Terima kasih kepada Prof Niken, bapak dan ibu sekalian,
ijin kan saya mewakili kelompok saya terdiri dari ibu Rita Prameswari, Ibu Dinah dan saya Silvana Syah. Hari ini kami akan menyampaikan materi mengenai Inflation.
Apa inflasi itu? sudah sering mendengar kata inflasi, tapi
apakah kita tahu arti dari instansi atau makna inflasi? Bisa kita lihat di gambar pada saat ini di tahun 1998 dengan menggunakan uang Rp100.000 dan belanja mendapatkan banyak barang tetapi di tahun 2005 dengan menggunakan nilai uang yang terdapat beberapa barang kemudian di tahun 2021 dengan menggunakan uang Rp100.000 juga kita hanya bisa dapat sedikit barang. Artinya apa? artinya inflasi adalah kenaikan tingkat harga barang atau jasa secara umum terus menerus dan dalam waktu periode. Jadi kalau misalnya indikasinya inflasi adalah harga barang naik secara umum. Jadi bukan hanya satu barang tapi barang secara umum dan terus-menerus kenaikannya. Nah itu yang dinamakan inflasi. Kemudian ini ada beberapa teori mengenai inflasi dari beberapa ahli sebagai berikut:
Menurut John Maynard Keynes, "Inflasi adalah hasil dari
kelebihan permintaan agregat atas penawaran agregat yang tersedia dan inflasi yang sebenarnya dimulai hanya setelah pekerjaan penuh." Menurut Paul Samuelson, “Inflasi terjadi ketika tingkat umum harga dan biaya meningkat Menurut Crowther, "Inflasi adalah 'keadaan' di mana nilai uang turun yaitu harga-harga naik." Menurut Milton Friedman, "Inflasi selalu dan di mana- mana merupakan fenomena moneter." Menurut Silverman, "Inflasi adalah nama yang diberikan untuk ekspansi pasokan uang baik dalam mata uang atau kredit dalam kelebihan jumlah yang dibenarkan oleh pemerintah untuk perdagangan." Menurut Arthur Cecil Pigou, "Inflasi ada ketika pendapatan berkembang lebih dari sebanding dengan aktivitas menghasilkan pendapatan." Menurut Hanson, “Inflasi hadir ketika volume daya beli terus-menerus berjalan di depan output barang dan jasa sehingga ada kecenderungan terus menerus untuk harga baik komoditas maupun faktor produksi untuk naik karena pasokan barang dan jasa. dan FPO gagal mengimbangi permintaan mereka.”
Kemudian tingkat inflasi adalah persentase perubahan
level harga. Tingkat inflasi diukur biasanya menggunakan consumer price index atau di dalam bahasa Indonesianya biasa disebut indeks harga konsumen. Index harga konsumen ini menghitung harga barang atau jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga tiap tahunnya. Dan di Indonesia sendiri yang merilis Indeks harga konsumen adalah Badan Pusat Statistik atau BPS. Berikut adalah rumus menghitung tingkat inflasi menggunakan indeks harga konsumen jadi rumusnya adalah
indeks harga konsumen tahun t dikurang dengan indeks
harga konsumen tahun sebelumnya dibagi dengan indeks harga konsumen tahun sebelumnya dikalikan dengan 100. Sekarang kita ingin tahu hubungan antara inflasi dan tingkat suku bunga, tingkat suku bunga ini menghubungkan antara sektor keuangan dengan sektor riil (CIGX). Di dalam ilmu ekonomi tingkat suku bunga itu dibagi menjadi dua yang pertama adalah tingkat suku bunga nominal dilambangkan dengan huruf i kecil ini biasanya suku bunganya tidak disesuaikan dengan inflasinya artinya tidak ada pengurangan terhadap inflasi. yang kedua adalah tingkat suku bunga riil ini disesuaikan dengan inflasi.
