Atlas Penyakit Kulit
Atlas Penyakit Kulit
Buku ini diproduksi oleh para penulis dan penerbit untuk tujuan nir-laba.
Isi dapat direproduksi dengan izin,
selama tidak bertujuan mencari laba.
penerbit :
PT MEDICAL MULTIMEDIA INDONESIA
Kramat Raya 31, Jakarta Pusat
pt_mmi@medical-e-books.com
DAFTAR ISI Halaman
KATA PENGANTAR 7
DERMATITIS
Dermatitis kontak 11-12
Dermatitis popok 13
Dermatitis atopik 14-16
Pitiriasis 17
Liken simpleks 18
Dermatitis numularis 19
Dermatitis stasis 20
Pitiriasis rosea 21
Psoriasis 22-23
Dermatitis seboroik 24
Eritroderma 25
INFEKSI JAMUR
Tinea pedis interdigitalis 27
Tinea kapitis 28
Tinea korporis 29
Tinea kruris 30
Tinea imbrikata 31
Onikomikosis 32
Pitiriasis versikolor 33
Kandidosis 34-35
Kromomikosis 36
Zigomikosis subkutan 37
INFEKSI BAKTERI
Impetigo vesikobulosa 39
Impetigo krustosa 40
Folikulitis 41
Furunkel/Karbunkel 42
Ektima 43
Erisipelas 44
Selulitis 44
Abses multipel kelenjar keringat 45
Hidradenitis supurativa 46
Staphylococcus scalded
skin syndrome 46
Sifilis stadium II 47-48
Frambusia 49-50
Kusta 51-59
Skrofuloderma 60
INFEKSI VIRUS
Infeksi HIV 61
Herpes simpleks 62-63
Kondilomata akuminata 64-65
Varisela 66-67
Herpes Zoster 68
Veruka vulgaris 69
Moluskum kontangiosum 70
INFEKSI PARASIT
Creeping eruption 71
Skabies 72
Pedikulosis kapitis 73 5
Pedikulosis (Phthiriasis) pubis 74
ALERGI IMUNOLOGI
A.Penyakit vesikobulosa kronik
Pemfigus vulgaris 75
Pemfigoid bulosa 76
B.Penyakit otoimun
Lupus eritematosus diskoid 77
Vitiligo 78
C.Erupsi obat
Erupsi eksantematosa 79
Eksantema fikstum 80
Urtikaria dan angioudem 81
Dermatitis medikamentosa 81
Eritema multiforme/Sindroma
Steven Johnson/Nekrolisis
epidermal toksik 82-83
DERMATOKOSMETOLOGI
Lentiginosis 85
Efelid 86
Melasma 87
Melanosis Riehl 88
Nevus Ota 89
Akne 90-92
Erupsi akneiformis 93
TUMOR KULIT
Keloid 95
Hemangioma 96
Karsinoma sel basal 97
Karsinoma sel skuamosa 98
Melanoma maligna 99
LAIN-LAIN
Pearly penile papules 101
Prurigo hebra 102
Miliaria 103
Urtikaria dan angioudem 104
KATA PENGANTAR
Penyakit kulit sekalipun tidak berbahaya, mempunyai dampak yang besar
bagi pasien baik secara fisik maupun psikologik. Kecepatan dan ketepatan
diagnosis sangat penting untuk pengobatan, yang tentu akan berpengaruh
pada kesembuhan dan prognosis pasien.
Banyak variasi gambaran klinis dari satu penyakit kulit, dan sebaliknya
satu bentuk kelainan klinis bisa didapati pada beberapa penyakit. Hal
semacam ini sangat penting diketahui dan dipelajari oleh tenaga kesehatan
medis, paramedis dan mahasiswa kedokteran serta keperawatan.
Sehubungan dengan hal tersebut, para penulis mencoba membuat buku
pedoman tentang berbagai penyakit kulit yang umum ditemukan di Indonesia
serta diagnosis bandingnya, dalam bentuk sinopsis dengan gambar.
Diharapkan buku ini dapat memudahkan tenaga kesehatan membuat
diagnosis penyakit atau memikirkan kemungkinan diagnosis bandingya,
terutama bila sarana penunjang tidak memadai.
Walaupun para penulis dan tim penyusun buku ini telah berusaha
secermat-cermatnya, namun saran dari pembaca sangat kami harapkan untuk
perbaikan buku selanjutnya.
Akhirnya kami ucapkan banyak terima kasih kepada Netherlands Leprosy 7
Relief (NLR) yang membiayai penerbitan buku ini. Semoga kerjasama yang
telah terjalin selama ini menjadi semakin baik.
Semoga sumbangsih ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
DERMATOTERAPI TOPIKAL
Setelah mendiagnosis kelainan kulit dengan benar kemudian dibutuhkan
pemberian obat topikal,maka jenis vehikulum dan bahan aktif harus dipilih
secara tepat. Efektivitas terapeutik obat topikal bergantung dari potensi bahan
aktif yang dibawa oleh bahan dasar (vehikulum) yang mampu berpenetrasi
menembus lapisan kulit. Vehikulum utama adalah cairan, bedak, dan
salap.Cairan atau solusio merupakan disolusi antara dua substansi atau
lebih menjadi satu larutan homogen yang bening. Cairan selain sebagai
obat oles dapat dipakai sebagai kompres atau perendam. Bahan pelarut
yang digunakan berupa air, alkohol atau minyak. Bahan aktif sebagai zat
terlarut misalnya asam salsilat 1/1000 bersifat antiseptik dan astringen.
Kalium permanganat (KMnO4) 1/5000 atau 1/10.000, dapat dipakai sebagai
antiseptik dan astringen. Rivanol 1/1000 selain sebagai astringen dan
antiseptik berguna juga sebagai deodoran. Untuk antiseptik kuat dapat
digunakan AgNO3 0,25-0,5%. Bila pelarutnya alkohol disebut tinktura.
Linimen adalah solusio non-aqua; zat pelarutnya dapat minyak atau sabun.
Bentuk ini dapat dipakai sebagai pereda iritan, astringen, +antipruritus,
emolien dan analgesik. Losio adalah campuran dua fase zat berlainan yang
tidak larut dan terdispersi dalam bentuk cair. Sebelum pemakaian harus
dikocok, sifat cairan mudah tersebar dan menimbulkan rasa dingin karena
proses penguapan.
Bedak bersifat menyerap cairan, mendinginkan dan mengurangi gesekan.
Daya lekatnya kurang baik sehingga mudah berterbangan, hati-hati bila dipakai
pada wajah dan leher anak atau bayi. Bedak tidak boleh diberikan pada lesi
basah karena akan mengeras membentuk krusta atau bahkan granuloma.
Bahan bedak yang dapat digunakan adalah seng-oksida yang bersifat
antiseptik dan proteksi mekanis, serta magnesium silikat yang bersifat
mengeringkan dan lubrikasi. Seng-oksida 98% dan feri-oksida 1% disebut
bedak kalamin yang bersifat antipruritus. Bedak kocok terdiri atas komposisi:
seng-oksida, talkum, kalamin, gliserol, alkohol dan air, serta harus ditambah
stabilator. Bila air menguap maka komponen bedak tertinggal. Sediaan ini
cenderung mengendap, sehingga perlu dikocok sebelum dipakai.
Salap merupakan sediaan semisolid yang mudah menyebar, bersifat proteksi,
hidrasi dan lubrikasi. Salap dengan dasar hidrokarbon tidak mampu menyerap
air, bersifat lengket, berpenetrasi sangat baik, dapat mengatasi dermatosis
tebal. Vaselin album adalah bentuk sediaan yang sering dipakai sebagai
vehikulum golongan salap, sedangkan vaselin flavum memberi warna kuning
yang menodai pakaian. Salap dengan bahan hidrofilik misalnya lanolin dan
turunannya dapat dipakai untuk mencampur obat yang menyerap air. Sifatnya
lubrikasi, emolien, dan dapat membentuk emulsi. Sifatnya lengket namun
mudah dibersihkan. Bentuk vehikulum salap campuran yang sering dipakai
adalah krim, yakni campuran dengan air. Terdapat dua bentuk: krim emulsi
air (kadar tidak lebih dari 25%) dalam minyak dan krim emulsi minyak dalam
air (kadar 31%-80%). Keuntungan pemakaian krim adalah tidak terlalu lengket,
menyebar dengan mudah, dapat bersifat protektif, masih bersifat emolien
karena mampu menahan penguapan air dan memberi efek mendinginkan.
Namun daya serap krim tidak sebaik salap, emulsi air dalam minyak
mempunyai daya absorbsi lebih baik dari minyak dalam air. Bentuk vehikulum
campuran lainnya yang sering dipakai adalah pasta. Sediaan ini merupakan
campuran antara minyak dan bedak. Pasta berguna sebagai barier
impermeabel, proteksi dan dapat dipakai bila diperlukan vehikulum yang
penyebarannya terbatas. Bahan ini seringkali dipakai untuk vehikulum tabir
surya. Bila dibandingkan dengan salap, pasta kurang lengket, kurang menutup,
dan lebih kering.
Bahan aktif yang dipakai antara lain asam salsilat, sulfur, ter, kortikosteroid,
antibiotik dan anti jamur. Asam salisilat 1/1000 sebagai kompres, 2% bersifat
keratoplasti, 3-20% berkhasiat keratolitik, 30-60% destruktif. Sulfur
presipitatum dalam konsentrasi 4-20% berkhasiat antisebore, antiakne,
antiskabies, antibakteri positif-Gram, dan antijamur. Sediaan ter berasal dari
batubara, kayu dan fosil. Likuor karbonis detergen merupakan ter berasal
dari batubara yang dipakai dalam konsentrasi 3-10%, bersifat sebagai
antiproliferasi.
Kortikosteroid topikal Sediaan yang banyak dipakai dalam bidang
dermatologi. Kekuatan efek vasokonstriksi membagi kortikosteroid menjadi
7 kelas potensi (lemah-sangat kuat). Golongan potensi lemah misalnya
hidrokortison, berkhasiat antiinflammasi, tanpa antimitotik sedangkan
golongan dengan potensi sangat kuat fungsi antimitotiknya juga kuat,
misalnya: klobetasol propionat 0,05%. Kortikosteroid potensi sangat kuat tidak
diberikan lebih dari 50 gram/minggu. Efek samping yang harus diperhatikan:
atrofi kulit, telangiektasia, purpura, dermatitis perioral, absorbsi perkutan dapat
menimbulkan supresi kelenjar adrenal.
