Anda di halaman 1dari 10

Hasim:

Hasil Penelitian UII

YOGYAKARTA - Pohon Puring merupakan tanaman yang memiliki daun paling baik dalam menyerap
unsur plumbum (Pb/timah hitam/timbal) yang bertebaran di udara terbuka (2,05 mgr/liter).

Penyerap terbaik kedua adalah daun pohon beringin (1,025 mgr/liter). Oleh karena itu, dalam rangka
mengurangi kadar logam berat di udara, misalnya yang berasal dari buangan kendaraan bermotor,
pemerintah dan masyarakat disyarankan memperbanyak penanaman dua jenis pohon tersebut.

Hal itu dikatakan dosen Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Sipil dan Pembangunan UII Yogyakarta, Dr
Ir Suparwoko MURP kemarin (29/11) di gedung Rektorat UII Jl Kaliurang Km 14,5. Dia juga
menyambut baik upaya pemerintah terkait gerakan serentak menanam 89 juta pohon menjelang
pelaksanaan Konverensi Perubahan Iklim di Bali, Desember mendatang.

Hanya saja, menurut dia, aksi serentak yang dimulai Rabu lalu (28/11) di Desa Cibadak, Kecamatan
Tanjungsari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, oleh Presiden SBY itu hendaknya tidak hanya ditujukan
untuk mengurangi kerusakan iklim terkait pemanasan global (Suara Merdeka, 29/11 halaman 2).

Logam Berat

Namun juga dimaksudkan untuk mengurangi unsur atau partikel logam berat. Sebab, berdasar
penelitiannya bersama dosen kimia UII, Ir Feris, pembangunan pesat perkotaan dan pedesaan serta
peningkatan jumlah kendaraan bermotor, mengakibatkan kandungan logam berat di udara semakin
banyak. Akhirnya, muncul berbagai gangguan kesehatan.

Timah hitam atau Pb merupakan unsur polutan berbahaya yang bisa terisap oleh tubuh melalui
pernapasan. Dampaknya akan semakin buruk jika yang terkena adalah anak-anak. Logam ini bisa
merusak sistem syaraf dan pencernaan.

Bahkan, mengutip hasil penelitian PBB, 1999, Pb bisa mengakibatkan anak-anak kehilangan rata-rata
empat poin IQ dalam usia tujuh tahun.

Padahal, kestabilan ekologi sama pentingnya dengan kestabilan ekonomi. ”Apalah artinya
keberhasilan pembangunan ekonomi dan fisik, jika rakyat sakit-sakitan,” ujarnya.

Hasil kajian bioreduktor cemaran logam berat timbal (Pb) pada tanaman lanskap jalan di kawasan
perkotaan Yogyakarta, sangat mengejutkan.

”Dari empat titik penelitian, ternyata tingkat kandungan Pb di udara sudah sangat membahayakan,”
ujarnya.

Selain itu, juga diketahui bahwa dari empat tanaman, yaitu puring, beringin, tanjung, dan ketapang.
Pohon tanjung bisa menyerap 0,505 mgr/liter, daun ketapang tidak bisa menyerap Pb, dan yang
terbaik adalah daun pohon puring. Jadi, lanjutnya, bisa dibayangkan kondisi kota-kota besar yang
tidak dilengkapi dengan pepohonan penyerap unsur tersebut. (P58-72)

Jumat, 30 Nopember 2007


Sumber : http://www.suaramerdeka.com/harian/0711/30/ked02.htm

==================

Puring (Codiaeum variegatum) atau croton termasuk keluarga Euphorbiaceae, dan banyak dicari
orang. asal tanaman ini katanya sih dari maluku tapi ada juga yang bilang dari Bali. Keindahan
tanaman ini terletak di variasi warna dan besar kecilnya serta corak daunnya (bintik-bintik, garis, dan
lain-lain). Warna daunnya amat beragam, mulai hijau kekuningan, orange, sampai merah cenderung
ke ungu. Biasanya, semakin tua usia tanaman, warnanya semakin menonjol. Bahkan, dalam satu
tanaman bisa memiliki dua atau tiga warna, semisal merah, hijau, dan kuning. "Bentuk daunnya pun
sangat banyak, ada yang berbentuk huruf Z, burung walet, keriting spiral dan banyak lagi

puring sebagian orang masih memandangnya sebagai tanaman murahan dan tidak memiliki nilai
seni. Padahal, jika telaten khususnya untuk menata, merawat, tidak saling tumpang tindah antara
satu elemen dengan elemen lainnya , tanaman ini mampu mewujudkan taman yang banyak diidam-
idamkan orang.

