Anda di halaman 1dari 40

BAB II

SEJARAH DAN IDEOLOGI PUNK

A. Sejarah Lahirnya Punk

Sejak ledakan besar pada tahun 1976-1977 punk telah banyak

menarik perhatian dari para kaum cendikiawan, budayawan dan para

teoritis seperti Dick Hebdige, Stuart Hall, dan Griel Marcus. Para

cendikiawan ini bagaimanapun kurang berhasil melihat dari sisi

perkembangan musik underground1 ini sejak lahir pada akhir tahun

1970an. Politik-politik dari punk, musik dan fashion ketika tahun 1980an,

sebagaimana produksi, distribusi dari rekaman punk dan literaturnya. Dari

evolusi ini, maka sangat wajar untuk menganalisa beberapa asumsi dari

para sarjana kebudayaan masa jaman-jaman awal punk.

Beberapa penyelidikan sebelumnya hanya berkonsentrasi pada era

1977, sebagai contoh band-band seperti Sex Pistol, dalam jangka pendek

beberapa tahun semua band ini melembutkan musiknya menjadi versi yang

lebih mudah dipasarkan (sebutan lain adalah “new wave”) atau bahkan

menghilang menjadi ketidak jelasan. Namun bagaimanapun punk belum

berakhir, dan secara sederhana bergeser secara “bawah tanah” atau

underground untuk melanjutkan perkembangannya. “Scene”2 atau

1 Underground biasa diartikan sebagai musik bawah tanah. Yang memasarkan dan
memproduksi musiknya sendiri tidak melalui mayor label.
2 Scene adalah sebutan bagi suatu komunitas punk dan skins diwilayah tertentu.
komunitas punk, menjadi underground dan menjadi lebih politis, baik

secara reaktif (kritis melihat sesuatu yang terjadi), dan perhatianya dalam

sebuah kejujuran dalam Style. Sebelumnya punk dikategorikan sebagai

working class youth sub-culture atau cabang budaya dari kaum muda kelas

menengah kebawah, kaum pekerja, yang menyebar luas ke Amerika dan

berevolusi pada punk era 1980an untuk menampilkan karakteristik dari

middle-class counter-culture atau kultur kelas menengah yang berlawanan.

Ilmuwan dan penulis Stacey Thompson di dalam bukunya Punk

Productions; Unfinished Business memberi ilustrasi yang baik dalam

merekonstruksi sejarah punk di Amerika dan Inggris. Ia membagi tujuh

periode punk di Amerika dan Inggris berdasarkan scene-scene besar

seperti the New York Scene, the English Scene, the California Hardcore

Scene, the Washington D.C. (First Wave Straight Edge), the New York

Hardcore Scene (Second Wave Straight Edge), the Riot GRRRL Scene,

the Berkeley/Lookout! Pop-Punk scene. Karya Thompson ini sangat baik

menguraikan dinamika ekonomi-politik pergerakan punk bersama segi

estetika komunitas di Amerika dan Inggris.

Sementara Legs Mcneil dan Gillian Mcain dalam buku mereka

Please Kill Me, The Uncensored Oral History of Punk (1997), melakukan

kompilasi wawancara sejarah lisan (oral history) mengenai punk mulai

dari era 1967 sampai dengan 1992. Mereka melakukan wawancara dengan

lebih dari seratus pelaku di komunitas punk Amerika dan Inggris. Mulai

dari Mariah Acquair mantan pekerja di bar CBGB, Malcolm Mclaren


manajer band Sex Pistols, Joe Ramone dan seluruh personil band The

Ramones sampai dengan Andy Warhol designer grafis aliran “pop”. Salah

satu buku punk lain yang terpenting ditulis oleh Craig O’Hara dengan

karyanya “Philosophy of Punk” (1997) yang memberikan pemahaman

mendasar mengenai punk sebagai sebuah counter-culture.