Antijamur misalnya nistatin mempunyai efek lokal fungistatik terhadap jamur
kandidia. Derivat imidazol kini banyak dipakai untuk dermatofita, M furfur,
dan kandida. Antibiotik topikal sebaiknya digunakan dari golongan yang
tidak dipakai secara sistemik, mempunyai efektivitas yang baik untuk bakteri
penyebab, dan tidak menimbulkan sensitasi. Basitrasin, mupirosin, natrium
fusidat, polimiksin dan neomisin merupakan jenis yang masuk kriteria di atas
dan sering dipakai. Pemakaian neomisin harus berhati-hati sebab sering
menimbulkan sensitasi.
Blank page
DERMATITIS
Istilah eksim dan dermatitis seringkali dipakai untuk menggambarkan kondisi
yang sama. Dermatitis adalah peradangan non-inflamasi pada kulit yang
bersifat akut, subakut, atau kronis, dan dipengaruhi oleh banyak faktor,
misalnya faktor konstitusi, iritan, alergen, panas, stres, infeksi, dll. Dermatitis
akut menunjukkan eritema, edema, papul, vesikel, membasah dan krusta.
Pada stadium subakut kulit masih kemerahan, tetapi sudah lebih kering dan
terdapat perubahan pigmentasi. Stadium kronis menunjukkan likenifikasi,
ekskoriasi, skuama,dan fisura. Terdapat berbagai macam dermatitis, namun
berikut ini akan dibahas tipe yang paling sering dijumpai. Kelainan ini dapat
mempunyai stadium-stadium yang lebih dominan. Gatal seringkali menjadi
keluhan utama.
DERMATITIS KONTAK
Dermatitis kontak (DK) adalah kelainan kulit yang bersifat polimorfi sebagai
akibat terjadinya kontak dengan bahan eksogen.
Jenis dan Patogenesis:
- DK iritan. Bahan iritan akan merusak kulit, lapisan lemak permukaan
11
kulit hilang, kandungan air berkurang, sehingga kulit menjadi kering,
mudah retak dan terjadi dermatitis
- DK alergik, terjadi berdasarkan mekanisme hipersensitivitas tipe IV
(Gell dan Coomb).
Terdapat 3 tipe sesuai dengan perjalanan penyakit, yaitu akut (eritem, edema,
papul, vesikel, dan bula); sub-akut (eritem, edema ringan, dan krusta); dan
kronik (hiperpigmentasi, likenifikasi, dan skuamasi).
Lokasi dermatitis umumnya terjadi pada daerah yang berkontak dengan bahan
penyebab dan berbatas relatif tegas, kecuali untuk bahan yang bersifat gas/
uap karena dapat juga mengenai daerah yang tertutup pakaian.
Pemeriksaan penunjang adalah uji tempel. Terdapat 2 cara yaitu terbuka dan
tertutup, dengan prinsip menempelkan alergen yang dicurigai sebagai
penyebab pada kulit dalam waktu 24-48 jam, bila positif (sebagai alergen
penyebab) akan terjadi dermatitis.
Penatalaksanaan
- - menghindari penyebab sesuai dengan hasil uji tempel
- - obat sistemik hanya diberikan pada keadaan sakit berat dengan lokasi luas,
secara simtomatik
- - obat topikal diberikan sesuai dengan prinsip terapi kulit, bila basah diberi
kompres (sol. Permanganas Kalikus 1:10.000 atau likuor Vieli) dan bila
kering dapat diberi krim atau salap
12
3
2
DERMATITIS POPOK
Dermatitis popok adalah dermatitis yang terletak, paling tidak pada awalnya,
pada daerah yang tertutup popok. Keadaan ini hanya terjadi setelah
pemakaian popok. Ditandai dengan eritema yang konfluens, berkilat, dapat
pula ditemukan papul eritematosa multipel, edema dan skuama, terutama di
daerah yang paling lama berkontak dengan popok, misalnya bagian cembung
bokong, paha bagian dalam, mons pubis, skrotum, dan labia mayora. Bila
sudah terinfeksi dengan jamur kandida, maka akan tampak plak yang sangat
Penatalaksanaan
Yang perlu diperhatikan adalah menggunakan popok sesuai daya tam-pungnya
dan diusahakan diganti sesegera mungkin setelah kotor. Dengan demikian area
tersebut terjaga tetap bersih dan kering
Topikal :
- bila ringan: krim pelindung, dioleskan sebelum memakai popok baru
- antifungal topikal: nistatin atau imidazol krim, dioleskan 2x/hari
- kortikosteroid topikal potensi ringan, misalnya hidrokortison, dapat diberikan
pada dermatitis popok sedang atau berat. 13
- kombinasi mikonazol nitrat dan seng dalam krim, dioleskan 2x/hari.
4
DERMATITIS ATOPIK
Dermatitis atopik (DA) kadang-kadang disebut juga eksim susu, adalah
penyakit kulit yang kronis residif. Merupakan dermatitis tersering dijumpai
pada anak. Penyebab utama adalah kulit kering yang menyebabkan barier
kulit rusak,selain itu berbagai faktor internal dan eksternal sangat
mempengaruhi perkembangannya. Walaupun etiopatogenesis belum
semuanya jelas, namun sebagian mekanisme imunopatogenesis DA telah
dapat dijelaskan, yaitu hasil interaksi faktor genetik (IgE) yang bereaksi
spesifik terhadap alergen lingkungan.
Alergen makanan yang sering ditemukan adalah susu sapi, telur, ikan laut,
kacang tanah, tomat, jeruk, dan coklat. Bahan alergen hirup, misalnya debu
rumah, tungau debu rumah, serbuk sari bunga/tanaman (polen), dan bulu
binatang. Kolonisasi Staphylococcus aureus sekitar 74% ditemukan pada kulit
pasien DA dan berkorelasi dengan derajat beratnya DA.
1. Fase bayi 15
Gbr 5. Plak eritematosa difus dan
kering pada pipi
Gbr 6. Pada fossa poplitea dan betis
tampak plak eritematosa difus dan
eksudatif
2. Fase anak
Gbr 7. Plakat eritematosa, erosi,
ekskoriasi dan krusta pada fossa kubiti
yang meluas ke badan,
3. Fase dewasa
Gbr 8. Tampak hyperkeratosis dan
8
likenifikasi
Penatalaksanaan
Pada dasarnya pengobatan medikamentosa dan nonmedikamentosa ditujukan
untuk memantau penyakit dengan cara mengurangi gatal, mengatasi inflamasi,
mengurangi kekeringan kulit, dan mengeliminasi faktor pencetus atau yang
memperberat penyakit
Pengobatan medikamentosa
Obat sistemik
- Antihistamin (AH). Sebaiknya pada anak dipilih antihistamin jenis klasik yang
bersifat sedatif, contohnya klorfeniramin maleat (klorfenon) dan hidroksisin.
- Antihistamin nonsedasi dipilih untuk dewasa atau yang bekerja, diantaranya
adalah seterisin, loratadin, terfenadin, dan feksofenadin,
- Antibiotik. Diberikan pada DA dengan infeksi sekunder, seperti eritro-
misin, kloksasilin, metisilin, atau sefalosporin, maksimal selama 2 minggu.
- Kortikosteroid. Digunakan pada DA berat dan luas yang sukar diatasi de-
ngan AH dan kortikosteroid topikal. Efek samping pada anak adalah supresi
pada axis hipotalamus-pituitari-adrenal korteks (HPA) dan gangguan
pertumbuhan tulang. Prednison dengan dosis terapi 2 mg/kg BB cukup
bermanfaat.
Obat topikal
16 - Kortikosteroid topikal. Merupakan obat pilihan untuk DA.Dianjurkan dimulai
dari potensi yang ringan sampai sedang misalnya hidrokortison, atau
mometason furoat. Pada kasus yang berat dapat diberikan potensi kuat,
tetapi setelah 1 minggu dosis diturunkan perlahan-lahan.
- Pelembab (moisturizing) Berbagai pelembab dapat digunakan, antara lain
gliserin, propilen glikol, urea, lanolin, vaselin, dan minyak tumbuhan.
- Antibiotik topikal. Digunakan bila terdapat infeksi sekunder ringan. Dipilih
antibiotik yang tidak digunakan pada terapi sistemik, yaitu golongan asam
fusidat 5%, mupirosin 2%, dan kombinasi neomisin-basitrasin-polimiksin B.
Pengobatan nonmedikamentosa
Pengobatan DA secara komprehensif dan holistik penting pada
penatalaksanaan DA, mengingat pengobatan lebih ditujukan untuk
mengendalikan penyakitnya. Edukasi pada pasien dan keluarga ditujukan untuk
meningkatkan kualitas hidup, cara menghindarkan diri dari alergen, iritan, faktor
lingkungan; dan memperbaiki kebiasaan hidup.
Kasus DA yang sukar diatasi atau rekalsitrans
Sebaiknya berkonsultasi dengan para ahlinya.
PITIRIASIS ALBA
Sebagian para ahli kulit beranggapan bahwa pitiriasis alba termasuk suatu
tanda atopi atau dermatitis atopik, sebagian lagi menyatakan suatu kelainan
tersendiri. Namun, sampai saat ini belum jelas penyebab yang sebenarnya.
Pitiriasis alba ditandai oleh banyak bercak hipogimentasi berbentuk oval batas
tidak jelas, bersisik, permukaannya rata, terdapat pada wajah yaitu di pipi,
permukaan ekstensor lengan, dan badan bagian atas. Permukaan agak kasar
tertutup oleh akuama halus. Lesi berdiameter 5 sampai 50 mm dalam jumlah
banyak. Pitiriasis alba muncul terutama pada usia antara 3 dan 16 tahun,
dan sampai 40% anak bisa terkena. Lesi tidak terasa gatal Dapat mengganggu
penampilan wajah, terutama bila berkulit gelap, sehingga diperlukan
pertolongan medis. Walaupun berlangsung lama, namun dapat menghilang
swasirna, dan dapat muncul kembali setelah beberapa tahun.
Pengobatan
Tidak ada pengobatan spesifik. Pengobatan simtomatik dengan oleum bergamot
15% yang dioleskan pada lesi di pagi hari, atau kortikosteroid potensi tingan.
Sebagai pencegahan dapat diberikan tabir surya.
17
Pengobatan
- Lingkaran setan dari gatal–garuk–likenifikasi harus dihentikan. Oleh karena-
nya pasien harus betul-betul paham untuk berhenti menggaruk!
- Salap coal tar atau pasta zinci yang mengandung coal tar dioleskan malam
hari untuk mengurangi rasa gatal.
