Anda di halaman 1dari 10

V FUNGSI-FUNGSI KHUSUS DAN INTEGRAL ELIPTIK

Pada Bab 5 ini, pembahasan difokuskan pada perumusan (tanpa pembuktian) tentang
fungsi-fungsi khusus dan integral eliptik yang mungkin sering dijumpai dalam penyelesaian
persoalan-persoalan fisika. Pembahasan tentang fungsi-fungsi khusus ini dimulai dari fungsi
faktorial, kemudian dilanjutkan pada fungsi Gamma, fungsi Beta, serta kaitan antara kedua
fungsi Gamma dan fungsi Beta. Pembahasan tentang integral eliptik akan diuraikan sebagai
penutup bab ini.

5.1 Fungsi Faktorial

Misalkan kita menghitung nilai dari beberapa integral. Untuk 𝛼 > 0,



1 1
∫ 𝑒 −𝛼𝑥 𝑑𝑥 = − 𝑒 −𝛼𝑥 |∞
0 = (5.1)
0 𝛼 𝛼
Kemudian, diferensiasikan kedua ruas dari persamaan ini terhadap 𝛼 secara berturut-turut :
∞ ∞
1 1
∫ −𝑥𝑒 −𝛼𝑥 𝑑𝑥 = − 2 atau ∫ 𝑥𝑒 −𝛼𝑥 𝑑𝑥 = 2 ,
0 𝛼 0 𝛼

2
∫ 𝑥 2 𝑒 −𝛼𝑥 𝑑𝑥 = 3 ,
0 𝛼

3!
∫ 𝑥 3 𝑒 −𝛼𝑥 𝑑𝑥 = 4 , dst
0 𝛼
Sehingga, pada umumnya

𝑛!
∫ 𝑥 𝑛 𝑒 −𝛼𝑥 𝑑𝑥 = . (5.2)
0 𝛼 𝑛+1
Dengan mengambil 𝛼 = 1, kita peroleh definisi integral dari n faktorial, yaitu :

∫ 𝑥 𝑛 𝑒 −𝑥 𝑑𝑥 = 𝑛! , n = 1, 2, 3, … (5.3)
0

Kita dapat menghitung 0! dengan Pers.(5.3) yaitu dengan mengambil 𝑛 = 0, kita peroleh :
∞ ∞
0 −𝑥
0! = ∫ 𝑥 𝑒 𝑑𝑥 = ∫ 𝑒 −𝑥 𝑑𝑥 = −𝑒 −𝑥 |∞
0 = −(0 − 1) = 1 (5.4)
0 0

5.2 Fungsi Gamma

Sebelumnya telah diuraikan tentang definisi fungsi faktorial seperti dalam Pers.(5.3).
Selanjutnya, didefinisikan suatu fungsi yang dinamakan Fungsi Gamma, yaitu :

Γ(𝑝) = ∫ 𝑥 𝑝−1 𝑒 −𝑥 𝑑𝑥, 𝑝>0 (5.5)
0

59
Hubungan antara fungsi ini dengan fungsi faktorial dapat diuraikan dengan meninjau lagi
Pers.(5.3), yaitu :

∫ 𝑥 𝑛 𝑒 −𝑥 𝑑𝑥 = 𝑛!
0

Bila 𝑝 pada Pers.(5.5) diganti dengan 𝑛



Γ(𝑛) = ∫ 𝑥 𝑛−1 𝑒 −𝑥 𝑑𝑥 = (𝑛 − 1)!
0
∞ ∞
Γ(𝑛 + 1) = ∫ 𝑥 𝑛−1+1 𝑒 −𝑥 𝑑𝑥 = ∫ 𝑥 𝑛 𝑒 −𝑥 𝑑𝑥 = 𝑛!
0 0

Untuk lebih mudah mengingat definisi ini secara lebih ringkas ditulis :
Γ(𝑛) = (𝑛 − 1)! atau Γ(𝑛 + 1) = 𝑛! (5.6)
Jadi
Γ(1) = 0! = 1, Γ(2) = 1! = 1, Γ(3) = 2! = 2, Γ(4) = 3! = 6, dan seterusnya.