Ketika kita berbicara mengenai tingkat suku bunga
pasti kaitannya sama Fisher effect. Persamaan Fisher menyatakan bahwa tingkat suku bunga merupakan hubungan atau penjumlahan dari tingkat suku bunga riil yang telah dipengaruhi oleh faktor inflasi. untuk mencapai keseimbangan salah satunya adalah ketika Saving = Investment. Saving = Investment ini menentukan besarnya tingkat suku bunga nominal. Jadi kenaikan inflasi itu akan menyebabkan kenaikan yang sama pada tingkat suku bunga nominal.
Dari persamaan ini jelas bahwa inflasi naik maka
tingkat suku bunga naik sebaliknya jika inflasi turun maka tingkat suku bunga turun. Selanjutnya kita bahas penyebab inflasi Nah di sini ada dua sisi dari sisi Demand dan Sisi Supply. Jadi penyebab inflasi Itu dari sisi permintaan karena adanya kenaikan agregat permintaan dan kalau dari sisi cost push atau supply-side nya, dari sisi penawarannya terjadinya inflasi karena adanya kenaikan cost atau biaya. Misal biaya produksi atau biaya sumber dayanya dan sebagainya. Nah bisa kita lihat dari gambar ini dari investasinya kalau misalnya di demand pull, permintaan ini ketika permintaan terhadap sneaker meningkat bahkan terjadi excess demand atau kelebihan permintaan maka yang terjadi adalah harga naik karena di kondisi seperti ini permintaan cenderung naik tetapi persediaan barang terbatas. Sehingga menyebabkan harga naik. Kemudian dari sisi cost-push ini kan terjadinya kenaikan harga barang karena naiknya biaya produksi di sini contohnya balon ketika harga bahan baku balon yaitu helium naik maka akan menyebabkan harga balon juga naik. Nah ini adalah kondisi ketika harga naik tetapi diikuti dengan tingkat upah atau gaji yang naik. Ini untuk membentengi living cost atau biaya hidup yang naik.
ini adalah kurva demand pull. bisa kita lihat disini
agregat dimensi atau permintaan agregat ini bergeser ke kanan naik dari AD1 ke AD 2 sedangkan agregat supply nya atau penawarannya tetap. Ini dikarenakan kelebihan permintaan tetapi penawarannya tetap produksinya tidak mencukupi permintaan barang yang ada, permintaan pasar sehingga menyebabkan price nya naik dari P1 ke P2. Kemudian menyebabkan agregat output atau Y atau pendapatan nasional bergeser dari Y1 jadi Y2 itu dari sisi agregat Demand
Kemudian dari sisi Supply bisa kita lihat agregat supply
nya ini bergeser ke kiri dari AS2 turun ke AS1 dia bergeser ke kiri, sedangkan agregat demandnya tetap. agregat permintaan nya tetap nah ini biasanya disebabkan karena kenaikan kenaikan input atau kenaikan misalnya biaya produksi atau sumber dayanya atau kenaikan human capital atau ketersediaan tenaga kerja. Nah ini yang menyebabkan harga naik jadi terbatasnya produksi menyebabkan harga naik ke dari P1 ke P2 tetapi menyebabkan income atau agregat outputnya turun dari Q1 ke Q2. selanjutnya ada istilah stagflation. Stagflation ini sebenarnya ancaman yang mungkin saja terjadi dan ini adalah keadaan dimana pertumbuhan ekonomi melambat tetapi secara bersamaan juga inflasi meninggi dan tingkat pengangguran juga tinggi. Nah ini yang terjadi bila ada misalnya politik terganggu atau ketahanan nasional ataupun seperti yang saat ini terjadi yaitu pandemi Corona yang ditakutkan terjadi itu adalah stagflation. Jadi ketika ekonomi perekonomian melambat tetapi pengangguran tinggi dan tingkat inflasi juga jadi tinggi, nah ini yang namanya stagflation.
