Anda di halaman 1dari 7

Terima kasih,

Wah inilah saat-saat yang saya takuti !!


Saat-saat Yang sangat-sangat saya kawatirkan,
Saat di mana saya harus memberikan sambutan.

Kemarin di acara reuni angkatan 1979 saya salah ngomong sehingga saya ditegur Ibu,
saya katakana di sana, bahwa ini saat yang sangat tidak saya sukai, karena diminta
memberi sambutan. Kata-kata “saat yang sangat tidak saya sukai” rupanya kurang tepat.
Barangkali yang tepat mestinya saat yang sangat saya takuti
Mengapa takut ?
Karena saya tidak lebih mampu dari kalian. Kita sama posisinya sebagai anggota
masyarakat. Bahkan di suatu kesempatan bukan tidak mungkin kalian bisa menjadi dosen
saya, menjadi guru saya, menjadi pelatih saya. Seperti alumni SMP 41 angkatan di bawah
kalian yang sekarang menjadi dosen di UNJ. Namanya Agus Sutiyono, untung ketika
saya kuliah di UNJ tahun 1998, Agus Sutiyono tidak mengajar kelas sore, sehingga saya
nggak sempat ketemu untuk diajar oleh Agus Sutiyono.

Namun demikian kami para guru tetap memiliki kelebihan dari kalian. Apa ? Apa
kelebihan kami ? Tidak lain yaitu umur. Bagaimanapun kalian mengejar, kalian kalah
umur dengan kami. Mau bagaimanapun kalian lebih muda dari saya, tetapi pengalaman
belum tentu kalian kalah. Kalau penglamaan mungkin kami lebih dari kalian. Makan
garam kami mungkin sudah lebih banyak, khususnya saya sehingga sekarang terkena
tensi tinggi. Tetapi kalau asam, mungkin kalian lebih banyak karena saya jarang makan
sayur asam.

Alasan kedua saya takut bicara di depan kalian adalah oleh karena saya adalah seorang
guru mata pelajaran, 30 tahun ngajar PMPm jadi kalau disuruh memberi sambutan diluar
materi pelajaran, mikir juga. Karena itu diminta memberi sambutan di moment seperti
ini merupakan sesuatu hal yang sebenarnya dan jujur sangat-sangat saya takuti. Takut
salah dan satu lagi takut tidak memenuhi harapan kalian.
Lha kecuali kalau di suruh menerangkan tentang demokrasi pancasila, bagaimana
kedaulatan rakyat, atau sejarah Palang merah , itu makanan saya dan barangkali saya
menguasai, tetapi itupun sebatas materi SMP.

Baiklah saya coba untuk memenuhi permintaan MC.

Bismillahirohmannirrohim
Assalamu’alaikum wr.Wb.

Bapak/Ibu Guru yang sangat-sangat saya hormati dan saya muliakan,


Kenapa saya mengucapkan sangat saya hormati dan saya muliakan ?
Karena disamping sebagai teman, beliau adalah guru saya, sumber inspirasi saya dan saya
banyak berhutang budi dari Bapak/Ibu Guru, karena ketika tahun-tahun di mana kalian
bersekolah di 41 antara tahun 1980 s.d 1983 saya termasuk guru muda angkatan kedua
terakhir, sebelum rombongan Bu Siwi, Pak Hanafi, Pak Nuryadi dll.
Saya adalah angkatan 1976 barengan dengan Bu Suastiyah, Bu Yuliana, Bu Sinaga Alm,
Pak Darisan Alm, Pak Really Tamba alm. Setelah kami baru muncul Bu Tri Utami, Bu
Siwi, Pak Nuryadi, Bu Helena Kristina dll. Sebagai guru baru, guru muda, kami
dibimbing, diterima secara hangat dan dengan penuh kekeluargaan. Kami merasa tidak
pernah dikecilkan dicuekin kata anak sekarang. Tetapi kami dihormati oleh Bapak/Ibu
guru yang senior,

Para mantan siswa SMP 41 Khususnya lulusan / angkatan tahun 1983 yang sangat-sangat
saya cintai dan sangat saya banggakan,

Segala puji hanya kepunyaan Allah SWT yang telah memberikan berbagai nikmat kepada
kita semua sehingga kita dapat bertemu muka, bersilaturahim di tempat yang mulia ini.