- Pemasangan plester seng-adhesif bisa mencegah agar luka tidak digaruk dan
membantu menghentikan lingkaran setan tadi.
- Steroid topikal potensi tinggi, khususnya apabila dioleskan pada malam hari
dan kemudian dibalut dengan penutup berbahan plastik (misalnya dua kali
se-minggu) biasanya sangat efektif. Jangan gunakan oklusi (penutup) berbahan
plastik di area genital.
18 Gbr 11. Gambaran eritematosa
Gbr 10. Pada dorsum pedis
terdapat hiperpigmentasi dan dan hiperpigmentasi disertai
likenifikasi yang merupakan likenifikasi, menunjukkan fase
gambaran khas lesi. sub akut LSK.
10 11
DERMATITIS NUMULARIS
Dermatitis numularis merupakan suatu bentuk dermatitis dengan efloresensi
berbentuk papul dan vesikel dengan dasar eritematosa, berbentuk mata uang
(coin), berbatas tegas, umumnya mengenai tungkai bawah. Jumlah lesi dapat
satu atau lebih. Tempat predileksi lain adalah badan, punggung tangan dan
lengan bawah. Penyakit ini cenderung kambuh, bahkan ada yang timbul terus-
menerus. Puncak awitan pada usia 55-65 tahun dan 15-25 tahun.
Sering mengenai pasien dengan stigmata atopi, dan diduga infeksi ikut
berperan dengan ditemukannya peningkatan koloni Staphylococcus dan
mikrokokus pada lesi. Diagnosis berdasar gambaran klinis, dengan diagnosis
banding dermatitis kontak, dermatitis atopik, liken simpleks kronikus dan
dermatomikosis.
Pengobatan
- Bila lesi eksudatif, dilakukan kompres terbuka dengan larutan permanganas
kalikus 1/10.000. Setelah lesi kering dapat diberi kortikosteroid topikal potensi
sedang sampai berat, dan dapat dikombinasikan dengan preparat ter.
- Bila ada infeksi sekunder diberikan antibiotik sistemik.
19
12
DERMATITIS STATIS
Dermatitis stasis atau dermatitis hipostatik adalah salah satu jenis dermatitis
sirkulatorius. Biasanya dermatitis stasis merupakan dermatitis varikosum,
karena penyebab utamanya ialah insufisiensi vena.
Gejala subyektif ialah pruritus. Bila kemudian timbul ulkus stasis, maka akan
terasa nyeri. Pada permulaan tampak edema pergelangan kaki, terutama pada
sore hari sehabis bekerja. Hemosiderin ke luar dari pembuluh darah, sehingga
terlihat bercak-bercak hiperpigmentasi kecoklatan pada bagian medial
sepertiga tungkai bawah. Perlahan-lahan timbul dermatitis yang seringkali
madidans.
Bila timbul infeksi sekunder, maka teraba indurasi subkutan dan kulit di
atasnya berwarna coklat-merah. Karena terjadi bendungan serta atrofi kulit,
maka dengan mudah akan timbul ulkus. Faktor presipitasi timbulnya ulkus
stasis ialah trauma ringan dan infeksi sekunder.
Pengobatan
- Pengobatan kausatif terhadap gangguan sirkulasi dengan elevasi
tungkai atau menggunakan pembalut elastis.
20 Gbr 13. Pada maleolus - Bila lesi eksudatif, dilakukan kompres terbuka dengan permanganas
medialis kiri ditemukan
kalikus 1/10.000. Setelah lesi kering dapat diberi kortikosteroid topikal
lesi eritematatosa dan
hiperpigmentasi disertai potensi ringan sampai sedang, dan dapat dikombinasikan dengan
varises yang merupakan - preparat ter.
kelainan khas bagi Bila ada infeksi sekunder diberikan antibiotik sistemik.
dermatitis ini.
13
PITIRIASIS ROSEA
Pitiriasis rosea merupakan suatu eksantema peradangan yang ringan, yang
belum diketahui penyebabnya Diduga merupakan reaksi erupsi kulit terhadap
infeksi virus. Sering terjadi pada anak-anak dan remaja, walaupun dapat
ditemukan pada semua usia. Seringkali didahului dengan fase yang tampaknya
seperti flu.
Gejala klinis diawali dengan adanya bercak induk atau mother patch atau
Herald patch, yang terdapat di lengan atas atau badan. Lesi eritem berukuran
numuler dengan tepi lebih merah dan bersisik halus. Kemudian diikuti lesi
yang lebih kecil di badan dan tersusun sejajar dengan garis lipatan kulit,
membentuk pola pohon cemara. Lesi ini biasanya tidak sakit maupun gatal,
dan akan swasirna dalam waktu 2 bulan.
Perlu dibedakan antara pitiriasis rosea dengan sifilis stadium II (sekunder),
untuk itu diperlukan pemeriksaan serologi untuk sifilis.
Pengobatan
Pengobatan bersifat simtomatik, karena penyakit bersifat swasirna. Losio
kalamin atau bila perlu berikan antihistamin untuk gatalnya. Losio, salap atau
krim urea 10% untuk kulit kering dan bersisik. 21
Penatalaksanaan
- Penjelasan tentang penyakit, jenis obat yang dapat mengatasi dan tersedia
di wilayah kerja, efek samping obat-obatan. Kompromi pengobatan
dengan pasien agar mendapat kepatuhan yang tinggi
- Psoriasis ringan bila luas lesi < 15% luas permukaan tubuh.
- Terapi topikal:
• Pelembab: vaselin album, urea 10%
• Ter likuor karbonis detergen 5-10%, (untuk kulit dan skalp) dan
asam salsilat 3% tidak boleh untuk daerah lipatan
• Kortikosteroid poten-superpoten (tidak lebih dari 50gram/minggu),
dalam waktu kurang dari dua minggu), untuk daerah lipatan pakai
kortiko-steroid lemah –sedang tergantung ketebalan lesi.
• Antralin 2%
• Kalsipotriol (vitamin D3 analog) topikal
• Tazaroten
- Lebih dari 15% atau bila rekalsitran
- Fototerapi UVB, PUVA
- Psoriasis berat
- Fototerapi: UVB/PUVA
- Pengobatan sistemik: metotreksat, asitretin, siklosporin, terapi biologik
(antara lain infliximab, alefacept, etanercept, dan efalizumab
15 Gbr 15. Bercak eritematosa
dan hipopigmen-tasi
lentikular, numular dan
plakat berbatas tegas
dengan skuama berlapis-
lapis, transparan dan
berwarna putih seperti mika
23
Pengobatan
Kasus dengan faktor konstitusi agak sukar disembuhkan. Faktor predisposisi
harus diatasi. Pengobatan topikal dapat diberikan kortikosteroid seperti hidrokor-
tison krim 2 kali sehari atau pemberian sulfur presipitatum 4-20%, resorsin 1-
3%, likuor karbonas detergens 2-5%, serta golongan azol. Pada kasus berat
24 dapat diberikan kortikosteroid sistemik, seperti prednison 20-30 mg sehari atau
antimikotik oral seperti ketokonazol 200 mg per hari.
17
18
Pengobatan
Golongan I : Prednison 3x10 mg sampai 4x10 mg sehari
Golongan II : Prednison 4x10 mg sampai 4x15 mg sehari, jika tampak perbaikan,
dosis diturunkan perlahan. Pada eritroderma psoriatika diberikan metotreksat
atau asitretin.
Pada keganasan dapat diberikan sitostatika seperti klorambusil 2-6 mg sehari.
Kelainan kulit perlu diberi emolien, seperti salap lanolin 10%.
25
19
Penatalaksanaan 20
- Usahakan agar sela jari kaki tetap
kering, bila perlu gunakan kapas
diantaranya
- Pemilihan terapi topikal atau
sistemik antara lain bergantung
pada luas lesi dan ada/tidaknya
kontraindikasi. Preparat topikal
yang dapat digunakan antara lain
golongan imidazol atau alilamin.
Obat topikal digunakan hingga 1
minggu setelah lesi sembuh.
TINEA KAPITIS
Dermatofitosis pada kulit kepala dan rambut ini umumnya menyerang anak
prapubertas. Jamur menyerang stratum korneum dan masuk ke folikel rambut
yang selanjutnya akan menyerang bagian luar atau sampai ke bagian dalam
rambut, bergantung pada spesiesnya. Ditandai rambut rontok yang patah di
atas permukaan kulit (bentuk gray patch) atau patah tepat di pangkal rambut
(bentuk black dot) dan kadang disertai peradangan ringan berupa papul,
pustul, sampai berat berupa kerion. Pengobatan memerlukan obat sistemik
kecuali ada kontra-indikasi, misalnya kehamilan. Peradangan yang berat dapat
meninggalkan alopesia permanen.Perlu dibedakan kemungkinan infeksi
bakterial sekunder.
21 Penatalaksanaan
- Perlu dilacak dan eradikasi sumber
penularan yang mungkin dari binatang
peliharaan atau orang lain yang terinfeksi.
- Griseofulvin 10-20 mg/kg berat badan per
hari selama 6 sampai 8 minggu.
28 - Untuk mempercepat eradikasi jamur dan
mencegah penularan perlu ditambahkan
penggunaan sampo antijamur, misalnya
selenium sulfida 1,8%, ketokonazol 2%
setiap hari.
- Obat alternatif: itrakonazol 100-200 mg/
hari atau terbinafin 62,5 mg-250 mg /hari
bergantung pada berat badan anak.
Gbr 21. Gray patch. 22
Alopesia, rambut suram
dan patah beberapa mm
di atas permukaan kulit
Gbr 22. Kerion.
Massa tumor dengan
pustul pustul dan
alopesia
TINEA KORPORIS
Tinea korporis atau tinea sirsinata adalah infeksi jamur golongan dermatofita
(berbagai spesies Trichophyton, Microsporum dan Epidermophyton) pada
badan, tungkai dan lengan dan mempunyai gambaran morfologi yang khas.
Pasien merasa gatal dan kelainan umumnya berbentuk bulat, berbatas tegas,
terdiri atas macam-macam efloresensi kulit (polimorf) dengan bagian tepi lesi
lebih jelas tanda peradangannya daripada bagian tengah. Beberapa lesi dapat
bergabung dan mem-bentuk gambaran polisiklis. Lesi dapat meluas dan
memberi gambaran yang tidak khas terutama pada pasien imunodefisiensi.
Pada kasus dermatofitosis dengan gambaran klinis tidak khas, diagnosis pasti
ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan penunjang berupa peme-riksaan
kerokan kulit dengan larutan KOH 10 - 20%.
