm ' ) + [l (l + 1) − m(m + 1)]∫ Pl Pm dx = 0
−1
−1
=0
1
[l (l + 1) − m(m + 1)]∫ Pl Pm dx = 0
−1
Karena suku dalam kurung pada baris terakhir tersebut umumnya tidak sama dengan nol (kecuali bila l
= m), maka yang harus bernilai nol adalah integral tersebut dengan demikian didapat bahwa
1
∫ P ( x) P ( x)dx = 0
−1
l m kecuali l = m
Karena sembarang polinom orde n dapat dinyatakan sebagai kombinasi linier dari polinom Legendre
orde ≤ n, maka artinya
-8-
Catatan Kuliah FI-2281 Fisika Matematik IIB – SOLUSI DERET DARI PERSAMAAN DIFFERENSIA
L
1
b b
2
∫ A ( x) A( x)dx = ∫ A ( x) dx = N .
* * 2
Besar suatu fungsi A(x) pada selang (a,b) dinyatakan dengan
a a
Artinya jika fungsi A(x) tersebut dibagi dengan N, maka besarnya menjadi 1. N−1 disebut sebagai faktor
normalisasi.
bila persamaan tersebut dikalikan dengan Pl(x), maka akan menjadi l (Pl ) = xPl Pl '− Pl Pl −1 '
2
−1 −1 −1
Karena Pl −1 ' dapat dinyatakan sebagai polinom dengan derajat kurang dari l, maka integral kedua pada
−1 −1 −1 −1 −1
2
Kemudian bila diselesaikan dengan cara integral parsial (ambil u = x/2 dan dv = d(Pl2)) maka integral
tersebut menjadi
1 1 1 1
x 2
x
2
2
2
[ −1
]
1
l ∫ (Pl ( x) ) dx = ∫ d ([Pl ( x)] ) = [Pl ( x)] − ∫ [Pl ( x)] dx
2
2
2
−1 −1 −1
1 2
1
2 −1 1
= (Pl (1) ) − (Pl (−1) ) − ∫ [Pl ( x)] dx
2
2 2 2 −1
karena Pl (−1) = (−1)l , maka Pl (−1) akan bernilai −1 jika l ganjil dan bernilai 1 jika l genap. Untuk l
yang sembarang maka akan diperoleh (Pl (−1) ) = 1 sehingga persamaan di atas menjadi
2
-9-
Catatan Kuliah FI-2281 Fisika Matematik IIB – SOLUSI DERET DARI PERSAMAAN DIFFERENSIA
L
1 2
1 1
2 −1 1
l ∫ (Pl ( x) ) dx = (Pl (1) ) − (Pl (−1) ) − ∫ [Pl ( x)] dx
2 2
−1 2 2 2 −1
1 1
1 1 1 1
= − − − ∫ [Pl ( x)] dx = 1 − ∫ (Pl ( x) ) dx
2 2
2 2 2 −1 2 −1
dengan demikian
1 1
1
l ∫ (Pl ( x) ) dx + ∫ (Pl ( x) ) dx = 1
2 2
−1
2 −1
1
1
l + ∫ (Pl ( x) ) dx = 1
2
2 −1
1
1 2
∫ (P ( x)) dx =
2
l =
1 2l + 1
−1 l+
2
Maka bila sifat ortogonal dan normalisasi digabungkan menjadi satu ungkapan, akan diperoleh
ungkapan ortonormal untuk polinom Legendre yaitu yang dinyatakan
1 0 jika l ≠ m 1
2
∫−1 Pl ( x) Pm ( x)dx = 2 jika l = m
∫ P ( x) P ( x)dx = 2l + 1 δ
l m lm
2l + 1 −1
Karena polinom-polinom Legendre merupakan kumpulan yang ortogonal lengkap pada selang (−1,1),
maka kita dapat mengekspansi suatu fungsi dengan menggunakan deret Legendre. Caranya sama
dengan saat kita menggunakan deret Fourier untuk mengekspansi suatu fungsi. Misalkan suatu fungsi
yang dinyatakan dengan f(x) di mana:
dengan cl adalah koefisien yang akan dicari. Bila persamaan di atas dikalikan dengan polinom
Legendre kemudian diintegralkan dalam selang −1 sampai 1 maka akan diperoleh
1 ∞ 1
∫ f ( x) Pm ( x)dx = ∑ cl ∫ Pl ( x) Pm ( x)dx
−1 l =0 −1
m2
(1 − x 2 ) y ' '−2 xy'+ l (l + 1) − y=0
1 − x 2
dm
(Pl ( x)) fungsi Legendre terasosiasi
Pl m ( x) = (1 − x 2 ) m / 2
dx m
Dapat juga dinyatakan menggunakan rumus Rodrigues:
l +m
1 2 m/2 d
Pl m ( x) = l
2 l!
