Hubungan Antara Inflasi
Hubungan Antara Inflasi
Dengan Tingkat
Penganggurani
Pengujian Kurva Phillips
Dengan Data Indonesia,
1976-2006
Oleh:
Irdam Ahmad"
Abstract
The objective of this research is to find out
whether the relationship between inflation and
unemployment rate as shown by Phillips' curve
exists using Indonesian data during the period of
1976-2006. The results show that there is no trade
off between inflation and unemployment rate,
indicating that Phillips' curve does not exist using
Indonesian data under the observation period. In
fact, there is positive relationship between inflation
and unemployment rate, where unemployment
rate in year t is influenced by inflation in year t-l,
and this occurs in the long run. The regression
coefficient is 2,72 means that if inflation in year t-l
increase by one percent, then unemployment rate
in year t will increase by 2,72 percent The
implication of this research is that in order to avoid
the increase of unemployment in the future, the
government should control inflation rate through
price stabilization policy.
I. PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Hubungan antara inflasi dan pengangguran mulai menarik perhatian para ekonom pada
akhir tahun 1950 an, ketika A W Phillips dalam tulisannya dengan judul The Relationship
Between Unemployment and The Rate of Change of Money Wage Rate in the United Kingdom
yang dimuat pada jurnal Economica, menunjukkan adanya hubungan negatif antara kenaikan
tingkat upah dengan tingkat pengangguran (yang kemudian dikenal dengan nama kurva
Phillips). Penelitian Phillips yang menggunakan data laju perubahan upah dan pengangguran di
Inggris selama tahun 1861-1913, menunjukkan bahwa jika terjadi inflasi yang tercermin dari
kenaikan tingkat upah yang tinggi akan menyebabkan menurunnya tingkat pengangguran.
5ebaliknya, tingkat pengangguran yang tinggi akan disertai dengan menurunnya tingkat upah
(upah menjadi rendah).
Penelitian yang sama kemudian dilanjutkan dengan menggunakan data periode tahun
1948-1957 yang juga menunjukkan hasil yang sama dengan penelitian sebelumnya. Setelah itu
penelitian tentang hubungan antara inflasi dengan tingkat pengangguran semakin banyak
dilakukan dan hasilnya menunjukkan adanya trade off antara tingkat inflasi dengan
pengangguran, yang mempunyai implikasi bahwa jika laju inflasi ditekan menjadi lebih rendah
maka tingkat pengangguran cenderung semakin tinggi, dan sebaliknya.
Keadaan ini berarti penciptaan kesempatan kerja dan kestabilan harga tidak dapat
terjadi bersama-sama. Kalau pemerintah menghendaki kestabilan harga, maka harus bersedia
menanggung beban tingkat pengangguran yang tinggi. Demikian pula sebaliknya, jika
pemerintah ingin menciptakan kesempatan kerja yang lebih luas, maka konsekuensinya angka
inflasi akan cenderung lebih tinggi. Kedua pilihan tersebut tentu saja sama-sama sulit untuk
dilakukan. Padahal tingkat inflasi yang rendah bersama-sama dengan tingkat pengangguran
yang rendah, disamping pertumbuhan ekoriomi yang relatif tinggi, merupakan tujuan yang ingin
dicapai oleh setiap negara, dan selalu menjadi prioritas dalam pembangunan ekonomi.
1.2 PertanyaanPenelitian
Ada beberapa pertanyaan penelitian yang muncul berkaitan dengan latar belakang
telah diuraikan diatas, diantaranya adalah: apakah secara empiris tingkat pengangguran
mempengaruhi inflasi ? atau inflasi yang mempengaruhi tingkat pengangguran ? atau tingkat
penggangguran dan inflasi saling mempengaruhi ? Atau tingkat pengangguran dan inflasi tidak
saling mempengaruhi ? Dengan mengetahui perilaku hubungan antara kedua variabel ini,
tentunya akan bermanfaat bagi pemerintah dalam membuat kebijakan yang bertujuan untuk
mengurangi pengangguran dan menstabilkan inflasi.
1.3 TujuanPenelitian
Tujuan penelitian adalah mengetahui apakah ada hubungan antara tingkat
pengangguran dan inflasi selama periode 1976-2006.
1.4. Hipotesis
Dalam penelitian ini hipotesis yang digunakan adalah bahwa tingkat pengangguran
dipengaruhi oleh inflasi baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang.
II. PenelitianTerkait
Penelitian yang membahas tentang hubungan antara inflasi dan tingkat pengangguran
telah banyak dilakukan oleh para peneliti di berbagai negara, dengan menggunakan jenis data
(panel maupun time serieS) dan metode yang berbeda. Beberapa hasil penelitian tersebut
diantaranya adalah sebagai berikut.