Penatalaksanaan
- Menghilangkan faktor predisposisi, menganjurkan pasien mengusahakan
daerah lesi selalu kering dan memakai pakaian yang menyerap keringat.
- Bila menggunakan terapi topikal, pengobatan dilanjutkan hingga 1 minggu
setelah lesi sembuh.
- Jika lesi luas atau gagal dengan terapi topikal, dapat digunakan obat 29
oral seperti griseofulvin 500-1000 mg/hari (dewasa) atau 10-20 mg/
kgBB/hari (anak-anak) dosis tunggal selama 2-6 minggu atau
terbinafin 250 mg/hari (dewasa) selama 1- 2 minggu atau itrakonazol
2x100 mg/hr selama 2 minggu atau ketokonazol 200 mg/hr selama 10-14
hari.
Penatalaksanaan
- Menghilangkan faktor predisposisi, menganjurkan pasien mengusahakan
daerah lesi selalu kering dan memakai pakaian yang menyerap keringat.
- Bila menggunakan terapi topikal, pengobatan dilanjutkan hingga 1 minggu
setelah lesi sembuh.
- Jika lesi luas atau gagal dengan terapi topikal, dapat digunakan obat oral
seperti griseofulvin 500-1000 mg/hari (dewasa) atau 10-20 mg/kgBB/hari
(anak-anak) dosis tunggal selama 2-6 minggu atau terbinafin 250 mg/hari
(dewasa) selama 1- 2 minggu atau itrakonazol 2x100 mg/hr selama 2 minggu
atau ketokonazol 200 mg/hr selama 10-14 hari.
30
24
TINEA IMBRIKATA
Tinea imbrikata adalah dermatofitosis kronik rekuren disebabkan Trichophyton
concentricum. Di Indonesia penyakit ini ditemukan endemis di wilayah tertentu,
antara lain Papua, Sulawesi, Sumatra dan pulau-pulau bagian tengah
Indonesia Timur, terutama pada masyarakat terasing. Kerentanan terhadap
penyakit ini diduga diturunkan secara genetik dengan pola penurunan
autosomal resesif.
Gambaran klinis pada kulit berupa lingkaran-lingkaran konsentris terdiri atas
lesi papuloskuamosa, dengan stratum korneum yang lepas sisi bebasnya
menghadap ke arah dalam lesi, sehingga tampak tersusun seperti genting.
Pada keadaan kronik rasa gatal tidak menonjol.
Penatalaksanaan
- Penyakit ini relatif sukar diobati dan sering kambuh selama pasien berada
dilingkungan yang terkontaminasi jamur penyebab, misalnya lantai rumah,
alat tidur, baju, dsb.
- Griseofulvin micronized 500 mg per hari dapat menolong, tetapi kekambuhan
sangat tinggi dan cepat terjadi.
- Itrakonazol 100-200 mg per hari selama 4 minggu.
31
- Terbinafin 250 mg per hari selama 4 minggu.
- Pada anak-anak dosis perlu disesuaikan
25
Penatalaksanaan
- Itrakonazol 200 mg per hari selama 3-4 bulan, atau 400 mg per hari selama
seminggu tiap bulan untuk 3-4 bulan, baik untuk penyebab dermatofita mau-
pun kandida. Griseofulvin tidak lagi merupakan obat pilihan untuk tinea
unguium karena memerlukan waktu lama, sehingga kemungkinan terjadi
efek samping lebih besar, serta kurang efektif. Obat alternatif untuk tinea
unguium adalah terbinafin 250 mg/hari.
32 - Pengikiran kuku yang rusak disertai pemberian obat topikal, misalnya
krim /solusio golongan imidazol dan cat kuku siklopiroksolamin dapat
merupakan alternatif bagi pasien yang tidak dapat menggunakan obat
sistemik. Tetapi cara ini membutuhkan waktu lama dan efektivitasnya rendah.
26
Gbr 26.
Lempeng kuku
distrofik,
infiltrat
eritematosa dan
edema jaringan
sekitar.
PITIRIASIS VERSIKOLOR
Pitiriasis versikolor (panu) pada daerah punggung Merupakan penyakit jamur
superfisial kronik, umumnya tidak memberikan keluhan subjektif kecuali
secara kosmetik, dan banyak dijumpai pada usia belasan tahun. Nampak
bercak berskuama halus berwarna putih hingga hitam terutama dijumpai
bagian atas dada, lengan atas, tungkai atas, leher, muka hingga kulit kepala
yang berambut. Disebab-kan oleh flora normal kulit yaitu Malassezia spp yang
berubah menjadi patogen dipengaruhi oleh beberapa faktor predisposisi
misalnya suhu, kelembaban udara, keringat, defisiensi imun dan genetik
Sering ditemukan rekurensi terutama pada terapi inadekuat atau pasien yang
sulit menghilangkan faktor predisposisi.
Penatalaksanaan
- Pengobatan harus dilakukan secara menyeluruh, tekun dan konsisten. Obat
topikal berupa sampo lebih mudah digunakan untuk seluruh tubuh, kecuali
wajah dan genital, misalnya selenium sulfide 1,8%, 15-30 menit sebelum
mandi, 1x/hari, atau sampo ketokonazol 2%. Obat topikal lain adalah solusio
tiosulfas natrikus 25% dioleskan 2x/hari setelah mandi selama 2 minggu, dan
berbagai derivat imidazol, misalnya krim mikonazol. Pemakaian krim menyu-
33
litkan bila lesi luas.
- Pada kasus yang memerlukan pengobatan sistemik dapat digunakan keto-
konazol 200 mg/hari selama 10 hari. Itrakonazol 200 mg/hari selama 5-7
hari, disarankan untuk kasus kambuhan atau tidak responsif dengan terapi
lainnya.
- Rekurensi dapat dicegah dengan penggunaan obat topikal 2x/minggu atau
1x/bulan, atau sistemik ketokonazol 400 mg/hari sekali sebulan.
- Gejala sisa hipopigmentasi akan menghilang secara perlahan.
28
Penatalaksanaan
- Menghindari atau menghilangkan faktor predisposisi.
- Untuk lesi basah dapat digunakan kompres dengan larutan kalium
permanganas 1/5000 atau larutan Burowi selama 20-30 menit beberapa kali
sehari.
- Untuk selaput lendir larutan gentian violet 0,5-1% dioleskan sehari 2 kali
selama 3 hari.
- Obat topikal lainnya: Krim,salap dan emulsi nistatin; krim imidazol 2x/hari
untuk lesi kulit terbatas, dan imidazol supositoria1x/hari selama 1-3 hari
untuk kandidiasis vulvovaginalis.
- Bila diperlukan dapat diberikan terapi sistemik : flukonazol 50 mg/hari atau
150mg/minggu, atau itrakonazol 2x100 mg/hari atau ketokonazol 200 mg/
hari.
- Griseofulvin tidak efektif pada infeksi kandida.
29
35
Penatalaksanaan
- Kelainan ini sulit diobati dan kurang responsif terhadap berbagai antijamur
sistemik yang ada. Tumor dapat mengecil tetapi sering kambuh kembali.
- Obat yang dapat digunakan antara lain:
- Itrakonazol 200 mg/hari sampai perbaikan (3 bulan sampai 1 tahun).
- Flusitosin 150-200 mg/kg BB/hari dibagi 4 dosis.
36 - Terbinafin 250 mg/hari dilaporkan memberi manfaat pada beberapa
kasus.
- Kombinasi dengan pemanasan topikal dapat membantu,demikian juga
kombinasi dengan bedah beku.
31
ZIGOMIKOSIS SUBKUTAN
Adalah mikosis profunda yang pertama kali dilaporkan dari Indonesia.
Disebabkan oleh genus Basidiobolus,terutama oleh spesies Basidibolus
ranarum yang dapat ditemukan sebagai organisme komensal dalam intestin
reptil dan tumbuhan yang membusuk. Kelainan berupa nodus tanpa nyeri
yang perlahan membesar secara sentrifugal membentuk tumor yang teraba
keras seperti papan. Permukaan nodus sewarna kulit, kadang dengan eritema
keunguan di bagian tepi. Dapat ditemukan rasa gatal yang mengakibatkan
garukan. Kelainan terutama pada eks-tremitas, meskipun dapat juga pada
badan. Inokulasi jamur penyebab terjadi melalui trauma meskipun diduga juga
melalui gigitan nyamuk. Diagnosis berdasarkan pemeriksaan histopatologi,
ditemukan hifa tak bersepta dikelilingi massa eosinofilik.
Penatalaksanaan
- Solusio kalium yodida jenuh (KY) memberi hasil baik,diberikan 3X5 tetes
per hari kemudian dinaikkan sebanyak 5 tetes per hari sampai terjadi tanda
toksisitas antara lain mual,muntah, hiperlakrimasi,dan hipersalivasi.
Selanjutnya dosis diturunkan sampai di bawah dosis toksis dan
dipertahankan sampai gejala klinis hilang. 37
- Itrakonazol 100-200 mg/hari selama1 sampai 3 bulan juga memberi hasil
baik.
Gbr 32. Tumor datar keras di dada kanan, meluas, tepi
kebiruan
32
Blank page
INFEKSI BAKTERI
BAKTERI
Pengobatan
- Pengobatan non-medikamentosa termasuk menjaga kebersihan dan higiene
perorangan serta mengatasi faktor predisposisi.
- Topikal: bergantung pada stadium penyakit dan morfologi kelainan kulit,dapat
diberikan: 39
- Kompres terbuka:larutan permanganas kalikus 1/5000,larutan rivanol 1 ‰.
Diberikan pada keadaan akut, madidans dan krusta tebal serta lekat.
- Antibiotik topikal: salap/krim asam fusidat 2%, salap mupirosin 2%, salap
basitrasin dan neomisin, dioles 2x/hr
- Antibiotik sistemik: Penisilin G prokain dan semisintetiknya: amoksisilin, 30-
50 mg/kgBB/hr, 3x/hr; flukloksasilin, 50 mg/kgBB/hr, 4x/hr; atau dikloksasilin,
25 mg/kg BB/hr, 4x/hr, selama 7 hari. Dapat juga diberikan eritromisin, 30-50
mg/kgBB/hr, 3x/hr, selama 7 hari.
33
Penatalaksanaan
Pengobatan serupa dengan impetigo vesikobulosa
40
34
FOLIKULITIS
Folikulitis adalah radang folikel rambut.Penyebab utama adalah Staphy-
lococcus aureus. Kelainan kulit ini sering ditemukan pada iklim tropis dengan
tempat tinggal yang padat dan higiene buruk. Dikenal 2 bentuk folikulitis,
yaitu folikulitis superfisialis dan profunda. Tempat predileksi folikulitis
superfisialis adalah di daerah kulit kepala, dagu, ketiak dan ekstremitas.
