Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN
Baja adalah paduan logam yang tersusun dari besi sebagai unsur utama dan
karbon sebagai unsur penguat. Unsur karbon inilah yang banyak berperan dalam
peningkatan performan. Perlakuan panas dapat mengubah sifat baja dari lunak seperti
kawat menjadi keras seperti pisau. Penyebabnya adalah perlakuan panas mengubah
struktur mikro besi yang berubah-ubah dari susunan kristal berbentuk kubik berpusat
ruang menjadi kubik berpusat sisi atau heksagonal. Dimana unsur karbon (C) menjadi
dasar campurannya. Di samping itu, mengandung unsure campuran lainnya seperti sulfur
(S), fosfor (P), silicon (Si),dan Mangan (Mn) yang jumlahnya dibatasi.Kandungan karbon
di dalam baja kurang dari 2% atau sekitar 0,1 – 1,7%,sedangkan unsure lainnya dibatasi
presentasenya. Unsur paduan yang bercampur di dalam lapisan baja, untuk membuat baja
bereaksi terhadap pengerjaan panas atau menghasilkan sifat-sifat yang khusus. Pada
zaman sekarang banyak bangunan – bangunan yang menggunakan baja sebagai struktur
rangka. Seperti penggunaan baja sebagai struktur atap, rangka kolom, pembuatan
jembatan dsb. Baja baik di gunakan dalam struktur tarik, seperti jembatan. Baja akan
meleleh bila terkena panas yang berasal dari dalam baja itu sendiri. Pada bangunan yang
menggunakan struktur rangka baja penuh, maka apabila terjadi kebakaran di satu titik
saja, maka akan mempengaruhi struktur di titik lain. Hal ini di akibatkan karena panas yg
terjadi di satu titik tersebut merambat ( induksi ) menuju ke titik yang lain dan
mengakibatkan baja meleleh dan struktur dari bangunan tersebut akan roboh.

kekuatan baja yang dapat menyangga beban berat digunakan untuk kerangka
bangunan pencakar langit sampai ketinggian 450 meter, seperti Petronas Twin Towers di
Malaysia. Baja juga tahan terhadap perpatahan sehingga dapat melindunRatusan ton baja
juga digunakan untuk pembangunan jembatan antarpulau sampai berjarak lebih dari satu
kilometer, seperti jembatan Kanmonbashi di Jepang.dari gangguan gempa Memang tidak
semua gedung akan dibangun seluruhnya dengan konstruksi baja. Sebab seperti sebagian
dari bangunan Menara Kembar Petronas yang bagian dalam gedung itu merupakan
konstruksi beton baru kemudian untuk atapnya digunakan konstruksi baja yang
dikombinasikan dengan kaca Banyak produk dibuat di Australia untuk digunakan
membangun rumah-rumah. Ini meliputi atap baja berwarna, jendela alumunium, seng
baja tak berkarat, dan batu bata.

Menara Petronas Konstruksi Baja Pada Jembatan

-1-
SEJARAH BAJA
• Besi ditemukan digunakan pertama kali pada sekitar 1500 SM
• Tahun 1100 SM, Bangsa hittites yang merahasiakan pembuatan tersebut
selama 400 tahun dikuasai oleh bangsa asia barat, pada tahun tersebbut proses
peleburan besi mulai diketahui secara luas.
• Tahun 1000 SM, bangsa yunani, mesir, jews, roma, carhaginians dan
asiria juga mempelajari peleburan dan menggunakan besi dalam kehidupannya.
• Tahun 800 SM, India berhasil membuat besi setelah di invansi oleh bangsa
arya.
• Tahun 700 – 600 SM, Cina belajar membuat besi.
• Tahun 400 – 500 SM, baja sudah ditemukan penggunaannya di eropa.
• Tahun 250 SM bangsa India menemukan cara membuat baja
• Tahun 1000 M, baja dengan campuran unsur lain ditemukan pertama kali
pada 1000 M pada kekaisaran fatim yang disebut dengan baja damascus.
• 1300 M, rahasia pembuatan baja damaskus hilang.
• 1700 M, baja kembali diteliti penggunaan dan pembuatannya di eropa.

bijih besi antara lain :


• Hematite - Fe2O3 - 70 % iron
• Magnetite - Fe3O4 - 72 % iron
• Limonite - Fe2O3 + H2O - 50 % to 66 % iron
• Siderite - FeCO3 - 48 % iron
Pemurnian Besi
• Prinsip dasar : Menghilangkan kandungan oksigen dalam bijih besi.
• Cara tradisional : blomery, pada proses ini bijih besi dibakar dengan charcoal,
dimana banyak mengandung carbon sehingga terjadi pengikatan oksigen,
pembakaran tersebut menghasilkan karbondiokasida dan karbon monoksida
yang terlepas ke udara, sehingga besi murni didapat dan dikeluarkan dari
dapur,kekurangnya tidak semua besi dapat melebur sehingga terbentuk spoge,
spoge berisi besi dan silica.
• Proses lebih modern adalah dengan blas furnace, blast furnace diisi oleh bijih
besi, charcoal atau coke (coke adalah charcoal yang terbuat dari coal) dan
limestone (CaCO3). Angin secara kencang dan kontinu ditiupkan dari bawah
dapur. Hasil peluburan besi akan berada di bawah, cairan besi yang keluar
ditampung dan disebut dengan pig iron.

PROSES PEMBUATAN BAJA

Baja diproduksi didalam dapur pengolahan baja dari besi kasar baik padat maupun cair,
besi bekas ( Skrap ) dan beberapa paduan logam. Ada beberapa proses pembuatan baja
antara lain :
1. proses konvertor
terdiri dari satu tabung yang berbentuk bulat lonjong dengan menghadap kesamping.

-2-
Sistem kerja
• Dipanaskan dengan kokas sampai ± 1500 0C,
• Dimiringkan untuk memasukkan bahan baku baja. (± 1/8 dari volume konvertor)
• Kembali ditegakkan.
• Udara dengan tekanan 1,5 – 2 atm dihembuskan dari kompresor.
• Setelah 20-25 menit konvertor dijungkirkan untuk mengelaurkan hasilnya.

• proses Bassemer (asam)


lapisan bagian dalam terbuat dari batu tahan api yang mengandung kwarsa asam
atau aksid asam (SiO2), Bahan yang diolah besi kasar kelabu cair, CaO tidak
ditambahkan sebab dapat bereaksi dengan SiO2, SiO2 + CaO CaSiO3
• proses Thomas (basa)
Lapisan dinding bagian dalam terbuat dari batu tahan api bisa atau dolomit
[ kalsium karbonat dan magnesium (CaCO3 + MgCO3)], besi yang diolah besi kasar
putih yang mengandung P antara 1,7 – 2 %, Mn 1 – 2 % dan Si 0,6-0,8 %. Setelah unsur
Mn dan Si terbakar, P membentuk oksida phospor (P2O5), untuk mengeluarkan besi cair
ditambahkan zat kapur (CaO),
3 CaO + P2O5 Ca3(PO4)2 (terak cair)

2. proses Siemens Martin


menggunakan sistem regenerator (± 3000 0C.) fungsi dari regenerator adalah :
a. memanaskan gas dan udara atau menambah temperatur dapur
b. sebagai Fundamen/ landasan dapur
c. menghemat pemakaian tempat
Bisa digunakan baik besi kelabu maupun putih,
• Besi kelabu dinding dalamnya dilapisi batu silika (SiO2),
• besi putih dilapisi dengan batu dolomit (40 % MgCO3 + 60 % CaCO3)

3. proses Basic Oxygen Furnace


• logam cair dimasukkan ke ruang baker (dimiringkan lalu ditegakkan)
• Oksigen (± 1000) ditiupkan lewat Oxygen Lance ke ruang bakar dengan
kecepatan tinggi. (55 m3 (99,5 %O2) tiap satu ton muatan) dengan tekanan 1400
kN/m2.
• ditambahkan bubuk kapur (CaO) untuk menurunkan kadar P dan S.
Keuntungan dari BOF adalah:
• BOF menggunakan O2 murni tanpa Nitrogen
• Proses hanya lebih-kurang 50 menit.
• Tidak perlu tuyer di bagian bawah
• Phosphor dan Sulfur dapat terusir dulu daripada karbon
• Biaya operasi murah

4. proses dapur listrik


temperatur tinggi dengan menggunkan busur cahaya electrode dan induksi listrik.
Keuntungan :

-3-
• Mudah mencapai temperatur tinggi dalam waktu singkat
• Temperatur dapat diatur
• Efisiensi termis dapur tinggi
• Cairan besi terlindungi dari kotoran dan pengaruh lingkungan sehingga
kualitasnya baik
• Kerugian akibat penguapan sangat kecil

5. proses dapur kopel


mengolah besi kasar kelabu dan besi bekas menjadi baja atau besi tuang.
Proses
• pemanasan pendahuluan agar bebas dari uap cair.
• Bahan bakar(arang kayu dan kokas) dinyalakan selama ± 15 jam.
• kokas dan udara dihembuskan dengan kecepatan rendah hingga kokas mencapai
700 – 800 mm dari dasar tungku.
• besi kasar dan baja bekas kira-kira 10 – 15 % ton/jam dimasukkan.
• 15 menit baja cair dikeluarkan dari lubang pengeluaran.
Untuk membentuk terak dan menurunkan kadar P dan S ditambahkan batu kapur
(CaCO3) dan akan terurai menjadi:

CaCO3 → CaO + CO2


CO2 akan bereaksi dengan karbon:
CO2 + C → 2CO
Gas CO yang dikeluarkan melalui cerobong, panasnya dapat dimanfaatkan untuk
pembangkit mesin-mesin lain.

6. proses dapur Cawan


• Proses kerja dapur cawan dimulai dengan memasukkan baja bekas dan besi
kasar dalam cawan,
• kemudian dapur ditutup rapat.
• Kemudian dimasukkan gas-gas panas yang memanaskan sekeliling cawan dan
muatan dalam cawan akan mencair.
• Baja cair tersebut siap dituang untuk dijadikan baja-baja istimewa dengan
menambahkan unsur-unsur paduan yang diperlukan

Klasifikasi baja
1. Menurut komposisi kimianya:
a. Baja karbon (carbon steel), dibagi menjadi tiga yaitu;
• Baja karbon rendah (low carbon steel)  machine, machinery dan mild steel
- 0,05 % - 0,30% C.

