Anda di halaman 1dari 3

Nama : Lydia Rahmadani

Kelas : XI IPA 7
Sekolah : SMAN 4 P.SIANTAR

“LOLITA!!!” teriak Wulan sambil berlari ke arah Lolita.


Lolita terlonjak kaget, dan dengan spontan berbalik ke arah suara itu berasal.
“Lolita! I miss you so much!!” kata Wulan sambil memeluk Lolita kuat-kuat.
“Duuh! Lebay banget sih kamu Lan! Aku kan cuma libur 3 hari!” kata Lolita sambil
berusaha melepaskan dirinya dari pelukan Wulan.
“Hihihi, biarin ah! Aku kan sayang kamu Lolii!!” kata Wulan sambil mencubiti pipi
Lolita.
“Jangan! Ugh! Wulan!!! Lepaskann!!” kata Lolita sambil menarik-narik pipi Wulan yang
tembem.
“Lolita! Stop!! Lepaskan! Okey? Aku bakal lepaskan!!” kata Wulan yang akhirnya
mengalah.
Lolita pun berhenti mencubitinya. Mereka tertawa bersama, dan 5 menit kemudian bel
pun berbunyi. Lolita dan Wulan serentak berlari menuju kelas.
Hari ini, pelajaran pertama mereka adalah Biologi. Seperti biasa, Wulan duduk di depan
Lolita, sedangkan Lolita duduk di paling pojok. Untungnya, mereka tiba sebelum Miss. Rahayu
tiba, kalau tidak mereka akan mendapat hukuman. Setelah berdoa dan memeberi salam pada
Miss. Rahayu, mereka pun memulai pelajaran. Pukul 7.55 WIB, terdengar suara ketukan di
pintu. Semua mata pun tertuju pada Andika. Miss. Rahayu menatapnya sejenak lalu
mempersilahkannya untuk masuk. Semua kaget akan aksi yang baru saja dilakukan Miss.
Rahayu. Tidak biasanya dia lembut dan menyuruh orang yang terlambat masuk. Mata Lolita
membelalak lebar, what the? Ini cowok siapa sih? Dan beraninya diq duduk di samping gue?
Gak pake permisi lagi!! Awas!! Pikir Lolita geram. Selama pelajaran berlangsung, Lolita hanya
melirik dan memikirkan siapa lelaki di sampingnya itu.
Kriiinggg kriiinngg…
Bel istirahat pun berbunyi. Miss Rahayu segera meninggalkan kelas. Dan, lelaki di
samping Lolita pun cepat-cepat menyusun buku nya lalu meninggalkan kelas dengan gaya yang
tergesa- gesa. Lolita melihatnya dengan tatapan yang sinis, tatapan yang membuat wajahnya
terlihat ‘aneh’.
“Loliii.. yukss!!” ajak Wulan sambil mengulurkan tangannya.
Lolita tersenyum dan menerima uluran tangan Wulan.
Di cafeteria, Wulan dan Lolita berpencar. Wulan ke café minuman, sedangkan Lolita ke
café makanan. Ya, Wulan selalu begitu. Dia sedang program diet. Lolita membeli salad, kentang
goring, dan jus wortel. Itu adalah menu favoritnya. Lalu, dia menuju meja di mana Wulan duduk.
“Lama banget sih Lolii!! Aku kan jadi takut sendirian di sini!” kata Wulan sambil
memainkan rambutnya.
“Haha, sorry deh” kata Lolita, lalu ia segera melahap makanannya.
Entah dia kelaparan atau memang selera, dalam waktu kurang dari 15 menit, makanan
Lolita habis tak bersisa. Lalu dia merogoh kantongnya dan mengeluarkan handphonenya. Saat
Lolita mengangkat kepalanya, matanya bertemu dengan mata lelaki yang di sampingnya tadi.
Tiba-tiba saja, Lolita membeku dan tidak berpaling dari tatapannya. Ia merasa kalau lelaki itu
sudah melihatnya sejak dari tadi. Mereka masih bertatapan dan tak satu pun dari mereka yang
bergerak.
“Lolii!! Jangan melamun!! Udah ah! Yukk!!” kata Wulan sambil menggoyang tangan
Lolita pelan lalu menariknya.
Lolita tersentak kaget dan menuruti perintah Wulan.
Lolita mengalihkan pandangannya dan membiarkan Wulan menariknya.
Sesampai di kelas, Lolita masih terdiam dan masih mengingat apa yang telah terjadi di
cafeteria tadi. Tak satu orang pun yang mengganggu Lolita. Wulan yang asyik bercanda dengan
teman-teman yang lain. Tidak ada yang menyadari kalau Lolita lagi terdiam. Lolita bukan anak
pendiam, biasanya dialah yang paling ribut di kelas. Semua asyik bercanda, kecuali Lolita.
Hingga seseorang menyapanya.
“Hai!” sapa orang itu.
Oh! Hai!” Lolita tersentak dan spontan lompat dari tempat duduknya.
Ternyata yang menyapanya adalah Lelaki yang di sampingnya itu. Lolita kaget, tiba-tiba
saja jantungnya berdegup cepat. Ia ketakutan, gugup. Lelaki itu mendekatkan kepalanya ke
Lolita sambil tertawa.
“Aku mengagetkanmu? Haha, maafkan aku Lolita” kata lelaki dengn lembut
Lolita masih terdiam.
“Kau marah padaku? Karena aku seenaknya duduk di sampingmu? Karena aku tadi
mengagetkanmu? Atau, apa karena kau ini sama seperti yang lain?” kata lelaki itu lagi.
Lolita masih terdiam. Setelah beberapa menit, Lolita menarik nafas dan “Aku. Marah
padamu! Ya! Kau benar! Aku marah karena kau seenaknya duduk di sini tanpa seizinku! Aku
marah karena kau tadi mengagetkanku! Tapi, apa maksudmu kalau aku sama seperti yang lain?”
kata Lolita dengan nada yang tegas dan hampir marah.
“Maafkan aku Lolita, perkenalkan aku

Anda mungkin juga menyukai