Kelainan kulit diawali dengan pustul pada folikel rambut. Pustul pecah diikuti
pembentukan krusta. Erupsi papulopustular umumnya terlokalisir. Sering
disertai dengan keluhan pruritus. Folikulitis profuda berbentuk nodus
eritematosa, pada perabaan hangat dan nyeri.
Pengobatan
Pengobatan serupa dengan impetigo vesikobulosa
Penatalaksanaan
Bila lesi sedikit, cukup diberi antibiotik topikal, misalnya salap/krim asam fusidat
2%, salap mupirosin 2%, salap basitrasin dan neomisin. Bila lesi banyak atau
terdapat pembesaran kelenjar getah bening regional, dapat diberi antibiotik
sistemik seperti ampisilin, amoksisilin, eritromisin 30-50 mg/kg BB/hari, dibagi
3 dosis.
42
Pengobatan
- Kompres terbuka seperti (larutan permanganas kalikus 1/5000, larutan rivanol
1 ‰; atau yodium povidon 7,5% dilarutkan 10x)
- Krim/salap antibiotik (salap/krim asam fusidat 2%, salap mupirosin 2%, salap
basitrasin dan neomisin).
- Antibiotik sistemik dapat diberikan antara lain ampisilin,amoksisilin, eritromisin
30-50 mg/kg BB/hari, dibagi dalam 3 dosis.
37
ERISIPELAS
Erisipelas adalah infeksi akut epidermis dan dermis yang biasanya disebabkan
oleh Streptococcus β hemolyticus dan dapat mengenai semua golongan usia.
Gejala utamanya berupa edema, eritematosa berwarna cerah, berbatas tegas,
pinggirnya meninggi, disertai tanda radang akut, di atasnya dapat ditemukan
vesikel atau bula. Tempat predileksi di wajah dan ekstremitas, biasanya
didahului trauma. Pada umumnya disertai gejala konstitusi berupa demam,
malese, bahkan mual dan muntah. Bila tidak diobati dapat menjalar ke
sekitarnya, terutama ke arah proksimal. Bila sering residif di tempat yang
sama dapat terjadi elefantiasis.
SELULITIS
Selulitis adalah infeksi kulit yang menyerupai erisipelas, merupakan infeksi
akut oleh Streptococcus β hemolyticus. Perbedaannya ialah selain mengenai
epidermis dan dermis, juga mengenai subkutis. Gejala konstitusi dan tempat
predileksi sama dengan erisipelas, tetapi pada selulitis kelainan kulit berupa
infiltrat difus di subkutan disertai tanda radang akut.
44
Penatalaksanaan
- Untuk mempercepat penyembuhan pasien harus banyak istirahat baring
dengan elevasi tungkai yang terkena.
- Secara topikal dapat diberikan kompres terbuka dengan larutan antiseptik,
misalnya permanganas kalikus 1/5000 atau 1/10000, yodium povidon 7,5%
diencerkan 10x, atau rivanol 1 ‰.
Gbr 38. Erisipelas. Plak - Sistemik dengan antibiotik misalnya golongan penisilin, linkomisin,kllndamisin
eritematosa ukuran
plakat, batas tegas eritromisin, atau sefalosporin.
Gbr 39. Selulitis. Tumor
dengan kelima tanda 39
radang akut. Jika
dipalpasi terdapat
infiltra difus di
subkutan.
38
ABSES MULTIPEL KELENJAR KERINGAT
Kelainan ini merupakan infeksi kuman Stafilokokus di kelenjar keringat ekrin,
terutama dijumpai pada anak. Gambaran klinisnya berupa nodus seperti kubah
tanpa mata yang tidak nyeri, lama memecah, terletak di daerah yang banyak
berkeringat seperti dada, punggung atas, kepala bagian belakang dan bokong.
Pengobatan
Antibiotik sistemik dan topikal
HIDRADENITIS SUPURATIVA
Kelainan ini merupakan infeksi kuman Stafilokokus di kelenjar keringat
apokrin. Gambaran klinisnya berupa nodus dengan tanda radang akut yang
dapat melunak menjadi abses, memecah dan membentuk fistel, bersifat
menahun.Biasanya terdapat pada usia setelah akil balik sampai dewasa
muda. Kelainan ini sering didahului oleh trauma
Pengobatan 45
Antibiotik sistemik. Jika telah terbentuk abses dapat diinsisi. Pada kasus yang
kronis residif, kelenjar apokrin harus dieksisi.
Penatalaksanaan
Perlu diperhatikan keadaan umum bayi/anak berupa keseimbangan cairan/
elektrolit dan adanya sepsis. Pengobatan sistemik berupa antibiotik antara lain
kloksasilin 50mg/kg BB/hari; flukloksasilin 50 mg/kg BB/hari; sefalosporin 25-
50 mg/kg BB/hari, dibagi dalam 4 dosis.
46 Topikal diberikan antibiotik, seperti: salap/krim asam fusidat 2%, salap mupirosin
2%, salap basitrasin dan neomisin.
42
Pengobatan 47
- Penisilin benzatin 2,4 juta unit/intramuskular/minggu selama 3 minggu
- Bila alergi penisilin, dapat diberikan eritromisin 4 x 500 mg/oral/hari selama
4 minggu
43 Gbr 43. Papul-papul yang berkonfluensi
berbentuk arsinar dan sirsinar pada dahi,
disebut sebagai korona venerik.
Gbr 44. Lesi di perbatasan rambut berbentuk
papulo-skuamosa yang tidak gatal.
Gbr 45. Papulo-krustosa yang tidak gatal pada
telapak kaki, khas untuk sifilis stadium II
44
48
45
FRAMBUSIA
Termasuk penyakit treponematosis non seksual, menular, sering kambuh dan
dapat menyebabkan kecacatan. Disebabkan oleh T. pertenue yang secara
mikroskopik dan serologik sulit dibedakan dengan Treponema lainnya.
Berbeda dengan sifilis, penyakit frambusia ini tidak mempengaruhi susunan
saraf pusat dan juga tidak menimbulkan kelainan kongenital. Secara
epidemiologi penyakit ini termasuk penyakit tropis dan di Indonesia pada
awalnya ditemukan pada hampir seluruh propinsi khususnya pada daerah
yang lembab. Setelah dilakukan penanggulangan secara nasional pada awal
tahun lima puluhan, penyakit ini sudah jarang ditemukan. Akan tetapi akhir-
akhir ini ternyata masih ditemukan beberapa kantong frambusia terutama di
Indonesia bagian timur.
Penyakit ini terutama menyerang anak-anak dibawah umur 15 tahun, pria
lebih banyak dari wanita, juga umumnya pada tingkat sosio-ekonomi rendah.
Secara epidemiologi dapat ditemukan dalam bentuk stadium dini dan stadium
lanjut dengan jarak waktu sekitar 5 tahun. Secara klinis dibedakan dalam
bentuk stadium primer, sekunder dan tersier. Stadium dini ditandai dengan
lesi berbentuk makulo papular/papiloma/papulo krustosa yang agak
membasah/eksudatif, sedangkan stadium lanjut lesinya kering dan berbentuk
ulkus. 49
Secara klinis stadium primer berupa papula /papulokrustosa soliter yang
dikenal sebagai mother yaws. Stadium sekunder bentuk kelainan seperti
mother yaws tapi jumlahnya lebih banyak dan terutama pada lubang tubuh
berbentuk cincin (ring worm yaws). Stadium tersier berbentuk guma dengan
ulkus serpiginosa dan dapat meninggalkan jaringan parut yang khas. Diagnosis
ditegakkan terutama berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan serologik
dan bila perlu dengan pemeriksaan histopatologik.
Pengobatan
Pengobatan dengan penisilin dosis 2,4 juta unit dosis tunggal
47 48
49
50
51
52
53
2. Kusta multibasilar
- Rifampisin 600 mg dan klofazimin (lampren) 300 mg sekali sebulan dalam
pengawasan, ditambah dapson 100 mg tiap hari dan klofazimin (lampren)
50 mg tiap hari selama 12 bulan.
- Bila makan obat tidak teratur, dosis 12 bulan yang diselesaikan dalam 18
bulan masih dapat diterima.
- Selalu perhatikan komplikasi !.
54 55
53
60 61
62 63
55
64
65
68
69
70 71
KOMPLIKASI KUSTA
Komplikasi kusta ialah reaksi kusta yang dapat menyebabkan kerusakan
saraf dan gejala sisa akibat kerusakan saraf tersebut; kehilangan sensibilitas
dan kehilangan kekuatan otot, dengan akibat ulserasi dan deformitas
REAKSI
Terdapat 2 tipe reaksi yang dapat dikenali, yaitu Reaksi Reversal (RR) dan
Eritema Nodosum Leprosum (ENL). Simtom RR dapat berupa lesi lama yang
lebih udem dan eritematosa, dapat muncul lesi baru, pembesaran saraf tepi
disertai nyeri dengan peningkatan gangguan fungsi, dan kadang-kadang disertai
pembengkakan akral. Reaksi ENL mempunyai bentuk karakteristik, berupa
nodul-nodul eritematosa yang terasa sakit, dan timbul mendadak. Pasien
umumnya merasa sakit. Sarafpun dapat nyeri. Kadang-kadang terjadi arthritis,
limfadenitis, orkitis, iridosiklitis dan glaukoma yang dapat diikuti dengan
kebutaan. Keterlibatan berbagai organ tersebut dapat terjadi terpisah atau
secara bersamaan.
75
58
77
Penatalaksanaan komplikasi kusta
Reaksi Reversal
- Prednisolon dengan dosis awal 40 mg/hari. Bila ada perbaikan diturunkan
berturut-turut menjadi 30 mg, 20 mg, 15 mg, 10 mg dan 5mg/hari setiap 2
minggu.. Bila dalam penurunan dosis tidak ada perbaikan/memburuk, dosis
dapat dipertahankan/dinaikkan.
- Pastikan bahwa pengobatan dapat dilanjutkan sesuai dengan waktu
- Periksa adanya infeksi terkait (tuberculosis dan strongiloides)
Penatalaksanaan
Pengobatan dengan obat antituberkulosis, digunakan kombinasi tiga obat,
misalnya INH (untuk anak 10 mg/kg BB; untuk dewasa 5 mg/kg BB, biasanya
400 mg per hari), rifampisin (10 mg/kgBB), dan pirazinamid (20-35 mg/kgBB).