-4-
Sifatnya mudah ditempa dan mudah di mesin. Penggunaannya:
- 0,05 % - 0,20 % C : automobile bodies, buildings, pipes, chains, rivets, screws,
nails.
- 0,20 % - 0,30 % C : gears, shafts, bolts, forgings, bridges, buildings.
• Baja karbon menengah (medium carbon steel)
- Kekuatan lebih tinggi daripada baja karbon rendah.
- Sifatnya sulit untuk dibengkokkan, dilas, dipotong. Penggunaan:
- 0,30 % - 0,40 % C : connecting rods, crank pins, axles.
- 0,40 % - 0,50 % C : car axles, crankshafts, rails, boilers, auger bits,
screwdrivers.
- 0,50 % - 0,60 % C : hammers dan sledges.
• Baja karbon tinggi (high carbon steel)  tool steel
- Sifatnya sulit dibengkokkan, dilas dan dipotong. Kandungan 0,60 % - 1,50 % C
Penggunaan
- screw drivers, blacksmiths hummers, tables knives, screws, hammers, vise
jaws, knives, drills. tools for turning brass and wood, reamers, tools for turning
hard metals, saws for cutting steel, wire drawing dies, fine cutters.
b. Baja paduan (alloy steel)
Tujuan dilakukan penambahan unsur yaitu:
1. Untuk menaikkan sifat mekanik baja (kekerasan, keliatan, kekuatan tarik dan
sebagainya)
2. Untuk menaikkan sifat mekanik pada temperatur rendah
3. Untuk meningkatkan daya tahan terhadap reaksi kimia (oksidasi dan reduksi)
Untuk membuat sifat-sifat spesial

Baja paduan yang diklasifikasikan menurut kadar karbonnya dibagi menjadi:


1. Low alloy steel, jika elemen paduannya ≤ 2,5 %
2. Medium alloy steel, jika elemen paduannya 2,5 – 10 %
3. High alloy steel, jika elemen paduannya > 10 %
Selain itu baja paduan dibagi menjadi dua golongan yaitu baja campuran khusus
(special alloy steel) dan high speed steel.

-5-
• Baja Paduan Khusus (special alloy steel)
Baja jenis ini mengandung satu atau lebih logam-logam seperti nikel, chromium,
manganese, molybdenum, tungsten dan vanadium. Dengan menambahkan logam tersebut
ke dalam baja maka baja paduan tersebut akan merubah sifat-sifat mekanik dan kimianya
seperti menjadi lebih keras, kuat dan ulet bila dibandingkan terhadap baja karbon (carbon
steel).
• High Speed Steel (HSS)  Self Hardening Steel
Kandungan karbon : 0,70 % - 1,50 %. Penggunaan membuat alat-alat potong
seperti drills, reamers, countersinks, lathe tool bits dan milling cutters. Disebut High
Speed Steel karena alat potong yang dibuat dengan material tersebut dapat dioperasikan
dua kali lebih cepat dibanding dengan carbon steel. Sedangkan harga dari HSS besarnya
dua sampai empat kali daripada carbon steel.
Baja Paduan dengan Sifat Khusus
1. Baja Tahan Karat (Stainless Steel)
Sifatnya antara lain:
• Memiliki daya tahan yang baik terhadap panas, karat dan goresan/gesekan
• Tahan temperature rendah maupun tinggi
• Memiliki kekuatan besar dengan massa yang kecil
• Keras, liat, densitasnya besar dan permukaannya tahan aus
• Tahan terhadap oksidasi
• Kuat dan dapat ditempa
• Mudah dibersihkan
• Mengkilat dan tampak menarik
2. High Strength Low Alloy Steel (HSLS)
Sifat dari HSLA adalah memiliki tensile strength yang tinggi, anti bocor, tahan
terhadap abrasi, mudah dibentuk, tahan terhadap korosi, ulet, sifat mampu mesin yang
baik dan sifat mampu las yang tinggi (weldability). Untuk mendapatkan sifat-sifat di atas
maka baja ini diproses secara khusus dengan menambahkan unsur-unsur seperti: tembaga
(Cu), nikel (Ni), Chromium (Cr), Molybdenum (Mo), Vanadium (Va) dan Columbium.

-6-
3. Baja Perkakas (Tool Steel)
Sifat-sifat yang harus dimiliki oleh baja perkakas adalah tahan pakai, tajam atau
mudah diasah, tahan panas, kuat dan ulet.
Kelompok dari tool steel berdasarkan unsur paduan dan proses pengerjaan panas
yang diberikan antara lain:
a. Later hardening atau carbon tool steel (ditandai dengan tipe W oleh AISI), Shock
resisting (Tipe S), memiliki sifat kuat dan ulet dan tahan terhadap beban kejut dan
repeat loading. Banyak dipakai untuk pahat, palu dan pisau.
b. Cool work tool steel, diperoleh dengan proses hardening dengan pendinginan
yang berbeda-beda. Tipe O dijelaskan dengan mendinginkan pada minyak
sedangkan tipe A dan D didinginkan di udara.
c. Hot Work Steel (tipe H), mula-mula dipanaskan hingga (300 – 500) ºC dan
didinginkan perlahan-lahan, karena baja ini banyak mengandung tungsten dan
molybdenum sehingga sifatnya keras.
d. High speed steel (tipe T dan M), merupakan hasil paduan baja dengan tungsten
dan molybdenum tanpa dilunakkan. Dengan sifatnya yang tidak mudah tumpul
dan tahan panas tetapi tidak tahan kejut.
e. Campuran carbon-tungsten (tipe F), sifatnya adalah keras tapi tidak tahan aus dan
tidak cocok untuk beban dinamis serta untuk pemakaian pada temperatur tinggi.

Klasifikasi lain antara lain :


a. Menurut penggunaannya:
• Baja konstruksi (structural steel), mengandung karbon
kurang dari 0,7 % C.
• Baja perkakas (tool steel), mengandung karbon lebih dari 0,7
% C.
b. Baja dengan sifat fisik dan kimia khusus:
• Baja tahan garam (acid-resisting steel)
• Baja tahan panas (heat resistant steel)
• Baja tanpa sisik (non scaling steel)
• Electric steel

-7-
• Magnetic steel
• Non magnetic steel
• Baja tahan pakai (wear resisting steel)
• Baja tahan karat/korosi

Dengan mengkombinasikan dua klasifikasi baja menurut kegunaan dan komposisi


kimia maka diperoleh lima kelompok baja yaitu:
1. Baja karbon konstruksi (carbon structural steel)
2. Baja karbon perkakas (carbon tool steel)
3. Baja paduan konstruksi (Alloyed structural steel)
4. Baja paduan perkakas (Alloyed tool steel)
5. Baja konstruksi paduan tinggi (Highly alloy structural steel)
Selain itu baja juga diklasifisikan menurut kualitas:
1. Baja kualitas biasa
2. Baja kualitas baik
3. Baja kualitas tinggi

Struktur mikro baja


Baja merupakan bahan bangunan yang memiliki sifat dari yang paling lunak dan mudah
sampai yang paling keras dan tajam pun untuk pisau pemotong dapat dibuat, atau apa saja
dengan bentuk apa pun dapat dibuat dengan pengecoran. Baja diharapkan mempunyai
kekuatan static dan dinamik, ulet, mudah diolah, tahan korosi dan mempunyai sifat
electromagnet agar dapat dipakai sebagai bahan untuk konstruksi dan mesin-mesin.
Dilihat dari transformasi ada tiga jenis baja, yaitu :
 Baja dengan titik transformasi A, berupa ferit di bawah A1, dan Austenit pada
A3 atau di atas A1.
 Baja dengan titik transformasi A1 di bawah temperatur kamar, berupa Austenit
pada temperature kamar.
 Baja dengan daerah Austenit yang kecil, berupa ferit sampai temperatur
tinggi pada daerah komposisi tertentu. ]
Baja yang tergolong pada jenis pertama berupa ferit pada temperatur kamar
(dalam keseimbangan), dapat di proses menjadi berbagai struktur dengan jalan
perlakuan panas. Struktur tersebut dijelaskan pada table di bawah. Fasa-fasa
tersebut memiliki sifat-sifat khas. Ferit mempunyai sel satuan kubus pusat badan
atau body centered cubic (bcc), menunjukkan titik mulur yang jelas dan menjadi
getas pada temperatur rendah. Austenit mempunyai sel satuan kubus pusat
muka atau face centered cubic (fcc) menunjukkan titik mulur yang jelas tanpa

-8-
kegetasan pada keadaan dingin. Fasa yang ada pada baja.
Fasa dan simbol Struktur Pergelasan

FASA DAN SIMBOL STRUKTUR PERGELASAN


Austenit (ɤ) fcc Paramagnetic dan stabil
pada temperatur tinggi.

Stabil pada temperatur


Ferit (α) rendah, kelarutan padat
bcc terbatas, dapat berada
bersama Fe3C, unsure
paduan lainnya tetap
larut.

Austenit metastabil
didinginkan dengan
Bainit (α) bcc laju
pendingin cepat
tertentu. Terjadi hanya
presipitasi Fe3C, unsure
paduan lainnya tetap
larut.

Fasa metastabil
Martensit (α1) bct terbentuk dengan laju
pendinginan cepat,
semua unsur paduan
masih
larut dalam keadaan
padat.

Sesuai dengan keaneka ragaman strukturnya, maka dapat diperoleh berbagai sifat
baja termasuk kekuatan dan keuletan. Factor-faktor yang menentukan sifat-sifat mekanik
adalah macam fasa, kadar unsure paduan dalam fasa, banyak fasa, ukuran dan bentuk
senyawa. Untuk mendapatkan sifat-sifat mekanik yang diinginkan perlu mendapat
struktur yang cocok dengan komposisi kimia dan perlakuan panas yang tepat.

Baja karbon rendah bentuk pelat

-9-
Baja karbon rendah merupakan produk utama dalam produksi baja, dan pelat tipis dibuat
melalui berbagai cara sebagai bahan peralatan dapur. Sedangkan pelat tebal dipakai untuk
jembatan dan konstruksi.

Baja pelat yang dirol panas dan baja berkekuatan tinggi


Lembaran baja setelah dirol panas mempunyai sifat-sifat yang mudah dibentuk dan
mudah dilas. Dilihat dari cara pembuatan baja, pengerolan pelat adalah proses yang
sangat efisien dan sangat ekonomi, oleh karena itu ada satu kecenderungan bahwa lambat
laun struktur, konstruksi baja dibuat dari pelat yang dirol dengan mempergunakan teknik
pengelasan. Ada berbagai macam bahan seperti baja untuk cetakan, pipa-pipa dan
sebagainya, dapat juga dibuat dengan jalan yang sama.

Penggunaan baja untuk kekuatan dan keuletan


Sebagai petunjuk pertama dalam pemilihan baja yang akan dipakai sebagai bahan
konstruksi ialah kekuatan dan keuletan yang memadai. Satu dari sekian sifat-sifat baja
yang paling penting ialah kekuatan, tetapi karena pada umumnya apabila kekuatan
ditingkatkan, keuletannya menurun, maka kekuatan yang berlebihan menyebabkan
kerusakan karena benturan, dan sebagainya. Pada umumnya baja yang telah dikeraskan
dan ditemper untuk keperluan tersebut.