Oke Langsung aja kita tentang dampak inflasi. Sangat
banyak yang terdampak oleh inflasi yang pertama itu ada redistribusi income atau dan kesejahteraan atau kemakmuran jadi ketika inflasi orang-orang yang mempunyai pendapatan tetap yang tadinya dia bisa menjangkau harga barang yang dia butuhkan tapi karena adanya inflasi gaji dia yang tetap dia tidak bisa dapat membeli barang-barang yang dia butuhkan lagi. Nah ini akan menimbulkan turunnya kesejahteraan atau kemakmuran seseorang. yang kedua berdampak juga ke balance of payment efek. Dinama neraca pembayarannya jadi export menjadi sangat mahal dan kurs kita menjadi terdepresiasi. Selanjutnya juga dampaknya adalah ketidakpastian terhadap nilai uang karena nilai uang akan jadi berubah- ubah, yang tadinya Rp100.000 dirasa cukup mahal, tapi kemudian hari bisa hanya membeli beberapa barang seperti itu. Kemudian Resource cost of changing prices –menu costs dan yang terakhir berdampak ke pertumbuhan ekonomi dan investasi. Karena kalau terjadinya inflasi tentu akan berpengaruh ke investasi dan ketika tidak ada investasi yang berjalan tentunya akan menyebabkan mangkraknya pembangunan nasional dan juga produksi produksi dari perusahaan perusahaan juga akan melambat dan ini akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi juga turun itu dampak dari inflasi. selanjutnya kita akan membahas kurva Phillips ini adalah kurva yang menunjukkan hubungan antara tingkat inflasi dan tingkat pengangguran. Kurva ini ditemukan oleh Philips seorang ahli ekonomi. Jadi dia menyatakan bahwa hubungan antara tingkat inflasi dan tingkat pengangguran adalah hubungan terbalik atau hubungan negatif jadi ketika tingkat inflasi tinggi maka tingkat pengangguran rendah sebaliknya jika tingkat inflasi rendah maka tingkat pengangguran tinggi. Nah ini yang dijelaskan di dalam kurva Phillips.
Dari kurva Phillips bisa kita lihat ketika tingkat inflasi di
2% tingkat pengangguran menjadi 6% tetapi ketika tingkat inflasi naik dari 2% menjadi 5% tingkat penganggurannya turun menjadi 3%. ini berlangsung hanya dalam jangka pendek karena ternyata teorinya ini dibantahkan seiring berjalannya waktu di dalam kurva Phillips jangka Panjang. Nah jadi hubungan ini hubungan negatif antara tingkat inflasi dan tingkat pengangguran hanya terjadi pada saat jangka pendek. Kenapa?
Karena dengan berjalannya waktu kita bisa lihat adanya
long run Phillips curver. Kurva Phillips jangka panjang ini terjadi karena ketika inflasi terus meningkat secara terus-menerus yang tadinya ketika inflasi akan naik kemudian tingkat pengangguran turun. Nah Kurva Phillips jangka panjang maka tingkat pengangguran akan kembali ke tingkat naturalnya. Sehingga dia tidak mempunyai hubungan antara tingkat inflasi dan tingkat pengangguran lagi. Jadi di dalam jangka panjang di dalam hubungan jangka panjang tingkat pengangguran akan kembali secara alamiah ke titik-titik naturalnya. Karena ketika inflasi tentu harga naik maupun produksi juga naik ketika output produksi naik tentu pengusaha atau perusahaan membutuhkan banyak tenaga kerja dan nah disitulah terserapnya tenaga kerja sehingga meningkatkan menurunkan tingkat pengangguran. Jadi sebelumnya Kalau di jangka pendek aja hubungan negatif tapi kalau di jangka panjang tidak tidak terjadi lagi hubungan antara inflasi dan pengangguran seperti itu.
Disisi lain Inflasi itu juga memiliki keuntungan. Disini di
Jelaskan bahwa upah nominal itu sangat jarang turunkan bahkan ketika keseimbangan upah riil itu turun hal ini akan mengalami market clearing. Inflasi ini memungkinkan untuk mencapai keseimbangan tanpa harus dilakukan pemotongan upah nominal. Karena nggak mungkin PNS, Presiden Jokowi tanggal 16 Agustus biasanya dinaikan adalah kenaikan. Gaji PNS tahun depan akan naik 5%...horeee Diswasta pun akan sering terjadi gaji naik, minimum tetap. karena upah selalu sesuaikan dengan inflasi. Maka itu inflasi ini meningkatkan fungsi pasar tenaga kerja karena membantu mempertahankan upah nominal, walaupun sebenarnya upah riilnya turun.