Dalam artikelnya yang berjudul ••Testing of the Phillips Curve', Arnson (2002)
melakukan kajian untuk menguji eksistensi teori kurva Phillips di Jepang, Jerman dan Amerika
5erikat, dengan menggunakan model regresi linear sederhana. 5edangkan series data yang
digunakan adalah tahun 1960-2000. Ternyata dari tiga negara yang diteliti, hanya Jepang dan
Jerman yang menunjukkan adanya hubungan negatif yang signifikan antara tingkat
pengangguran dengan intlasi, sedangkan untuk data Amerika Serikat, koefisien regresinya
ternyata positif atau bertentangan dengan teori kurva Phillips.
Berikut ini adalah hasil selengkapnya model persamaan regresi linear dan uji hipotesis
terhadap koefisien korelasi populasi (Ho : p = 0) yang dibuat oleh Arnson untuk negara Jepang,
Jerman dan Amerika (dimana Y = intlasi dan X = tingkat pengangguran) ;
a. Jepang;
Persamaan regresi ; Y = 10,892 - 2,9912 X, R2 = 0,3424, nilai t = - 4,45, tolak Ho,
atau signifikan untuk a = 5 persen (t tabel = -1,833).
b. Jerman;
Persamaan regresi ; Y = 3,9998 - 0,2122 X, R2 = 0,1339, nilai t = - 2,42, tolak Ho
atau signifikan untuk a = 5 persen (t tabel = - 1,833).
c. Amerika 5erikat;
Persamaan regresi ; Y = 1, 2322 + 0,5427 X, R2 = 0,0681, nilai t = - 1,67, tidak
menolak Ho atau tidak signifikan untuk a = 5 persen (t tabel = - 1,883).
Penelitian lainnya dari Atkeson dan Ohanian tahun 2001 (Lansing, 2002) yang
bertujuan untuk mengetahui apakah Kurva Phillips bisa digunakan untuk memperkirakan data
intlasi, menggunakan dua macam data short-run, yaitu data tahun 1960-1983 dan data tahun
1984-2002. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa data short run tersebut tidak dapat
digunakan untuk memprediksi inflasi. Hubungan antara inflasi dengan pengangguran hanya
terjadi dalam jangka pendek, dan tidak terbukti terjadi dalam jangka panjang.
http://www.univpancasila.ac.id
JURNAL EKUBANK, Volume 1 Edisi Maret 2007 7/31
63
Hubungan Antara Inflasi dengan Tingkat Pengangguran; Pengujian Kurva Philips dengan Data Indonesia,
1976 -2006
Produksi
(Output)
Aggregate
Demand 1
Aggregate
Supply
Tingkat Tingkat
Inflasi Pengangguran
semuanya adalah data tahunan yang bersifat nasional untuk periode waktu 1996-2006. Semua
data tersebut berasal dari publikasi yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Disamping data inflasi yang dihitung setiap tahun oleh BPS, penelitian ini juga
menggunakan data logaritma natural dari data IHK (In IHK) sebagai pendekatan terhadap data
inflasi, karena inflasi yang merupakan perubahan dari IHK, juga bisa ditulis sebagai berikut ;
Sedangkan software yang digunakan untuk mengolah data pada penelitian ini adalah
software Eviews S.
IV. PEMBAHASANHASIL
4.1 Ujl Staslonaritas
Uji stasionaritas masing-masing varia bel, yaitu varia bel inflasi, In IHK, dan tingkat
pengangguran, baik untuk data level maupun data difference dilakukan berdasarkan tiga
alternatif model, yaitu tanpa trend dan intercept, dengan trend, dan dengan trend dan intercept
Dari hasil uji stasionaritas terhadap ketiga variabel tersebut dengan menggunakan metode
Augmented Dickey-Fuller (ADF), diperoleh hasil sebagai berikut.
.
Ta bell HaSI"I U""
IJI ADF Da ta Leve
VARIABEL Tanpa Intersep Dengan Intersep Dengan Trend dan
dan Trend InterseD
Intla5i -2.130736 ** -4.116920 *** -4.107166 **
Ln IHK 6.850319 -0.079133 -1.676683
Pengangguran 1.363803 0.204332 0.204332
Catatan : *) Signifikan (stasioner) pada critical value 10 %
**) Signifikan (stasioner) pada critical value 5 %
***) Signifikan (stasioner) pada critical value 1 %
Tanpa tanda *, berarti Ho diterima (data level bersifat tidak stasioner)
66 JURNALhttp://www.univpancasila.ac.id
EKUBANK, Volume 1 Edisi Maret 2007 7/31
Hubungan Antara InRlISi dengan Tingkat Pengangguran; Pengujian Kurva Philips dengan Data Indonesia-
1976-2006
Hasil pengujian ADF terhadap variabel In IHK dan variabel pengangguran untuk data
difference dengan menggunakan tiga model, yaitu tanpa intersep dan trend, dengan intercept
serta dengan intercept dan trend, dapat dilihat pada Tabel 2. Temyata, baik variabel In IHK
maupun variabel pengangguran, signifikan pada tingkat 5 persen dan 1 persen, yang berarti
kedua variabel tersebut sudah stasioner pada data difference tingkat pertama atau ditulis I (1),
dan hal ini terdapat pada ketiga model yang digunakan. Berikut ini adalah model stasioner atau
model simetris pada data difference tingkat pertama untuk variabel In IHK dan variabel tingkat
pengangguran untuk ketiga alternatif model yang digunakan.