Baja yang mempunyai kekerasan tinggi sebagai sifat utamanya


 Baja pegas sebenarnya tidak mempunyai kekerasan yang tinggi sebagai
sifat utamanya yang berupa modulus elastic dan batas elastik.
 Baja bantalan sebagai bahan untuk bantalan peluru dan bantalan rol di
setiap negara, tanpa mengubah komposisi kimianya, karena baja tersebut
mempunyai mampu keras yang baik, mampu mesin yang baik dan umur
yang lama.
 Baja perkakas dingin mempunyai kadar karbon yang tinggi.
 Baja perkakas panas adalah bahan yang dipakai untuk proses
pengerjaan panas seperti pada pengecoran cetak, ekstruksi, untuk bilah
penggunting dan untuk cetakan penempaan panas yang dipakai pada
temperatur tinggi dan lain sebagainya.

 Baja kecepatan tinggi mempunyai kekerasan panas dan ketahanan aus


yang sangat baik di samping mempunyai sifat-sifat mekanik yang cukup
baik.

 Beberapa beban yang biasanya dihadapi oleh struktur baja sebagai


berikut :
 Beban Mati
Beban mati adalah beban kerja akibat gravitasi yang tetap posisinya disebut demikian
karena bekerja terus-menerus dengan arah ke bumi tempat struktur didirikan. Beban mati
umumnya diketahui secara tepat setelah perencanaan selesai.

- 10 -
 Beban Hidup
Beban gravitasi pada struktur, yang besar dan lokasinya bervariasi, disebut beban hidup.
Beberap beban hidup secara peraktis permanen, sedangkan yang lain hanya bekerja
sekejap. Karena berat, lokasi, dan kepadatan beban hidup sifatnya tidak diketahui, maka
besar yang sesungguhnya dan posisi dari beban ini sangat sukar ditentukan.
 Beban Salju
Sebagian atau seluruhbeban hidup untuk perencanaan atap bisa berupa beban salju.
Karena salju mempunyai berat jenis yang fariabel, walaupun jika tebal salju untuk
perencanaan atap diketahui beban persatuan luas atap hanyalah taksiran belaka.
 Beban Hidup Jalan Raya
Pembebenan kendaraan jalan raya di amerika telah distandarisasi oleh American
Association Of State High Way And Transportation Officials (AASHTO) menjadi beban
truk dan beban jalur standar.yang mendekati beban suatu rangkaian truk.
 Kejut
Istilah kejut atau impact seperti yang digunakan dalam perencanaan struktur menyatakan
pengaruh dinamis dari beban yang diberikan secara tiba-tiba. Dalam pembangunan suatu
struktur bahan-bahan ditambahkan secara perlahan-lahan, orang yang memasuki suatu
gedung juga dianggap beban bertahap
 Beban Angin
Struktur memikul beban angin tetapi umumnya hanya pada bangunan. Dengan tinggi
lebih dari 3 atau 4 tingkat dari jembatan yang panjang, peninjauan angin secara khusus
diperlukan
 Beban Gempa
Gempa bumi menimbulkan pergerakan dalam arah mendatar atau vertical dengan besar
gerak vertical, yang umumnya jauh lebih kecil. Karena gerak mendatar mengakibatkan
pengaruh paling besar pengaruh gerak ini biasanya dipandang sebagai beban gempa.

 KEUNTUNGAN MENGGUNAKAN KONSTRUKSI BAJA


kecepatan dalam mendirikan bangunan atau jembatan apabila disbanding dengan
beton Berbeda dengan proyek yang dikerjakan dengan konstruksi beton yang dalam
setiap langkah setelah pengecoran struktur bangunan bersangkutan harus menunggu
sedikitnya 28 hari untuk menunggu tingkat kekuatan tekan dan kekuatan tarik dari

- 11 -
konstruksi beton bersangkutan. Dengan konstruksi baja justru bisa lebih dulu dibuat atau
dirakit di bawah atau bahkan di luar lokasi proyek

 KEKURANGAN MENGGUNAKAN BAJA


konstruksi baja ini juga memiliki kekurangan yang fatal yakni tidak tahan
terhadap suhupanas. Itu sebabnya ancaman bahaya kebakaran merupakan hal utama yang
terus dijagaApi memang menjadi musuh utama dari konstruksi baja.CONTOHNYA
SAJA : runtuhnya gedung monumental World Trade Centre (WTC) di New York,
Amerika Serikat, yang merupakan bangunan dengan 110 lantai serta memiliki ketinggian
sampai 417 meter yang fenomenal itu.

- 12 -
BAB II
ISI

Baja stainless
Baja stainless merupakan baja paduan yang mengandung minimal 10,5% Cr.
Sedikit baja stainless mengandung lebih dari 30% Cr atau kurang dari 50% Fe.
Karakteristik khusus baja stainless adalah pembentukan lapisan film kromium oksida
(Cr2O3). Lapisan ini berkarakter kuat,tidak mudah pecah dan tidak terlihat secara kasat
mata. Lapisan kromium oksida dapat membentuk kembali jika lapisan rusak dengan
kehadiran oksigen. Pemilihan baja stainless didasarkan dengan sifat-sifat materialnya
antara lain ketahanan korosi, fabrikasi, mekanik, dan biaya produk. Penambahan unsur-
unsur tertentu kedalam baja stainless dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :

< Penambahan Molibdenum (Mo) bertujuan untuk memperbaiki ketahanan korosi


pitting dan korosi celah

< Unsur karbon rendah dan penambahan unsur penstabil karbida (titanium atau
niobium) bertujuan menekan korosi batas butir pada material yang mengalami
proses sensitasi.

< Penambahan kromium (Cr) bertujuan meningkatkan ketahanan korosi dengan


membentuk lapisan oksida (Cr2O3) dan ketahanan terhadap oksidasi temperatur
tinggi.

< Penambahan nikel (Ni) bertujuan untuk meningkatkan ketahanan korosi dalam
media pengkorosi netral atau lemah. Nikel juga meningkatkan keuletan dan
mampu bentuk logam. Penambahan nikel meningkatkan ketahanan korosi
tegangan.

< Penambahan unsur molybdenum (Mo) untuk meningkatkan ketahanan korosi


pitting di lingkungan klorida.

< Unsur aluminium (Al) meningkatkan pembentukan lapisan oksida pada


temperature tinggi.

Umumnya berdasarkan paduan unsur kimia dan presentasibaja stainless dibagi menjadi
lima katagori. Lima katagori tersebut yaitu :

Baja stainless martensitik.

Baja ini merupakan paduan kromium dan karbon yang memiliki struktur martensit body-
centered cubic (bcc) terdistorsi saat kondisi bahan dikeraskan. Baja ini merupakan
ferromagnetic, bersifat dapat dikeraskan dan umumnya tahan korosi di lingkungan

- 13 -
kurang korosif. Kandungan kromium umumnya berkisar antara 10,5 – 18%, dan karbon
melebihi 1,2%. Kandungan kromium dan karbon dijaga agar mendaptkan struktur
martensit saat proses pengerasan. Karbida berlebih meningkatkan ketahanan aus. Unsur
niobium, silicon,tungsten dan vanadium ditambah untuk memperbaiki proses temper
setelah proses pengerasan. Sedikit kandungan nikel meningkatkan ketahan korosi dan
ketangguhan.

Baja stainless Ferritik

Baja jenis ini mempunyai struktur body centered cubic (bcc). Unsur kromium
ditambahkan ke paduan sebagai penstabil ferrit. Kandungan kromium umumnya kisaran
10,5 – 30%. Beberapa tipe baja mengandung unsur molybdenum, silicon, aluminium,
titanium dan niobium. Unsur sulfur ditambahkan untuk memperbaiki sifat mesin. Paduan
ini merupakan ferromagnetic dan mempunyai sifat ulet dan mampu bentuk baik namun
kekuatan di lingkungan suhu tinggi lebih rendah dibandingkan baja stainless austenitic.
Kandungan karbon rendah pada baja ferritik tidak dapat dikeraskan dengan perlakuan
panas.

Tingkat kekerasan beberapa tipe baja stainless ferritik dapat ditingkatkan dengan cara
celup cepat. Metode celup cepat merupakan proses pencelupan banda kerja secara cepat
dari keadaan temperature tinggi ke temperature ruang. Sifat mampu las, keuletan,
ketahanan korosi dapat ditingktakan dengan mengatur kandungan tertentu unsur karbon
dan nitrogen.

Baja Stainless austenitik

Baja Stainless austenititk merupakan paduan logam besi-krom-nikel yang mengandung


16-20% kromium, 7-22%wt nikel, dan nitrogen. Logam paduan ini merupakan paduan
berbasis ferrous dan struktur kristal face centered cubic (fcc). Struktur kristal akan tetap
berfasa austenit bila unsur nikel dalampaduan diganti mangan (Mn) karena kedua unsur
merupakan penstabil fasa austenit. Fasa austenitic tidak akan berubah saat perlakuan
panas anil kemudian didinginkan pada temperatur ruang. Baja stainless austenitik tidak
dapat dikeraskan melalui perlakuan celup cepat (quenching). Umumnya jenis baja ini
dapat tetap menjaga sifat asutenitik pada temperature ruang, lebih bersifat ulet dan
memiliki ketahanan korosi lebih baik dibandingkan baja stainless ferritik dan martensit.
Setiap jenis baja stainless austenitic memiliki karakteristik khusus tergantung dari
penambahan unsur pemadunya terlihat pada.

Baja stainless austenitic hanya bisa dikeraskan melalui pengerjaan dingin.


Material ini mempunyai kekuatan tinggi di lingkungan suhu tinggi dan bersifat cryogenic.
Tipe 2xx mengandung nitrogen, mangan 4-15,5%wt, dan kandungan 7%wt nikel. Tipe
3xx mengandung unsur nikel tinggi dan maksimal kandungan mangan 2%wt. Unsur
molybdenum, tembaga, silicon, aluminium,titanium dan niobium ditambah dengan
karakter material tertentu seperti ketahanan korosi sumuran atau oksidasi. Sulfur
ditambah pada tipe tertentu untuk memperbaiki sifat mampu mesin.