Saya diminta memberi sambutan berupa kesan, pesan dan harapan. Ada tiga hal. Karena
itu saya membatasi hanya sampai disitu, dan oleh sebab itu saya mohon ijin dan mohon
maaf kepada Bapak/Ibu Guru jika saya berbicara lebih saya tujukan untuk para mantan
siswa.

Mengenai kesan,
Terhadap angkatan kalian secara umum, saya punya kesan khusus karena tahun-tahun
1980 s.d 1983 saya mulai mengembangkan kegiatan ekstra kurikuler di SMP 41,
kegiatan ekskul ini ternyata nantinya menjadi trade mark saya. Baik PMR, PKS
kemudian Pramuka di tahun 1981, Paskibra di tahun 1982 , Majalah dinding GEMA 41
yang nantinya berkembang menjadi majalah sekolah KARISMA 41. Saya merasa sekali
bahwa sebagian besar kalian menyambut sengan penuh antusias kegiatan tersebut.
Bayangkan kalau saya membuat kegiatan, tidak satupun anak 41 mengikuti, memangnya
mau latihan sendiri ?
Dari kegiatan ekskul ini pula nama 41 menjadi melambung, dikenal di Kecamatan, kota
provinsi bahkan tingkat nasional. Betapa tidak
Kalau tahun-tahun sebelumnya 41 dikenal dengan olahraganya sampai piala di Ruang
kepala sekolah begitu banyak ( sayang akhirnya dicolong maling ),
Sejak tahun-tahun 1980 an, 41 berkibar di ekstra kurikulernya. 41 dikenal luas di
masyarakat.
1982 41 menjadi Juara lomba TLUB mula-mula tingkat kota Jakarta selatan, kemudian di
tingkat Jabodetabek Juara I putri
1985, karena prestasinya di kegiatan PMR, 41 mendapat kunjungan dari Pengurus PMI
Negara-negara ASEAN dan Jepang.
1987 Juara I putra/putri Lomba Pramuka tingkat DKI Jakarta dan 1988 Juara I Tingkat
Nasional untuk putri sehingga di tahun itu regu putri Pramuka dikirim ke KOREA dalam
Jambore dunia dengan biaya pemerintah. ( maaf kalau sekarang peserta jamboree dunia
bisa diikuti oleh pramuka siapa saja yang penting bisa membayar tiket)
1990/1991 Juara Nasional lagi sehingga ketua regu nya dikirim ke Jambore Dunia di
Denhaag Belanda.
Kalau Cuma tingkat keamatan, kotamadya, Pramuka, PMR 41 sudah tidak perlu
diceritakan.
Dari berbagai kegiatan itu pula alhamdulillah saya dapat memetik hasil, paling tidak
dapat mendewasakan saya, memberikan pengalaman bagi saya dan yang tidak kalah
pentingnya , saya dapat memenangi Lomba Guru Teladan / sekarang Guru berprestasi
tingkat kecamatan di tahun 1986. Belakangan saya mengetahui siapa dibalik penunjukan
saya untuk mewakili 41 ? Provokator dibalik itu rupanya Ibu Darso. Bu Darso yang
meprovokasi guru supaya menunjuk saya mewakili lomba guru teladan tingkat
kecamatan. Sebab pas pemilihan saya pas tidak mengajar di 41. Terima kasih Ibu
Darso…………
Tahun 1986 itu pula saya berhasil menjuarai tingkat Kotamadya dan Juara III tingkat
DKI, dan rupanya ini merupakan tiket untuk saya menjadi Kepala Sekolah , karena itulah
ketika pangkat/golongan saya III d tahun 1996 saya diangkat menjadi Kepala Sekolah di
SMP 275 Cililitan.