Bila 𝑝 pada Pers.(5.5) diganti dengan 𝑝 + 1, diperoleh :



Γ(𝑝 + 1) = ∫ 𝑥 𝑝 𝑒 −𝑥 𝑑𝑥 = 𝑝! 𝑝 > −1 (5.7)
0

Kita pecahkan integral pada Pers.(5.7) bagian-demi-bagian, yaitu dengan pemisalan :


𝑥𝑝 = 𝑢 dan 𝑒 −𝑥 𝑑𝑥 = 𝑑𝑣, sehingga diperoleh 𝑑𝑢 = 𝑝𝑥 𝑝−1 𝑑𝑥 dan 𝑣 = −𝑒 −𝑥 ,
∞ ∞
Gunakan sifat integral : ∫0 𝑢 𝑑𝑣 = 𝑢𝑣|∞
0 − ∫0 𝑣 𝑑𝑢,

dan diperoleh :
∞ ∞
Γ(𝑝 + 1) = ∫ 𝑥 𝑝 𝑒 −𝑥 𝑑𝑥 = 𝑥 𝑝 𝑒 −𝑥 |∞ −𝑥
0 − ∫ −𝑒 𝑝𝑥
𝑝−1
𝑑𝑥
0 0

= 0 + 𝑝 ∫ 𝑥 𝑝−1 𝑒 −𝑥 𝑑𝑥 = 𝑝Γ(𝑝).
0

Jadi, dalam bentuk ringkas ditulis :


Γ(𝑝 + 1) = 𝑝Γ(𝑝) (5.8)
Persamaan ini disebut sebagai hubungan rekursi fungsi Gamma.

Fungsi Gamma biasanya ditabelkan untuk nilai 𝑝 antara 1 dan 2. Dengan hubungan
rekursi Pers.(5.8) akan dapat diperoleh nilai Fungsi Gamma untuk 𝑝 antara 2 dan 3, sebagai
contoh : Γ(2,5) = 1,5 Γ(1,5)
Dengan cara yang sama, juga diperoleh :
Γ(3,5) = 2,5 Γ(1,5) = (2,5) (1,5 )Γ(1,5),
Γ(4,5) = 3,5 Γ(1,5) = (3,5)(2,5) Γ(1,5) = (3,5)(2,5) (1,5 )Γ(1,5),
dan seterusnya.

60
Untuk memperoleh Γ(𝑝) untuk nilai 𝑝 antara 0 dan 1 dari nilai tabel fungsi Gamma (antara 1
dan 2), persamaan rekursi ditulis sebagai :
1
Γ(𝑝) = Γ(𝑝 + 1). (5.9)
𝑝
1
Sebagai contoh : Γ(0,5) = 0,5 Γ(1,5).

Fungsi Gamma untuk bilangan negatif (𝑝 < 0), persamaan rekursi juga mengambil
1
bentuk yang sama dengan Pers (5.9), yaitu Γ(𝑝) = 𝑝 Γ(𝑝 + 1).

Contoh :
1 1 1
Γ(−0,5) = Γ(0,5) = Γ(1,5)
−0,5 −0,5 0,5
1 1 1 1 1
Γ(−1,5) = Γ(0,5) = Γ(1,5).
−1,5 −0,5 −1,5 −0,5 0,5

Hal yang lebih khusus adalah perhitungan untuk Γ(0,5). Perhitungan Γ(0,5) dimulai
dengan menggunakan definisi fungsi Gamma, yaitu dengan cara menggati 𝑥 dengan 𝑡 pada
Pers.(5.5) :