- 14 -
Salah satu jenis baja stainless austenitic adalah AISI 304. Baja austenitic ini
mempunyai struktur kubus satuan bidang (face center cubic) dan merupakan baja dengan
ketahanan korosi tinggi. Komposisi unsur – unsur pemadu yang terkandung dalam AISI
304 akan menentukan sifat mekanik dan ketahanan korosi. Baja AISI 304 mempunyai
kadar karbon sangat rendah 0,08%wt. Kadar kromium berkisar 18-20%wt dan nikel 8-
10,5%wt yang terlihat pada Tabel 1. Kadar kromium cukup tinggi membentuk lapisan
Cr2O3 yang protektif untuk meningkatkan ketahanan korosi. Komposisi karbon rendah
untuk meminimalisai sensitasi akibat proses pengelasan.

Tabel 1. Komposisi kimia baja AISI 304[4]

Unsur %wt
C 0,08
Mn 2
P 0,45
S 0,03
Si 0,75
Cr 18-20
Ni 8-10,5
Mo 0
Ni 0,10
Cu 0
Fe Balance

Komposisi kandungan unsure dalam baja AISI 304 tersebut diperoleh sifat mekanik
material yang ditunjukan pada Tabel 2.

Tabel 2. Sifat mekanik AISI 304 [4]

Poison Tensile Yield Elong Hard Mod Density


0,27- 515 205 40 88 193 8
0,30

Keterangan :

Poison : Rasio Poison

Tensile : Tensile strength (MPa)

Yield : Yield Strength (MPa)

Elong : elongation %

Hard : Kekerasan (HVN)

Mod : Modulus elastisitas (GPa)

- 15 -
Density : berat jenis (Kg/m3)

Tabel 3. Sifat fisik dan listrik AISI 304 pada kondisi annealed[4]

Thermal ekspansi Thermal konduktivitas Spesific heat (J/kg-K) Resistivitas (10-9- m)


(10-6/ºC) (W/m-K)
17,2 16,2 500 720

Baja stainless dupleks

Jenis baja ini merupakan paduan campuran struktur ferrite (bcc) dan austenit.
Umumnya paduan-paduan didesain mengandung kadar seimbang tiap fasa saat kondisi
anil. Paduan utama material adalah kromium dan nikel, tapi nitrogen,
molybdenum,tembaga,silicon dan tungsten ditambah untuk menstabilkan struktur dan
memperbaiki sifat tahan korosi. Ketahanan korosi baja stainless dupleks hampir sama
dengan baja stainless austenitik. Kelebihan baja stainless dupleks yaitu nilai tegangan
tarik dan luluh tinggi dan ketahanan korosi retak tegang lebih baik dari pada baja
stainless austenitik. Ketangguhan baja stainless dupleks antara baja austenitic dan ferritik.

Baja stainless pengerasan endapan

Jenis baja ini merupakan paduan unsure utama kromium-nikel yang mengandung
unsur precipitation-hardening antara lain tembaga, aluminium, atau titanium. Baja ini
berstruktur austenitic atau martensitik dalam kondisi anil. Kondisi baja berfasa austenitic
dalam keadaan anil dapat diubah menjadi fasa martensit melalui perlakuan panas.
Kekuatan material melalui pengerasan endapan pada struktur martensit.

Perhatian masyarakat dunia terhadap masalah lingkungan sangat tinggi akhir-


akhir ini, dan ditambah lagi dengan kesepakatan berbagai pemerintah setelah Protokol
Kyoto tahun 1997 yang menghasilkan keputusan untuk mengurangi emisi CO2 di
negaranya. Hal di atas menggesa industri material termasuk industri baja untuk mendaur
ulang(recycle). .

Proses daur ulang atau penggunaan baja bekas sangat menguntungkan industri baja baik
dari segi ekonomis dan lingkungan. Baja bekas yang menggantikan bijih dan pasir besi
sebagai bahan baku dapat mengurangi energi dan juga emisi CO2 sebesar 1/6-1/3 kali
lipat dibanding proses konvensional yang menggunakan bijih dan pasir besi serta kokas.
Kemudian, keuntungan lain yang perlu diperhatikan adalah pengurangan penggunaan
sumber daya alam (SDA) yaitu pasir, bijih besi, dan kokas yang sangat terbatas.

Akan tetapi, proses daur ulang baja bekas tidak berjalan sesuai yang diharapkan. Jumlah
baja bekas semakin meningkat, dan di Jepang jumlah ini meningkat sampai 18 juta ton.
Padahal, jumlah produksi baja di Jepang lebih kecil dari jumlah di atas, yaitu sebesar 1
juta ton pertahun. Ini berarti Jepang yang dikenal tidak mempunyai SDA bijih besi
tersimpan bahan baku baja yang dapat digunakan untuk produksi mereka selama 18
tahun. Bahkan terdapat kecenderungan peningkatan jumlah baja bekas ini setiap

- 16 -
tahunnya. Semua ini disebabkan tercampurnya logam tembaga pada baja bekas yang
berasal dari sampahmobil-mobil.

Dengan semakin meningkatnya kecanggihan teknologi otomotif seperti sisi otomatisasi,


penggunaan tembaga yang tidak dapat dihindari karena tingginya konduktifitasnya
sehingga tembaga ini tercampur dengan badan mobil yang telah dibuang.

Tembaga yang menjadi campuran logam pada leburan baja bekas sangat sulit dieliminasi
karena tembaga mempunyai sifat kimia yang lebih mulia daripada baja, sehingga baja
akan teroksidasi dalam proses pemurnian. Permasalahan muncul ketika baja diperlakukan
hot-rolling yang bertujuan membentuk baja sesuai dengan permintaan. Pada suhu tinggi,
tembaga berubah keadaan dari padat menjadi cair dan memasuki batas-batas butir baja,
kemudian memutus ikatan butir baja ketika di-rolling dan akhirnya baja menjadi retak
dan tidak dapat digunakan sebagai material. Ini semua yang mengakibatkan daur ulang
dari baja bekas terhambat yang kemudian menjadi masalah lingkungan. Di dunia industri
baja, tembaga dianggap elemen yang tidak bermanfaat bahkan elemen perusak dan
penghambat daur ulang baja.

Bertentangan dengan hal diatas, profesor Setsuo Takaki berpendapat lain terhadap
tembaga ini. Menurutnya tembaga harus digunakan untuk meningkatkan sifat mekanika
baja sehingga kuantitas daur ulang baja meningkat, dan jumlah sampah baja yang
menjadi masalah lingkungan dapat diatasi. Tembaga sebagai campuran logam untuk baja
mempunyai sisi positif yang sangat besar baik sisi mekanika, ekonomis serta kimia.
Pemanfaatan tembaga sebagai campuran baja sudah dimulai oleh peneliti seperti
Hornbogen dan diikuti oleh ilmuwan lain dengan banyaknya publikasi tulisan ilmiah
tentang campuran baja dengan tembaga. Produksi dan pengaplikasian baja yang
mengandung tembaga ini mulai meningkat karena teknologi rolling yang semakin tinggi.

Untuk mempromosikan penggunaan tembaga sebagai campuran baja, pemerintah Jepang


melalui institusi NEDO sejak tahun 2001 telah memulai poyek nasional yaitu NanoMetal.
Proyek ini melibatkan universitas-universitas, lembaga penelitian serta industri baja di
Jepang. Penelitian yang dilakukan di proyek ini sangat luas baik yang bersifat dasar serta
teori seperti perilaku presipitasi tembaga ketika perlakuan panas sampai kearah yang
bersifat aplikasi yaitu peningkatan kekuatan, work-hardening oleh presipitasi tembaga.

Baja banyak dipakai sebagai material konstruksi karena sifat mekanikanya yang sangat
baik yaitu kekuatan dan keuletannya, selain itu baja juga sangat mudah untuk dibentuk
menjadi bermacam-macam bentuk. Baja mempunyai kekerasan dan kekuatan yang sangat
baik dibanding material polimer, alumunium bahkan titanium. Meskipun demikian,
permintaan untuk lebih meningkatkan kekuatan baja semakin bertambah, karena
kecenderungan untuk menyederhanakan desain bangunan serta pengurangan berat
konstruksi.

Biasanya kekuatan baja ditingkatkan dengan menambah jumlah karbon sebagai campuran
logam, akan tetapi penambahan ini dapat menurunkan sifat plastisnya terutama keuletan
setelah dilas (welding) sehingga baja menjadi getas. Tetapi, masalah ini dapat teratasi

- 17 -
dengan mensubstitusi karbon dengan tembaga meskipun kekuatannya meningkat.
Peningkatan kekuatan ini disebabkan oleh presipitasi tembaga pada baja. Apabila
presipitasi tembaga ini dapat dikontrol maka sifat mekanika baja dapat ditingkatkan
selain upaya peningkatan daur ulang baja bekas. Inilah target utama dari proyek nasional
yang dikoordinasi oleh NEDO.

Industri otomotif telah melirik campuran baja dengan tembaga ini karena sifatnya yang
sangat lentur sehingga dapat dipress menjadi bermacam-macam bentuk sesuai dengan
desain mobil yang melekuk-lekuk. Setelah dipress, baja itu diperlakukan panas untuk
meningkatkan kekuatan baja dengan presipitasi tembaga.

Bidang lain juga memanfaatkan campuran logam ini yaitu konstruksi bangunan lepas
pantai. Standar untuk konstruksi ini sangat ketat karena penggunaannya di laut lepas yang
akan merengut jiwa pekerja di sana bila terjadi kecelakaan yang disebabkan oleh
kegagalan desain atau kegagalan material. Sumitomo metals telah berhasil memproduksi
baja berkekuatan di atas 550MPa dengan penguatan oleh presipitasi tembaga. Baja ini
mempunyai kekuatan lebih dari 550MPa meskipun ketebalannya di atas 75mm. Karena
penggunaan tembaga ini, keuletan matrik dan juga bagian lasnya sangat baik meskipun
diuji impact pada suhu kamar ataupun sekitar -40 derajat celcius yang merupakan suhu di
daerah laut utara. Baja ini ditargetkan akan digunakan untuk material pada konstruksi
tambang minyak lepas pantai di daerah Sakhalin, Rusia.

Industri baja Jepang yang lain yaitu Nisshin Steel melakukan suatu terobosan baru dalam
produknya yaitu baja tahan karat (stainless steel) yang dapat membunuh bakteri. Baja ini
mendapat perhatian bagi industri elektronik rumah tangga seperti lemari es, mesin cuci
dan industri yang memproduksi peralatan dapur. Dengan presipitasi tembaga yang
dihasilkan melalui perlakuan panas, bakteri-bakteri yang banyak berkembang biak di
mesin cuci mati. Terobosan ini mengundang perhatian masyarakat Jepang yang terkenal
sangat sensitif terhadap kebersihan dan higienis.

Dari sini kita dapat melihat bahwa ide dan terobosan baru yang dapat merubah keadaan
sangat diperlukan di bidang logam dan baja sehingga sesuatu yang dianggap sampah atau
tidak berguna dapat menjadi produk yang bermanfaat untuk masyarakat luas serta
lingkungan.