Tanaman ini amat banyak jenisnya. Tanaman ini termasuk tanaman yang bisa terkena matahari
secara langsung. Cocok sekali dipadu padankan untuk landscape. "Karena warnanya beraneka
ragam, kalau dipakai untuk landscape bisa membentuk massa warna."

==================

Puring Naik Daun, Perlu Hak Paten


Oleh : Fehmiu Rovitavare

16-Des-2007, 10:18:44 WIB - [www.kabarindonesia.com]

Kabarindonesia - Jogja, Perkembangan dan penjualan tanaman hias yang semakin marak di tahun
2007 menjadi fenomena bagi masyarakat Indonesia. Tanaman daun jenis Anthurium masih menjadi
favorit dibanding lainnya. Namun secara perlahan akan tersingkir oleh Puring yang mulai naik daun.

Ari W Purwantoro, peneliti dan dosen pertanian Universitas Pembangunan Negeri “Veteran”
Jogjakarta berkata: "Fenomena tanaman Puring akan naik tahun depan. Peminat Puring mulai
banyak. Terlebih dengan seringnya diadakan kontes-kontes Puring di beberapa daerah. Saya rasa
Puring akan menjadi salah satu tanaman hias yang bakal punya gengsi nantinya.”  Ari yang juga
penulis buku Puring dan Anthurium Bunga tampil sebagai pembicara dalam acara Talk Show Puring
dan Anthurium Bunga kemarin hari Sabtu (15/12) di Mall Malioboro Jogjakarta.

Tanaman hias Puring, yang dulunya merupakan tanaman penghias kuburan dan emper jalan pun
mulai unjuk gigi. Sebagai tanaman yang tahan banting dengan segala cuaca dan perawatan yang
tidak repot, tanaman daun ini juga memiliki citra bangsa sebagai tanaman asli Indonesia.

“Puring itu tanaman asli Indonesia. Dulu memang kurang memiliki nama karena masih sebatas
tanaman biasa. Tapi sekarang banyak sekali muncul varian-varian baru yang ditemukan oleh para
pecinta Puring,” lanjut pecinta tanaman ini. Banyak pecinta Puring yang berhasil menemukan varian
baru dengan teknik penyilangan yang menghasilkan warna daun yang lebih menarik dan cantik,
tambah Ari yang juga kerap menjadi juri dalam kontes Puring baik tingkat daerah maupun secara
Nasional.

Selain sebagai tanaman hias, Puring juga disinyalir memiliki daya serap untuk menahan atau
menetralisir polutan. “Memang belum ada penelitian yang lebih mendalam tentang itu. Tapi
memang ada beberapa jenis yang mampu menyerap polutan. Ini bagus untuk ditanam sebagai
penghias taman kota,” katanya.

Hak Paten

Menyinggung soal hak paten yang kerap dianggap kurang perlu oleh beberapa orang, meski Puring
adalah tanaman asli Indonesia, namun menurut Ari Poerwantoro perlu diberikan hak paten atas
penemuan varian-varian baru. Namun masyarakat kita cenderung untuk membiarkan saja hal
tersebut.

“Mungkin untuk mengurus pembuatan hak paten atas temuan varian baru itu sedikit merepotkan.
Tapi itu perlu sekali untuk menjaga kemungkinan pihak lain mengklaim temuan itu. Nah, peran
Departemen Pertanian amat diperlukan di sini,” jelasnya. "Peran Departemen Pertanian untuk
mensosialisasikan pentingnya hak paten atas varian baru juga penting bagi para hobiis (pecinta
tanaman dan penemu varian)."

