Anda di halaman 1dari 2

Pakis Monyet

December 29, 2007 by ardietna

Unik dari Istana Kerajaan Tiongkok

Jangan kira tanaman ini hanya berupa akar serabut kelapa. Ia sejenis
palm berjenggot yang masih muda. Tepatnya adalah ia serumpun
dengan jenis pohon pakis yang biasa bertengger di sepanjang jalan
protokol, perkampungan, dan taman dalam rumah.

Bila Anda melintas di sentra tanaman hias Jl. Harsono Ragunan, Jakarta
Selatan (Jaksel), mungkin ada pemandangan unik. Pasalnya, deretan
tanaman pakis monyet banyak ditemukan di sentra ini. Bukan harganya
yang bikin heran beberapa orang yang melihatnya, tapi lebih karena bentuk dan bulunya yang
jarang ditemukan pada jenis tanaman hias lainnya.

Disebut pakis monyet, karena struktur atau bentuk fisiknya bak sosok monyet mungil yang
nongkrong di atas pot.

Tak heran bila ia diberi nama demikian, sehingga banyak pengunjung menanyakan harga yang
dibandrol pada jenis ini. Dari informasi beberapa penjual di sentra ini, jenis tanaman ini
didatangkan dari Palembang. Proses pencariannya harus melalui jalan setapak dalam hutan
belantara. Dari bentuk fisik yang terlihat, memang cenderung berbulu laiknya monyet. Uniknya
lagi, jenis pakis ini sebelum tumbuh daunnya, akan tumbuh batang menjulang serupa dengan
ekor monyet.

Mengamati respon terhadap jenis ini, ia diprediksikan bakal menggeser eksistensi bonsai di
pelataran bisnis florikultura. Pasalnya, harga yang ditawarkan jenis ini mencapai Rp 200 ribu
hingga Rp 300 ribu untuk ukuran yang berdiameter 17 cm. Sedangkan untuk ukuran diameter 24
cm dibandrol Rp 350 ribu hingga Rp 400 ribu. Itu dikatakan Joko, pemilik nurseri Agung Flora
Jakarta.

Ia mengaku, hampir tiap hari mampu menjual 4 pot pakis monyet. Di ajang pameran pun pakis
monyet sempat mengguncang pasar. Ini mungkin karena bentuknya yang aneh dan jarang
dijumpai di Indonesia. Hanya yang dikhawatirkan para penjual, importir tanaman dari Tahiland
ikut bermain untuk mematikan pasar tanaman bentuk unik ini.

Mengandung Nilai Historis

Di balik keunikannya, ternyata spesies ini juga mengandung nilai histories. Sebab, masih kata
Joko, ia pernah mendapatkan komentar dari neneknya kalau tanaman pakis monyet ini berasa
dari negeri Tiongkok. Dan sebelumnya, telah popular dengan nama golden chicken (ayam emas).
Menurut asal-usul di negeri rumpun bambu, kalau pakis monyet biasa terlihat dan ditanam di
dalam pemukiman atau tempat tinggal orang terpandang di jaman kerajaan atau pejabat-pejabat
jaman dulu. Bahkan ia ditanam di sekitar luasnya area ruang balairung kerajaan di jaman
Tiongkok kuno.

Karena mungkin sempat tenggelam ditelan jaman atau bisa jadi mulai langka peredarannya,
tanaman ini dianggap antik. Dan di jaman modern ini, pakis monyet ini kembali muncul,
sehingga tak heran bila kolektor berburu tanaman unik ini untuk diletakkan di dalam tempat
tinggal mewah. Sebab, tanaman ini memang cocok ditaruh di dalam ruangan. Itu sesuai dengan
proses perkembang-biakannya sebagai tanaman in-door.

Jenis ini ternyata juga bisa dikreasi seperti adenium. Ruas batangnya bisa dibentuk seperti
pembudidayaan adenium pada umumnya. Hanya yang membedakan adalah sistem
perawatannya.

Jika dilihat prospek bisnisnya, tanaman ini memiliki proses jangka panjang dan bakal
berkompetisi dengan bonsai. Sebab, nilai pasarnya cenderung bersaing dan bahkan sempat
menggeser nominal pasar bonsai. Bisa jadi, ke depannya malah bisa menyaingi adenium.

Tanaman ini memiliki sensifitas yang peka. Sesuai anjuran, tanaman ini harus disediakan tempat
yang teduh. Bila tidak, maka pertumbuhannya makin melambat. Terkena air pun juga dilarang,
karena jika kadar airnya terlalu banyak, maka akan busuk. Pakis monyet sebaiknya diletakkan di
tempat teduh. Cara penyiramannya dengan merendamkan tanaman di atas media yang sudah
diberi air. Itu dilakukan untuk menghindari daun pakis monyet agar tidak cepat rusak.
Mengingat, harganya pun cukup mahal. Kalau panas berlebih pun, maka akan memperlambat
tumbuhnya daun.

Anda mungkin juga menyukai