Terhadap penyelenggaraan acara reuni ini saya punya kesan khusus, setidaknya saya
harus memberikan apresiasi yang luar biasa baik kepada kalian angkatan 1983, Beri
applause untuk kalian …………….
Sebab biasanya perkawanan, persahabatan baru terasa dekat dan berkesan ketika kita di
SMA. Sehingga pertemuan-pertemuan / reuni SMA angkatan sekian merebak dari dulu.
Reuni SMP jarang saya mendengar. Tiga sekolah pernah saya pimpin , selama itu pula
tidak pernah mendengar ada rencana kegiatan reuni. Untuk sekolah lain barangkali ada
tetapi jarang, mungkin alasannya karena pertemanan persahabatan, hubungan keakraban
di masa SMP masih belum memiliki kesan yang mendalam.
Beda dengan di SMA, Coba simah saja syairnya Obby Mesakh :
tiada masa paling indah masa-masa di SMA,
tiada kisah paling indah kisah kasih di SMA.
Nggak ada kan masa-masa paling indah masa-masa di SMP……
Karena itu saya salut dengan mantan-mantan siswa SMP 41, yang memiliki kenangan
terhadap almamaternya, kenangan terhadap guru-gurunya sehingga menggerakkan kalian
untuk bereuni.
Kebetulan saya sudah diundang oleh angkatan 1981, 1984, 1980, 1985, dua minggu yang
lalu angkatan 1979 dan sekarang 1983. Kalau Bapak Ibu Guru yang lain yang telah
mengabdi lebih lama di SMP 41, mungkin ada angkatan lain sebelum kalian yang telah
mengundang beliau.
Penghormatan kalian kepada Guru, saya nilai luar biasa, baik ketika kami tadi datang,
kami didudukkan dan selama acara ini berlangsung. Padahal kami para guru menyadari ,
apa sih yang pernah kami berikan kepada kalian ?
Yang kami berikan tidak ada yang luar biasa
Tidak ada yang istimewa, kecuali bentuk menunaikan kewajiban kami sebagai guru, Dan
untuk itu kami sudah dibayar oleh Negara ! Jadi apa yang telah kami kerjakan , saya
merasa bukan sesuatu yang luar biasa. Namun disini saya merasa dan melihat
penghormatan kalian benar-benar sungguh luar biasa. Karena itu pada kesempatan ini
kami sebagai orang tua hanya bisa berdoa semoga kegiatan kalian yang diawali dengan
bismillah, menjadi rangkaian ibadah yang Insya Allah akan diberikan balasan yang lebih
dari Tuhan Yang Kuasa, Allah SWT. Amin
Mengenai pesan,
Pesan kepada kalian yang hadir, rasanya tidak ada.
Apa yang hendak saya pesankan, orang kalian sudah dewasa, salah-salah nanti akan
dianggap menceramahi, menggurui, meskipun kami memang guru.
Namun untuk sekedar memenuhi rasa penasaran kalian, baiklah saya berpesan sedikit :

Yang pertama, kalau dulu kalian adalah anak-anak SMP, sekarang kalian sudah punya
anak SMP bahkan lebih. Pesan saya tolong didiklah anak-anak dengan penuh kasih
sayang. Banyak teori yang mengatakan bahwa pendekatan kasih sayang merupakan
pendekatan yang paling jitu untuk mengembangkan kepribadian anak.
Pepatah cina mengatakan bahwa
Jika anak dibesarkan dengan celaan, anak akan belajar memaki
Jika anak dibesarkan dengan celaan, anak akan belajar memaki
Jika anak dibesarkan dengan celaan, anak akan belajar memaki
Jika anak dibesarkan dengan celaan, anak akan belajar memaki
Jika anak dibesarkan dengan celaan, anak akan belajar memaki

