PEMICU 7 KELOMPOK 4
BLOK PENGINDERAAN
SEMESTER PENDEK
2015
KELOMPOK 4
Tutor :
dr. Rebekah Malik, MPd. Ked
dr.. Dewi Indah Lestari
NO NAMA NIM
1 Silvina Isditya 405080088 Ketua
2 Ludolfus Bartolomens 405080175
3 Christine Nathalia 405090210 Penulis
4 Megawati Liwang 405010289
5 NishaYulita 405011194
6 Felix Halim 405011204
7 Gina Indriana 405011215 Sekretaris
8 RianiLaurensia 405011221
9 Callista 405011229
10 Jochebet Irene 405011249
Aneka Penyakit di Kulitku
Seorang perempuan berusia 22 tahun datang ke dokter praktik
umum dengan keluhan utama bintil merah di wajah sejak 2 minggu
lalu. Bintil merah ini timbul juga di punggung atau dada saat
berkeringat. Saat liburan ke Eropa beberapa waktu lalu timbul flek
hitam di wajah terutama pada kedua tulang pipi dan sempat
membuat panik pasien. Lalu pasien memberikan krim pemutih atas
anjuran teman sehingga flek hitam memudar dan menjadi lebih
putih dari kulit sekitarnya.
Sebelumnya sering timbul bercak merah pada kedua lipat siku
dalam dan lutut belakang terutama saat terjadi perubahan musim,
pada kedua punggung kaki terutama timbul saat mau ujian. Setiap
kali pasien mengenakan jam tangan dari karet selalu timbul bercak
merah dan menghilang beberapa saat setelah jam tersebut dilepas.
Diketahui juga bahwa pasien sering timbul bercak merah di
sekitar bibir bila minum parasetamol ketika demam.
Apa yang dapat Saudara pelajari dari kasus ini?
Rumusan Masalah
1. Mengapa pasien timbul bintil merah di wajah dan di
punggung & dada saat berkeringat sejak 2 minggu lalu dan
apa diagnosis bandingnya?
2. Apa yang menyebabkan timbulnya flek hitam?
3. Mengapa setelah diberikan krim pemutih flek hitamnya
jadi lebih putih dari kulit sekitarnya?
4. Mengapa bercak merah pada kedua lipat siku dalam &
lutut belakang timbul saat perubahan musim dan kedua
punggung kaki saat mau ujian?
5. Mengapa timbul bercak merah setelah pakai jam karet?
6. Mengapa timbul bercak merah di sekitar bibir setelah
minum paracetamol saat demam?
Curahan pendapat
1. Di wajah : papul,eritema( acne vulgaris,dermatitis) ,di
punggung & dada : papul,eritema ( miliaria,impetigo
bulosa)
2. Sinar UV: hiperpigmentasi ( melasma,freckle,
hiperpigmentasi fase pasca inflamasi)
3. Hipopigmentasi : vitiligo, Pityriasis alba, Pityriasis
versicolor, Morbus Hansen tipe PB. Efek dari krim
pemutih karena mengandung merkuri yang dapat
merubah melanosit.
4. Dermatitis atopik, neurodermatitis,ichtyosis vulgaris.
5. Dermatitis kontak iritan,dermatiti kontak alergi
6. Alergi obat : fixed drug eruption, dermatiti perioral
Acne vulgaris
Wajah
Papul eritema Dermatitis
Miliaria
Dada, punggung
Impetigo bulosa
Hidradenitis
Papul eritem Neurodermatitis
Miliaria
Dermatitis
Vitiligo perioral
Hipopigmentasi
Kelainan
Pigmentasi
hiperpigmentasi
Melasma
Freckles
ACNE VULGARIS
Definisi Peradangan kronik dari folikel pilosebasea
Epidemiologi 85% adolescents, 10-17 thn (wanita), dan 14-19 thn (Pria), ≥25 tahun
Pria > wanita, genetik, ras Kaukasia(Eropa, Amerika)
Manifestasi • Predileksi: Muka, bahu, dada bagian atas, punggung bagian atas, leher, lengan
atas, glutea
• komedo(ada sumbatan sebum), papul (tdk radang), pustul, nodus, dan kista
(beradang)
Diagnosis Secara klinis & ekskohleasi sebum, histopatologis
Diagnosis Erupsi akneiformis, acne venenata, roasasea,dermatitis perioral
Banding
Patogenesis
• Perubahan pola keratinisasi dlm folikel (longgar padat sukar lepas dr
sal. tsb)
• Prod. sebum↑ unsur komedogenik & inflamatogenik penyebab lesi
akne↑
• Terbentuknya fraksi as. lemak bebas proses inflamasi folikel &
kekentalan sebum
• Peningkatan jumlah flora folikel proses kemotaktik inflamasi &
pembentukan enzym lipolitik pengubah fraksi lipid sebum
• Respon hospes pembentukan circulating antibodies memperberat
akne
• Hormon androgen , anabolik, kortikosteroid, gonadotropin, ACTH ↑ kel.
sebasea
• Stress psikik memicu kegiatan kelenjar sebasea (langsung / kel.