(1 − x )
dx l +m
x2 −1
l
( )
Untuk harga m tertentu, fungsi Legendre terasosiasi juga merupakan kumpulan fungsi ortogonal pada
selang (−1,1). Konstanta normalisasi fungsi Legendre terasosiasi adalah:
- 11 -
Catatan Kuliah FI-2281 Fisika Matematik IIB – SOLUSI DERET DARI PERSAMAAN DIFFERENSIA
L
1
2 (l + m)!
∫ [P ]
m 2
l ( x) dx =
−1
2l + 1 (l − m)!
Metode Frobenius
Banyak persamaan differensial yang solusinya tidak dapat dinyatakan dalam deret pangkat yang
∞ ∞
berbentuk ∑a x
n =0
n
n
melainkan dalam bentuk y = ∑ an x n+ s , misalnya saja
n =0
x3
y = x sin x = x1/ 2 x − + ...
3!
∞
Dengan menggunakan bentuk y = ∑ an x n+ s , maka dapat dinyatakan
n =0
∞
y = a0 x s + a1 x s+1 + a2 x s+ 2 + ... = ∑ an x n+ s
n =0
∞
y ' = sa0 x s −1 + ( s + 1)a1 x s + ( s + 2)a1 x s +1 + ... = ∑ (n + s )an x n+ s−1
n =0
∞
y ' ' = ( s − 1) sa0 x s−2
+ s ( s + 1)a1 x s −1
+ ( s + 1)( s + 2)a1 x + ... = ∑ (n + s )(n + s − 1)an x n+ s −2
s
n =0
∞ ∞ ∞
x 2 ∑ (n + s )(n + s − 1)an x n+ s −2 + 4 x ∑ (n + s )an x n+ s −1 + ( x 2 + 2) ∑ an x n+ s = 0
n =0 n =0 n =0
∞ ∞ ∞ ∞
- 12 -
Catatan Kuliah FI-2281 Fisika Matematik IIB – SOLUSI DERET DARI PERSAMAAN DIFFERENSIA
L
Agar jumlah deret pangkat tersebut sama dengan nol, maka artinya koefisien dari masing-masing
pangkat x juga sama dengan nol. Hal ini memberikan
untuk a0 sembarang, maka bagian yang dalam kurunglah yang sama dengan nol, sehingga
s 2 − 3s + 2 = 0 yang disebut sebagai persamaan index. Bila persamaan ini diselesaikan akan
diperoleh s = −1 atau s = −2.
o Untuk s = −1, maka kolom kedua (koefisien xs+1):
[ ]
an n 2 + n − 2 + 2 = − an − 2
diperoleh an = −
an − 2
untuk n ≥ 2
an [(n − 1)(n + 2) + 2] = −an−2 n(n + 1)
an [n(n + 1)] = − an−2
karena telah diperoleh bahwa a1 = 0, maka ini berarti untuk n yang ganjil pastilah an = 0,
sedangkan untuk n yang genap, an dapat dinyatakan dalam a0.
a a a a0 a a a
a2 = − 0 = − 0 ; a4 = − 2 = = 0 ; a6 = − 4 = − 0 ; dst
2 .3 3! 4.5 2.3.4.5 5! 6 .7 7!
maka solusi untuk y adalah
∞
a0 a
y = ∑ an x n+s = a0 x −1 − x + 0 x 3 + ...
n =0 3! 5!