Γ(𝑝) = ∫ 𝑡 𝑝−1 𝑒 −𝑡 𝑑𝑥,
0
∞ 1 ∞
1 1
Γ( ) = ∫ 𝑡 2−1 𝑒 −𝑡 𝑑𝑥 = ∫ 𝑒 −𝑡 𝑑𝑥. (5.10)
2 0 0 √𝑡
Kita pecahkan integral pada Pers.(5.10) dengan pemisalan : 𝑡 = 𝑦 2 → 𝑑𝑡 = 2𝑦 𝑑𝑦, sehingga
diperoleh :
∞ ∞
1 1 −𝑦 2 2
Γ( ) = ∫ 𝑒 2𝑦 𝑑𝑦 = 2 ∫ 𝑒 −𝑦 𝑑𝑦 . (5.10𝑎)
2 0 𝑦 0

Dengan pemisalan lain (𝑡 = 𝑥 2 → 𝑑𝑡 = 2𝑥 𝑑𝑥), diperoleh :



1 2
Γ ( ) = 2 ∫ 𝑒 −𝑥 𝑑𝑥 . (5.10𝑏)
2 0
1
Dengan mengalikan kedua integral untuk Γ (2), yaitu perkalian antara Pers.(5.10a) dengan

Pers.(5.10b), diperoleh :
1 2 ∞ ∞
2 2
[Γ ( )] = 4 ∫ ∫ 𝑒 −(𝑥 +𝑦 ) 𝑑𝑥 𝑑𝑦 . (5.11)
2 0 0

Ini adalah integra pada kuadran pertama. Pemecahan integral ini akan lebih mudah dengan
mengubahnya dalam koordinat polar (faktor skala ℎ1 = 1, ℎ2 = 𝑟, 𝑑𝑥1 = 𝑟, 𝑑𝑥2 = 𝜃 ) :
𝑟 2 = 𝑥 2 + 𝑦 2 dan elemen luasnya : 𝑑𝑥 𝑑𝑦 = ℎ1 ℎ2 𝑑𝑥1 𝑑𝑥2 = 𝑟 𝑑𝑟 𝑑𝜃

61
dan diperoleh :
2 ∞
1 2 𝜋/2 ∞
−𝑟 2
𝜋 𝑒 −𝑟
[Γ ( )] = 4 ∫ ∫ 𝑒 𝑟 𝑑𝑟 𝑑𝜃 = 4 | =𝜋
2 𝜃=0 𝑟=0 2 −2 0
Oleh karena itu,
1
Γ (2) = √𝜋 . (5.12)

Rumus penting lainnya adalah :


𝜋
Γ(𝑝)Γ(1 − 𝑝) = . (5.13)
sin 𝜋𝑝
1
Terapkan untuk 𝑝 = 2 pada Pers.(5.13), diperoleh :

1 1 1 1 𝜋 1 2
Γ ( ) Γ (1 − ) = Γ ( ) Γ ( ) = 𝜋 = 𝜋 atau [Γ ( )] = π
2 2 2 2 sin 2 2

sehingga kembali diperoleh Pers.(5.12).

Soal-soal Latihan 1 :

Nyatakan integral-integral berikut sebagai fungsi Γ dan ujilah hasilnya dengan menggunakan
tabel fungsi Γ.
∞ 5
1. ∫0 𝑥 2/3 𝑒 −𝑥 𝑑𝑥 [Γ (3) = 0,90275]

2. ∫0 √𝑥 𝑒 −𝑥 𝑑𝑥
∞ 1
3. ∫0 𝑥 −1/2 𝑒 −𝑥 𝑑𝑥 [Γ (2) = √π]
∞ 2
4. ∫0 𝑥 2 𝑒 −𝑥 𝑑𝑥 [Petunjuk : Misalkan 𝑥 2 = 𝑢]
∞ 3
5. ∫0 𝑥 𝑒 −𝑥 𝑑𝑥
1 1 3 2
6. ∫0 𝑥 2 (ln 𝑥) 𝑑𝑥 [Petunjuk : Misalkan 𝑥 = 𝑒 −𝑢 , 3−4 Γ(4) = 27]