Faktor dominan dari punk adalah sebuah subkultur berdasarkan

pada simbolisasi dan bentuk-bentuk spektakuler dari perlawanan,

resistensi. Punk menggunakan gaya (musik, fashion, slang dll)

sebagaimana Dick Hebdige menggambarkan sebagai berikut :

“untuk menciptakan sesuatu yang diciptakan dari mereka–


membumbui, menghias parodi dan apapun yang memungkinkan
membangkitkan posisi dari posisi yang lebih rendah yang bukan
merupakan pilihan mereka”3

Sebagaimana punk makin bertambah dan menarik elemen-elemen

yang vokal dari intelektual-intelektual yang kecewa, terutama dari kaum

muda kelas menengah pinggiran (suburban middle-class youth). Ini

membantu punk bertransformasi menjadi gerakan yang lebih berartikulasi

dari protes-protes politik dan kritik seperti yang digambarkan oleh Stuart

Hall tentang middle-class counter-culture untuk akhir 1960 dan awal 1970.

Terbentuk pada akhir 1970an, punk memiliki label rekaman

sendiri, pers, fashion, bahasa prokem dan jaringan distribusi yang

ditempatkan secara underground, dengan jaringan transfer dari artefak

3 Dick Hebdige, Subculture and The Meaning Of Style, Meuthen, london, 1979.

29
budaya yang didesentralisasikan atau tidak terpusat sehingga menjadikan

punk tidak terlihat bagi mereka yang tidak terkait langsung. Isolasi ini

mungkin dapat menjadi catatan dari ketidak jelasan studi-studi tentang

subkultur punk dan budaya tandingan sejak tahun 1970an. Kemajuan

teknologi seperti penerbitan dekstop (dekstop publication), perekam kaset

mandiri (home cassette dibbing), foto copy yang cepat dan murah, dan

keberadaan peralatan rekaman, telah membuat elemen-elemen punk yang

telah terpolitisir menjadi sebuah perindustrian rakyat, kaum underground.

Pilihan seperti ini didorong oleh keinginan untuk tetap membuat punk jauh

dari kapitalisme yang mengeksploitasi melalui industri musik. Etika “Do

It Yourself” atau lebih dikenal dengan “d.i.y” tumbuh secara ekstensif

pada tahun 1980an. Apapun yang “d.i.y” betul-betul mempertimbangkan

dan dekat dengan “true spirit” dari punk dimana meneken kontrak dengan

mayor label atau label rekaman mayor adalah suatu bentuk pengambil

alihan hukum terhadap punk, dan dinggap “sell-out” atau menjual diri dari

gaya.

Ketika ini membuat impresi dari bentuk sebuah budaya perlawanan

undergound yang swatantra, punk tetap tersebar. Punk secara luas telah

mengalami perkawinan silang dengan underground metal. Dari awal punk

telah meminjam fashion dari para bikers, rockers, para pemberontak dari

subkultur sebelumnya. Dan hasilnya punk telah menemukan gayanya

sendiri, punk tidak terbentuk dari kevakuman tapi dihasilkan dari bentuk

akhir dari ekspresi-ekspresi pemberontakan dan protes-protes sosial.


Punk telah berkembang dari sebuah ekspresi, protes, melalui

simbolisme dan kejutan dari nilai-nilai menjadi kepada kritik terhadap

politik yang terartikulasi dan penolakan dari budaya yang dominan. Stuart

Hall berbicara tentang protes subkultur sebagai kesadaran kelas-kelas

sosial, dia mengatakan ;

“bentuk budaya perlawan lebih kepada bentuk ideologi dan politis,


mereka membuat artikulasi dari lawan-lawan mereka terhadap
nilai-nilai yang dominan dan juga institusi–bahkan ketika ini tidak
mengambil sebuah respon yang jelas.”4

Punk pada masa 1980 bercampur dengan politik, tidak hanya secara

musik dan tertulis, tetapi juga mencakup gaya hidup sehari-hari. Lirik-lirik

yang politis dan mengandung unsur kritik sosial menjadi tema lirik-lirik

lagu punk pada masa itu. Band-band seperti Conflict, Crass, dan

M.D.C.menyertakan rekaman-rekaman mereka dengan informasi-

informasi tentang isue-isue politik, seperti misalnya tentang bahaya perang

nuklir, intervensi pada Amerika tengah dan atau Animal Rights. Mengutip

Tim Yohannon dari Maximum Rock N’ Roll pada tahun 1984 ;

“album rekaman sudah bukan album rekaman biasa lagi, mereka


representasi dari penentangan, pemberontakan dari lingkungan.”5

Punk mulai menegaskan sebuah gaya hidup alternatif, tidak seperti

4 stuart hall, resistance through rituals, hutchinson, london, 1976.