Ada salah fenomena-fenomena yang dinamakan
seigniorage (senore), ini adalah fenomena dimana defisit APBN itu dibiayai oleh pencetakan uang artinya apa? pendapatan negaranya ini dari mencetak uang bukan dari pajak, bukan dari utang tapi dari mencetak uang, gimana sih konsekwensinya. Jadi kalau pemerintah ingin melakukan pengeluaran. Jadi pemerintah biasanya ada belanja dalam rangka operasional, dalam rangka pembangunan. Ada tiga cara yang di miliki pemerintah untuk membiayai pengeluaran tersebut yaitu pajak, pinjaman dan mencetak uang. Ketika negara mencetak uang untuk biaya APBN maka uang di pasar itu akan naik. Mencetak uang ini akan mendorong terjadi inflasi. Maka mencetak untuk penerimaan negara ini menerapkan pajak inflasi.
Logikanya begini jadi misalkan tadinya bisa beli Aqua
botol itu Rp5.000 kemudian tiba-tiba pemerintah menerapkan kebijakan seigniorage. Kebijakan ini mendorong inflasi menjadi naik. Kemudian yang tadinya dengan uang Rp5.000 bisa beli satu aqua kemudian saat inflasi uang Rp. 5.000 sudah ada yang kurang. di sini artinya kita memberikan membayar pajak pada pemerintah. Sehingga uang kita berkurang sehingga kita tidak bisa membeli aqua lagi. Pertanyaannya siapa yang bayar pajak inflasi ini? Jawabnya semua orang yang tidak menginvestasikan uangnya akan terkena pajak inflasi. Atau semua orang yang memegang uang akan terkena pajak inflasi. Tapi perlu dipahami bahwa ini bukan orangnya menyetor uang untuk bayar pajak ya. Tapi secara tidak langsung daya beli mereka tergerus karena inflasi disebabkan karena pemerintah mencetak uang.
menurut tingkat keparahannya jadinya ada 4 keadaan
yang terjadi karena tekanan inflasi. Yang pertaman adalah creeping inflation ini disebut juga inflasi ringan di mana tingkat kenaikan harga masih di bawah 10%. Yang kedua adalah galloping inflation disebut inflasi yang sedang dan indikasinya dua tingkat kenaikan tingkat harga atau barang naik dari 10% sampai 30% per tahunnya dan yang ketiga adalah high inflation atau inflasi yang tinggi dimana tingkat kenaikan harga dan harga barang dan jasa naik 30%. Dan yang terakhir hyperinflation, nah hyperinflation adalah inflasi yang sangat dihindari dan sangat tidak diinginkan negara manapun karena ini tingkat kenaikan harganya sudah mencapai lebih dari 100%. Fenomena kedua yang terjadi karena banyaknya uang beredar itu adalah hyperinflasi, hyperinflasi merupakan tingkat inflasi di atas atau sama dengan 50% perbulan. Biaya sosial yang semakin besar itu terjadi. Uang akan gagal dalam menjalankan fungsinya sebagai penyimpan nilai dan fungsi-fungsi lainnya. Masyarakat mungkin akan beralih ke transaksi barter atau menggunakan mata uang dengan negara lain.