Untuk disiplin, memang perlu tegas, ini bukan saya membela diri, mengapa saya dulu
terkesan galak di SMP 41.
Beberapa tahun setelah menjadi guru dan lebih-2 setelah saya menjadi kepala sekolah,
kadang-kadang saya berpikir dan merasa gamang, apakah yang pernah saya lakukan
terhadap anak-anak ketika di SMP 41, 254 yang terkesan galak, disiplin yang keras
bermanfaat untuk siswa ? Apakah bukan justru melahirkan bentuk dendam dari anak-2.
Dalam kesendirian kadang saya berpekir, apakah yang saya lakukan itu sudah benar ?

Namun kemarin ketika saya membaca Kompas edisi Jumat 18 Februari 2011, saya
terkejut pada tulisan atau artikel yang ditulis oleh Bapak Sayidiman Suryohadiprojo,
Mantan Gubernur Lamhanas, Yang mengupas Bukunya Amy Chua, professor Hukum
Universitas Yale USA yang berjudul Battle Hymn of The Tiger Mother”
Yang isinya mengupas pentingnya mendidik untuk kuat bersaing. Dikatakan dalam buku
tersebut bahwa pendidikan itu harus keras, kuat dalam menanamkan disiplin, dan tanpa
ampun untuk menumbuhkan kemampuan.
Pendidikan keras perlu ditrapkan di kalangan anak agar mereka mampu bersaing di jaman
yang keras ini. Buku tersebut sempat mengundang reaksi dan mendapat kritikan dari
masyarakat Amerika, yang cenderung mendidik anak-anak sedemikian rupa sehingga
menghasilkan generasi yang manja.
Dan sudah terbukti bahwa kemampuan anak-anak USA dalam berbagai kompetisi di
internasional, tidak hanya kalah dari Cina, tetapi juga bangsa lain.. Anak-anak USA,
menduduki peringkat ke 17 untuk membaca dan 23 untuk sain.

Sebaliknya prestasi anak-anak Cina demikian menonjol. Kita tahu itu..


Tahun 2010, Cina menjadi kekuatan ekonomi kedua terbesar dunia. Salah satu
penyebabnya adalah pendidikan keras ditanamkan di Cina mulai dini !
Pesan yang kedua, saya terinspirasi lagunya d’masif
“syukuri apa yang ada
Hidup adalah anugrah
Tetap jalani hidup ini
Melakukan yang terbaik.

Para mantan siswa,


Usia kalian sekarang ini berkisar antara 43 – 45. Orang bilang Live begin Forty
Jadi diantara kalian sudah ada yang sukses, tetapi bisa jadi ada yang belum sukses.
Apapun keadaannya, tolong syukuri apa yang ada. Jangan selalu melihat ke atas, tetapi
lihatlah kebawah.
Ingat hidup adalah anugerah
Jalani hidup ini, dan lakukan yang terbaik !
Saya selalu ingat petuah wali kelas II saya ketika SMP, beliau bilang,
Kelak kalian mau menjadi apa ?
Itu tidak penting
Yang utama dan paling utama jadilah yang terbaik.