5 Interview dengan Tim Yohannon, Radical America, volume 18, no 6, hlm. 9-24.

31
kelompok-kelompok pemberontak sebelumnya. Sebuah kode etik

berhubungan erat dengan punk yang benar-benar berlawanan dengan

tekanan, eksploitasi, dan mengutamakan hak individu. Kepedulian akan

bagaimana gaya hidup suatu individu memberikan contoh kepada “sistem”

dan aktifitasnya. Kemudian banyak punk yang memilih gaya hidup

alternatif seperti vegetarianisme, juga memboikot korporasi-korporasi atau

perusahaan-perusahaan besar yang terpilih dan terseleksi karena suatu

kasus.

Finzine atau newsletter yang mereka produksi dan distribusikan

sendiri secara underground seperti Rock N’ Roll, Flipside, dan ribuan

lainnya, membawa opini-opini dari mereka yang terlibat dalam scene punk

dalam berbagai macam topik politik sebagai artikel. Jaringan underground

dari punk tidak dipaksakan oleh batasan-batasan fisik. Ratusan distribusi

independen membuat rekaman selalu ada ditoko-toko rekaman dan

mailorder. Fanzine tidak hanya menjadi sumber dari informasi band-band,

scene-scene, politik, dan opini, tetapi juga alamat-alamat dan kontak

dengan individu dan group-group yang berhubungan di seluruh dunia.

Tiap Finzine berisi advertisement atau iklan/promosi dari distributor, label

rekaman, band-band, Finzine lain, dan opini-opini dari punk-punk lainnya,

seperti dari Sao Paolo, Tokyo, London, Indonesia dan banyak negara

lainya, dan masih berkomunikasi dalam level yang sama.

Punk menjadi titik pertemuan antara ribuan orang yang tidak puas,

yang terisolasi, yang tidak lain adalah pemberontak tunggal dalam


lingkungan yang memusuhinya. Jeff Bale, salah seorang dari beberapa

individu-individu yang turut berpartisipasi dalam kultur perlawanan pada

akhir ‘60an dan awal ‘70an dan akhirnya terlibat dalam punk menulis ;

“Band-band suburban seperti Circle Jerks dan Black Flage;


mereka merepresentasikan sebuah gelombang baru band-band
punk suburban, ada penyebaran secara geografis.......... punk telah
mengumpulkan orang-orang yang sebaliknya dapat menjadi
pemberontak-pemberontak individual.”

Bale menawarkan pengertian lain kedalam orang-orang yang

tertarik dengan punk dan suatu ekspresi politik yang mereka anut : Semua

budaya perlawanan, counter culture, termasuk punk, menarik orang

dengan cara emosional yang berbeda dari pada organisasi politik radikal.

Punk kebanyakan terlalu malas, senang ‘berperang’ hedonistik untuk

mengajukan suatu basis harian kepada sebuah bentuk disiplin,

pengorbanan diri dan kerja keras yang membutuhkan efek-efek politik

sesungguhnya atau pergantian sosial. Ketika saat ada persinggungan hal

tersebut, kebanyakan dari jenis-jenis perlawanan tidak simpatik terhadap

keadaan orang-orang ‘normal’ tapi merendahkan secara terbuka untuk

memimpin sebuah kehidupan yang seharusnya dalam dan patuh terisi

dengan kemunafikan dan membosankan.6 Terutama di Amerika, punk

menjadi penolakan terhadap budaya dominan yang cendrung ideal, seperti

Hall dan yang lainnya telah mengatakan:

“Budaya perlawanan dari kelas menengah kebawah

6 Martin Sprouse, ‘Threat by Example’

33
mempelopori ketidak sepakatan dan budaya ‘orang tua’ mereka
sendiri. Tidak tergabung adalah ideologi yang prinsipil dan
berbudaya, mereka menyerang institusi-institusi yang
memproduksi ideologi-ideologi yang terkait dari budaya
dominan-keluarga, pendidikan, media, perkawinan, buruh.”