Kata Ari yang juga penulis sepuluh buku tanaman hias lebih lanjut: “Mungkin dari tingkat lokal
terlebih dahulu. Soalnya kalau tingkat internasional kan agak rumit ya. Kita harus mendaftarkan diri
ke sana (luar negeri) dan itu membutuhkan dana yang tidak sedikit. Karena itu peran Departemen
Pertanian amat penting, selain tentu saja sang penemu atau pembuat varian baru harus aktif
mendaftarkan diri tentang temuannya itu.” (rov).

http://forum.tamanroyal.com/index.php/topic,366.0/wap2.html

diakses tanggal 4 feb 2011 pukul 13.19

Tanaman juga bisa jadi penyerap debu, peredam suara,

penyerap polusi udara, dan pengeleminasi bau.

Dikutip Dari :www.republika.co.id


 

Sungguh tak nyaman tinggal di kawasan tercemar. Tak hanya tercemar debu, udara, tetapi
suara bising juga amat mengganggu suasana di rumah. Suasana tak nyaman bisa
diminimalisasi dengan pilihan tanaman di halaman. Kendati sejauh ini belum ada penelitian
khusus tentang tanaman apa saja yang menyerap Pb (timah hitam), sulfur, zat berbahaya
lainnya, namun pengalaman dan pengamatan pakar menunjukkan adanya kemampuan
penyerapan itu.

Walhasil, sejauh ini perihal resap-meresap udara beracun itu didasari fakta bahwa tanaman
menghisap CO2. Dasar yang sama, menurut pakar tanaman hias Iin Hasyim, terjadi pada
pemusnahan rumput gajah yang ditanam di sepanjang jalan tol Jagorawi.

Rumput itu, jelas Iin, dimusnahkan dengan prediksi mengisap Pb dari sisa pembakaran mobil.
Padahal, rumput bakal jadi santapan ternak. ”Dikhawatirkan, akibatnya berbahaya bagi
daging dan susu ternak,” tambahnya. Iin yang sering mengisi acara tentang tanaman hias di
TVRI pada tahun 1980-an menyebutkan ada sejumlah tanaman yang mempunyai multifungsi.
Yakni, sebagai penyerap debu, peredam suara, penyerap polusi udara, dan pengeleminasi bau.
Iin mengaku melihat multifungsi tanaman itu berdasarkan pengalaman dan pengamatannya.
”Kemanapun saya pergi, tanaman yang tumbuh di tempat itu yang jadi perhatian saya,”
katanya.

Tanaman berdaun kecil-kecil dan lebat diduga memiliki daya isap CO2 lebih kuat dibanding
yang lebar tetapi sedikit. Ada beberapa jenis tanaman yang ditandainya mampu menyerap
gas beracun dengan berbagai kapasitas rendah hingga sedang. Misalnya, puring, lidah
mertua, sri rejeki, monstera, dan pandan bali. Keperkasaan puring dibuktikannya di
lingkungan sebuah pabrik pulp di Sumatera. Di tempat itu, rumput tak bisa hidup. Namun,
puring tetap tumbuh, bahkan warnanya justru tampak indah. ”Sayang saya tidak punya
laboratorium untuk menelitinya,” ujarnya.

Tanaman sebagai pengeliminasi bau, diketahui Iin saat berkunjung ke suatu kawasan
berbukit-bukit di Brazil. Tanah yang kondisinya mirip daerah Gunung Kidul itu digunakan
untuk beternak sapi sekaligus kebun jeruk. ”Saat jeruk berbunga, wangi bunganya yang
segar menguasai jalan,” katanya. Akibatnya, bau khas peternakan pun tak tercium jejaknya.
Namun, ibu pemilik taman agrowisata yang juga menyewakan tanaman ini mengingatkan,
bunga-bungaan yang wangi tidaklah mengisap atau mengurangi bau. Yang mereka lakukan
hanyalah mengeliminasi bau. Karena itu, ia menyarankan bila di dekat rumah ada selokan
yang bau, ada baiknya menanam bunga-bunga wangi seperti melati, gardenia, sedap
malam, quisqualis atau kemuning. Untuk tanah dataran tinggi, lebih banyak lagi tanaman
berbunga wangi yang bisa ditanam. Termasuk di antaranya kecubung (Datura) dan pinus.
Perawatan tanaman beraroma ini tidak sulit. Yang penting, harus sesuai dengan habitatnya:
dataran tinggi atau dataran rendah. ”Tanaman dataran tinggi yang ditanam di dataran rendah
akan merana, tidak mau berbunga,” jelasnya.