Pirazinamid bersifat hepatotoksik, sehingga hanya diberikan selama dua bulan.
Bila belum sembuh diganti dengan obat antituberkulosis yang lain. Obat yang
lain ialah etambutol (bulan I/II 25 mg/kg BB, berikutnya 15 mg/kg BB) dan
60 streptomisin (25 mg/kg BB).
78
INFEKSI HIV
Penyakit kulit yang berkaitan dengan HIV dapat timbul di sepanjang perjalanan
penyakit infeksi HIV pada 90% pengidapnya. Pada waktu terjadi serokonversi,
dapat timbul eksantema bersamaan dengan demam dan gejala konstitusi.
Setelah serokonversi akan terjadi masa infeksi HIV asimtomatik. Herpes
zoster pada awal gejala klinis yang terjadi padakelompok usia muda (di bawah
50 tahun) sangat erat kaitannya dengan infeksi HIV. Dermatitis seboroik kronis
dan parah dapat juga timbul sebagai manifestasi dini. Selain itu, manifestasi
kulit pada infeksi HIV antara lain adalah moluskum kontagiosum, erupsi pruritik
papular, infeksi herpes simpleks atau human papilloma virus yang parah,
infeksi bakteri yang parah, infeksi mikobakteria dan jamur dan sarkoma
Kaposi. Infestasi seperti skabies biasanya lebih parah. Reaksi simpang akibat
obat sangat umum ditemukan pada infeksi HIV.
Penatalaksanaan
- Bibir:
- Kumur-kumur dengan antiseptik misalnya klorheksidin 3-4 kali/hari.
- Pemberian asiklovir topikal 5 kali sehari.
- Herpes genital:
- Larutan betadin atau kalium-permanganat untuk rendam duduk 3 kali sehari
- Asiklovir oral:
Lesi primer: 5 x 200 mg/hari atau
3 x 400 mg/hari selama 7 hari
Lesi rekuren: 5 x 200 mg/hari atau
3 x 400 mg/hari selama 5 hari
82 81
83
63
65
Gambar 84. Tampak
papul multipel dengan
permukaan verukosa
pada daerah anal.
85
86
87
67
Pengobatan
- Bila nyeri dapat diberikan analgesia dengan NSAID, misalnya mefenamic
68 acid 500 mg, indometasin 25 mg 3 kali sehari atau ibuprofen 400 mg 3
kali sehari.
- Antibiotik bila mengalami infeksi yang merupakan penyebab utama
timbulnya jaringan parut atau keloid.
- Gunakan bedak kalamin atau phenol-zinc lotion untuk fase vesikular.
- Apabila mengenai mata, konsultasikan ke klinik mata.
- Bila tersedia, gunakan asiklovir 800 mg 5 kali sehari selama seminggu.
atau obat antivirus lainnya (misalnya famsiklovir/valasiklovir). Diberikan
pada fase awal munculnya penyakit.
Bila mengalami Postherpetic neuralgia, dapat diberikan:
- Fenol 3-5% dalam bentuk krim
88
atau salap, 2-6 kali sehari
- Amitriptilin 10-25 mg/hari pada
malam hari, atau gabapentin 100-
300 mg/hari.
Penatalaksanaan
Sebenarnya sebagian veruka dapat mengalami involusi (sembuh) spontan
dalam masa 1 atau 2 tahun. Pengobatan dapat berupa tindakan bedah atau
nonbedah. Tindakan bedah antara lain bedah beku N2 cair, bedah listrik dan
bedah laser. Cara nonbedah antara lain dengan bahan keratolitik, misalnya
asam salisilat; bahan kaustik misalnya asam triklorasetat, dan bahan lain
misalnya kantaridin.
69
Gbr. 89. Papul papul datar dengan permukaan kasar atau verukosa,
sebagian berkonfluensi di lengan
89
MOLUSKUM KONTAGIOSUM
Moluskum kontagiosum adalah penyakit yang disebabkan oleh virus poks.
Penyakit ini terutama menyerang anak-anak, kadang-kadang orang dewasa.
Secara klinis ditemukan papul-papul berbentuk kubah, berwarna putih seperti
lilin,dengan lekukan pada permukaannya (delle), berisi massa yang
mengandung badan moluskum. Tempat predileksi adalah di daerah muka,
badan, dan ekstremitas. Sedangkan pada orang dewasa dapat ditemukan di
daerah pubis dan genitalia eksterna. Kelainan ini bersifat swasirna. Prinsip
pengobatan adalah mengeluar-kan massa yang mengandung badan
moluskum.
Pengobatan
- Enukleasi menggunakan jarum dan pinset
- Solusio kantaridin
- Elektrokauterisasi
- Bedah beku dengan CO2, N2O
70
90
CREEPING ERUPTION
Kelainan ini merupakan peradangan disebabkan oleh invasi larva cacing
tambang Ancylostoma brazilienze dan Ancylostoma caninum. Masuknya larva
ke kulit biasanya disertai rasa gatal dan panas, mula-mula berbentuk papul,
kemudian diikuti bentuk yang khas yaitu berbentuk linier atau berkelok-kelok,
menimbul dengan diameter 2-3 mm, dan berwarna kemerahan, selanjutnya
membentuk terowongan (burrow) mencapai panjang beberapa cm. Tempat
predileksi di tungkai, telapak kaki, tangan, anus, bokong dan paha atau bagian
tubuh yang kontak dengan tempat larva berada.
Pengobatan
- Albendazol 400 mg 3 hari berturut-turut
- Cryotherapy menggunakan CO2 snow (dry ice) dengan penekanan selama
45" sampai 1’, 2 hari berturut-turut
Atau dengan menyemprotkan kloretil sepanjang lesi.
71
91
Pengobatan
- Belerang endap (sulfur presipitatum) dengan kadar 4-20% dalam bentuk
salap atau krim, digunakan selama 3 hari berturut-turut
- Krim permetrin 5% dioleskan selama 8 jam, dievaluasi seminggu kemudian
- Krim atau losio gameksan 1%, pemberian cukup sekali
72 - Emulsi benzil benzoat 20-25% diberikan setiap malam selama 3 hari
berturut-turut.
92 Gbr 92. Papul
dan vesikel
eritematosa
serta krusta
pada tangan
anak dan
papul
eritematosa,
ekskoriasi
pada tangan
ibu.
Pengobatan
Pengobatan bertujuan memusnahkan semua kutu dan telur serta mengobati
infeksi sekunder. Pengobatan terbaik dengan malathion 0,5% atau 1% dalam
bentuk losio atau spray. Di Indonesia, obat yang mudah didapat adalah gamek-
san 1% dioleskan dan didiamkan 12 jam lalu dicuci dan disisir dengan serit.
Dapat diulang seminggu kemudian. Pilihan lain adalah emulsi benzil benzoat
25% dipakai dengan cara yang sama.
Pada keadaan infeksi sekunder yang berat dapat diobati dengan antibiotik
sistemik dan topikal.
Pengobatan
- Sebaiknya rambut kelamin dicukur. Pakaian dalam direbus atau diseterika.
- Pasangan seksual harus diperiksa dan diobati
- Pengobatan dengan krim gameksan 1% atau emulsi benzil benzoat 25%
yang dioleskan dan didiamkan selama 24 jam. Pengobatan dapat diulang
4 hari kemudian
95
ALERGI-IMUNOLOGI
PEMFIGUS VULGARIS
Pemfigus vulgaris merupakan penyakit berlepuh autoimun yang mengenai
kulit dan mukosa. Ditemukan sebanding pada wanita dan pria. Usia awitan
adalah antara 50-60 tahun.
Lesi awal adalah lepuh kendur yang dapat ditemukan pada seluruh bagian
tubuh. Biasanya lepuh timbul pada kulit yang tampak normal. Lepuh cepat
pecah meninggalkan erosi yang cenderung meluas ke tepi dan dapat disertai
krusta yang melekat lama. Tanda Nikolsky positif. Lesi kulit lebih sering terasa
nyeri dibanding gatal.
Pada kebanyakan kasus disertai keterlibatan mukosa. Paling sering terkena
adalah mukosa oral dan ditemukan pada hampir seluruh kasus pemfigus
vulgaris; bahkan sering sebagai satu-satunya tanda klinis. Lesi mukosa dapat
mendahului lesi kulit.
75
Pengobatan
Kortikosteroid sistemik merupakan obat pilihan utama. Untuk dapat mengontrol
penyakit dibutuhkan dosis awal yang cukup tinggi. Kebanyakan kasus memberi
respons yang baik dengan prednison 1-2mg/kgBB/hari dalam dosis terbagi.
Penggunaan kortikosteroid sistemik secara dramatis memperbaiki prognosis,
meskipun demikian pemfigus vulgaris masih merupakan penyakit dengan
morbiditas dan mortalitas yang bermakna.
Pengobatan
Pemfigoid bulosa yang tidak luas dapat diobati dengan kortikosteroid topikal.
Pada yang lebih luas diberikan prednison oral dengan dosis 40-60 mg/hari.
Tetrasiklin dan nikotinamid digunakan sebagai terapi ajuvan.
76
97
B. PENYAKIT OTOIMUN
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan awal yang sangat penting adalah mencari kemungkinan ada-
nya keterlibatan sistemik. Pasien dianjurkan untuk menghindari pajanan sinar
ultraviolet dari matahari atau sumber artifisial lain dengan cara menggunakan
pakaian yang terbuat dari bahan tenunan padat, topi yang lebar, serta tabir
surya spektrum luas dengan SPF minimal 15. Lesi diobati dengan kortikosteroid
topikal potensi sedang-poten-superpoten. Penggunaan antimalaria antara lain
klorokuin dengan dosis 4mg/kg BB/hari, efektif untuk lesi LE kutan. Karena
risiko retinopati yang mungkin terjadi, maka pemantauan oftalmologis harus
dilakukan sebelum pengobatan dimulai dan diulang setiap 3 bulan.
98
Pengobatan
Tidak ada pengobatan yang memberikan hasil memuaskan, dianjurkan untuk
menggunakan kamuflase dengan cover mask. Pengobatannya tergantung
pada usia, lokasi lesi, tipe vitiligo, lama dan luasnya penyakit. Tipe segmental
dan mukosal merupakan tipe yang resisten terhadap pengobatan. Pada tipe
lain dapat diberi metoksalen oral atau topikal yang dikombinasi dengan sinar
matahari atau UVA. Alternatif lain dengan menggunakan Narrow band - UVB.
Kortikosteroid potensi tinggi dapat diberikan pada lesi vitiligo yang kurang
dari 6 bulan. Perkembangan terakhir digunakan kalsipotriol topikal saja atau
dengan kombinasi UVA.