x3 x5 a
= a0 x −2 x − + − ... = 02 sin x
3! 5! x
=sin x
a0 cos x a1 sin x
= +
x2 x2
o Solusi lengkap untuk y adalah jumlah dari y yang diperoleh dengan s = −1 dan y yang
diperoleh dengan s = −2
y = y s = −1 + y s = −2
a0 b b
y= 2
sin x + 02 cos x + 1 sin x
x x x
Fungsi Bessel
Karena x( xy ' ) = x( x' y '+ xy ' ' ) = x( y '+ xy ' ' ) = xy '+ x 2 y ' ' , maka persamaan Bessel tersebut di atas dapat
x( xy ' ) + ( x 2 − p 2 ) y = 0
Untuk menyelesaikan persamaan differensial di atas, dapat digunakan metode Frobenius, dengan
∞
memisalkan y = ∑ an x n+ s , maka berturut-turut akan diperoleh:
n =0
- 14 -
Catatan Kuliah FI-2281 Fisika Matematik IIB – SOLUSI DERET DARI PERSAMAAN DIFFERENSIA
L
∞
y ' = ∑ an (n + s ) x n+s −1
n =0
∞
xy ' = ∑ an (n + s ) x n+s
n =0
∞
( xy ' )' = ∑ an (n + s ) 2 x n+s −1
n =0
∞
x( xy ' )' = ∑ an (n + s ) 2 x n+ s
n =0
bila deret-deret tersebut disubstitusi ke persamaan Bessel dan koefisien pangkatnya disusun dalam
bentuk tabel maka dapat diperoleh:
xs x s+1 x s+2 ... x s+n
x(xy ' ) s 2 a0 (1 + s ) 2 a1 ( 2 + s ) 2 a2 (n + s ) 2 an
x2 y a0 an − 2
− p2 y − p 2 a0 − p 2 a1 − p 2 a2 − p 2 an
o Untuk s = p
Kolom kedua (koefisien xs+1) memberikan hubungan
((1 + p) 2
)
− p 2 a1 = 0
===> karena p positif, maka berarti a1 = 0
(1 + 2 p )a1 = 0
kemudian dari kolom terakhir (koefisien xs+n) memberikan hubungan
n(n + 2 p )an = − an−2
an − 2
an = −
n( n + 2 p )
sehingga didapat
a1 = a3 = a5 = .... = 0
a0 a0 a2 a0
a2 = − =− ; a4 = − = ;
2(2 + 2 p ) 4(1 + p) 8(2 + p ) 32(2 + p)(1 + p)
a4 a0
a6 = − =−
6(6 + 2 p ) 12.32(3 + p )(2 + p)(1 + p)
Secara umum untuk n genap dapat dituliskan kembali dalam bentuk:
a2 n −2 a
a2 n = − = − 2 2 n−2
2n( 2n + 2 p ) 2 n( n + p )
- 15 -
Catatan Kuliah FI-2281 Fisika Matematik IIB – SOLUSI DERET DARI PERSAMAAN DIFFERENSIA
L
kemudian dengan mengingat kembali hubungan rekursif fungsi gamma:
Γ ( p + 2)
Γ( p + 2) = ( p + 1)Γ( p + 1) ==> ( p + 1) =
Γ( p + 1)
Γ( p + 3) = ( p + 2)Γ( p + 2) = ( p + 2)( p + 1)Γ( p + 1)
Γ( p + 3)
==> ( p + 2)( p + 1) =
Γ( p + 1)
maka
a0 a a Γ( p + 1)
a2 = − =− 2 0 = − 20
4(1 + p) 2 (1 + p) 2 Γ( p + 2)
a0 a0 a Γ( p + 1)
a4 = = 4
= 04
32(2 + p)(1 + p) 2!2 (2 + p)(1 + p) 2!2 Γ( p + 3)
a Γ( p + 1)
a6 = − 06
3!2 Γ( p + 4)
Dengan demikian bentuk solusi y untuk s = p adalah
∞
y = ∑ an x n + s
n =0
a0 Γ( p + 1) 2+ p a Γ( p + 1) 4+ p a Γ( p + 1) 6+ p
= a0 x p − 2
x + 04 x − 06 x + ...