Hipofisis)
• F. lain: usia, ras, familial, makanan, cuaca/musim
Gradasi akne vulgaris
FKUI/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo :
Sistemik
•Antibakteri sistemik
•Obat hormonal menekan prod. Androgen & menduduki reseptor organ
target di kelenjar sebasea
•Vit. A (antikeratinisasi) & retinoid oral
• Antiinflamasi non-steroid
• Treatment
Pencegahan Menghindari terjadinya peningkatan lipid sebum & perubahan isi sebum:
Diet rendah lemak & KH
Melakukan perawatan kulit
Menghindari terjadinya faktor pemicu :
Hidup teratur, sehat, hindari stress
Penggunaan kosmetika secukupnya
Cegah terpacunya kelenjar minyak (alkohol, rokok, dll)
Menghindari polusi debu
Prognosis : baik, sembuh pd 30/40th
Patogenesis Acne Vulgari
• Faktor utamanya adalah folikular keratinisasi,
androgen, propionibacterium acne.
• Terdapat perubahan bentuk kertinisasi dari
pilosebaceous unit, yaitu keratinosit material jadi
lebih kental/padat dan menimbulkan sumbatan
sekresi dari sebum.
• Keratin Plugs ini disebut “comedones”
• Comedo pluging dan interaksi antara androgen
dan bakteri (P. acne) di Pilosebaceous unit yang
tersumbat ini memicu terjadinya inflamasi
Patogenesis Acne Vulgaris
• Androgen menstimulasi sebaseous glands
untuk meningkatkan produksi jumlah sebum.
• Bakteri mengandung lipase, akan mengubah
lemak menjadi asam lemak, dan menghasilkan
mediator proinflamasi (inter- leukin 1, tumor
necrosis factor TNF α)
• Asam lemak dan mediator proinflamasi
menyebabkan respon inflamasi yang steril ke
pilosebaceous unit
Patogenesis Acne Vulgaris
• Terjadi distended folikel dindingnya rusak, dan
isinya (sebum, lipids, fatty acids, keratin,
bacteria) akan masuk ke dermis dan
memprovokasi terjadinya inflamasi dan
respon terhadap benda asing (papule, pustule,
nodule)
• Ruptur plus adanya inflamasi yang intens bisa
menimbulkan scars.
LABORATORY EXAMINATION
Acne Vulgaris
• Tidak memerlukan Lab Exam, kecuali jika ada
kecurigaan Endocrine disorder, free
testosteron, follicle-stimulating hormone,dan
luteinizing hormone
• Dengan catatan : Majoritas pasien memiliki
level hormon yang normal
• Laboratory examinations
– Transaminases (ALT, AST), triglycerides, and
cholesterol levels
Dx •Pada kista, radang menghilang jaringan ikat
•Pemeriksaan ekskohleasi sebum : pengeluaran pembatas massa cair sebum + darah, jaringan
sumbatan sebum dengan komedo ekstraktor mati, dan keratin yang lepas
(sendok unna) •Pemeriksaan mikrobiologis
•Pemeriksaan histopatologis : sebukan sel •Pemeriksaan susunan dan kadar lipid
radang kronis di sekitar folikel pilosebasea permukaan kulit (skin surface lipids) kadar
dengan massa sebum di dalam folikel as. Lemak bebas↑
Th/ Mencegah erupsi (preventif) & menghilangkan jerawat (kuratif)
Topikal Sistemik
•Bahan iritan yang mengelupas kulit (peeling) •Antibakteri sistemik
•Antibiotika topikal mengurangi jumlah mikroba dalam •Obat hormonal menekan prod.