Selain itu, bau juga bisa ditangkal dengan tanaman jenis penghalang angin seperti bambu
dan beringin. Bau-bau menyengat secara tidak langsung terhalang di daun sehingga tak
tercium hidung. Apa yang bisa ditanam bila rumah berada di kawasan industri yang dilalui
jalan berdebu? Iin menyarankan agar memagari halaman dengan tanaman perdu atau jenis
tanaman penghalang. Cirinya, berdaun banyak, kecil-kecil, lebat dengan percabangan
banyak.
Tanaman penghalang mampu menyerap debu. Butiran halus kotoran akan menempel pada
daun yang kemudian luruh saat diguyur hujan. ”Perdu juga peredam suara, lho,” kata Iin.
Ia menggambarkan bentuk gelombang suara yang melingkar vertikal dan horisontal ’seperti
bola’ bakal terhambat jalannya oleh daun perdu yang relatif rapat. Alternatif yang bisa dipilih
adalah pohon teh-tehan, kembang anak nakal (Durant repens), dan tanaman dolar
(Ficus pumila).

Apa yang bisa dilakukan untuk kawasan yang kena serapan cemaran air? Iin mengaku belum
bisa menyarankan apa-apa untuk kondisi ini. Sebab, dari pengamatannya saat terlibat dalam
studi AMDAL ia melihat tanaman memiliki ambang batas tertentu terhadap cemaran bahan
kimia. Di daerah yang dialiri limbah batik yang sangat polutan itu, tak ada rerumputan pun
yang mau tumbuh. Saat pencemaran sudah sampai taraf yang tinggi mungkin bukan lagi
‘urusan’ tanaman hias. Bila mempunyai halaman luas dan ingin membersihkan udara,
beberapa pohon yang biasa dimanfaatkan untuk penghijauan kota bisa jadi pilihan. Endes
Nurfilmarasa Dahlan, dosen Fakultas Kehutanan IPB yang dikutip Trubus menyebutkan
beberapa pohon yang punya kemampuan tinggi menyerap timah hitam, yakni asam landi,
damar, jamuju, johar, mahoni, dan pala. Pohon yang cocok untuk kawasan pabrik semen
adalah bisbol, kere payung, kenari, meranti merah, dan tanjung. Sebab, pohon-pohon ini
mampu menyerap debu semen.

http://blog.its.ac.id/goend/2008/05/29/tanaman-penyerap-polutan/

DIAKSES TANGGAL 4 FEB 2011 PUKU 13.22

PURING MENYERAP RACUN
June 9, 2008 by tamanbunganet

Puring Efektif Menyerap Timbal

YOGYAKARTA – Pohon Puring merupakan tanaman yang memiliki daun paling baik dalam
menyerap unsur plumbum (Pb/timah hitam/timbal) yang bertebaran di udara terbuka (2,05
mgr/liter).

Penyerap terbaik kedua adalah daun pohon beringin (1,025 mgr/liter). Oleh karena itu, dalam
rangka mengurangi kadar logam berat di udara, misalnya yang berasal dari buangan
kendaraan bermotor, pemerintah dan masyarakat disyarankan memperbanyak penanaman dua
jenis pohon tersebut.

Hal itu dikatakan dosen Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Sipil dan Pembangunan UII
Yogyakarta, Dr Ir Suparwoko MURP kemarin (29/11) di gedung Rektorat UII Jl Kaliurang
Km 14,5. Dia juga menyambut baik upaya pemerintah terkait gerakan serentak menanam 89
juta pohon menjelang pelaksanaan Konverensi Perubahan Iklim di Bali, Desember
mendatang.
Hanya saja, menurut dia, aksi serentak yang dimulai Rabu lalu (28/11) di Desa Cibadak,
Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, oleh Presiden SBY itu hendaknya
tidak hanya ditujukan untuk mengurangi kerusakan iklim terkait pemanasan global (Suara
Merdeka, 29/11 halaman 2).

Logam Berat

Namun juga dimaksudkan untuk mengurangi unsur atau partikel logam berat. Sebab, berdasar
penelitiannya bersama dosen kimia UII, Ir Feris, pembangunan pesat perkotaan dan pedesaan
serta peningkatan jumlah kendaraan bermotor, mengakibatkan kandungan logam berat di
udara semakin banyak. Akhirnya, muncul berbagai gangguan kesehatan.