99
78
100
ERUPSI EKSANTEMATOSA
Disebut juga erupsi makulopapular atau erupsi morbiliformis. Penyebaran lesi
umumnya generalisata dan simetris, terdiri atas makula eritematosa yang
berkonfluensi, dapat disertai atau tanpa papul, dan biasanya tidak melibatkan
wajah dan telapak. Lesi dapat disertai pruritus, demam dan malaise. Keadaan 79
ini sulit dibedakan dengan infeksi virus yang juga menimbulkan ruam
eksantematosa. Untuk menentukan obat penyebab, dapat dilakukan uji tempel
dan uji provokasi oral.
Pengobatan diberikan secara simtomatik setelah menghentikan obat tersangka.
101
Pengobatan
Gbr 102 Makula Pengobatan meliputi penghentian obat tersangka dan umumnya lesi akan
hiperpigmentasi menyembuh dalam waktu 1 minggu. Penggunaan kortikosteroid sistemik
kebiruan dengan batas biasanya tidak diperlukan kecuali pada eksantema fikstum bulosa yang cukup
tegas, di sekitarnya
eritema. Pada sebagian luas.
lesi, di atasnya terdapat
80 bula multipel konfluens.
102
URTIKARIA / ANGIOEDEMA
Urtikaria biasanya generalisata, simetris dan terdiri atas urtika yang gatal
dan merah. Bila terjadi pada lapisan dermis yang lebih dalam, atau pada
jaringan subkutis, akan timbul angioedema. Ukuran dan bentuknya bermacam-
macam dan setiap lesi hanya bertahan beberapa jam, umumnya tidak melebihi
24 jam. Yang harus diwaspadai adalah terjadinya syok anafilaksis. Pada
beberapa keadaan, uji tusuk terhadap obat tersangka dapat membantu
menentukan penyebab urtikaria. Selain penghentian obat tersangka,obat
pilihan adalah antihistamin dan antipruritus topikal. Bila lesi luas atau disertai
angioedema, diberikan kortikosteroid sistemik jangka pendek.
DERMATITIS MEDIKAMENTOSA
Disebut juga erupsi eksematosa, dan biasanya terjadi bila sensitisasi
berlangsung secara topikal. Namun pada beberapa kasus, erupsi ini juga
dapat timbul tanpa sensitisasi topikal sebelumnya, sehingga pato-mekanisme
yang mendasarinya belum jelas. Gambaran klinis mirip dengan dermatitis
akut dengan lesi yang polimorf dan biasanya tidak terlalu parah. Sebagian
besar obat penyebab dapat ditentukan dengan uji tempel, dan bila uji tempel
negatif, dapat dilakukan uji provokasi oral. Pengobatan sama seperti derma- 81
titis pada umumnya, pemberian kortikosteroid topikal biasanya sudah cukup
efektif. Penyembuhan berlangsung lambat, umumnya 2-3 minggu setelah obat
penyebab dihentikan.
Gbr 104. Dermatitis
medikamentosa. Pada pipi,
Gbr 103. Urtikaria/angioudem. Seluruh wajah telinga dan leher tampak lesi
edematosa, terutama tampak jelas di kelopak polimorfi terdiri atas eritema,
mata dan bibir atas. Pada pipi kanan dan dagu papul berkelompok, skuama dan
tampak beberapa lesi urtika berukuran lentikular. hiperpigmentasi.
103 104
ERITEMA MULTIFORME / SINDROM STEVENS
JOHNSON / NEKROLISIS EPIDERMAL TOKSIK
Eritema multiforme ditandai dengan lesi target yang khas, disertai dengan
berbagai lesi lain misalnya makula, papul, vesikel dan bula. Delapan puluh
persen eritema multiforme tergolong dalam kelas minor karena bersifat ringan,
swasirna dan tidak melibatkan lebih dari satu mukosa. Duapuluh persen kasus
merupakan eritema multiforme mayor dan identik dengan sindrom Stevens
Johnson / nekrolisis epidermal toksik. Klasifikasi Bastuji-Garin dkk (1993)
dibuat berdasarkan luasnya skin detachment, pada sindrom Stevens Johnson
kurang dari 10% dan pada nekrolisis epidermal toksik lebih dari 30%. Di antara
10% dan 30% merupakan bentuk peralihan. Hanya 10% eritema multiforme
yang disebabkan oleh obat, dan sisanya terjadi akibat infeksi atau penyakit
lain. Diagnosis dibuat berdasarkan anamnesis dan gejala klinis. Untuk mencari
obat penyebab dapat dilakukan uji tempel dan uji tusuk. Uji provokasi oral
yang merupakan baku emas pada erupsi obat tidak dilakukan pada eritema
multiforme mayor karena dapat membahayakan dan berakibat fatal.
Pengobatan
82 Eritema multiforme minor umumnya diatasi dengan terapi simtomatik, namun
dapat juga diberikan kortikosteroid sistemik jangka pendek misalnya prednison
30mg/hari selama 5-10 hari. Eritema multiforme mayor merupakan indikasi untuk
rawat-inap, pemberian kortikosteroid sistemik dosis tinggi dan terapi suportif
serta monitor yang ketat terhadap keseimbangan cairan, pencegahan infeksi,
nutrisi, perawatan kulit, mata dan mukosa yang terlibat.
105
107
Gbr 107.
Epidermolisis
yang luas pada
leher, dada dan
sebagian wajah.
Mukosa bibir
atas erosif dan
tertutup krusta
Blank page
DERMATOKOSMETOLOGI
LENTIGINOSIS
Merupakan makula berwarna gelap berukuran kecil dengan bentuk bulat
sampai dengan oval, berukuran < 5 mm. Dapat bermanifestasi di kulit
maupun membran mukosa
Penatalaksanaan
- Q Switched Nd:Yag (532 dan 1064 nm) dengan hasil memuaskan, dapat
terjadi hipoigmentasi sementara setelah 1 sampai 3 kali terapi. Lesi pada
wajah memberikan respons yang lebih baik dibandingkan lesi di badan dan
lengan.
- Q Switched Ruby & Q Switched Alexandrite
85
Gbr 108 dan 109. Makula hiperpigmentasi ukuran milier,
lentikuler, bentuk bulat/lonjong, sebagian tidak beraturan,
multipel, di daerah zigoma dan pipi bilateral
108 109
EFELID/FRECKLES
Merupakan makula kecoklatan (coklat terang sampai dengan gelap),
mengenai kulit yang terpajan sinar matahari, berukuran < 0,5 cm. Tidak
ditemukan pada membran mukosa. Warna bertambah jelas bila terpajan sinar
matahari. Dapat muncul pada masa kanak-kanak dan semakin bertambah
banyak pada musim panas.
Penatalaksanaan
Umum:
- hindari sinar matahari langsung (07.00s/d 16.00)
- gunakan tabir surya (SPF > 30)
- menghilangkan/mengurangi faktor etiologi atau predisposisi
Topikal:
- hidroquinon 2-5% (krim, gel, losio)
- asam retinoat 0,05%-0,1% (krim, gel)
- asam azeleat 20% (krim)
- asam glikolat 8-15% (krim, gel, losio)
110 Sistemik:
86 - asam askorbat
- glutation
Bedah kimia
Bedah laser :
- Q Switched Nd: Yag (532 nm)
- Q Switched Ruby & Q Switched
Alexandrite
Penatalaksanaan:
- hindari kemungkinan penyebab (bila telah diketahui)
- hindari sinar matahari langsung (07.00 s/d 16.00)
- gunakan tabir surya (SPF > 30)
88 - belum ada terapi melanosis Riehl yang efektif yang pernah dilaporkan
113 114
NEVUS OTA
Lesi berupa makula biru keabuan yang homogen sampai dengan warna coklat
keabuan. Umumnya unilateral (90%). Terdistribusi sepanjang cabang pertama
atau cabang kedua nervus trigeminus Banyak ditemukan pada etnis Asia
(bangsa Jepang 0,6-1%) Bermani-festasi pada saat lahir, sebanyak 50%,
sisanya muncul pada dekade ke-2 kehidupan. Wanita ditemukan lima kali
lebih banyak dibandingkan pria Glaukoma dihubungkan dengan nevus Ota
pada 10,3% kasus Nevus Ota yang dalam perjalanannya berkembang menjadi
melanoma maligna sangat jarang ditemukan.
Pengobatan
Q switched Ruby, Q switched Alexandrite atau Q switched Nd:YAG memberikan
hasil yang hampir seimbang
89
116
AKNE VULGARIS
Akne vulgaris merupakan peradangan kronis unit pilosebasea. Penyebabnya
multifaktor. Tempat predileksi pada wajah, leher, dada, punggung, bahu, dan
lengan atas. Keluhan berupa gatal +/-, nyeri, dan estetis. Efloresensinya
berupa komedo hitam (terbuka) dan putih (tertu-tup), papul, pustul, nodus,
kista, jaringan parut, dan pigmentasi.
Komedo merupakan lesi non inflamasi; sedangkan papul, pustul, nodus,
kista adalah lesi inflamasi.
Akne mempunyai 3 gradasi, yaitu:
- gradasi ringan : komedo < 20 atau lesi inflamasi < 15,
atau total lesi < 30
- gradasi sedang : komedo 20-100, atau lesi inflamasi 15-50, atau total lesi
30-125
- gradasi berat : kista > 5 atau komedo > 100, atau lesi inflamasi > 50,
atau total lesi > 125
Penatalaksanaan
90 Penatalaksanaan umum
Skin care
- Cuci muka 3x sehari dengan sabun pH balance
- Makanan: kurangi kalori, lemak, spicy food
- Kosmetik: kurangi bedak padat dan foundation (alas bedak )
Derajat ringan
1. Komedonal:
- Pilihan pertama : retinoid topikal: tretinoin krim
(0,025%, 0,05%, 0,1%), gel (0,025%)
- Alternatif : retinoid topikal alternatif: adaphalene gel 0,1%, tazarotene
gel 0,05%, 0,1% atau Azelaic acid krim 20% atau salicylic acid 2%
2. Papular/pustular
- Pilihan pertama: retinoid topikal: lihat akne komedonal + antimicrobial
topikal: klindamisin gel 1,2% dan sol 1,2% atau eritromisin sol 1%
- Alternatif: antimikrobial topikal alternatif +retinoid topikal alternatif:
lihat akne komedonal atau Azelaic acid krim 20%
117
118 119
Derajat berat
Nodular/konglobata :
- Pilihan pertama: isotretinoin oral: lihat akne derajat sedang nodular
- Alternatif: antibiotik oral dosis tinggi + retinoid topikal: lihat akne komedo
nal + BP
Terapi pemeliharaan
- Retinoid topikal: lihat akne komedonal atau keratolitik +/-BP (Benzoil peroksida
2,5-5%
- skin care (lihat penatalaksanaan umum)
120
92
Pengobatan
- Menghentikan kontak dengan agen penyebab
- Tretinoin topikal
121
93
Blank page
TUMOR KULIT
KULIT
KELOID
Keloid merupakan jaringan parut akibat luka atau trauma yang berkembang
berlebihan, menimbul dan melebihi ukuran luka atau trauma yang terjadi.