folikel (erythromycin & clindamycin) Androgen & menduduki reseptor
•Antiperadangan topikal, salap/krim ks ringan – sedang/ organ target di kelenjar sebasea
suntikan intralesi ks kuat pada lesi nodulo-kistik •Vit. A (antikeratinisasi) & retinoid
•Topical retionoids (tretinoin , tazarotene ,adapalene ) oral
•Etil laktat 10% menghambat pertumbuhan jasad renik • Antiinflamasi non-steroid
•Bedah kulit memperbaiki jaringan parut:
•Bedah skalpel meratakan sisi jar parut yg menonjol/ eksisi elips jar parut hipotrofik yg dalam
•Bedah listrik pada komedo tertutup pengeluaran sebum mudah
•Bedah listrik nodulo kistik drainase cairan isi cepat sembuh
•Bedah kimia as. Triklor asetat / fenol meratakan jaringan parut yang benjol
•Bedah beku bubur CO2 beku / N2 cair mempercepat penyembuhan radang
•Dermabrasi meratakan jar. Parut hipo & hipertrofi pasca akne yg luas
MANAGEMENT
Acne Vulgaris
MILD :
•Topical antibiotics (clindamycin and erythromycin)
day
•Benzoyl peroxide gels (2%, 5%, or 10%) day
•Topical retinoids (tretinoin, adapalene) 0.01% to 0.025%
to 0.05% cream/gel or liquid. Evening
•Combination therapy is best, using benzoyl peroxide –
erythromycin gels plus topical retinoids (tretinoin or
tazarotene gel, adapalene)
•Acne Surgery (ekstraksi komedo) berguna hanya ketika
dilakukan dengan benar dan setelah pretreatment
dengan retinoid topikal
MANAGEMENT
Acne Vulgaris
MODERATE :
•Most effective antibiotic is minocycline, 50 –
100 mg twice daily, or doxycycline, 50 – 100 mg
twice daily, and this is tapered to 50- mg/d saat
acne sudah berkurang.
•Intralesional triamcinolone (0.05 mL of a 3- to
5- mg/mL suspension) diindikasikan untuk
inflammatory cysts and nodules
MANAGEMENT
Acne Vulgaris
SEVERE :
• Isotretinoin di indikasikan untuk cystic or
conglobate acne or for acne refractory to
treatment.
• retinoid menginhibisi fungsi sebaceous gland
dan keratinization dan sangat efektif.
DERMATITIS
SISTEMIK :
• Kasus ringan : antihistamin
• Kasus akut dan berat : kortikosteroid
TOPIKAL :
• Dermatitis akut/basah (madidans) diobati secara basah (kompres
terbuka)
Subakut losio (bedak kocok), krim (diberikan pada daerah yang
berambut), pasta (diberikan pada daerah yang tidak berambut), atau
linimentum (pasta pendingin)
Kronis salep
• Makin berat/akut penyakitnya makin rendah presentase obat
spesifik
DERMATITIS KONTAK IRITAN (DKI)
Definisi Reaksi peradangan kulit nonimunologik, jadi kerusakan kulit terjadi langsung
tanpa didahului proses sensitasi
Epidemiologi Dapat diderita oleh semua orang dari berbagai golongan umur, ras dan jenis
kelamin
Etiologi Bahan yang bersifat iritan bahan pelarut, deterjen, minyak pelumas,
asam, alkali, dan serbuk kayu
Faktor • Lama kontak
Predisposisi • Kekerapan (terus menerus atau berselang)
• Adanya oklusi kulit lebih permeabel
• Gesekan
• Trauma fisis
•Suhu dan kelembaban lingkungan
Faktor resiko • Perbedaan ketebalan kulit di berbagai tempat perbedaan permeabilitas
(faktor • Usia (anak < 8 tahun, usia lanjut mudah teriritasi)
individu) • Ras ( kulih hitam > tahan daripada kulit putih)
• Jenis kelamin (>wanita )
•Penyakit kulit yang pernah/sedang dialami (ambang rangsang terhadap
bahan iritan menurun), misalnya dermatitis atopik
DERMATITIS KONTAK IRITAN (DKI)
Gejala Iritan akut gejala akut
Iritan lemah gejala kronis
Klasifikasi Berdasarkan penyebab dan pengaruh faktor resiko :
• DKI akut
• DKI lambat akut (acute delayed ICD)
• Reaksi iritan
• Kumulatif
• Traumateratif
• Eksikasi ekzematik
• Pustular
• Akneformis
• Noneritematosa
• Subyektif
Kategori mayor : DKI akut luka bakar kimiawi, DKI kumulatif
Kategori lain : DKI lambat akut, reaksi iritan, DKI traumatik, DKI eritematosa
dan DKI subyektif
KLASIFIKASI
Bentuk Keterangan
DKI akut • Etiologi : iritan kuat (larutan asam sulfat dan asam hidroklorid/basa kuat
natrium dan kalium hidroksida)
• Biasanya terjadi karena kecelakaan dan reaksi segera timbul