Hyperinflation disebabkan ketika Bank Sentral
mencetak uang maka tingkat harga akan naik. Kita lihat contoh di beberapa negara PI In a on Money print ountry Periode Per year Per year
Disini Brazil pada tahun 1987-1994 pernah mengalami
hyperinflation dengan besar inflasi 1256% dan jumlah uang yang beredar 1451 dan yang paling parah pernah terjadi adalah di Zimbabwe dimana pada tahun 2005 sampai 2007 pernah mencapai 5316% inflasi dikarenakan mencetak uang sampai 9914%. Sebenarnya krisis ekonomi hiperinflasi yang sedang dialami oleh negara Zimbabwe sudah dialami mereka cukup lama. Krisis tersebut dimulai sejak tahun 2008, yang mana pemerintah setempat membutuhkan uang yang sangat banyak untuk berbagai keperluan. Pada tahun 1998, Pemerintah Zimbabwe memerlukan pembiayaan untuk perang di Republik Demokratik Kongo. Bagi yang belum tahu, ZImbabwe sendiri berada di kubu pemerintah Republik Demokratik Kongo yang harus menghadapi konflik dengan aliansi dari beberapa kelompok seperti RCD, RCD-Goma, dan Banyamulenge. Perang tersebut membutuhkan biaya yang sangat besar dari negara-negara pendukung pemerintah Republik Demokratik Kongo. Dampak dari perang tersebut diperparah dengan situasi ekonomi Zimbabwe yang memburuk seperti utang nasional yang semakin meningkat, penurunan ekspor, dan penurunan pertumbuhan ekonomi. Alhasil, hiperinflasi menjadi tak terkendali pada tahun 2008.
Alhasil, perekonomian di negara tersebut lumpuh dan
tak terkendali. Hampir semua masyarakat di sana tak mampu menjangkau harga bahan-bahan pokok untuk mereka makan sehari-hari. Di samping itu, masyarakat di sana juga banyak yang memilih untuk tak bekerja karena gaji mereka tak cukup untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Dampak dari adanya hiperinflasi yang dialami oleh Zimbabwe sangat memprihatinkan. Masyarakat di sana tak dapat menjangkau harga bahan-bahan pokok yang harganya meroket setiap harinya. Tak heran, jika kelaparan terjadi dimana-mana. Selain itu, usaha di sana juga tak dapat berjalan karena tidak adanya pinjaman kredit untuk membantu bisnis di negara tersebut. Masyarakat di sana bahkan lebih memilih untuk menggunakan sistem barter daripada menggunakan uang. Bagi masyarakat di sana, uang sudah tidak ada artinya lagi jika harga barang terus melambung setiap waktunya. Tak heran, jika banyak masyarakat yang menggunakan sistem barter untuk memenuhi kebutuhan pokok mereka. Untuk menekan inflasi ini dibutuhkan kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. Kemarin kita sudah bahas tentang kebijakan moneter nanti kita akan bahas tentang kebijakan fiscal. Nah kita lihat dulu dari sisi demand pull. Disisi demand pull ini, bagaimana kebijakan pemerintah untuk menurunkan tingkat permintaan dengan menaikkan pajak kemudian mengurangi pengeluaran pemerintah, baik dari subsidi dan pengeluaran lainnya dan juga mengurangi pinjaman pemerintah dan menaikkan tingkat suku bunga diskonto. Jadi ketika tingkat harga naik tingkat suku bunga naik maka orang-orang akan saving atau menabung bukannya semakin konsumsi. Sehingga nanti bisa menekan inflasi. Kemudian dari sisi cost pull, ada kebijakan untuk meregulasi ulang biaya produksi kemudian pemerintah harus mengatur pasar tenaga kerja dan mendorong dan mendorong produktivitas dengan memberikan stimulus kepada perusahaan ataupun kebijakan- kebijakan lainnya kemudian mengontrol tingkat harga dan upah. Jadi harus ditetapkan level-level atau batas- batas harga dan batas-batas upah sehingga bisa mendorong perusahaan untuk berproduksi secara normal dan ini bisa menekan inflasi. kemudian dari sisi impor factor jadi dari sisi ini pun kita harus mengurangi kuantitas impor melalui kebijakan perdagangan. Jadi kalau misalnya impornya kita batasi ini bisa menekan inflasi.
kemudian ada excessive growth on money supply yang
tadi sudah bahas tentang jumlah uang beredar di kebijakan moneter Bank Sentral harus mengurangi jumlah uang beredar dengan memotong public Sector borrowing, kemudian menurunkan pinjaman bank dan memaintain tingkat suku bunga. Selanjutnya adalah expectation of inflation ini adalah melanjutkan kebijakan pemerintah yang menentukan untuk menurunkan inflasi. Jadi harus di indikasikan penentunya atau determination nya seperti apa untuk menurunkan inflasi seperti itu.