Timah hitam atau Pb merupakan unsur polutan berbahaya yang bisa terisap oleh tubuh
melalui pernapasan. Dampaknya akan semakin buruk jika yang terkena adalah anak-anak.
Logam ini bisa merusak sistem syaraf dan pencernaan.

Bahkan, mengutip hasil penelitian PBB, 1999, Pb bisa mengakibatkan anak-anak kehilangan
rata-rata empat poin IQ dalam usia tujuh tahun.

Padahal, kestabilan ekologi sama pentingnya dengan kestabilan ekonomi. ”Apalah artinya
keberhasilan pembangunan ekonomi dan fisik, jika rakyat sakit-sakitan,” ujarnya.

Hasil kajian bioreduktor cemaran logam berat timbal (Pb) pada tanaman lanskap jalan di
kawasan perkotaan Yogyakarta, sangat mengejutkan.

”Dari empat titik penelitian, ternyata tingkat kandungan Pb di udara sudah sangat
membahayakan,” ujarnya.

Selain itu, juga diketahui bahwa dari empat tanaman, yaitu puring, beringin, tanjung, dan
ketapang. Pohon tanjung bisa menyerap 0,505 mgr/liter, daun ketapang tidak bisa menyerap
Pb, dan yang terbaik adalah daun pohon puring. Jadi, lanjutnya, bisa dibayangkan kondisi
kota-kota besar yang tidak dilengkapi dengan pepohonan penyerap unsur tersebut.

http://tamanbunganet.wordpress.com/2008/06/09/puring-menyerap-racun/

DIAKSES TANGGAL 4 FEB 2011 PUKUL 13.24

DaunBagus.ComArtikel / Puring Puring Efektif Menyerap Timbal Oleh endonesia Selasa,


27-Mei-2008, 01:40:39

Timah hitam atau Pb merupakan unsur polutan berbahaya yang bisa terisap oleh tubuh
melalui pernapasan. Dampaknya akan semakin buruk jika yang terkena adalah anak-anak.
Logam ini bisa merusak sistem syaraf dan pencernaan.

Hasil Penelitian UII

YOGYAKARTA - Pohon Puring merupakan tanaman yang memiliki daun paling baik dalam menyerap
unsur plumbum (Pb/timah hitam/timbal) yang bertebaran di udara terbuka (2,05 mgr/liter).
Penyerap terbaik kedua adalah daun pohon beringin (1,025 mgr/liter). Oleh karena itu, dalam rangka
mengurangi kadar logam berat di udara, misalnya yang berasal dari buangan kendaraan bermotor,
pemerintah dan masyarakat disyarankan memperbanyak penanaman dua jenis pohon tersebut.

Hal itu dikatakan dosen Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Sipil dan Pembangunan UII Yogyakarta,
Dr Ir Suparwoko MURP kemarin (29/11) di gedung Rektorat UII Jl Kaliurang Km 14,5. Dia juga
menyambut baik upaya pemerintah terkait gerakan serentak menanam 89 juta pohon menjelang
pelaksanaan Konverensi Perubahan Iklim di Bali, Desember mendatang.

Hanya saja, menurut dia, aksi serentak yang dimulai Rabu lalu (28/11) di Desa Cibadak, Kecamatan
Tanjungsari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, oleh Presiden SBY itu hendaknya tidak hanya ditujukan
untuk mengurangi kerusakan iklim terkait pemanasan global (Suara Merdeka, 29/11 halaman 2).

Logam Berat

Namun juga dimaksudkan untuk mengurangi unsur atau partikel logam berat. Sebab, berdasar
penelitiannya bersama dosen kimia UII, Ir Feris, pembangunan pesat perkotaan dan pedesaan serta
peningkatan jumlah kendaraan bermotor, mengakibatkan kandungan logam berat di udara semakin
banyak. Akhirnya, muncul berbagai gangguan kesehatan.

Timah hitam atau Pb merupakan unsur polutan berbahaya yang bisa terisap oleh tubuh melalui
pernapasan. Dampaknya akan semakin buruk jika yang terkena adalah anak-anak. Logam ini bisa
merusak sistem syaraf dan pencernaan.