Di SMP alhamdulillah saya sudah merasa melakukan. Saya lakukan yang terbaik di SMP
41. Saya mengajar Ekonomi mulanya, kemudian PMP dan PSPB. Ada nggak hubungan
antara Ekonomi, PMP, PSPB dengan kegiatan ekstra kurikuler di SMP 41. Jawabannya
sepertinya tidak ada !
Tetapi alhamdulillah ketika itu saya melakukan dengan iklas, dengan senang hati. Maaf
belakangan banyak mantan siswa yang mengakui, baik saat bertelepon, di FB mereka
katakan bahwa pendidikan yang mereka peroleh di ekskul sangat bermanfaat pada
kehidupan mereka. Saya tidak tahu persis, benar tidaknya analisis itu, tetapi dalam
kesempatan wawancara di TV pernah saya dengar dari seorang dosen senior UI
mengatakan bahwa pelajaran yang diterima siswa di bangku kelas memberikan kontribusi
bagi kehidupan siswa nantinya hanya sekitar 40 % selebihnya akan diperoleh siswa diluar
bangku kelas !
Dari banyak kegiatan ekskul yang saya kelola bukan dari perintah / instruksi/ permintaan
kepala sekolah. Untuk PMR dan PKS memang itu saya diperintah / ditugaskan langsung
oleh Pak Nurdin sebagai kepala Sekolah untuk membinanya.
Tetapi kegiatan Paskibra ? saya adakan sendiri paska kemenangan lomba TLUB ,
Demikian juga kegiatan Majalah dinding, saya bukan Guru Bhs Indonesia, tetapi dengan
inisiatif sendiri, saya coba untuk memanfaatkan papan mading yang dibuat oleh Pak Bor.
Belakangan kegiatan Majalah dinding yang terbit setiap hari Rabu, berkembang menjadi
Majalah bulletin bulanan. Demikian pula kegiatan Pergab, dan kegiatan lain. Itu saya
lakukan karena saya ingin berbuat yang terbaik bagi 41, tempat saya mendapat
penghidupan, tempat saya dibesarkan. Bahkan ketika saya sudah tidak lagi mengajar di
41, saya masih membina Pramuka, PMR dan Paskibra sampai hampir tahun 1995.

Sekarang harapan :
Apa ya..
Untuk harapan ini saya cuma mengajak kepada kalian untuk marilah kita menyoroti
almamater.
Kalau kalian merasa 41 telah memberikan sesuatu pada kalian, ayo kita bersama, bersama
satu alumni baik satu angkatan maupun lintas angkatan, marilah kita punya kepedulian
terhadap almamater kalian yaitu SMP 41.
Angkatan 1979 ini ada alumni yang mengajak membuat semacam prasasti di sekolah
SMP 41. Ketika di rumah, saya berpikir, Prasati ? apa manfaatnya buat sekolah ?
Kalau di SMP 4 Denpasar, ada pembuatan Patung Dewa Saraswati yang disumbang oleh
alumni. Itu bagus, karena untuk keindahan dan kebutuhan di Pulau Dewata !.
Tetapi kalau bentuk prasasti hendak dibuat di halaman 41, apa manfaatnya ?
Jadi saya usul coba kontribusi apa yang bisa anda lakukan untuk almamater ?

Sekarang ini SMP 41 berada di Peringkat ke II untuk hasil Ujian nasional (kalah sama
115)
Sekarang ini SMP 41 baru dalam proses menuju sebagai sekolah RSBI. Padahal banyak
sekolah yang peringkat UN nya di bawah 41 sudah berlabel RSBI.

Pertanyaannya : Apakah 41 mampu mempertahankan prestasi sebagai peringkat ke dua


syukur mampu mengalahkan SMP 115 dalam perolehan Nilai UN, ataukah ingin menjadi
RSBI, kesemunya itu perlu dukungan baik stakeholder, yaitu dari orang tua, guru, atau
sekolah maupun adari alumni. Alumni merupakan potensi yang sangat besar dalam hal
upaya tersebut !
Mempertahankan peringkat bukan sesuatu yang gampang. Barangkali ketika mencapai
puncak adalah lebih mudah memperolehnya. Mudah-mudahan hadirin setuju bahwa
ketika kita mempertahankan sesuatu prestasi , menjadi sesuatu yang berat, sebab sekolah
lain tentu punya usaha yang lebih keras untuk mengalahkan 41.
Untuk mempertahankan prestasi, maupun dalam rangka menuju sekolah RSBI, kiranya
ada tiga faktor yang tidak boleh dilupakan
pertama faktor guru
Kedua faktor sarana dan prasarana
Ketiga faktor siswanya sendiri