5.3 Fungsi Beta

Fungsi Beta juga didefinisikan dengan integral tentu (definite integral), yaitu:
1
𝐵(𝑝, 𝑞) = ∫ 𝑥 𝑝−1 (1 − 𝑥)𝑞−1 𝑑𝑥, 𝑝 > 0, 𝑞 > 0 (5.14)
0

Dengan mudah dapat dibuktikan bahwa :


𝐵(𝑝, 𝑞) = 𝐵(𝑞, 𝑝) (5.15)

62
Selang integrasi dalam Pers.(5.14) dapat diubah dengan menempatkan 𝑥 = 𝑦/𝑎, dan batas
intrgral 𝑥 = 1 berkaitan dengan 𝑦 = 𝑎.
Dengan demikian, Pers.(5.14) dapat ditulis menjadi :
𝑎 𝑎
𝑦 𝑝−1 𝑦 𝑞−1 𝑑𝑦 1
𝐵(𝑝, 𝑞) = ∫ ( ) (1 − ) = 𝑝+𝑞−1 ∫ 𝑦 𝑝−1 (𝑎 − 𝑦)𝑞−1 𝑑𝑦 (5.16)
0 𝑎 𝑎 𝑎 𝑎 0

Untuk mendapatkan fungsi Beta dalam bentuk trigonometri, misalkan 𝑥 = sin2 𝜃, maka

𝑑𝑥 = 2 sin 𝜃 cos 𝜃 𝑑𝜃, (1 − 𝑥) = 1 − sin2 𝜃 = cos2 𝜃

dan batas integral 𝑥 = 1 berkaitan dengan 𝜃 = 𝜋/2.

Bila ini disubstitusi ke Pers.(5.14), diperoleh :


𝜋/2
𝐵(𝑝, 𝑞) = ∫ (sin2 𝜃)𝑝−1 (cos 2 𝜃)𝑞−1 2 sin 𝜃 cos 𝜃 𝑑𝜃.
0

Atau, dalam bentuk yang lebih ringkas, hubungan trigonomtri fungsi Beta ditulis :
𝜋/2
𝐵(𝑝, 𝑞) = 2 ∫ (sin 𝜃)2𝑝−1 (cos 𝜃)2𝑞−1 𝑑𝜃 (5.17)
0

𝑦
Akhirnya, bila ditempatkan 𝑥 = 1+𝑦 pada Pers.(5.14), diperoleh :


𝑦 𝑝−1 𝑑𝑦
𝐵(𝑝, 𝑞) = ∫ . (5.18)
0 (1 + 𝑦)𝑝+𝑞

Soal-soal Latihan 2 :

1. Buktikan Pers.(5.15), yaitu 𝐵(𝑝, 𝑞) = 𝐵(𝑞, 𝑝) [Petunjuk : Misalkan 𝑥 = 1 − 𝑦].

2. Buktikan Pers.(5.18).

5.4 Hubungan antara Fungsi Beta dan Fungsi Gamma

Kita tidak akan dapat menjumpai tabel fungsi Beta sebagaimana halnya tabel fungsi
Gamma. Alasannya adalah fungsi Beta dapat dengan mudah dinyatakan dalam bentuk fungsi
Gamma. Hubungan antara kedua fungsi ini adalah :

Γ(𝑝)Γ(𝑞)
𝐵(𝑝, 𝑞) = (5.19)
Γ(𝑝 + 𝑞)

Langkah-langkah pembuktiannya dimulai dengan definisi fungsi Γ [Lihat Boas : p.464].

63
Soal-soal Latihan 3 :

Nyatakan integral-integral berikut sebagai fungsi 𝐵 dan ujilah hasilnya dengan menggunakan
tabel fungsi Γ.