Bahkan, mengutip hasil penelitian PBB, 1999, Pb bisa mengakibatkan anak-anak kehilangan rata-rata
empat poin IQ dalam usia tujuh tahun.

Padahal, kestabilan ekologi sama pentingnya dengan kestabilan ekonomi. ”Apalah artinya
keberhasilan pembangunan ekonomi dan fisik, jika rakyat sakit-sakitan,” ujarnya.

Hasil kajian bioreduktor cemaran logam berat timbal (Pb) pada tanaman lanskap jalan di kawasan
perkotaan Yogyakarta, sangat mengejutkan.

”Dari empat titik penelitian, ternyata tingkat kandungan Pb di udara sudah sangat membahayakan,”
ujarnya.

Selain itu, juga diketahui bahwa dari empat tanaman, yaitu puring, beringin, tanjung, dan ketapang.
Pohon tanjung bisa menyerap 0,505 mgr/liter, daun ketapang tidak bisa menyerap Pb, dan yang
terbaik adalah daun pohon puring. Jadi, lanjutnya, bisa dibayangkan kondisi kota-kota besar yang
tidak dilengkapi dengan pepohonan penyerap unsur tersebut. (P58-72)

Jumat, 30 Nopember 2007


Sumber : http://www.suaramerdeka.com/harian/0711/30/ked02.htm DaunBagus.Com :
http://www.daunbagus.com Online article: http://www.daunbagus.com/mod.php?
mod=publisher&op=viewarticle&artid=201

DIAKSES TANGGAL 4 F3B 2011 PUKUL 13.51


Lomba Kemarin Itu....