Pengaruh unsur-unsur di dalam baja :

C (karbon)

- 18 -
Logam baja ditambahkan dengan unsur karbon akan meningkatkan kekerasan dan
kekuatan melalui perlakuan pemanasan tapi penambahan karbon dapat memperlebar
range nilai kekerasan dan kekuatan bahan.

Mn (Mangan)

Mangan ditambahkan ke dalam baja akan memperbaiki sifat hot working dan
meningkatkan kekuatan, ketangguhan dan mampu keras.

Si (Silikon)

Silikon digunakan sebagai deoxidizing (killing) agent dalam peleburan baja. Sebagai
hasilnya bahwa sebagian besar jenis banyak mengandung konsentrasi rendah silicon.
Silikon berkontribusi untuk mengeraskan fasa ferritik di baja.

S (sulfur)

Saat ditambahkan dalam jumlah kecil sulfur dapat memperbaiki mampu mesin tapi tidak
menyebabkan hot shortness. Hot shortness merupakan fenomena getas pada kondisi suhu
tinggi yang disebabkan oleh sulfur. Kehadiran sulfur dapat mengikat Fe menjadi FeS.
Senyawa ini terkonsentrasi di batas butir dan melebur di bawah temperature melting baja.
Disebabkan titik lebur FeS,maka kohesi antarabutir-butir menjadi hancur dan
menyebabkan crack saat butir mengembang. Fenomena terjadi saat baja di tempa atau
roll saat suhu kerja meningkat. Sehingga harus ditambahkan Mn untuk mengikat sulfur
menjadi MnS.

P (fosfor)

Unsur fosfor biasanya ditambakan dengan sulfur(S) untuk memperbaiki mampu mesin di
baja paduan rendah. Dengan penambahan sedikit unsur fosfor dapat membantu
meningkatkan kekuatan dan ketahanan korosi. Kehadiran fosfor di dalam stainless steel
auntenitk dapat meningkatkan kekuatan. Penambahan fosfor juga dapat meningkatkan
kerentanan terhadap crack saat pengelasan.

Proses Perlakuan Panas Pada Baja


Proses perlakuan panas adalah suatu proses mengubah sifat logam dengan cara
mengubah struktur mikro melalui proses pemanasan dan pengaturan kecepatan
pendinginan dengan atau tanpa merubah komposisi kimia logam yang bersangkutan.
Tujuan proses perlakuan panas untuk menghasilkan sifat-sifat logam yang diinginkan.

- 19 -
Perubahan sifat logam akibat proses perlakuan panas dapat mencakup keseluruhan bagian
dari logam atau sebagian dari logam.
Adanya sifat alotropik dari besi menyebabkan timbulnya variasi struktur mikro
dari berbagai jenis logam. Alotropik itu sendiri adalah merupakan transformasi dari satu
bentuk susunan atom (sel satuan) ke bentuk susunan atom yang lain. Pada temperatur
dibawah 910 0C sel satuannya Body Center Cubic (BCC), temperatur antara 910 dan
1392 oC sel satuannya Face Center Cubic (FCC) sedangkan temperatur diatas 1392 sel
satuannya kembali menjadi BCC. Bentuk sel satuan ditunjukan pada Gbr dibawah ini:

Bentuk sel satuan BCC

Bentuk sel satuan FCC

Perubahan bentuk susunan atom (sel satuan) akibat pemanasan ditunjukan pada Gbr.
Dibawah ini

- 20 -
Gbr. Perubahan bentuk sel satuan akibat pemanasan pada logam

Proses perlakuan panas ada dua kategori, yaitu :


1. Softening (Pelunakan) : Adalah usaha untuk menurunkan sifat mekanik agar
menjadi lunak dengan cara mendinginkan material yang sudah dipanaskan didalam
tungku (annealing) atau mendinginkan dalam udara terbuka (normalizing).
2. Hardening (Pengerasan) : Adalah usaha untuk meningkatkan sifat material
terutama kekerasan dengan cara selup cepat (quenching) material yang sudah
dipanaskan ke dalam suatu media quenching berupa air, air garam, maupun oli.
Austenisasi Pada Perlakuan Panas
Tujuan proses austenisasi adalah untuk mendapatkan struktur austenit yang
homogen. Kesetimbangan kadar karbon austenit akan bertambah dengan naiknya suhu
austenisasi, ini mempengaruhi karakteristik isothermal. Bila kandungan karbon
meningkat maka temperatur Ms menjadi rendah, selain itu kandungan karbon akan
meningkat pula jumlah grafit akan membentuk senyawa karbida yang semakin banyak.
Proses perlakuan panas selalu diawali dengan transformasi dekomposisi austenit menjadi
struktur mikro yang lain. Struktur mikro yang dihasilkan lewat transformasi tergantung
pada parameter proses perlakuan panas yang diterapkan dan jenis proses proses perlakuan
panas. Struktur mikro yang berubah melalui transformasi dekomposisi austenit menjadi
struktur mikro yang lain, dimaksudkan untuk memperoleh sifat mekanik dan fisik yang
diperlukan untuk suatu aplikasi proses pengerjaan logam. Proses selanjutnya setelah fasa
tunggal austenit terbentuk adalah pendinginan, dimana mekanismenya dipengaruhi oleh
temperatur, waktu, serta media yang digunakan. Pada pendinginan secara perlahan-lahan
perubahan fasa berdasarkan mekanisme difusi, dimana kehalusan dan kekasaran struktur
yang dihasilkan tergantung pada kecepatan difusi.
Bila pendinginan dilakukan secara cepat, maka perubahan fasanya berdasarkan
mekanisme geser menghasilkan struktur mikro dengan sifat mekanik yang keras dan
getas. Perubahan struktur mikro selama proses pendinginan dapat merupakan paduan dari
mekanisme difusi dan mekanisme geser.

- 21 -
Variasi dari pembentukan struktur mikro yang merupakan fungsi dari kecepatan
pendinginan pada baja dari temperatur eutektoid, dapat dilihat pada Gbr. dibawah.

Gbr. Pengaruh Kecepatan pendinginan pada baja terhadap struktur mikro

Annealing
Annealing adalah proses pemanasan baja yang diikuti dengan pendinginan lambat
didalam tungku yang dimatikan. Temperatur pemanasan annealing, untuk baja
hypoeutektoid adalah sekitar sedikit diatas garis A3 (Gbr. 5.) dan untuk baja
hypereutektoid adalah sedikit diatas garis Acm (Gbr.5.). Tujuan dari annealing untuk
memperbaiki ; mampu mesin, mampu bentuk, keuletan, kehomogenan struktur,
menghilangkan tegangan dalam, dan lain sebagainya.

Normalizing
Normalizing adalah proses pemanasan baja yang diikuti dengan pendinginannya
diudara terbuka. Tujuan normalizing antara lain untuk memperbaiki sifat mampu mesin,
memperhalus butir dan lain sebagainya. Temperatur pemanasan normalizing, untuk baja
hypoeutektoid dipanaskan pada temperatur 30 oC sampai dengan 40 C diatas garis A3 agar
diperoleh Austenit yang homogen.
Daerah temperatur pemanasan untuk proses Annealing dan Normalizing dari
diagram fasa Fe-C, dapat dilihat pada Gbr

- 22 -
Temperatur pemanasan untuk Annealing, Normalizing, Hot Working
dan Homogenizing pada diagram Fe-Fe3C

Setelah waktu penahanan pada temperatur austenisasi selesai, kemudian baja


didinginkan di udara sampai mencapai temperatur kamar (27 oC). Struktur Metalurgi baja
HypoEutektoid yang dihasilkan terdiri dari ferit dan perlit.
Sifat mekanik baja yang dihasilkan setelah proses annealing dan normalizing,
tergantung pada laju pendinginan diudara. Laju pendinginan yang agak cepat akan
menghasilkan kekuatan dan kekerasan yang lebih tinggi.
Siklus dari temperatur pemanasan dan kecepatan pendinginan dari proses
annealing dan normalizing, dapat dilihat pada Gbr

Gbr .Skematik siklus temperatur – waktu dari annealing dan normalizing

Struktur yang dihasilkan dari proses pemanasan dan pendinginan yang lambat adalah fasa
ferit dan fasa perlit.

- 23 -
Gbr.Struktur mikro baja karbon medium (AISI 1045) yang dinormalisasi
hasil austenisasi pada temperatur 1095oC pendinginan diudara

Dari Gbr.terlihat fasa ferit dan perlit. Fasa ferit adalah fasa yang terlihat berwarna
terang, fasa ini mempunyai mempunyai sifat lunak. Sedangkan
fasa perlit yang terlihat berwarna gelap adalah lapisan ferit dan sementit, fasa ini
mempunyai sifat mampu mesin yang baik.
Temperatur pemanasan austenisasi yang semakin tinggi (super heating)
diatas garis A3 akan menghasilkan pertumbuhan butir austenit yang semakin besar,
sehingga pada saat pendinginan yang lambat akan menghasilkan butir ferit dan perlit
yang semakin kasar. Pada Gbr.dapat dilihat skema pengaruh temperatur austenisasi pada
struktur mikro baja hasil proses annealing dan normalizing.

Gbr.Skema pengaruh temperatur austenisasi yang menunjukan


perubahan struktur baja dalam proses annealing dan normalizing.

Temperatur pemanasan yang sangat tinggi (overheating) pada proses annealing


dan normalizing ini sedikit berpengaruh pada kekuatan luluh, kekuatan tarik dan
kekerasan suatu baja. Persentase perpanjangan, reduksi dan kekuatan impak akan
meningkat dengan semakin meningkatnya besar butir. (Ref.4)

- 24 -
Proses Hardening
Proses ini berguna untuk memperbaiki kekerasan dari baja tanpa dengan
mengubah komposisi kimia secara keseluruhan. Proses ini mencakup proses pemanasan
sampai pada austenisasi dan diikuti oleh pendinginan dengan kecepatan tertentu untuk
mendapatkan sifat-sifat yang diinginkan. Temperatur yang dipilih tergantung pada jenis
baja yang diproses, dimana temperatur pemanasan 50 ˚C – 100 ˚C di atas garis A 3 untuk
baja hypoeutektoid. Sedangkan proses pendinginannya bermacam-macam tergantung
pada kecepatan pendinginan dan media quenching yang dikehendaki. Untuk pendinginan
yang cepat akan didapatkan sifat logam yang keras dan getas sedangkan untuk
pendinginan yang lambat akan didapatkan sifat yang lunak dan ulet.
Pada baja hypoeutektoid temperatur diatas garis Ac3, struktur baja akan
seluruhnya berkomposisikan butir austenit, dan pada saat pendinginan cepat akan
menghasilkan martensit. Quenching baja hypoeutektoid dari temperatur diatas temperatur
optimum akan menyebabkan terjadinya overheating. Overheating dalam hardening akan
menghasilkan butir martensit kasar yang mempunyai kerapuhan yang tinggi (Ref.4)
Proses ini sangat dipengaruhi oleh parameter tertentu seperti :
a. Temperatur pemanasan, yaitu temperatur austenisasi yang dikehendaki agar dicapai
transformasi yang seragam pada material.
b. Waktu pemanasan, yaitu lamanya waktu yang diperlukan untuk mencapai temperatur
pemanasan tertentu (temperatur austenisasi).
c. Waktu penahanan, yaitu lamanya waktu yang diperlukan agar didapatkan distribusi
temperatur yang seragam pada benda kerja.
Waktu pemanasan ini merupakan fungsi dari dimensi dan daya hantar panas
benda kerja. Lamanya waktu penahanan akan menimbulkan pertumbuhan butir yang
dapat menurunkan kekuatan material.
Pada Gbr. berikut dapat dilihat pengaruh parameter tersebut di atas, dengan
kekerasan yang dihasilkan.