2 Γ( p + 2) 2!2 Γ( p + 3) 3!2 Γ( p + 4)
x
p
1 1 x
2
1 x
4
= a0 2 p Γ( p + 1) − +
2 Γ(1)Γ( p + 1) Γ(2)Γ( p + 2) 2 Γ(3)Γ( p + 3) 2
1 x
6
−
Γ(4)Γ( p + 4) 2
yang disebut sebagai fungsi Bessel jenis pertama orde p. Lebih umum dituliskan dalam
bentuk:
2 n+ p
∞
(−1) n x
J p ( x) = ∑
n =0 Γ ( n + 1)Γ ( n + p + 1) 2
- 16 -
Catatan Kuliah FI-2281 Fisika Matematik IIB – SOLUSI DERET DARI PERSAMAAN DIFFERENSIA
L
di mana A dan B konstanta sedangkan Np(x) dan Yp(x) adalah fungsi Neumann dan fungsi Weber yaitu:
cos(πp ) J p ( x) − J − p ( x)
N p ( x) = Yp ( x) =
sin(πp)
Berikut ini adalah beberapa hubungan rekursif yang berkaitan dengan fungsi Bessel
d p
dx
[ ]
x J p ( x) = x p J p −1 ( x)
d −p
dx
[ ]
x J p ( x) = − x − p J p+1 ( x)
2p
J p−1 ( x) + J p+1 ( x) = J p ( x)
x
J p−1 ( x) − J p+1 ( x) = 2 J p ' ( x)
p p
J p ' ( x) = − J p ( x) + J p−1 ( x) = J p ( x) − J p+1 ( x)
x x
- 17 -
Catatan Kuliah FI-2281 Fisika Matematik IIB – SOLUSI DERET DARI PERSAMAAN DIFFERENSIA
L
I p ( x) = i − p J p (ix)
π
K p ( x) = i p+1 H p(1) (ix)
2
Fungsi Kelvin
J 0 (i 3 / 2 x) = ber x + i bei x
K 0 (i1/ 2 x) = ker x + i kei x
Fungsi Airy
1 x
Ai ( x) =
π 3
K1 / 3 ( 2
3 x3 / 2 )
x
Bi ( x) =
3
[ (
I −1/ 3 2
3 )
x 3 / 2 + I1/ 3 ( 2
3 x3/ 2 )]
Persamaan Lagrangenya:
d 2 •
ml θ + mgl sin θ = 0
dt
Misalkan panjang tali berubah terhadap waktu dan dinyatakan dengan l = l0 + vt dl = vdt
1 d d
dt = dl = v
v dt dl
Dengan demikian akan diperoleh
d 2 •
ml θ + mgl sin θ = 0
dt
• dl d 2θ
2lm θ + ml 2 2 + mgl sin θ = 0
dt dt
dan untuk simpangan yang kecil dapat digunakan pendekatan sinθ ≈ θ sehingga persamaan differensial
tersebut menjadi
• dl 2 d 2θ 2 dθ
2
2 2 d θ d 2θ dθ gθ
2l θ +l 2
+ gl θ = 0 2lv + v l 2
+ gl θ = 0 → l 2
+2 + =0
dt dt dl dl dl dl v 2
1 − 2a c −1 2 a 2 − p 2c 2
y ' '+ y '+ (bcx ) + y = 0 yang mempunyai solusi berbentuk
x x2
y = x a Z p (bx c )
- 19 -
Catatan Kuliah FI-2281 Fisika Matematik IIB – SOLUSI DERET DARI PERSAMAAN DIFFERENSIA
L
Misalkan suatu fungsi Bessel yang nilai nolnya adalah α dan β. Persamaan differensial yang solusinya
Jika (*) dikalikan dengan v sedangkan persamaan (**) dikalikan dengan u kemudian keduanya
dikurangkan akan diperoleh:
1
[vxu'−uxv'] 0 + (α − β ) ∫ xuvdx = 0
1 2 2
Untuk nilai x = 0 [vxu '−uxv'] = 0 , sedangkan bila x = 1, u = Jp(α) = 0 dan v = Jp(β) = 0. Dengan
demikian [vxu '−uxv'] 0 = 0 , maka dari persamaan terakhir di atas akan diperoleh:
1
1 1
(α − β ) ∫ xuvdx = 0 atau (α − β ) ∫ xJ p (αx) J p ( βx)dx = 0
2 2 2 2
0 0
Jika α ≠ β maka integral tersebutlah yang harus sama dengan 0. Jika α = β maka integral tersebut tidak
sama dengan nol dan ini memberikan kondisi ortogonalitas fungsi Bessel, yaitu
- 20 -
Catatan Kuliah FI-2281 Fisika Matematik IIB – SOLUSI DERET DARI PERSAMAAN DIFFERENSIA
L
1 0 jika α ≠ β
∫0 xJ p (αx) J p ( βx)dx = 1 J p2+1 (α ) = 1 J p2−1 (α ) = 1 J '2p (α ) jika α = β
2 2 2
- 21 -