Anda di halaman 1dari 4

KAITAN ANTARA INFLASI DENGAN PENGANGGURAN

Nama : Waliyyudin
Prodi : Teknik Informatika
Kelompok : INFLASI

Sebelum masuk ke dalam masalah inti yaitu penjelasan mengenai artikel yang
telah disebutkan, terlebih dahulu saya akan menjelaskan pengertian INFLASI. INFLASI
adalah suatu proses kenaikkan harga - harga secara umum dan terus menerus (continue)
jika kenaikkan ini meluas kepada barang - barang lainnya. Kenaikkan barang dan jasa ini
diukur dengan mempergunakan indeks harga.

Dalam kelompok kami memilih kata inflasi sebagai nama kelompok diartikan sebagai
suatu proses peningkatan pemikiran para mahasiswa yang diharapkan mempunyai ambisi
untuk terus berkarya dan mengolah data menjadi sebuah ide yang akan bermanfaat bagi
seluruh mahasiswa lainnya, serta tidak memiliki ambisi untuk turun atau mengeluh terhadap
suatu situasi yang dihadapi.

Inflasi juga merupakan salah satu variabel yang sangat sentral dalam kebijakan
makro ekonomi, di samping output dan pengangguran. Tetapi inflasi mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh masalah - masalah ekonomi yang lain tersebut. Salah satu masalah yang
berhubungan dengan inflasi adalah pengangguran. Lantas, bagaimana hubungan antara
inflasi dengan pengangguran?.

Kira - kira pada tahun 1950 - an, para ekonom telah


mempelajari hubungan antara pengangguran dengan inflasi upah
serta tingkat inflasi keseluruhan. Secara teoritis hubungan ini telah
diperkenalkan pertama kali oleh AW Phillips pada tahun 1958 (AW
Phillips, “The Relation Between Unemployment and The Rate of
Change of Money Wage Rates in The United Kingdom, 1861-1957”,
Economica (Nov, 1958), pp. 283-300). Phillips mengadakan studi
lapangan tentang hubungan antara kenaikan tingkat upah dengan
pengangguran di Inggris pada tahun 1861 - 1957.

Dari penelitian yang ia pelajari bahwa terdapat hubungan yang negatif


antara hubungan persentase kenaikkan upah dengan turunnya
pengangguran, seperti beberapa pekerja yang menganggur, pengusaha
dapat diharapkan untuk menawar upah dengan cukup cepat.
Tahun-tahun dimana tingkat pengangguran rendah adalah juga
tahun-tahun di mana kenaikan upah tinggi, dan sebaliknya, tahun-tahun
dimana pengangguran tinggi maka tingkat kenaikan upah rendah, seperti ketika permintaan
tenaga kerja rendah dan pengangguran tinggi, pekerja enggan menerima upah lebih rendah
dari tingkat yang berlaku. Implikasinya adalah tingkat upah turun sangat lambat.
Phillips membuat sebuah grafik mengenai hubungan antara inflasi harga umum dan
pengangguran, bukan inflasi upah. Grafik tersebut dikenal sebagai Kurva Phillips. Kurva
Phillips jangka pendek dapat digambarkan sebagai berikut:

Dari grafik Kurva Phillips tersebut dapat dilihat bahwa tingkat inflasi dan
pengangguran memiliki hubungan yang negatif. Semakin tinggi tingkat inflasi, maka tingkat
pengangguran akan menurun, begitupun sebaliknya.

Seperti halnya pada teori-teori lain, ada teori yang


juga membantah teori kurva Phillips. Tokoh ekonom
terkenal bernama Paul Samuelson dan Robert Solow,
mempopulerkan hubungan negatif antara persentase
kenaikan upah dengan turunnya pengangguran ini di
Amerika Serikat dengan sedikit modifikasi, di mana
mereka dengan studinya menjelaskan dan mempopulerkan hubungan
negatif antara laju inflasi dengan tingkat pengangguran. Dengan perkataan lain, terdapat
trade off antara inflasi dengan tingkat pengangguran.

Maka dari itu terdapat banyak sekali perdebatan klasik yang bertemakan tentang
hubungan negatif antara inflasi dan pengangguran yang sering kita kenal dengan kurva
Phillips tersebut.
Beberapa waktu yang lalu di Amerika Serikat dan banyak negara-negara OECD
(Organization for Economic Cooperation and Development) menunjukkan bahwa telah
terjadi tingkat inflasi yang tinggi dibarengi dengan tingkat pengangguran yang tinggi.