Grafik pengaruh parameter pengerasan.

- 25 -
Berdasarkan faktor-faktor tadi maka selanjutnya pembentukan austenit dan
pengontrolan butiran austenit merupakan aspek penting dalam proses hardening, karena
transformasi austenit dan sifat mekanis dari struktur mikro yang terbentuk ditentukan
oleh ukuran butir austenit.

Quenching
Untuk memperoleh kekerasan yang diinginkan, maka dilakukan proses
quenching. Media quech yang biasa dipergunakan diantaranya :
• Larutan Garam
• Air
• Oli
Pemilihan media quech untuk mengeraskan baja tergantung pada laju pendinginan
yang diinginkan agar dicapai kekerasan tertentu. Untuk lebih memahami laju
pendinginan dari setiap media queching, perlu memeriksa kurva pendinginan seperti
terlihat pada Gbr.17. Kurva ini menyatakan perubahan temperatur benda kerja pada saat
didinginkan atau di quench dari temperatur pengerasannya. Pada pendinginan tersebut
terjadi dalam 3 tahap berbeda yang ditandai A, B, C, dimana masing-masing tahap
memiliki karakteristik pendinginan yang berbeda-beda.

Gbr.17. Tahapan dari pendinginan selama quenching (Ref.5)

Jika suatu benda kerja diquench ke dalam medium queching, lapisan cairan
disekeliling benda kerja akan segera terpanasi sehingga mencapai titik didihnya dan
berubah menjadi uap. Pada tahap ini (tahap A) benda kerja akan segera dikelilingi oleh
lapisan uap yang terbentuk dari cairan pendingin yang menyentuh permukaan benda
kerja. Uap yang terbentuk menghalangi cairan pendingin menyentuh permukaan benda
kerja. Sebelum terbentuk lapisan uap, permukaan benda kerja mengalami pendinginan
yang sangat intensif. Dengan adanya lapisan uap, akan menurunkan laju pendinginan,
karena lapisan terbentuk dan akan berfungsi sebagai isolator.(Ref.5)
Pendinginan dalam hal ini terjadi efek radiasi melalui lapisan uap ini lama-
kelamaan akan hilang oleh cairan pendingin yang mengelilinginya. Kecepatan
menghilangkan lapisan uap makin besar jika viskositas cairan makin rendah.
Jika benda kerja didinginkan lebih lanjut, panas yang dikeluarkan oleh benda
kerja tidak cukup untuk tetap menghasilkan lapisan uap, dengan demikian tahap B
dimulai. Pada tahap ini cairan pendingin dapat menyentuh permukaan benda kerja

- 26 -
sehingga terbentuk gelembung-gelembung udara dan menyingkirkan lapisan uap
sehingga laju pendinginan menjadi bertambah besar.
Tahap C dimulai jika pendidihan cairan pendingin sudah berlalu sehingga cairan
pendingin tersebut pada tahap ini sudah mulai bersentuhan dengan seluruh permukaan
benda kerja. Pada tahap ini pula pendinginan berlangsung secara konveksi karena itu laju
pendinginan menjadi rendah pada saat temperatur benda kerja turun. Untuk mencapai
struktur martensit yang keras dari baja karbon dan baja paduan, harus diciptakan
kondisi sedemikian sehingga kecepatan pendinginan yang terjadi melampaui kecepatan
pendinginan kritik dari benda kerja yang diquench, sehingga transformasi ke perlit atau
bainit dapat dicegah.
Fluida yang ideal untuk media quench agar diperoleh struktur martensit, harus
bersifat :
o Mengambil panas dengan cepat didaerah temperatur yang tinggi.
o Mendinginkan benda kerja relatif lambat di daerah temperatur yang rendah, misalnya
di bawah temperatur 350˚C agar distorsi atau retak dapat dicegah.
Pada tabel.berikut dapat dilihat beberapa sifat dan keunggulan dari setiap media
quenching yang biasa digunakan.
Tabel. Nilai kekerasan (severity) dari media quenching
Air Oil Water Brine
No Circulation of Fluid or Agitation of 0.25 to 0.9 to
0.02 2
Piece 0.30 1.0
Mild Circulation 0.30 to 1.0 to 2 to

……………………………. 0.35 1.1 2.2
Moderate Circulation 0.35 to 1.2 to
… …
……………………… 0.40 1.3
Good Circulation 1.4 to
… 0.4 to 0.5 …
…………………………… 1.5
Strong Circulation 1.6 to
0.05 0.5 to 0.8 …
………………………….. 2.0
Violent Circulation
… 0.8 to 1.1 4 5
………………………….

Pengaruh Campuran Unsur Kimia Pada Baja

1. C = CARBON : Mempunyai sifat keras tetapi getas. Fungsi CARBON pada baja
adalah mampu menjalani reaksi-reaksi kimia seperti reaksi SUBSTITUSI (pergantian),
reaksi ADISI (penambahan), reaksi ELIMINASI (pengurangan). CARBON pada baja
adalah sebagai LEM atau zat perekat dan mempunyai sifat cukup TAHAN GESEK
terhadap benda atrasip ( tanah yang berpasir dan tidak mengandung silicon ). CARBON
membuat / MEMBENTUK STRUKTUR FERRITE, dimana struktur tersebut mempunyai
kekerasan diatas 48HRC, tetapi tidak mempunyai sifat ketajaman.

2. Si = SILICON : Mempunyai SIFAT ELASTIS / KEULETANNYA TINGGI.


SILICON juga menambah kekerasan dan ketajaman pada baja. Tapi penambahan
SILICON yang BERLEBIHAN akan menyebabkan BAJA tersebut MUDAH RETAK.
SILICON berupa massa hitam mirip logam yang meleleh pada 1410°C . Unsur ini

- 27 -
mempunyai kecenderungan yang kuat untuk berikatan dengan oksigen dan SIFAT
SERATNYA TAHAN API.

3. Mn = MANGAN : Mempunyai sifat yang TAHAN terhadap GESEKAN dan TAHAN


TEKANAN (IMPACT LOAD). Unsur ini mudah berubah kekerasannya pada kondisi
temperatur yang tidak tetap dan juga digunakan untuk membuat alloy mangan tembaga
yang bersifat FERROMAGNETIC.

4. Cr = CROMIUM : Unsur ini digunakan Sebagai PELINDUNG PERMUKAAN


BAJA dan tahan gesekan. Baja yang mengkilap, KERAS dan RAPUH serta TAHAN
terhadap KOROSI (karat) tetapi mempunyai KEULETAN yang RENDAH.

5. Mo = MOLYBDENUM : Mempunyai sifat TAHAN PEKERJAAN PANAS sehingga


cocok untuk hotwork tool steel, batas pencampuran unsur ini MAX.7% juga berfungsi
sebagai penetralisir kekerasan wolfram. Molybdenum merupakan unsur tambahan
pembuat keuletan baja yang maximum.

6. Ni = NIKEL : Mempunyai SIFAT yang ULET dan TAHAN terhadap BAHAN


KIMIA dan untuk MENGATASI KOROSI ( karat ) yang serius tetapi tidak mempunyai
kekerasan yang tinggi. Merupakan unsur yang dicampurkan kedalam baja untuk
mengatasi kerusakan pada temperatur tinggi (dapat mencapai 1200° C ).

7. V = VANADIUM : Baja berwarna putih perak dan sangat keras. Vanadium adalah
bahan tambahan untuk pekerjaan panas karena sifat Vanadium TAHAN terhadap
GESEKAN PADA TEMPERATUR YANG TINGGI

8. W = WOLFRAM : Diperlukan untuk KETAJAMAN ,tahan terhadap temperatur


tinggi dan juga sangat TAHAN GESEKAN. WOLFRAM mempunyai temperatur sepuh
yang sangat tinggi dan memerlukan tempering berulang-ulang kali sehingga sangat sulit
dalam pengolahannya.

9. Co = COBALT : Sifatnya TAHAN GESEK dan TAHAN PANAS pada temperatur


tinggi., KEKERASAN TINGGI TAPI GETAS. Berfungsi untuk membentuk CARBIDE,
meningkatkan kekerasan dan hot strength, yang sangat baik untuk ketajaman pada mata
pisau.

Rangka atap baja ringan.

Kadangkala ketika melihat sebuah bangunan yang


sedang dikerjakan terutama yang sedang memasang
rangka atap, terlihat struktur rangka baja berwarna
perak digunakan untuk struktur penyangga atap, tidak
digunakan kayu seperti biasanya. Itulah konstruksi
rangka atap baja ringan yang semakin banyak

- 28 -
digunakan bukan hanya pada proyek-besar dan mewah tetapi sudah digunakan juga pada
rumah-rumah tinggal, gedung sekolah, ruko, dan lai-lain.

Berbeda dengan baja konvensional, baja ringan merupakan baja mutu tinggi yang
memiliki sifat ringan dan tipis, namun memiliki fungsi setara baja konvensional. Baja
ringan ini termasuk jenis baja yang dibentuk setelah dingin (cold form steel).

Rangka atap baja ringan diciptakan untuk memudahkan perakitan dan konstruksi.
Meskipun tipis, baja ringan memiliki derajat kekuatan tarik yang tinggi yaitu sekitar 550
MPa, sementara baja biasa sekitar 300 MPa. Kekuatan tarik dan tegangan ini untuk
mengkompensasi bentuknya yang tipis. Ketebalan baja ringan yang beredar sekarang ini
berkisar dari 0,4mm - 1mm.