Kelainan ini berupa nodus atau tumor padat dengan kulit yang hipotrofi
sehingga nampak berkilat. Kadang-kadang keloid dapat terasa gatal atau nyeri.
Daerah predileksi untuk terjadinya keloid adalah badan bagian atas, lengan
dan leher. Keloid juga dapat terjadi spontan di daerah dada tanpa didahului
oleh trauma.
Pengobatan
Bila dilakukan tindakan eksisi, harus dihindari sebanyak mungkin kambuhnya
keloid sesudah tindakan, karena keloid mudah rekurens terutama bila dieksisi.
Ketika menutup luka eksisi dengan jahitan, sebaiknya regangan atau trauma
dan atau jepitan pada jaringan dikurangi. Pengobatan yang efektif adalah Gbr 122. Jaringan
dengan kombinasi bedah dan medis . Pengobatan yang pernah dicoba antara parut menimbul
lain: bebat tekan, gel silikon, kortikosteroid topikal oklusif/intralesi, interferon datar, melebihi bekas
luka, agak eritem 95
intralesi, dan obat sitotoksik misalnya: nitrogen mustard, metotreksat peroral
dengan permukaan
atau parenteral dan 5 fluorourasil intralesi. berkilat karena kulit
atrofi, di daerah
sternal.
122
HEMANGIOMA
Hemangioma adalah neoplasma vaskular jinak yang berasal dari kapiler dan
venul. Biasanya tumbuh dan berkembang sejak minggu-minggu pertama
kelahiran. Perjalanan penyakit ini biasanya dimulai dengan pertumbuhan
cepat, lalu diikuti dengan involusi perlahan sampai akhirnya sembuh total
pada sebagian besar kasus.
Hemangioma sering ditemukan di daerah kepala dan leher, agak jarang di
anggota gerak dan alat genital. Pada kelainan yang tumbuh lebih dalam,
perubahan di kulit baru terlihat sesudah beberapa bulan. Secara klinis kelainan
nampak berupa massa menimbul, berwarna merah terang dan biasanya
berbatas tegas. Bila letaknya lebih dalam akan berwarna kebiruan.
Pengobatan
Umumnya hemangioma akan berinvolusi spontan tanpa komplikasi dan tidak
perlu pengobatan. Dua puluh persen kasus dapat menjadi ulkus, tetap tumbuh
atau mengganggu fungsi vital (mata, hidung, saluran nafas) sehingga memer-
lukan pengobatan. Pengobatan yang dapat dilakukan adalah bedah Laser
terutama untuk hemangioma yang superfisial, kortikosteroid sistemik bila
mengganggu alat vital, interferon alfa bila kortikosteroid tidak berhasil.
96
Bedah beku dengan N2 cair/bedah eksisi dilakukan bila ukuran lesi tidak terlalu
besar atau bila lesi terpaksa harus diangkat atau tidak sembuh dengan peng-
obatan lain.
124
KARSINOMA SEL BASAL (KSB)
Karsinoma sel basal (KSB) merupakan neoplasma sel epitel, tumbuh
membesar perlahan, bersifat destruktif dan sangat jarang bermeta-stasis.
Kanker kulit ini merupakan jenis yang terbanyak. Lelaki sedikit lebih banyak
daripada perempuan. Umumnya ditemukan di atas usia 60 tahun. Tempat
predileksi tersering adalah pada daerah wajah. Manifestasi klinis berupa
benjolan atau bercak yang membesar perlahan. Pembagian klinis adalah:
1. KSB nodular, berupa papul atau nodus berkilat seperti lilin dengan
telangiektasis di atasnya. Sering berkembang menjadi ulkus dengan tepi
papul atau nodus berkilat (pearly border). Di Indonesia KSB nodular sering
berpigmen/berwarna hitam.
2. KSB morfea, berupa bercak indurasi, hipotrofi seperti jaringan parut.
3. KSB superfisial, berupa bercak eritematosa, erosif dengan skuama dan
krusta.
Pengobatan
Eksisi tumor dengan diameter kurang dari 2 cm, belum bermetastasis, dengan
irisan 4 mm di luar batas tumor. Bila pasien dengan kontra indikasi eksisi atau
menolak eksisi, dapat dilakukan radiasi tumor, bedah beku dengan N2 cair, 97
atau Imiquimod topikal. Tumor yang lebih besar di eksisi dengan irisan 1cm di
luar batas tumor.
125
Pengobatan
Eksisi tumor dengan ukuran diameter kurang dari 2 cm, belum bermetastasis,
dengan irisan 6 mm di luar batas tumor. Tumor yang lebih besar atau
bermetastasis dilakukan eksisi dengan irisan 1 cm di luar batas tumor. Dalam
hal ini perlu dilakukan kerjasama antar disiplin atau antar spesialis kulit, spesialis
bedah, spesialis onkologi medik dan penunjang medik seperti ahli patologi
98 anatomik atau lainnya.
126
MELANOMA
Melanoma adalah tumor kulit paling ganas yang berasal dari sel melanosit.
Tumor ini sangat mudah bermetastasis ke kelenjar getah bening (KGB) dan
bagian tubuh lainnya. Tumor ini dapat juga tumbuh di mukosa, retina dan
leptomening. Pembagian klinis secara garis besar dibagi menjadi nodular
melanoma, superficial spreading melanoma, lentigo maligna melanoma dan
acral lentiginous melanoma. Bentuk klinisnya adalah bercak/papul/nodus
hiperpigmentasi dengan warna tidak homogen, coklat, hitam, kebiruan, dan
kemerahan, dengan bentuk asimetris dan tepi tidak teratur. Bentuk dini
melanoma sesuai dengan ABCD (asymmetry, border irregular, color
variegation, diameter lebih dari 6 mm) harus diwaspadai supaya dapat diobati
dengan tepat, dengan demikian prognosis dapat diperbaiki.
Pengobatan
Biopsi pada lesi yang dicurigai sebagai melanoma, harus dilakukan eksisi intoto
dengan persiapan eksisi luas. Bila dipastikan bahwa lesi tersebut adalah
melanoma,maka dilakukan eksisi luas dengan tepi bebas tumor antara 1-2 cm.
Kerjasama antar disiplin atau antar spesialis kulit, spesialis bedah, spesialis
onkologi medik, dan penunjang dari patologi anatomik atau lainnya, sangat
99
diperlukan bila sudah terjadi metastasis ke KGB dan atau ke bagian lainnya.
Gbr 127. Lesi berbentuk nodus menimbul, berwarna hitam, batas difus di kaki dan jari II,
III dan IV.
127
Blank page
LAIN – LLAIN
AIN
Penatalaksanaan
Tidak ada pengobatan yang spesifik pada kelainan ini.
101
128
PRURIGO HEBRA
Di antara kelompok penyakit prurigo yang paling sering dijumpai di Indonesia
adalah prurigo Hebra.Patogenesis penyakit belum semuanya diketahui, namun
terdapat penurunan pola penyakit secara multifaktorial, artinya terdapat peran
multigen dan pengaruh lingkungan. Faktor luar yang paling berperan adalah
gigitan serangga terutama nyamuk dan kebersihan diri.
Keluhan utama rasa gatal, terutama setelah digigit serangga (nyamuk). Tempat
predileksi di kedua ekstremitas dan wajah, dapat meluas ke badan setelah
beberapa tahun. Lesi kulit menyebar simetris di ekstensor kedua lengan atau
tungkai, makin ke distal makin padat dan berat.. Gambaran klinis berupa
kelainan polimorfi, mula-mula terdapat papul eritematosa mirip gigitan
serangga (papular urtikaria). Papul prurigo biasanya berbentuk bulat mirip
kubah dan lebih nyata pada perabaan daripada dilihat. Di bagian puncak
terdapat vesikel miliar, mudah pecah bila digaruk, kemudian meninggalkan
krusta di atas papul tersebut. Kadang-kadang dapat disertai infeksi sekunder.
Terdapat pembesaran kelenjar getah bening di kedua bagian femoral yang
disebut bubo prurigo. Biasanya sembuh dengan meninggalkan bekas
hiperpigmentasi
102
Penatalaksanaan
Terapi medikamentosa dengan kortikosteroid topikal dan antihistamin sistemik.
Pada pasien dan keluarganya diberikan penyuluhan untuk menghindarkan
gigitan nyamuk, dengan cara berpakaian tertutup, memakai insect repellent,
semprotan nyamuk, kebersihan lingkungan, serta menjaga kebersihan diri
Penatalaksanaan
Pengobatan khusus tidak diperlukan, kecuali bila sangat gatal dan disertai infeksi
sekunder, dapat diberikan: antihistamin sedatif, misalnya: chlortrimeton (CTM)
0,34mg/kg BB/hari, dibagi 3 dosis. Antibiotik sistemik seperti ampisilin/ amoksi-
silin/eritromisin 30-50mg/kg BB/hari,3 kali pemberian. Yang penting jaga sirkulasi
103
udara yang baik, gunakan pakaian tipis dan menyerap keringat. Bila berkeringat,
sesering mungkin dibasuh menggunakan handuk basah, keringkan, baru diberi
bedak.
130
Pengobatan
104
Obat pilihan urtikaria adalah antihistamin AH1. Pada keadaan tertentu kadang-
kadang diperlukan kombinasi AH1 dan AH2. Bila terdapat angioedema atau
keterlibatan sistemik, diberikan kortikosteroid sistemik jangka pendek misalnya
prednison 20-40 mg/hari selama 5-10 hari. Sebagai terapi simtomatik dianjurkan
pemberian antipruritus topikal, misalnya liquor Faberi.
132
KONTRIBUTOR :
Emmy Sudarmi Sjamsoe-Daili: Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin –
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia / Cipto Mangunkusumo Hospital,
Jakarta – Indonesia
Sri Linuwih Menaldi: Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin –
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia / Cipto Mangunkusumo Hospital,
Jakarta – Indonesia
Alamat Korespondensi
Emmy_jlcp@yahoo.com