Jadi hubungan antara inflasi dengan tingkat pengangguran tersebut bersifat positif
dan tidak sesuai dengan teori Phillips, sehingga bertentangan dengan gambar dan diagram
dalam kurva Phillips.

Mengingat pentingnya mengatasi masalah inflasi, maka perlu penanganan yang


serius dalam pengerjaannya. Untuk mengatasi hal tersebut, hal pertama yang harus
dilakukan adalah mengetahui penyebab terjadinya inflasi agar jalan untuk mengatasinya
dapat diketahui.

Beberapa ahli ekonomi sepakat bahwa inflasi tidak hanya berhubungan dengan
jumlah uang yang beredar, akan tetapi juga berhubungan dengan jumlah barang dan jasa
yang tersedia di masyarakat. Oleh sebab itu, untuk mengatasi masalah inflasi dibutuhkan
kebijakan yang tepat. Kebijakan yang bisa diambil untuk mengatasi masalah inflasi ada tiga
yaitu :

-> Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter adalah segala bentuk kebijakan yang diambil pemerintah di


bidang moneter (keuangan) yang tujuannya untuk menjaga kestabilan moneter agar dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kebijakan moneter meliputi :

a. Kebijakan Penetapan Persediaan Kas


Bank sentral dapat mengambil kebijakan untuk mengurangi uang yang beredar
dengan jalan menetapkan persediaan uang yang beredar dan menetapkan persediaan uang
kas pada bank-bank. Dengan mengurangi jumlah uang beredar, inflasi dapat ditekan.
b. Kebijakan Diskonto
Untuk mengatasi inflasi, bank sentral dapat menerapkan kebijakan diskonto dengan
cara meningkatkan nilai suku bunga.
Tujuannya adalah agar masyarakat terdorong untuk menabung. Dengan demikian,
diharapkan jumlah uang yang beredar dapat berkurang sehingga tingkat inflasi dapat
ditekan.

c. Kebijakan Operasi Pasar Terbuka


Melalui kebijakan ini, bank sentral dapat mengurangi jumlah uang yang beredar
dengan cara menjual surat-surat berharga, misalnya Surat Utang Negara (SUN). Semakin
banyak jumlah surat-surat berharga yang terjual, jumlah uang beredar akan berkurang
sehingga dapat mengurangi tingkat inflasi.

-> Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal adalah langkah untuk mempengaruhi penerimaan dan pengeluaran


pemerintah. Kebijakan itu dapat mempengaruhi tingkat inflasi. Kebijakan fiskal antara lain
sebagai berikut :
a. Menghemat Pengeluaran Pemerintah
Pemerintah dapat menekan inflasi dengan cara mengurangi pengeluaran, sehingga
permintaan akan barang dan jasa berkurang yang pada akhirnya dapat menurunkan harga.

b. Menaikkan Tarif Pajak


Untuk menekan inflasi, pemerintah dapat menaikkan tarif pajak. Naiknya tarif pajak untuk
rumah tangga dan perusahaan akan mengurangi tingkat konsumsi. Pengurangan tingkat
konsumsi dapat mengurangi permintaan barang dan jasa, sehingga harga dapat turun.

-> Kebijakan Lainnya

Untuk memperbaiki dampak yang diakibatkan inflasi, pemerintah menerapkan


kebijakan moneter dan kebijakan fiskal. Tetapi selain kebijakan moneter dan fiskal,
pemerintah masih mempunyai cara lain. Cara lain dalam mengendalikan inflasi adalah
sebagai berikut :

a. Meningkatkan Produksi & Menambah Jumlah Barang di Pasar


Untuk menambah jumlah barang, pemerintah dapat mengeluarkan perintah untuk
meningkatkan produksi. Hal itu dapat ditempuh dengan memberi premi atau subsidi pada
perusahaan yang dapat memenuhi target tertentu.

Selain itu, untuk menambah jumlah barang yang beredar, pemerintah juga dapat
melonggarkan kran impor. Misalnya, dengan menurunkan bea masuk barang impor.

b. Menetapkan Harga Maksimum untuk Beberapa Jenis Barang


Penetapan harga tersebut akan mengendalikan harga yang ada sehingga inflasi dapat
dikendalikan. Tetapi penetapan itu harus realistis. Kalau penetapan itu tidak realistis, dapat
berakibat terjadi pasar gelap (black market).

Anda mungkin juga menyukai