1 𝑥 4 𝑑𝑥 1 5 1
1. ∫0 [2 𝐵 (2 , 2) = 3𝜋/16]
√1−𝑥 2
𝜋/2
2. ∫0 √sin3 𝑥 cos 𝑥 𝑑𝑥
1 𝑑𝑥 1 1 1
3. ∫0 [3 𝐵 (3 , 2) = 1,40218]
√1−𝑥 3
1
4. ∫0 𝑥 2 (1 − 𝑥 2 )3/2 𝑑𝑥
∞ 𝑦 2 𝑑𝑦 1
5. ∫0 [𝐵(3, 3) = 30]
(1+𝑦)6
∞ 𝑦 𝑑𝑦
6. ∫0
(1+𝑦 3 )2
𝜋/2 𝑑𝜃 1 1 1
7. ∫0 [2 𝐵 (4 , 2) = 2,6221]
√sin 𝜃
2 𝑥 2 𝑑𝑥
8. ∫0
√2−𝑥

5.5 Fungsi dan Integral Eliptik

Fungsi dan Integral Eliptik merupakan sebuah kelompok lain tentang integral dan
fungsi terkait yang telah dipelajari dan ditabelkan secara intensif. Karena mereka ini biasanya
muncul dalam persoalan, akan lebih berharga bila kita mendalami penggunaannya. Kita akan
hanya meringkas tentang definisi dan sifatnya dan lebih menekankan pada pemakaiannya.

Bentuk Legendre

Bentuk Legendre dari integral eliptik jenis pertama dan kedua adalah :

𝑑∅
𝐹(𝑘, ∅) = ∫ , 0 ≤ 𝑘 ≤ 1, atau 𝑘 = sin 𝜃, 0 ≤ 𝜃 ≤ 1
0 √1 − 𝑘 2 sin2 ∅
(5.20)

𝐸(𝑘, ∅) = ∫ √1 − 𝑘 2 sin2 ∅ 𝑑∅ , 0 ≤ 𝑘 ≤ 1, atau 𝑘 = sin 𝜃, 0 ≤ 𝜃 ≤ 1
0

dengan 𝑘 dan ∅ masing-masing adalah modulus dan adalah amplitude dari integral eliptik.
Kuantitas 𝑘 ′ = √1 − 𝑘 2 disebut modulus komplemen. Integral-integral ini ditabelkan untuk
nilai 𝜃 = arc sin 𝑘 dan ∅ antara 0 dan 𝜋/2.

64
Integral Eliptik Lengkap

Integral Eliptik Lengkap jenis pertama dan kedua adalah nilai-nilai F dan E (sebagai fungsi k)
untuk ∅ = 𝜋/2, yaitu :
𝜋/2
𝜋 𝑑∅
𝐹 = 𝐹(𝑘) = 𝐹 (𝑘, ) = ∫
2 0 √1 − 𝑘 2 sin2 ∅
(5.21)
𝜋/2
𝜋
𝐸 = 𝐸(𝑘) = 𝐸 (𝑘, ) = ∫ √1 − 𝑘 2 sin2 ∅ 𝑑∅
2 0

Bentuk Jacobi

Kita akan peroleh bentuk Jacobi dari integral eliptik untuk jenis pertama dan kedua, jika kita
ambil sin ∅ = 𝑥 dalam bentuk Legendre pada Pers.(5.20), , yaitu :
𝑑𝑥 𝑑𝑥
𝑥 = sin ∅ dan 𝑑𝑥 = cos ∅ 𝑑∅ atau 𝑑∅ = = ,
cos ∅ √1 − 𝑥 2
𝜋
∅= berkaiatan dengan 𝑥 = 1
2
maka
∅ 𝑥
𝑑∅ 𝑑𝑥
𝐹(𝑘, ∅) = ∫ =∫ ,
0 √1 − 𝑘 2 sin2 ∅ 0 √(1 − 𝑥 2 )(1 − 𝑘 2 𝑥 2 )

∅ 𝑥
1 − 𝑘2𝑥2
𝐸(𝑘, ∅) = ∫ √1 − 𝑘 2 sin2 ∅ 𝑑∅ =∫ √ 𝑑𝑥 ,
0 0 1 − 𝑥2

(5.22)
1
𝜋 𝑑𝑥
𝐹 = 𝐹 (𝑘, ) = ∫ ,
2 0 √(1 − 𝑥 2 )(1 − 𝑘 2 𝑥 2 )

1
1 − 𝑘2𝑥2
𝐸=∫ √ 𝑑𝑥 .
0 1 − 𝑥2

Contoh 1

Carilah ungkapan untuk panjang busur sebuah elips dengan menggunakan integral eleiptik.