• Intensitas reaksi sebanding dengan konsentrasi dan lamanya kontak
dengan iritan, terbatas pada tempat kontak
• Gejala : kulit terasa pedih, panas, rasa terbakar, kelainan kulit eritema
edema, bula, mungkin juga nekrosis
• pinggir kelainan kulit berbatas tegas, asimetris
DKI akut • Gejala : sama dengan DKI akut, baru muncul 8 sampai 24 jam/lebih
lambat setelah kontak
• Etiologi : bahan iritan podifilin, antralin, tretinoin, etilen oksida,
benzalkonium klorida, asam hidrofluorat
DKI kumulatif • Paling sering terjadi
• Etiologi : kontak berulang – ulang dengan iritan lemah (faktor fisis,
misalnya gesekan, trauma mikro, kelembaban rendah, panas/dingin; juga
bahan, misalnya deterjen, sabun, pelarut, tanah, bahkan juga air)
• Terjadi karena kerjasama berbagai faktor
• Gejala klasik : kulit kering, eritema, skuamosa, lambat laun kulit tebal
(hiperkeratosis) dan likenifikasi, difus
KLASIFIKASI
Bentuk Keterangan
• Bila kontak terus berlangsung kulit dapat retak, seperti luka iris
• Keluhan : rasa gatal/nyeri karena kulit retak (fisur)
• Sering berhubungan dengan pekerjaan banyak ditemukan di tangan
• Resiko tinggi : tukang cuci, kuli bangunan, montir di bengkel, juru masak,
tukang kebun, penata rambut
Reaksi iritan • Merupakan dermatitis iritan subklinis pada seseorang yang terpajan
dengan pekerjaan basah, misalnya penata rambut dan pekerja logam
• Kelainan kulit monomorf : skuama, eritema, vesikel, pustul, dan erosi
• Umumnya dapat sembuh sendiri, menimbulkan penebalan kulit (skin
hardening), kadng dapat berlanjut menjadi DKI kumulatif
DKI traumatik • Kelainan kulit berkembang lambat setelah trauma panas/laserasi
• Gejala seperti dermatitis numularis
• Penyembuhan lambat, paling cepat 6 minggu
• Paling sering terjadi di tangan
KLASIFIKASI
Bentuk Keterangan
DKI noneritematosa • Merupakan bentuk subklinis DKI, ditandai perubahan fungsi sawar
stratum korneum tanpa disertai kelainan klinis
DKI subyektif • Disebut DKI sensori
• Kelainan kulit tidak terlihat, namun penderita merasa seperti
tersengat (pedih)/terbakar (panas) setelah kontak dengan bahan
kimia tertentu, misalnya asam laktat
DERMATITIS KONTAK IRITAN (DKI)
Keterangan
Histopatologik • Tidak karakteristik
• DKI akut :
Dermis vasodilatasi dan sebukan sel mononuclear di sekitar pembuluh
darah dermis bagian atas
Epidermis eksositosis diikuti spongiosis dan edema intrasel nekrosis
epidermal
• Keadaan berat : epidermis vesikel/bula ditemukan limfosit dan
neutrofil
Diagnosis • Didasarkan anamnesis dan pengamatan gambaran klinis
• DKI akut lebih mudah diketahui karena munculnya lebih cepat
• DKI kronis lebih lambat serta variasi gambaran klinis yang luas sulit
dibedakan dengan dermatitis kontak alergik
Terapi • Non farmokologi : menghindari pajanan bahan iritan, baik yang bersifat
mekanik, fisis maupun kimiawi serta menyingkirkan faktor yang
memperberat dilakukan sembuh tanpa pengobatan. Cukup dengan
pelembab untuk kulit kering
DERMATITIS KONTAK IRITAN (DKI)
Keterangan
Terapi • Farmakologi : peradangan kortikosteroid topikal, misalnya
hidrokortison atau untuk kelainan yang kronis dapat diawali dengan
kortikosteroid yang lebih kuat
Prognosis • Bila bahan iritan penyebab dermatitis tersebut tidak dapat disingkirkan
dengan sempurna prognosis kurang baik
• Sering terjadi DKI kronis yang penyebabnya multifaktor, juga pada
penderita atopi
Pencegahan • Memakai alat pelindung diri yang adekuat diperlukan bagi mereka yang
berkerja dengan bahan iritan
Dermatitis Kontak Alergik
Epidemiologi •Terjadi pada seseorang yang telah mengalami sensitisasi terhadap suatu
alergen.
•Lebih sedikit dari dermatitis kontak iritan.
•Hanya mengenai pada orang yg keadaan kulitnya sangat peka
(hipersensitif).
Etiololgi •Bahan kimia sederhana, dgn BM rendah (<1000 dalton).
•Alergen yg belum diproses (hapten), lipofilik, sangat reaktif.
•Dapat menembus stratum korneum sel epidermis.