10:57am May 11th, 2008 rosikhin

Ini adalah makalah yang kami (saya, Arie, Nur, Taufik, dan Putri) tulis untuk mewakili
kelurahan kami dalam Festival Kakikol beberapa waktu lalu. Tapi makalah ini masuk 10
besar saja, tidak jadi juara >_ TAMAN KECIL SEBAGAI MEDIA PENGHIJAUAN DI
SEPANJANG KANAN KIRI JALAN PROTOKOL A. PENDAHULUAN Luas ruang
terbuka hijau di kota Semarang setiap tahun semakin berkurang. Hal tersebut disebabkan
terjadinya perubahan fungsi yang semula berupa lahan terbuka menjadi terbangun untuk
berbagai keperluan seperti jalan protokol, perumahan, industri, pertokoan, kantor, pedagang
kaki lima, dan sebagainya. Semakin sempitnya ruang tersebut, khususnya taman dan area
pedestrian, dapat menimbulkan kerawanan dan penyakit sosial, misalnya sifat individualistik
dan ketidakpedulian terhadap lingkungan. Hal ini sering ditemukan di masyarakat perkotaan.
Selain itu, semakin terbatasnya ruang terbuka juga berpengaruh terhadap peningkatan iklim
mikro, pencemaran udara, banjir, dan berbagai dampak negatif lingkungan lainnya. Kondisi
jalan protokol juga semakin padat karena terjadi peningkatan jumlah kendaraan, baik roda
dua maupun roda empat. Tingkat penggunaan kendaraan di jalan tersebut sejalan dengan
aktivitas manusia yang dituntut bergerak dinamis di era sekarang. Hal ini berdampak pada
tingkat polusi di udara. Asap yang keluar dari knalpot kendaraan, debu, asap pabrik,
merupakan pemandangan yang sering kita lihat. Polutan tersebut dapat mengakibatkan
banyak permasalahan, mulai dari kesehatan, kebersihan, hingga estetika lingkungan. Masalah
kesehatan akan muncul karena kandungan polutan di udara semakin meningkat. Debu, gas
karbon monoksida (CO), timbal (Pb), dan logam berat lainnya dapat menyebabkan gangguan
kesehatan. Radikal bebas inilah yang dapat menyebabkan kanker. CO2 merupakan gas utama
penyebab pemanasan global (83%), yang akan berakibat pada perubahan iklim, menyebabkan
banjir, kekeringan, perubahan ekosistem, dan kesehatan manusia (http://sim.nilim.go.jp/
GE/SEMI7/5%20PENGHIJAUAN.ppt). Meningkatnya gas CO2 di udara juga memacu
meningkatnya suhu atmosfer bumi, atau biasa dikenal sebagai efek rumah kaca. Sumber
emisi CO2 di jalan raya antara lain berasal dari transportasi, sampah, dan industri. Muncul
banyak masalah jika terjadi pemanasan global seperti sekarang ini, mulai dari masalah
lingkungan, perubahan iklim, hingga bencana alam. Estetika lingkungan juga akan
terpengaruh, bahkan asap hitam dari knalpot yang tidak jarang menempel pada pembatas
jalan dapat mengurangi keindahan karena terlihat kumuh. Upaya manusia untuk mengurangi
dampak yang timbul dari berbagai pencemaran tersebut sangat perlu dilakukan. Salah satu
usaha yang dapat ditempuh adalah penghijauan. Penghijauan merupakan penanggulangan
polutan secara biologis untuk memperbaiki kualitas udara dan ini perlu dilakukan secara
terpadu dan berkelanjutan agar berhasil dengan baik. Agen tanaman untuk upaya penghijauan
yang dapat digunakan adalah tanaman hias yang memiliki kemampuan untuk mendegradasi
polutan tersebut. Beberapa di antara tanaman tersebut adalah sansiviera, puring (Codiaeum
variegiatum), nusa indah (Mussaenda sp), bunga soka (Ixora sp), dan kembang sepatu
(Hibiscus rosa-sinensis). Permasalahan yang dihadapi dalam usaha penghijauan yang sedang
digerakkan di kota Semarang saat ini dalam rangka penataan lingkungan yang bersih dan
indah terkait dengan program Kakikol (Kanan Kiri Jalan Protokol) adalah seberapa efektif
pembuatan taman di sepanjang trotoar kanan kiri jalan protokol? Tulisan ini akan mencoba
menjawab permasalahan tersebut. B. PEMBAHASAN Dalam rangka penataan lingkungan
yang bersih dan indah, upaya penghijauan sangat diperlukan. Upaya ini dapat dimulai dari
penataan trotoar yang bebas dari pedagang kaki lima (PKL) untuk memberi ruang bagi para
pejalan kaki. Selanjutnya, agar terlihat lebih indah dan hijau, dapat dibuat taman-taman kecil
di sepanjang trotoar tersebut, tanpa menghalangi fungsinya sebagai area pedestrian.
Mengingat semakin meningkatnya polusi udara di sepanjang jalan protokol, maka diharapkan
taman-taman kecil tersebut juga dapat berfungsi sebagai media penghijauan untuk
mengurangi polusi yang ada.Fungsi penghijauan di sepanjang kanan kiri jalan protokol
ditekankan sebagai penyerap CO2, penghasil oksigen, penyerap polutan (logam berat, debu,
belerang), peredam kebisingan, penahan angin, dan peningkatan keindahan (PP RI no.
63/2002). Karakteristik pohon yang biasa digunakan untuk penghijauan adalah pohon dengan
perakaran kuat, ranting tidak mudah patah, daun tidak mudah gugur, serta penghasil