Jawab :

Kita tuliskan persamaan elips dalam bentuk parametriks :


𝑥 = 𝑎 sin ∅ , 𝑦 = 𝑏 cos ∅
untuk kasus 𝑎 > 𝑏. [Untuk 𝑏 > 𝑎, gunakan bentuk 𝑥 = 𝑎 𝑐𝑜𝑠 ∅ , 𝑦 = 𝑏 𝑠𝑖𝑛 ∅.]

65
Untuk kasus 𝑎 > 𝑏, kita peroleh

𝑑𝑠 2 = 𝑑𝑥 2 + 𝑑𝑦 2 = (𝑎2 𝑐𝑜𝑠 2 ∅ + 𝑏 2 𝑠𝑖𝑛2 ∅)𝑑∅2 .

Karena 𝑎2 − 𝑏 2 > 0, kita dapat tuliskan

𝑎2 − 𝑏 2
∫ 𝑑𝑠 = ∫ √𝑎2 − (𝑎2 − 𝑏 2 ) 𝑠𝑖𝑛2 ∅ 𝑑∅ = 𝑎 ∫ √1 − 𝑠𝑖𝑛2 ∅ 𝑑∅ .
𝑎2

Ini adalah sebuah integral eliptik jenis kedua di mana 𝑘 2 = (𝑎2 − 𝑏 2 )/𝑎2 = 𝑒 2 (𝑒 2 adalah
eccentricity elips dalam geometri analitis). Jika kita ingikan keadaan lengkap, ∅ dari 0 hingga
2𝜋, maka jawabannya adalah 4𝑎𝐸(𝑘, 2𝜋). Untuk busur terpendek, kita dapat mengambil limit
∅1 hingga ∅2 pada integral dan diperoleh 𝐸(𝑘, ∅2 ) − 𝐸(𝑘, ∅1 ). Untuk setiap elips, di mana 𝑎
dan 𝑏 diketahui, kita dapat mencari nilai numeric dari panjang bususr yang diinginkan dengan
menggunakan sebuah tabel integral eliptik 𝐸(𝑘, ∅).

Contoh 2

Carilah ungkapan untuk gerak pendulum dengan sudut ayun besar dengan menggunakan
integral eleiptik.

Jawab :

Kita telah dapatkan persamaan gerak pendulum sebagai :


2𝑔
𝜃̇ 2 = cos 𝜃 + 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛𝑡𝑎. (5.22)
𝑙
Untuk 𝜃̇ = 0 pada 𝜃 = 𝜋/2, sehingga konstanta sama dengan nol (ini berhubungan dengan
ayunan 180o, dalam hal ini amplitudo 90o). Kita ingin meninjau ayunan dari suatu amplitudo,
katakanlah ∝, sehingga 𝜃̇ = 0 bila 𝜃 = ∝, dan Pers.(5.22) menjadi :
2𝑔
𝜃̇ 2 = (cos 𝜃 − cos ∝).
𝑙
Dengan mengintegralkannya, diperoleh :

𝑑𝜃 2𝑔 𝑇∝
∫ =√ , (5.23)
√cos 𝜃 − cos ∝ 𝑙 4
0

di mana 𝑇∝ adalah periode dari ayunan dari −∝ ke +∝ bolak balik. Integral ini dapat ditulis
sebagai sebuah integral eliptik, yang nilainya adalah :