Patogenesis •Cell-mediated immune response
•Reaksi imunologik tipe IV (tipe lambat)
•Hanya individu yg telah mengalami sensitisasi dapat menderita dermatitis
kontak alergik
Gejala •Gatal
•Akut : Bercak eritematosa dgn batas jelas, edema, papulovesikel, vesikel
atau Bula pecah erosi & eksudasi (basah)
•Kronik : Kulit kering, berskuama, papul, likenifikasi, fisur, batas tidak jelas
Faktor Predisposisi
Diagnosis
Anamnesis Pemeriksaan Fisis
Kontaktan yang dicurigai Melihat lokasi & pola kelainan kulit
- ketiak deodoran
- pergelangan tangan jam tangan
- kedua kaki sepatu/sandal
Riwayat pekerjaan Uji tempel
Hobi
Obat Topikal yang pernah digunakan
Obat sistemik
Kosmetika
Bahan-bahan yang menimbulkan alergi
Penyakt kulit yang pernah dialami
Riwayat atopi
Diagnosis Dermatitis Kontak Iritan uji tempel
Banding Dermatitis Atopik
Dermatitis Numularis
Dermatitis Seboroik
Psoriasis
Definisi suatu penyakit kulit yang ditandai oleh adanya beruntus-beruntus merah di sekitar mulut
Wanita berusia 16 – 45 tahun
Anak – anak berusia 7 bln – 13 tahun
Etiologi Obat (cth : kortikosteroid)
Kosmetik
Faktor fisik (sinar UV, panas, udara)
Faktor mikrobiologi
Faktor Hormon
• Systemic
– Minocycline or doxycycline
• 100 mg daily until clear, then 50 mg daily for another 2
months
– Tetracycline
• 500 mg twice daily until clear 500 mg daily for 1 month
250 mg daily for an additional month
Treatment
Farmako
1.Antibiotik topical : Topical Clindamycin 1% ( untuk HS ringan )
2.Antibiotik sistemik : Minocycline 100 mg/hari, Doxycycline 100 mg/hari, Clindamycin 2x
300 mg/ hari dapat digunakan untuk HS ringan dan HS sedang. Terkadang dapat terjadi
kekambuhan ketika terapi distop.
3.Terapi hormonal : Anti androgen Cyproteron acetate dengan ethinyloestradiol (untuk
wanita ). Dosis tinggi Cyproteron acetate ( 50-100 mg) dikombinasi dengan pil kontrasepsi
diminum pada hari 5-14 siklus menstruasi.
4.Retinoid : Terapi dengan isotretinoin untuk pasien dengan HS sedang
5.Imunosupresi : Prednisolone sering digunakan untuk mengatasi peradangan, tetapi
apabila obat dihentikan HS dapat berulang kembali. Kortikosteroid sistemik mempunyai
beberapa efek samping yang serius, oleh karena itu sebaiknya tidak digunakan dalam jangka
waktu lama.
6.Pembedahan : Incisi dan drainage, setelah pembedahan kekambuhan dapat terjadi dalam
periode 7 tahun
NAPKIN ECZEMA
Definisi Kelainan kulit berupa ruam di daerah yang tertutup popok yaitu di alat kelamin, di
sekitar anus, pantat, pelipatan paha dan perut bagian bawah
Peradangan ini disebabkan oleh overhidrasi kulit, maserasi, dan kontak yang
terlalu lama dengan urin, feses serta sabun yang masih tertinggal pada popok
Epidemiologi bayi dan anak di bawah usia 3 tahun(puncak insiden 9-12 bulan).
Predisposisi •Iritasi atau gesekan antara popok dengan kulit.
•Faktor kelembaban.
•Kurangnya menjaga hygiene. popok jarang diganti atau terlalu lama tidak segera
diganti setelah pipis atau BAB (feces).
•Infeksi mikro-organisme (terutama infeksi jamur dan bakteri)
•Alergi bahan popok.
•Gangguan pada kelenjar keringat di area yang tertutup popok.
Diagnosis Anamnesis
Anak-anak dengan riwayat eczema atau dermatitis atopi lebih rentan menderita
dermatitis popok.
Status imun : immunocompromise rentan terinfeksi Candida albicans dan
bacterial superinfection lainnya
2/sitostatik Penisilin, sefalosporin Gabungan obat ag-ab (igg & igm) - komplemen
,streptomisin, terfiksasi pada sel sasaran sel – sel lisis reaksi
sulfonamida, isozianid sitolitik / sitotoksik (sel sasaran trombosit purpura)
3/komplek Penisilin, eritromisin, Pembentukan kompleks ag-ab (igg & igm) dalam
s imun sulfonamid, salisilat, sirkulasi darah/ jaringan komplemen mediator
isoniazid (enzim yang merusak jaringan) sel-sel sasaran
Tanda dan Lesi timbul dalam Gatal dan panas Eritema yang timbul Bercak simetris yang
gejala 1-2 minggu + timbul mendadak pada stadium berwarna merah kecoklatan
demam, malese dan hilang penyembuhan + gatal
dan nyeri sendi perlahan-lahan
dalam (24 jam)
Tata laksana Kortikosteroid Kortikosteroid Kortikosteroid Kortikosteroid
antihistamin antihistamin antihistamin antihistamin
prognosis Pada dasarnya erupsi kulit karena obat akan menyembuh bila obat penyebabnya
dapat diketahui dan segera disingkirkan.