Punk kemudian berfungsi sebagai penolakan yang berasal dari

kelas menengah yang ideal. Materi-materi yang ditawarkan oleh band

seperti The Dead Kennedys dapat dibaca sebagai ‘tuduhan’ satirikal yang

panjang terhadap ‘sebuah mimpi Amerika yang terpecah’ (the dark

shattered underbelly of the American dream). Pakaian punk yang kotor,

dekil, kelakuan yang ‘nyeleneh’ menunjukkan perlawanan, pemberontakan

dari sesuatu yang ideal. Lirik-lirik punk adalah komentar-komentar atas

materialisme dan moral yang tipikal, sarkasme.

Hall menunjukkan bahwa tidak seperti subkultur generasi pekerja

kelas menengah ke bawah, budaya perlawanan kelas menengah ke bawah

lebih tersebar, grupnya tidak terpusat, dan bersifat individualis.

Sebagaimanapun individualistis ditegaskan secara ekstrim. Aspirasi dari

ekspresi pribadi dan kebebasan dari aksi individu telah menjadi kebiasaan

dari lirik-lirik punk.

Inti dari punk adalah tanpa kompromi, dan perlawanan terhadap

otoritas. Ini dapat dilihat dari fashion punk, tantangan terhadap otoritas,

dan dari sikap penolakan terhadap legitimasi dari otoritas. Karenanya,

punk menemukan ekspresi politis dalam Anarkisme atau bentuk-bentuk

lain dari anti otoritas.


B. Punk di Indonesia

Budaya punk mulai masuk di Indonesia pada era tahun 1990an.

Tetapi baru mulai meledak populasinya pada era 1997an. Tidak lepas dari

sejarah kultur aslinya punk di Indonesia juga mengusung spirit

pemberontakan dan penolakan yang sama dengan kultur aslinya. Para

penganutnya pun terdiri dari para pemuda dari kelas menengah ke bawah.

Dengan membawa spirit punk dari kultur aslinya punk di Indonesia

pada awalnya juga memiliki kecendrungan pola-pola penentangan yang

tidak jauh berbeda seperti halnya do it yourself yang biasa dijadikan kode

etik punk. di Indonesia komunitas punk juga memproduksi dan

mendistribusikan sendiri secara underground kaset, zine dan pamflet yang

mereka buat sebagai media komunikasi antar komunitas. Namun evolusi

punk di Indonesia belum berakhir.

Meskipun berdasarkan penelusuran sejarah yang penulis lakukan

dan dari beberapa sumber yang ada punk awal yang ada di Indonesia pada

umumnya dan Jakarta pada khususnya merupakan individu-individu yang

berasal dari golongan ekonomi kelas atas, tercatat beberapa personal

pernah hidup di luar Indonesia seperti Jerman, Amerika dan inggris yang

35
kemudian membawa masuk dan mengembangkan kultur punk tersebut di

Indonesia.

Komunitas-komunitas punk yang ada merasa bahwa budaya punk

yang masuk dari luar terebut harus disesuaikan dengan budaya timur pada

umumnya dan Indonesia ataupun daerah tempat komunitas tersebut

berdomisili pada khususnya. Tetapi apa yang menjadi penyesuaian

tersebut tidak menghilangkan identitas utama punk seperti ideologi anarki,

sebagai ideologi para penganut punk. Penyesuaian yang terjadi

menyangkut tentang isu yang diusung oleh kelompok musik punk yang

ada, hal ini jelas dikarenakan permasalahan yang dihadapi oleh komunitas

punk ditiap-tiap wilayah berbeda, dan terus bergerak sesuai dengan

perubahan-perubahan yang ada disekitar mereka.

C. Sejarah Punk Jakarta7

Dalam bagian ini penulis coba merunut sejarah punk yang ada di

Jakarta. Dua alasan utama mengapa penulis memasukan sejarah punk di

Jakarta adalah; Jakarta adalah ibu kota dan tercatat sebagai kota awal

munculnya punk di Indonesia selain Bandung dan Surabaya. Yang ke dua

sehubungan dengan obyek penelitian yang akan penulis kupas adalah

7 Dalam sejarah punk Jakarta yang penulis ungkapkan disini sebagian besar
sumbernya berasal dari keterlibatan penulis dalam komunitas punk sejak tahun
1998 dan juga penuturan dari individu-individu yang terlibat dengan punk
generasi pertama yang diceritakan dan dipublikasikan diberbagai macam zine
dan buletin punk yang telah disepakati bersama (secara de facto) oleh generasi
punk sampai saat ini.
komunitas punk yang lahir, besar dan cukup berpengaruh di Jakarta, atas

dasar kedua alasan tersebut penulis memasukan satu bagian khusus

mengenai punk di Jakarta.