√2 𝐾 (sin ).
2

66
Pers.(5.23) memberikan periode :

𝑙 ∝ 𝑙 ∝
𝑇∝ = 4√ √2 𝐾 (sin ) = 4√ 𝐾 (sin ).
2𝑔 2 2𝑔 2
1 ∝ 1
Untuk ∝ tidak terlalu besar (katakanlah ∝< 90𝑜 , 2 ∝= 45𝑜 , sehingga sin2 ( 2 ) < 2), kita

dapat mengambil sebuah pendekatan yang baik untuk 𝑇∝ dengan deret :

𝑙 𝜋 1 2 ∝ 1∙3 2 4 ∝
𝑇∝ = 4√ (1 + ( ) sin2 ( ) + ( ) sin ( ) + … ).
2𝑔 2 2 2 2∙4 2
∝ ∝
Untuk ∝ yang cukup kecil, sin 2 dapat didekati dengan 2 , sehingga 𝑇∝ dapat ditulis menjadi :

𝑙 𝛼2
𝑇∝ = 2𝜋√ (1 + + … ).
𝑔 16

Bila ∝ sangat kecil, kita dapatkan kembali formula bagi gerak harmonic sederhana, 𝑇 =
1
2𝜋√𝑙/𝑔 yang tidak tergantung ∝. Untuk ∝ cukup besar, katakanlah ∝= 2 radian (sekitar

30o), kita peroleh :

𝑙 1
𝑇∝=1/2 = 2𝜋√ (1 + + … ).
𝑔 16

Soal-soal Latihan 4 :

1. Perluaslah 𝐹(𝑘, ∅) dan 𝐸(𝑘, ∅) dalam deret pangkat berbentuk 𝑘 2 sin2 ∅ untuk 𝑘 kecil
dan jumlahkan suku demi sukunya. Dari deret ini tentukan deret untuk integral eliptik
komplit 𝐾 dan 𝐸.

Tentukan dari tabel atau dari deret pangkat soal 1 (untuk 𝑘 kecil) nilai dari integral eliptik
soal-sola berikut :

2. 𝐾(0,13) [1,58]
7𝜋
3. 𝐸 (0,13, ) [7,30]
3

3/4 9−4𝑥 2
4. ∫−1/2 √ 𝑑𝑥 [3,96]
1−𝑥 2
0,8 𝑑𝑥
5. ∫0 [0,946]
√(1−𝑥 2 )(1−0,16𝑥 2 )
3𝜋/8 𝑑∅
6. ∫–𝜋/2 [3,95].
√1−0,87 𝑠𝑖𝑛2 ∅

67
7.

V FUNGSI-FUNGSI KHUSUS DAN INTEGRAL ELIPTIK

Pada Bab 5 ini, pembahasan difokuskan pada perumusan (tanpa pembuktian) tentang
fungsi-fungsi khusus dan integral eliptik yang mungkin sering dijumpai dalam penyelesaian
persoalan-persoalan fisika. Pembahasan tentang fungsi-fungsi khusus ini dimulai dari fungsi
faktorial, kemudian dilanjutkan pada fungsi Gamma, fungsi Beta, serta kaitan antara kedua
fungsi Gamma dan fungsi Beta. Pembahasan tentang integral eliptik akan diuraikan sebagai
penutup bab ini.
V FUNGSI-FUNGSI KHUSUS

Pada Bab 5 ini, pembahasan difokuskan pada perumusan (tanpa pembuktian) tentang
fungsi-fungsi khusus yang mungkin sering dijumpai dalam penyelesaian persoalan-persoalan
fisika, terutama dalam melakukan perhitungan-perhitungan matematika yang melibatkan
masalah integral. Pembahasan tentang fungsi-fungsi khusus ini dimulai dari fungsi faktorial,
kemudian dilanjutkan pada fungsi Gamma, fungsi Beta, serta kaitan antara kedua fungsi
Gamma dan dan fungsi Beta.

68

Anda mungkin juga menyukai