Apabila ada kelainan sindrom stevens-johnson, prognosis dapat menjadi
bergantung luas kulit yang terkena.
Gambaran Etio Tanda & gejala
klinis
Fixed drugs •Sulfonamid, barbiturat, •Eritema, vesikel, bulat/ lonjong biasanya nunmular, bercak
eruption/ FDE trimetroprim, dan hiperpigmentasi.
analgesik •Timbuk berkali-kali pada tempat yang sama
•Bahan kimia
Vaskulitis •Penisilin, sulfonamid, •Radang pembuluh darah palpable purpura yang mengenai
NSAID, antidepresan, dan kapiler
antiaritmia •Demam, mialgia dan anoreksia
•P.D eritema nodusum (E.N)
•Etiologi e.N : tuberkulosis, infeksi streptokok & lepra
•Obat yang menyebabkan E.N: sulfonamid dan kontrasepsi
oral
Reaksi foto Fenotiazin, sulfonamida, •Gambaran klinis = dermatitis kontak alergi
alergik NSAID, dan griseofulvin •Lokalisasi : tempat yang terpajan sinar matahari meluas
ke daerah tidak terpajan sinar matahari
Pustulosis Alergi obat, infeksi akut •Pustul miliar non-folikular yang timbul pada kulit yang
eksantematosa enterovirus, eritematosa dapat disertai purpura dan lesi yang menyerupai
generalisa akut hipersensitivitas terhadap lesi target.
(P.E.G.A) merkuri, dermatitis •Demam tinggi (>38c) dan pustul cepat hilang pada sebelum 7
kontak hr diikuti deskuamasi beberapa hari.
•Pemeriksaan histopatologik: pustul intraepidermal /
subkorneal yang dapat disertai edema dermis, vaskulitis,
infiltrat polimorfonuklear perivaskuler dengan eosinofil /
nekrosis fokal sel keratinosit
PENGOBATAN SISTEMIK
Kortikosteroid
Urtikaria, eritema, dermatitis medikamentosa, purpura,
eritema nodosum, eksantema fikstum, P.E.G.A karena
alergi obat prednison 3 x 10 mg/ hari
Eritrodermia 3 x 10 mg – 4 x 10 mg/ hari
Antihistamin
Bersifat sedatif mengurangi rasa gatal
Urtikaria << efektif
PENGOBATAN TOPIKAL
KERING
Eritema dan urtikaria
Bedak salisilat 2% ditambah obat antipruritus ( menthol ½ - 1%)
BASAH
Dermatitis medikamentosa
Kompres larutan asam salisilat 1%₀
Purpura dan eritema nodosum : tidak perlu
Eksantema fikstum
Basah : kompres
Kering : krim KS (krim hidrokortison 1% atau 2½%)
Eritroderma eritema menyeluruh dan skuamasi : salap lanolin 10 %
diolesin sebagian-sebagian
PROGNOSIS
• Sembuh bila obat penyebab diketahui dan
disingkirkan
• Eritroderma, sindrom Stevens Johnson
buruk bergantung luas kulit yang terkena
Urticaria (tipe 1) Oral ulceration (tipe 2)
Fixed Drug Eruption
Eritema multiforme
MILIARIA
KRISTALINA
MILIARIA PROFUNDA
PATOFISIOLOGI
• Topikal • Sistemik
- Lotion anhidros diberikan untuk - Dapat diberikan antibiotik bila
mencegah atau menghilangkan terjadi infeksi sekunder dan anti
sumbatan sehingga keringat dapat keluar histamin sebagai anti pruritus
kepermukaan kulit. - Pemberian vitamin C dosis tinggi
- Selain itu juga diberikan salep hidrofilik, dapat diberikan untuk mencegah
talk untuk bayi dan losio yang berisi atau mengurangi timbulnya
- Pemberian colamin lotion dapat Miliaria.
memberikan rasa sejuk juga dapat
diberikan anti biotic topikal seperti krim
kloramfenikol 2
Penatalaksanaan
NON FARMAKO
• Kunci pengobatan Miliaria adalah menempatkan penderita didalam lingkungan
yang dingin, sehingga keringat bisa berkurang, tapi pada bayi harus dilakukan
dengan sangat hati-hati karna suhu yang ekstrim pada bayi bias membawa
masalah baru yaitu hipotermia
• Karena aktifitas yang berlebihan bisa menyebabkan keringat yang dapat
menimbulkan kembalinya Miliaria, maka pasien dianjurkan untuk mengurangi
aktivitasnya.
• Memakai pakaian yang menyerap keringat.