http://www.univpancasila.ac.id
JURNAL EKUBANK, Volume 1 Edisi Maret 2007 67
7/31
Hubungan Antara Inflasi dengan 7ingkat Pengangguran; Pengujian KUfVa Philips dengan Data Indonesia,
1976-2006
Dengan demikian, berdasarkan uji kausalitas diatas diperoleh. hasil bahwa infJasi
merupakan salah satu variabel yang menyebabkan terjadinya pengangQuran,' sebaliknya
pengangguran ternyata tidak menyebabkan terjadinya inflasi. Jadi hubungan kausalitas antara
varia bel inflasi dan pengangguran hanya satu arah, yaitu infJasi sebagai varia bel bebas
(independent variable) menjadi penyebab terjadinya pengangguran sebagai variabel tidak bebas
(dependent variable).
Dari hasil persamaan regresi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa salah satu faktor
yang mempengaruhi besar kecilnya tingkat pengangguran pada tahun t adalah angka infJasi
pada tahun t-1 (Ho: P = 0 ditolak) dan signifikan secara stastistik pada tingkat alpha 1 persen,
dengan nilai adjusted R square = 0,790218, yang I;lerarti infJasi pada tahun t-1 mempunyai
kontribusi terhadap besar kecilnya tingkat pengangguran pada tahun t sebesar 79,02 persen,
sedangkan sisanya (20,98 persen) dipengaruhi oleh faktor lainnya. Tanda koefisien regresi dari
variabel infJasi yang positif juga sekaligus menunjukkan bahwa teari kurva Phillips yang
menyebutkan adanya hubungan negatif (trade off) antara infJasi dengan tingkat pengangguran,
ternyata tidak terbukti dengan menggunakan data Indonesia tahun 1976-2006.
3 berikut:.
terhadap error term
.
.
Ta bel 3 HaSI.1U.. • fl, oot D.arl EJ
III U.'I7it tTOr 71
erm
ADF Test Statistic -2.850632 1% Critical -2.647120
Value*
5% Critical -1.952910
Value
10% Critical -1.610011
Value
Tampak bahwa residual (error term) dari persamaan diatas bersifat stasioner dan
signifikan pada alpha 1 persen. Hal ini menunjukkan bahwa variabel inflasi dan pengangguran
mempunyai hubungan dalam jangka panjang (ditunjukan oleh variable residual yang stasioner)
yang berarti ada long run relationship antara kedua varibel tersebut. Dengan kata lain, variabel
inflasi dan tingkat pengangguran juga dapat disebut terkointegrasi dalam jangka panjang,
sehingga pengujian dapat dilanjutkan dengan melakukan uji Error Correction Model (ECM) untuk
mengetahui apakah ada ECM dalam jangka panjang untuk mencapai keseimbangan antara
inf/asi dengan tingkat pengangguran.
Hubungan antara inflasi dengan tingkat pengangguran pada penelitjan inj bersifat
jangka panjang dengan nilai error correction model sebesar 35 persen, yang berarti setiap ada
shockpada masa lalu (tahun t-1) dalam jangka pendek akan memperkecil pertambahan tingkat
pengangguran pada tahun t sebesar 35 persen, dan seterusnya sedemikian rupa sehingga
akhimya pengangguran dan inflasi dalam jangka panjang akan mencapai keseimbangan.
Mengingat hasil penelitjan inj menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan
antara angka inflasi pada tahun sekarang dengan besarnya tingkat pengangguran pada tahun
yang akan datang, maka untuk mencegah pertambahan tingkat pengangguran pada tahun yang
akan datang, pemerintah harus dapat menjaga agar angka inflasi bisa terkendali, dengan
menjaga kestabilan harga berbagai kebutuhan masyarakat.
Daftar Pustaka
Ahmad, Irdam, 1997, "Fenomena Tingkat Pengangguran di Indonesia I dan II", Business News,
7 Juli 1997 dan 14 Juli 1997
Arnson, Thomas Gunner, 2002 ,"Testing of the Phillips Curve", 11 Desember, !:!ttQ1L
econ 10. bU.edu/ ec305/papers/Arnson/htm.
Atkeson, A., and L.E. Ohanian. 2001. "Are Phillips Curves Useful for Forecasting Inflation?" FRB
Minneapolis Quarterly Review (Winter). http://www.mplsJrb.org/research/gr/
. qr2511.html .
Enders, Walter, 1995, Applied Econometric Time Series, John Wiley & Son, INC.
Pindyck, Robert S. dan Daniel L. Rubinfeld, 1991, Econometrics Models & Economic Forecasts,
Singapore: McGraw-Hili International editions.