bunga/buah/biji yang bernilai ekonomis. Adapun faktor yang berpengaruh terhadap potensi
reduksi zat pencemar dan umur tanaman adalah jenis tanaman, kerimbunan dan ketinggian
tanaman, jumlah emisi karbon, suhu, kecepatan angin, serta kepadatan dan ketinggian
bangunan (Kaule, 2000). Menurut Robinette (1983), jumlah pantulan radiasi surya suatu
hutan sangat dipengaruhi oleh panjang gelombang, jenis tanaman, umur tanaman, posisi
jatuhnya sinar surya, keadaan cuaca, dan posisi lintang. Tanaman berdaun banyak akan lebih
efektif menyerap polutan di udara dibandingkan tumbuhan berdaun jarang. Sedangkan daun
tanpa lapisan lilin, berbulu, atau berduri juga akan lebih mudah menyerap gas di udara.
Sebagaimana tersebut di atas, tanaman yang digunakan untuk pengisi taman di sepanjang
trotoar tersebut adalah sansiviera, puring, nusa indah, bunga soka, dan kembang sepatu.
Sansiviera yang di Indonesia dikenal dengan nama lidah mertua ini memiliki pesona tinggi.
Selain itu, tanaman berdaun meruncing ini memiliki kemampuan menyerap polusi. Selain
sebagai tanaman hias, sansiviera sering ditaruh di sudut dapur atau kamar mandi untuk
mengurangi bau. Sansiviera juga memiliki keunggulan lain, yaitu tidak memerlukan
perawatan yang rumit dan cukup tahan banting, karena tanpa disiram selama beberapa hari
pun akan tetap bertahan hidup. Ini menjadikan sansiviera cocok ditanam di wilayah kota
Semarang mengingat kondisinya yang panas. Puring merupakan tanaman yang memiliki daun
paling baik dalam menyerap unsur plumbum (Pb/timah hitam/timbal) yang bertebaran di
udara terbuka (2,05 mgr/liter). Penyerap terbaik kedua adalah daun pohon beringin (1,025
mgr/liter). Oleh karena itu, dalam rangka mengurangi kadar logam berat di udara, misalnya
yang berasal dari pembuangan kendaraan bermotor, pemerintah dan masyarakat disarankan
untuk memperbanyak penanaman kedua jenis pohon tersebut. Ini karena berdasar penelitian
dosen kimia UII, Ir. Feris, pembangunan pesat perkotaan dan pedesaan serta peningkatan
jumlah kendaraan bermotor mengakibatkan kandungan logam berat di udara semakin banyak.
Akhirnya, muncul berbagai gangguan kesehatan. Timah hitam merupakan unsur polutan
berbahaya yang bisa terhisap oleh tubuh melalui pernapasan. Dampaknya akan semakin
buruk jika yang terkena adalah anak-anak. Logam ini bisa merusak sistem saraf dan
pencernaan. Sebagai tambahan, mengutip hasil penelitian PBB, timah hitam bisa
mengakibatkan anak-anak kehilangan rata-rata empat poin IQ dalam usia tujuh tahun. Nusa
indah, soka, dan kembang sepatu merupakan tanaman berbunga yang biasa ditanam di
banyak tempat. Tanaman tersebut merupakan penambah nilai estetika. Selain fungsi ekologis
untuk mengurangi polutan yang berdampak pada pemanasan global, tingginya polutan yang
menyebabkan gangguan kesehatan, aspek estetika juga perlu dipertimbangkan untuk
menambah keasrian, keindahan, dan kenyamanan. Dengan demikian, trotoar kembali pada
fungsinya semula sebagai area pedestrian yang aman dan nyaman. Apalagi menyikapi
rencana pemerintah untuk mengembangkan city walk, keindahan trotoar juga menjadi salah
satu faktor pendukung. Pembuatan taman di trotoar, pemisah jalan, maupun di tepi jalan
dilakukan untuk memperindah kota. Pengaturan tata letak tanaman tersebut dilakukan
sedemikian rupa sehingga tercipta keindahan di sepanjang jalan tersebut. Taman-taman
tersebut diharapkan berguna dari segi ekologis untuk mengurangi polusi, sedangkan dari segi
estetika dapat menambah keasrian, kebersihan, dan kenyamanan di sepanjang jalan raya. C.
PENUTUP Berkurangnya ruang terbuka hijau di kota Semarang serta polusi udara yang
semakin meningkat memicu buruknya kualitas udara. Selain itu, ruang untuk para pejalan
kaki pun menjadi berkurang sehingga membahayakan dan mengurangi keindahan.
Penghijauan menjadi salah satu cara menanggulangi polutan untuk memperbaiki kualitas
udara. Pemanfaatan berbagai jenis tanaman melalui pembuatan taman di sepanjang trotoar
diharapkan dapat mengurangi dampak polusi lingkungan. Selain itu, jika ditinjau dari fungsi
ekologis pembuatan taman mampu mengurangi polutan yang berdampak pada pemanasan
global. Dari fungsi estetika, adanya taman dapat menambah keasrian, keindahan, dan
kenyamanan. Langkah ini perlu dilakukan secara terpadu dan berkelanjutan agar berhasil
dengan baik. Dengan upaya kecil ini setidaknya kita telah membantu mengurangi polutan di
udara dan menyuplai oksigen bagi kehidupan kita semua.

http://oto1.ash.com/blog/1319178/entry/14439/

diakses tanggal 4 feb 2011 pukul 14.15

Anda mungkin juga menyukai