Perhitungan kuda-kuda baja ringan amat berbeda dengan kayu, yakni cenderung lebih
rapat. Semakin besar beban yang harus dipikul, jarak kuda-kuda semakin pendek.
Misalnya untuk genteng dengan bobot 40 kg/m2 jarak kuda-kuda bisa dibuat setiap 1,4m.
Sementara bila bobot genteng mencapai 75kg/m2, maka jarak kuda-kuda menjadi 1,2m.

Kenapa harus dipakai rangka baja ringan?

Inilah kelebihan dan kekurangannya:

Kelebihan:

• Karena bobotnya yang ringan maka dibandingkan kayu, beban yang harus
ditanggung oleh struktur di bawahnya lebih rendah
• Baja ringan bersifat tidak membesarkan api
• Tidak bisa dimakan rayap.
• Pemasangannya relatif lebih cepat apabila dibandingkan rangka kayu.
• Baja ringan nyaris tidak memiliki nilai muai dan susut, jadi tidak berubah karena
panas dan dingin.

Kekurangannya :

• Kerangka atap baja ringan tidak bisa diekspos seperti rangka kayu, sistem
rangkanya yang berbentuk jaring kurang menarik bila tanpa penutup plafon.
• Karena strukturnya yang seperti jaring ini maka bila ada salah satu bagian struktur
yang salah hitung ia akan menyeret bagian lainnya maksudnya jika salah satu
bagian kurang memenuhi syarat keamanan, maka kegagalan bisa terjadi secara
keseluruhan (biasanya perhitungan strukturnya langsung dilakukan oleh
structural engineer dari aplikatornya)
• Rangka atap baja ringan tidak sefleksibel kayu yang dapat dipotong dan dibentuk
berbagai profil.

- 29 -
Peraturan untuk konstruksi rangka atap
baja ringan di Indonesia sepertinya belum
ada(setidaknya untuk saat ini), kalaupun
ada hanya tersirat pada peraturan baja
secara umum, sedangkan untuk baja cold
form sepertinya belum ada secara khusus.

Lalu bagaimana penggunaannya bisa


dipertanggungjawabkan? ..Yah itulah
kebiasaan kita, peraturan baru akan dibuat
setelah sesuatu itu sudah terlalu
biasa/lumrah dijumpai. Sementara
garansinya hanya dari aplikator baja ringan
tersebut, itupun hanya sebatas umur perusahaan mereka, jika mereka sudah tidak ada lagi
ya susah minta garansi kemana.

Dilihat dari sudut lain, benarkah rangka atap baja ringan itu sahabat alam?

Karena salah satu kelebihan baja adalah tidak dimakan rayap, ya bisa dikatakan memang
benar bahwa rangka atap baja ringan adalah sahabat alam. Seperti diketahui rayap
merupakan serangga perusak kayu yang cukup ditakuti diseluruh dunia. Kemampuan
makan seekor prajurit rayap bisa mencapai 2,5 kali berat tubuhnya setiap hari, wah
berapa hutan yang terbabat setiap tahunnya karena dimakan rayap ya?…..

Selain masalah rayap, penggunaan rangka atap baja ringan yang semakin lumrah tentu
saja bisa mengurangi volume pemakaian kayu untuk bahan bangunan, tapi itu baru secara
logika lho (karena makin banyak juga kok bertebaran produsen rumah kayu yang hanya
menggunakan kayu sebagai bahannya….nyambung nggak ya?).

Kalau dikatakan pasti lebih ramah lingkungan sepenuhnya kayaknya masih perlu
pembuktian juga, karena selama ini jarang sekali dipublikasikan bagaimana proses
pembuatan material baja ringan tersebut, apakah bahan yang mereka gunakan juga ramah
lingkungan? Darimana dan bagaimana mereka mendatangkan bahan-bahan pembuatnya,
dan apakah pabriknya sendiri sudah ramah lingkungan, termasuk pengolahan limbahnya
(yang tentu saja berupa logam-logam berat).

Baja dalam kehidupan

Pemakaian baja dalam kehidupan mensyaratkan beberapa faktor seperti kekuatan,


kekerasan, tahan panas, tidak cepat aus, dan sebagainya. Banyak upaya untuk
meningkatkan kualitas baja yang salah satunya dengan proses perlakuan panas (heat
treatment). Proses Hardening mampu meningkatkan kekerasan dan kekuatan baja, tetapi
baja yang telah dikeraskan bersifat rapuh dan tidak cocok untuk digunakan sehingga
perlu pengerjaan lanjut yaitu dengan tempering. Pengujian dilakukan baik pada sifat fisis
( komposisi, struktur mikro dan fotomakro) maupun sifat mekanis (kekerasan dan

- 30 -
kekuatan tarik). Hasil penelitian memperoleh kekuatan tarik raw materials sebesar 73,45
kg/mm2 dengan VHN sebesar 190, setelah mengalami proses hardening 8250C kekuatan
tarik menjadi 185,07 kg/mm2 dengan VHN sebesar 737,67. Low tempering berkekuatan
tarik 123,43 kg/mm2 dengan VHN sebesar 562, medium tempering mempunyai kekuatan
tarik 114,14 kg/mm2 dengan VHN sebesar 446,3 sedangkan high tempering berkekuatan
tarik 87,73 kg/mm2 dengan VHN sebesar 283. Semakin tinggi suhu pemanasan pada
proses tempering kekuatan tarik dan kekerasan semakin menurun, sebaliknya keuletannya
meningkat sehingga disesuaikan dengan keperluan.
Pada bidang konstruksi dan tata kota, kekuatan baja yang dapat menyangga beban berat
digunakan untuk kerangka bangunan pencakar langit sampai ketinggian 450 meter,
seperti Petronas Twin Towers di Malaysia. Baja juga tahan terhadap perpatahan sehingga
dapat melindungi dari gangguan gempa.
Ratusan ton baja juga digunakan untuk pembangunan jembatan antarpulau sampai
berjarak lebih dari satu kilometer, seperti jembatan Kanmonbashi di Jepang.
Jadi, baja telah menyatu dalam kehidupan manusia dan menjadi penopang utama seluruh
aktivitas dalam proses produksi sehingga tidak dapat dipisahkan dari masyarakat industri.
Suatu bangsa tidak akan dapat membangun kekuatan industri tanpa memiliki industri baja
dan teknologinya.

- 31 -
BAB III
KESIMPULAN

Baja adalah paduan logam yang tersusun dari besi sebagai unsur utama dan
karbon sebagai unsur penguat. Unsur karbon inilah yang banyak berperan dalam
peningkatan performan. Perlakuan panas dapat mengubah sifat baja dari lunak seperti
kawat menjadi keras seperti pisau. Penyebabnya adalah perlakuan panas mengubah
struktur mikro besi yang berubah-ubah dari susunan kristal berbentuk kubik berpusat
ruang menjadi kubik berpusat sisi atau heksagonal. Dimana unsur karbon (C) menjadi
dasar campurannya. Di samping itu, mengandung unsure campuran lainnya seperti sulfur
(S), fosfor (P), silicon (Si),dan Mangan (Mn) yang jumlahnya dibatasi.Kandungan karbon
di dalam baja kurang dari 2% atau sekitar 0,1 – 1,7%,sedangkan unsure lainnya dibatasi
presentasenya.

Baja stainless merupakan baja paduan yang mengandung minimal 10,5% Cr.
Sedikit baja stainless mengandung lebih dari 30% Cr atau kurang dari 50% Fe.
Karakteristik khusus baja stainless adalah pembentukan lapisan film kromium oksida
(Cr2O3). Lapisan ini berkarakter kuat,tidak mudah pecah dan tidak terlihat secara kasat
mata. Lapisan kromium oksida dapat membentuk kembali jika lapisan rusak dengan
kehadiran oksigen.

- 32 -
LAMPIRAN
Artikel Iptek - Bidang Industri dan Perdagangan
Teknologi Daur Ulang Skrap Besi/Baja: Menyelamatkan Industri
Baja Nasional
Oleh Nurul Taufiqu Rochman

Krisis baja yang sedang kita "nikmati" bakal bertahan lama. Pasalnya, China masih
terus menyedot bahan baku baja dunia untuk keperluan pembangunan industri dalam
negeri dan industri otomotifnya dengan total konsumsi 350 juta ton per tahun atau
sekitar sepertiga dari total konsumsi baja di dunia. Indonesia, yang hanya
mengkonsumsi 6 juta ton per tahunnya, harus menghadapi kenyataan ini, bersaing mendapatkan
"jatah" pellet dan skrap impor dari negara-negara yang "berbaik hati".

Indonesia yang masih tidak mampu dan tidak mau mengolah tambang-tambang bijih besinya
yang berjumlah milyaran ton, harus mengikhlaskan tambang-tambang tersebut dikuasai oleh
eksportir asing dari China dan lain-lainnya dengan iming-iming harga yang menggiurkan kepada
penguasa di daerah-daerah.

Dilain pihak, Uni Eropa telah menetapkan pelarangan impor mobil di tahun 2015 pada industri
yang tidak menerapkan sistem daur ulang pada keseluruhan proses produksinya. Hal itu
dilakukan untuk membendung masuknya kendaraan bermotor dari negara pesaingnya (Jepang,
China, Amerika, dan lain-lain).

Kebijakan strategis ini akan segera diikuti oleh Jepang dalam memenangkan persaingan global.
Oleh karenanya, Jepang mau tidak mau harus melakukan daur ulang skrap baja (baja bekas)
dari industri otomotifnya dan diprediksi di tahun 2050 Jepang sudah dapat melakukan daur ulang
sempurna skrap bajanya sehingga tidak memerlukan bahan baku baja lagi. Pengembangan
teknologi pemurnian skrap baja akan segera mendapat prioritas utama dalam menyongsong
persaingan global di dunia.

Lain halnya dengan Indonesia, kondisi industri berbasis baja dan besi cor semakin menyedihkan.
Pasokan bahan baku baja yang menipis dan tingginya harga telah menghancurkan ratusan
industri kecil pengecoran di Ceper dan sekitarnya. Bahan baku skrap besi dan baja yang
jumlahnya lumayan banyak, tidak bisa digunakan begitu saja karena kandungan pengotor yang
ada di dalamnya. Pengotor ini akan menurunkan kualitas produk akhir. Sementara itu, teknologi
pemurnian juga masih belum dikembangkan. Jika teknologi ini dapat dikuasi, permasalahan yang
dihadapi industri pengecoran dapat diselesaikan. Teknologi ini juga dapat diaplikasikan untuk
membersihkan unsur-unsur yang tidak diinginkan pada proses pengolahan baja dari bijih besi
lokal. Tidak hanya itu, teknologi ini juga dapat memecahkan permasalahan pemurnian skrap baja
di dunia.