• Tidak menggunakan bedak secara berlebihan karna dapat memperparah
penyumbat kelenjar keringat
Komplikasi
• Infeksi sekunder
dapat terjadi berupa impetigo atau multiple diskret abses yang
dikenal sebagai periporitis staphylogenes
• Intoleransi terhadap suhu lingkungan yang panas
ditandai dengan tidak keluarnya keringat bila terpapar suhu panas,
lemah, fatique, pusing bahkan pingsan.
Keterangan
Definisi Kelainan kulit yang relatif sering terjadi pada anak-anak dan orang
dewasa muda
Hal ini ditandai dengan adanya sakit-didefinisikan, bersisik, patch
erythematous mereda sedikit yang meninggalkan area hipopigmentasi.
Lesi mungkin kemajuan melalui 3 tahap berikut klinis:
Papular (scaling) erythematous, Papular (scaling) hipokrom , Smooth
hipokrom
Pityriasis alba adalah penemuan yang spesifik, yang umumnya terkait
dengan dermatitis atopik
Epidemiologi Ras Satu studi menemukan kejadian yang akan sedikit lebih tinggi
pada orang berkulit terang. Kondisi ini sering lebih jelas dan kosmetik
menyusahkan pada pasien berkulit gelap.
Seks laki – laki > perempuan
Usia anak usia 3 – 16 thaun , sering pada dewasa
Terapi Hidrokortison dapat menurunkan eritema, skala, dan pruritus, jika ada
Ptiriasis alba/ simplek/ makulata/ impetigo sika/ pitiroides : dermatitis spesifik, belum
diketahui penyebabnya
Faktor resiko Impetigo
Etiologi Streptococcis
Epidemiologi Anak 3-16 tahun (30-40%)
Tanda dan gejala Lesi bulat, oval, plakat tak teratur
Warna merah/ sesuai kulit
Skuama halus hilang leukoderma
Eritema hilang area dipigmentasi + skuama halus
Multiple 4-20 Ø ½ - 2 cm
Anak : 50-6-% wajah (mulut, dagu, pipi, dahi)
dapat simetris pada bokong, paha ats, punggung, ekstensor lengan
Pemeriksaan Histopatologik : akantosis ringan, spongiosis, hiperkeratosis sedang,
parakeratosis setempat
M.E : jumlah & ukuran melanosom
GEJALA/ Lesi berupa Makula coklat muda/ tua, batas tegas, tepi tdk
SIMPTOMATO teratur
LOGI Pola malar pd pipi dan hidung
Pola mandibular pd dagu
Pola sentrofasial di pelipis, dahi, alis, bibir atas
Warna abu2 atau biru tu pd tipe dermal
PP Pemeriksaan histopatologis
Pemeriksaan Mikroskop elektron
Pemeriksaan dgn sinar Wood
DIAGNOSIS Ditegakan dgn pemeriksaan klinis dan anamnesa
PENCEGAHAN Perlindungan thd sinar matahari antara pk 09.00-15.00
Menghilangkan fktr penyebab melasma contoh
menghentikan pemakaian pil kontrasepsi, kosmetik,
mencegah pemakain obat yg mjd etiologi nya.
Hiperpigmentasi pasca inflamasi
Penggelapan kulit di daerah cedera atau gangguan kulit dari
meningkatnya pigmen (melanin) yang tersisa dari proses
penyembuhan.
Etiologi
Jerawat
Cedera kulit (goresan, luka, luka bakar, digigit serangga)
dermatitis atopik
Penatalaksanaan
• melindungi diri dari sinar matahari dengan pakaian, topi,
dan tabir surya (SPF 15 atau lebih).
• Gunakan make-up untuk menutupi daerah yang terkena.
HIPOPIGMENTASI
DEFINISI P(-) jmlh pigmen melanin / b(-) maupun tdk adanya sel
melanosit.
ETIOLOGI Jerawat
Cedera kulit (goresan, luka, luka bakar, digigit serangga)
dermatitis atopik
Hipopigmentasi paska inflamasi
• Hilangnya warna kulit setelah penyembuhan kulit dari cedera.
• Sel-sel yang menghasilkan pigmen (melanosit) rusak atau
hancur dalam proses penyembuhan.
ETIOLOGI
• cedera kulit (luka bakar, luka, atau pembedahan)
• gangguan kulit (jerawat, eksim, cacar, dermatitis seboroik).
• Beberapa obat dapat menyebabkan kulit cerah pada orang
berkulit gelap (misalnya, krim cortisone atau produk benzoyl
peroxide).
GEJALA
• Terdapat kulit yang berwarna putih atau cerah
• Ukuran, bentuk, dan daerah yang terkena tergantung pada
penyebabnya
• Vitiligo adalah hipomelanosis idiopatik dapat
ditandai dengan adanya makula putih yang
dapat meluas. Dapat mengenai seluruh bagian
tubuh yang mengandung sel melanosit.