Untuk Guru, disamping adanya motivasi, guru perlu mendapat rangsangan atau stimulans
agar Guru lebih membaktikan dirinya untuk sekolah. Rangsangan ini banyak bentuknya
dan semua itu perlu dukungan dana. Guru perlu mendapat rangsangan dan motivasi agar
memiliki semangat untuk meningkatkan kwalitas seperti program S2 atau S3. Guru harus
memiliki sarana penunjang seperti laptop untuk kegiatan belajar dan mengajar. Sekarang
sudah jamannya IT

Khusus di SMP 41 nampaknya masih ada guru dan pegawai honor yang pengabdiannya
tidak kalah bagus dibanding dengan guru PNS. Keberadaan Guru dan pegawai Honor ini
juga menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian dari stakeholder termasuk dari
alumni.
Mengapa ?
Mereka memiliki semangat mengajar yang tinggi , tidak kalah dengan Guru PNS, tetapi
honor yang diterima sangatlah minim. Bagaimana guru honor ini mau mengabdi secara
kaffah jika honor yang mereka terima habis untuk transport.
Sekarang ini di beberapa sekolah, sumber Honor mereka adalah dari Dana BOS.
Sedihnya mulai tahun 2011 ini, alokasi dana BOS yang digunakan untuk membayar
Guru/Pegawai Honor hanya 20 %
Sekarang mari kita hitung . Seumpama Dana BOS besarnya 50 juta/ per bulan, berarti
alokasi Honor hanya sekitar 10 Juta. Bagaimana jika banyaknya guru Honor dan
pegawai honor ada 15 orang, berapa mereka menerima honor dari sekolah ?
Saya rasa tidak sampai sejuta sebulan. Uang sejuta mau dikemanakan ? Jauh dari UMP !

Faktor sarana dan prasarana, saya tidak tahu apakan setiap ruang kelas di SMP 41 sudah
ber AC ? Apa sudah memiliki Smart Board, Apakah sudah dipasangi LCD ? Kalau belum
ini tantangan.
Jadi kalau para mantan siswa ingin memberikan kontribusi kepada almamater yang kalian
cintai, banyak yang Anda bisa lakukan !
Untuk yang ini saya mau kok jadi mediatornya antara kalian dengan fihak sekolah.
Apalagi ada alumni 1979 yang sekarang menjadi guru di 41.

Jadi harapan saya, kegiaran reunian ini jangan hanya sampai disini. Acara juga jangan
sekedar ketemuan, makan-makan, kangen-kangenan, terus stop. Akan tetapi buatlah
langkah konkret untuk lebih jauh lagi.
Pertanyaan ini harus dijawab : Kontribusi apakah yang dapat saya berikan kepada
almamater saya yang sangat saya cintai ini.
Buatlah forum kepengurusan Alumni angkatan, bina hubungan dengan alumni lintas
angkatan, dan buatlah program yang positif demi sekolah kita yang sama-sama kita
cintai.
Tapi pastinya saya adalah guru yang sudah melanglang ke berbagai wilayah, baik di
Jagakarsa, ke wilayah Jakarta timur dan sekarang di Jakarta pusat, dengan 4 sekolah
Negeri yang saya kunjungi, beberapa sekolah swasta dan sekarang selaku pengawas ada
beberapa sekolah binaan, tetapi saya bangga dengan SMP 41. Percaya atau tidak Laptop
yang sering saya bawa-bawa, baik untuk presentasi atau untuk bekerja, bagian luar ada
tertempat stiker yang bunyinya “Reuni Perak SMP 41 1985”. Tulisan SMP 41 nya gede-
gede, sehingga sering menimbulkan berbagai pertanyaan bagi mereka yang melihat. Dan
saya bangga ketika saya bercerita saya adalah mantan guru di SMP 41

Kurang lebihnya mohon maaf


Bilahi taufik walhidaya
Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Anda mungkin juga menyukai