Teknologi daur ulang skrap besi/baja

Skrap besi/baja umumnya telah tercampur dengan logam lain saat proses daur ulang karena sulit
dipisahkan. Ditambah lagi, banyaknya penggunakan pelapisan pada baja oleh Cr, Ni, Zn, Al, dan
lain-lain untuk memenuhi suatu fungsi tertentu; seperti ketahanan korosi, keindahan, dan lain
sebaginya. Penambahan Pb dilakukan untuk memperbaiki sifat permesinannya. Pada baja yang
diperkuat, sering ditambahkan unsur-unsur lain seperti Ti, Cr, Ni, Co, V, dan W. Sementara itu,
teknologi pengeliminasi unsur-unsur pengotor ini masih belum banyak diketahui, sehingga baja
atau besi cor yang dihasilkan kurang memenuhi standar yang diharapkan. Misalnya keberadaaan
Al dan Zn yang tidak terkontrol dapat menimbulkan pin hole yang sangat merusak hasil cor.
Keberadaan Cu akan mengakibatkan hasil cor pecah atau menimbulkan crack pada permukaan
baja yang mengalami perlakuan panas karena perbedaan titik leleh Cu dengan baja.

- 33 -
Pengeliminasian unsur-unsur pengotor dengan metoda bubbling (meniupkan udara dalam cairan
logam) telah lama diketahui. Dengan bubbling udara atau O2, unsur-unsur yang memiliki
kemampuan oksidasi diatas FeO seperti Si, Mn, B, Al lebih mudah dihilangkan daripada unsur-
unsur yang memiliki kemampuan oksidasi di bawahnya seperti Pb, Cu, Ni, dan Co.

Pemurnian Zn, unsur Zn mudah hilang dengan penguapan, sedangkan Al dapat dipisahkan
dengan efektif melalui oksidasi dengan O2. Pengoptimalan bubbling akan meningkatkan
kecepatan pembersihan Zn, dan pengecilan gelembung-gelembung udara bubbling akan
mempercepat proses oksidasi pada pembersihan Al. Namun demikian, di samping waktu
prosesnya yang lama, metoda ini hanya dapat mengeliminasi unsur-unsur tertentu saja
tergantung sifat reaksi dan berat jenis masing-masing unsur.

Metoda lain yang dikembangkan yaitu dengan compound separation (pemisahan pengotor
dengan membuat paduan yang berbeda berat jenis). Perusahaan Kobe Steel Jepang telah
mencoba mengeliminasi Pb dari kuningan dengan menambahkan Ca dan penyaringan, sedang
cara teknisnya telah dipatenkan di Japan Paten. Namun demikian, pengeliminasian Pb tersebut
kurang efektif karena keberadaan pengotor Pb yang berukuran kecil dan menyebar di dalam
cairan.

Kelompok peneletian penulis telah berhasil mengoptimalkan pengeliminasian Pb dari paduan


tembaga dengan menambahkan aggregation agents (pengikat unsur pengotor) Ca-Si dan NaF.
Sedangkan mekanisme pengeliminasian Pb dari paduan tembaga tersebut telah ditemukan
secara sederhana seperti ditunjukkan pada Gambar 1 dengan mendasarkan pada energi Gibb's.
Teknik tersebut telah dipatenkan di Japan Paten dan sedang diuji dalam sekala industri. Prinsip
dasar proses eliminasi pengotor pada paduan tembaga tidak berbeda dengan pada baja. Untuk
itu, proses yang telah dikembangkan pada paduan tembaga diyakinkan dapat diterapkan juga
pada baja.

Gambar 1. Mekanisme pengeliminasian pengotor dari skrap cair dengan kombinasi


metoda bubbling dan compound separation.

Pada baja, unsur-unsur pengotor tertentu dapat dieliminasi dengan mudah dengan penambahan
SiO2 dan CaO. Namun, mekanisme pengeliminasiannya masih belum banyak diketahui.
Ditambah lagi unsur-unsur pengotor seperti Co, Ni, Cu, Sn dan Pb masih belum bisa dieliminasi
dan menjadi masalah utama pada proses pengecoran baja dan besi cor. Jika dapat ditemukan
dan dihitung energi Gibb's reaksi masing-masing unsur pengotor dengan aggregation agents-
nya, maka mekanisme pengeliminasian unsur-unsur pengotor dapat disimulasikan.

Aplikasi teknologi daur ulang baja

Permasalahan utama pengolahan bijih besi lokal ialah kandungan pengotor seperti Ti dan V pada
pasir besi yang berjumlah 170 juta ton, berada di sepanjang pantai pulau Jawa. Ti dapat
mengendap dan menempel di dinding tungku terlebih dahulu saat proses reduksi, sehingga

- 34 -
mengganggu proses pengecoran dan memperburuk aliran cairan besi. Sementara itu, bijih besi
laterit yang berjumlah sekitar 1 milyar banyak mengandung Ni dan Co. Keberadaan Ni, Co dan
Cr pada baja dapat meningkatkan kekerasannya. Namun, keberadaannya dengan kadar berlebih
dapat menyebabkan kesulitan untuk membuat produk baja yang berbentuk lempengan.

Dengan kombinasi metoda bubbling dan compound separation, diyakinkan bahwa unsur-unsur
pengotor tersebut dapat dimurnikan. Pilihan aggregation agents yang tepat dari mineral alam
yang ada di Indonesia menjadi kunci solusi pengolahan bijih besi mandiri dari bahan baku lokal.
Pengolahan bijih besi mandiri akan dapat menyajikan pasokan bahan baku baja untuk industri
nasional selama lebih dari 100 tahun.

Menyelamatkan industri baja nasional

Menyongsong negara berbasis industri, Indonesia harus memiliki pasokan bahan baku baja
mandiri. Indonesia tidak boleh tergantung kepada negara lain yang labil karena diperebutkan oleh
negara-negara yang lebih maju dengan konsumsi yang jauh lebih besar. Harga bahan baku baja
akan mudah disetir dan sangat merugikan. Program penyelamatan industri baja nasional melalui
pengolahan bijih besi mandiri harus segera digulirkan kalau tidak ingin menemui kebangkrutan.
Untuk mewujudkan program tersebut, berikut akan diuraikan peran masing-masing elemen yang
terkait.

Pemerintah. Pemerintah harus dapat membuat kebijakan yang mengatur dan mengontrol
terlaksananya program pengolahan bijih besi mandiri. Dana-dana harus diprioritaskan untuk
tujuan tersebut di samping harus selalu mendorong elemen lain untuk bekerja keras
mensukseskan program tersebut. Nilai ekonomi pasokan baja nasional (5-6 juta ton) melebihi 30
trilyun pertahun dan akan semakin meningkat seiring dengan kemajuan industri. Sementara itu,
dana yang berkaitan dengan riset untuk pengembangan teknologi pengolahan bijih besi mandiri
sangat sedikit bahkan cenderung tidak ada. Para peneliti di pusat-pusat penelitian harus bersaing
untuk mendapatkan dana riset yang tersedia untuk pengembangan teknologi pengolahan bijih
besi lokal karena tidak adanya prioritas yang mendukung program tersebut.

Lembaga penelitian. Sebagian besar lembaga penelitian yang mengembangkan riset di bidang
pengolahan bijih besi sendiri-sendiri dan kurang melakukan koordinasi dengan lembaga lain atau
dengan industri terkait. Walhasil, teknologi yang dikembangkan tidak bersifat integrated
(menyeluruh) dan hasilnya masih belum bisa diterapkan ke industri terkait. Tidak terfokus dan
terpusatnya program dan lokasi pengolahan bijih besi, semakin menjauhkan dari tujuan dan
harapan yang diinginkan. Oleh karenanya, lembaga-lembaga yang memiliki fasilitas dan SDM
serta fungsi yang berkaitan dengan perbajaan harus bersama-sama dan bekerja sama
memprioritaskan riset dan dananya untuk tujuan membuat riset terpadu guna membangun
pengolahan bijih besi mandiri.

Peneliti. Peneliti merupakan elemen kunci bagi pengembangan teknologi pengolahan bijih besi.
Bahan baku lokal, seperti laterit dan pasir besi yang memiliki sifat-sifat unik (banyak pengotor Ti,
V, Ni, Co, dan lain-lain) perlu diolah dengan teknologi tertentu. Para peneliti terkadang masih
bersifat individual, dalam artian kurang bisa bekerja sama dengan peneliti di lembaga lain.
Padahal teknologi yang telah dikuasainya masih harus digabung atau diintegrasikan dengan
teknologi lain agar dapat menghasilkan sesuatu yang diinginkan. Keterbatasan dana penelitian
juga masih menjadi faktor dominan para peneliti untuk tidak kreatif berkarya. Selain itu arahan
masing-masing lembaga kepada para peneliti harus sering diberikan.

Industri. Industri adalah pelaku utama yang menjembatani temuan-temuan teknologi para peneliti
kepada pemenuhan kebutuhan masyarakat. Atau dengan kata lain, industri berperan mengubah
engineering frontier (teknologi yang tersedia di laboratotium) menjadi economic knowledge
(teknologi bernilai ekonomi) dalam bentuk produk. Untuk membuat produk, industri akan
menyedot tenaga kerja, yang pada akhirnya dapat meningkatkan perekonomian masyarakat.
Jadi, industrilah yang berperan langsung meningkatkan taraf hidup masyarakat. Namun, ketika

- 35 -
produk tidak berkualitas atau tidak memenuhi standar di pasar, maka industri akan menerima
kerugian. Untuk dapat memenangkan persaingan, industri harus selalu menjaga kualitas
produknya dengan selalu meningkatkan R&D dengan menjalin kerja sama dengan peneliti di
lembaga penelitian.

Sebagian besar industri nasional dalam sektor riil berkaitan erat dengan perbajaan. Hampir
seluruh peralatan produksi dan transportasi didominasi dengan baja. Tersendatnya pengadaan
peralatan industri karena krisis baja dan harga yang mahal akan menurunkan kinerja proses
produksi. Industri-industri yang berkaitan langsung dengan perbajaan, misalnya industri
pengecoran, otomotif, peralatan pertanian, dan lain-lain harus mau berhimpun dan ikut berperan
serta mendukung program pengolahan bijih besi mandiri. Di samping menjalin mitra kerjasama
dengan sesama industri, mereka juga harus mau menjadi mitra lembaga penelitian dalam
pengembangan riset baja melalui pemberian informasi permasalahan teknologi yang sedang
dihadapi. Industri juga diharapkan siap membantu memasarkan hasil riset peneliti yang
menunjang peningkatan kualitas produksinya.

Oleh karenanya penguasaan teknologi pemurnian skrap baja harus dibarengi dengan sebuah tim
pemerintah-lembaga penelitian-industri yang solid untuk bisa menyelamatkan perekonomian
bangsa ini. Semoga !

- 36 -

Anda mungkin juga menyukai