Epidemiologi
• Dapat mengenai semua jenis kelamin
• Banyak mengenai sebelum umur 20 tahun
• Ada pengaruh faktor genetik. Pada penderita
vitiligo, 5 % akan mempunyai anak dengan
vitiligo
Etiologi
• Penyebab umum belum diketahui, berbagai
faktor pencetus sering dilaporkan, misalnya
krisis emosi dan trauma fisis
Patogenesis
• Hipotesis autoimun
• Hipotesis neurohormonal
• Autotoksik
• Pajanan terhadap bahan kimiawi
Patogenesis
1. Hipotesis Autoimun
– Adanya hubungan antara vitiligo dengan Tiroiditis
Hashimoto, anemia pernisiosa, dan hipoparatiroid
melanosit dijumpai pada serum 80% penderita
vitiligo.
2. Hipotesis Neurohumoral
– Karena melanosit terbentuk dari neuralcrest, maka
diduga faktor neural berpengaruh, tirosin adalah
subsrat untuk pembentukan melanin dan katekol.
Kemungkinan adanya produk intermediate yang
terbentuk selama sintesis katekol yang mempunyai
efek merusak melanosit.
3. Autositotoksik
– Sel melanosit membentuk melanin melalui oksidasi
tirosin ke DOPA dan DOPA ke dopakinon. Dopakinon
akan dioksidasi jadi berbagai indol dan radikal bebas.
– Melanosit pada lesi vitiligo dirusak oleh penumpukan
prekursor melanin. Secara in vitro dibuktikan tirosin,
dopa, dan dopakrom merupakan sitotoksik terhadap
melanosit.
4. Pajanan terhadap bahan kimiawi
– Depigmentasi kulit dapat terjadi terhadap pajanan
Mono Benzil Eter Hidrokinon dalam sarung tangan
atau deterjen yang mengandung fenol.
Gejala klinis
– Makula warna putih
– Dr mm-cm
– Bulat atau lonjong dg batas tegas
– Tanpa perubahan epidermis lain
– Didalam makuladapat ada hipopigmentasi n
hiperpigmentasi= repigmentasi perifokular
– Kadang ditemukan tepi lesi yg meninggi eritem n gatal dsbt
inflamator
– Daerah yg sering terkena di atas jari, periorifisial sekitar
mata, mulut n hidung, tibialis anterior, pergelangan tangan
bagian fleksor
– Lesi bilateral dpt simetris /asimetris
– Kadang kena genital eksterna, putting susu, bibir, dan
ginggiva
• Fokal : satu atau lebih makula pada satu area,
tetapi tidak segmental
• Segmental : satu atau lebih makula pada satu
Lokalisata area, dengan distribusi menurut dermatom
• Mukosal : hanya terdapat pada membran
mukosa
Keterangan :
TT Tuberkuloid polar ( stabil )
BT Borderline tuberkuloid
BB Mid Borderline
BL Borderline lepromatous
LL Lepromatosa polar ( stabil )
PB TT & BT
MB BB, BL, LL
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi 6
FKUI, 2010
GAMBARAN KLINIS, BAKTERIOLOGIK DAN IMUNOLOGIK KUSTA MULTIBASILAR (MB)
LEPROMATOSA
Sifat BORDERLINE LEPROMATOSA MID BORDERLINE
(LL)
(BL) (BB)
Lesi
Makula
Makula Plakat
Infiltrat difus
Bentuk Plakat Dome-shaped (kubah)
Papul
Papul Punched-out
Nodus
Tidak terhitung, praktis Sukar dihitung, masih ada kulit Dapat dihitung, kulit sehat
Jumlah
tidak ada kulit sehat sehat jelas ada
Banyak
Sekret hidung Biasanya negatif Negatif
(ada globus)
Kerusakan saraf
(menyebabkan hilangnya
sensasi/kelemahan otot Hanya satu cabang saraf Banyak cabang saraf
yang dipersarafi oleh
saraf yang terkena
Tingkat 1 Ada gangguan sensibilitas, tanpa kerusakan atau deformitas yang terlihat
Ada gangguan pada mata akibat kusta, ≠ gangguan yang berat pada
Tingkat 1 penglihatan, visus 6/60 atau lebih baik (dapat menghitung jari pada jarak 6
meter)
Gangguan penglihatan berat, visus kurang dari 6/60 (tidak dapat
Tingkat 2
menghitung jari pada jarak 6 meter)
Kerusakan atau deformitas pada tangan dan kaki termasuk ulserasi,
Catatan absorbsi, mutilasi, kontraktur, sedangkan pada mata termasuk anestesi
kornea, iridosiklitis dan lagoftalmus