Lahirnya komunitas punk Jakarta tidak terlepas dari komunikasi

yang terjalin dan tukar menukar informasi antara punk Jakarta dan

komunitas maupun personal yang ada di luar negeri. Arus pertukaran

informasi yang berlangsung memberikan efek besar bagi komunitas punk

di Jakarta.

Untuk memahami komunitas punk Jakarta, penjabaran dari waktu

ke waktu diperlukan. Pembabakan diperlukan agar sejarah dengan dimensi

waktunya yang bersifat diakronik dan berhadapan dengan batas dimensi

ruang yang bersifat sinkronik bisa dipahami, sehingga memungkinkan

penelurusan lebih mendalam secara sosiologis.

Para pelaku komunitas punk dapat dilihat melalui individu (orang-

perorang) dan kelompok (secara kolektif) seperti band atau geng

(tongkrongan). Selanjutnya, meminjam Stacey Thompson, pelaku dalam

komunitas punk secara historis dipengaruhi oleh empat unsur utama di

dalam counter-culture punk, yaitu a) musik, b) fashion (busana), c)

tongkrongan dan d) pergerakan (pemikiran). Keempat unsur ini hadir di

dalam komunitas punk tidak pada saat bersamaan.

1. Pra-Punk Jakarta Akhir tahun 1980-an

37
Pada periode ini, deklarasi eksistensial akan adanya komunitas

Punk Jakarta secara individual maupun kelompok belum dapat ditemukan.

Tidak mengherankan karena, seperti ditulis Wendi Putranto8 (2004), genre

musik yang sedang berkembang pada periode akhir 1980-an itu adalah

genre musik thrash metal. Roxx, Adaptor, Mortus, Sucker Head, Painfull

Death, Rotor adalah beberapa band tanah air yang penting yang ada pada

era ini. Putranto juga mencatat bahwa eksistensi scene musik thrash metal

ini tidak terlepas dari pentingnya keberadaan Pid Pub sebagai tempat

pertunjukan musik yang terletak di pertokoan Plaza Pondok Indah di

Jakarta Selatan. Uniknya, Pid Pub sebagai lokus interaksi para pelaku

musik secara tidak langsung juga menciptakan pra kondisi bagi lahirnya

generasi punk pertama di Jakarta. Banyak diantara penggemar-penonton

musik thrash metal di Pid Pub yang kemudian menjadi pionir-pionir

berdirinya generasi punk pertama di Jakarta.

Salah satu yang menonjol dari komunitas punk adalah fashion atau

style, dalam periode akhir 80an ini belum banyak ditemukan gaya fashion

punk namun sudah dapat ditemukan ciri-ciri yang yang hampir mirip

digenerasi ini, seperti penggunaan jaket kulit ala Ramones dan munculnya

bebearap pemain figuran dalam film-film pada era tersebut seperti film

yang di bintangi oleh Rhoma Irama ”Menggapai Matahari” Dalam film itu

punk digambarkan sebagai kelompok yang berperilaku deviatif. Pada salah

8 Wendi Putranto adalah penulis buku, peneliti, dan pengamat perkembangan


musik di Indonesia yang saat ini menjadi salah satu editor majalah Rolling Stone
Indonesia.
satu bagian film, yaitu ketika Rhoma Irama manggung, terdapat figuran

sekumpulan anak punk yang menghancurkan tempat pertunjukkan sebagai

perusuh.

Pada era ini mulai muncul beberapa nama yang cukup dikenal

generasi punk pertama yang kemudian hari muncul sebagai pioneer punk

Jakarta, ada beberapa individu yang sangat dikenal diantara nya Feri Blok

M, Dayan The Stupid, dan Udet dari kelompok Young Offender dan masih

ada beberapa nama lain yang juga mengawali dan mendeklarasikan

generasi pertama punk Jakarta.

2. Generasi Punk Pertama (1989/90 – 1995)

Untuk mengawali cerita kemunculan generasi punk Jakarta

pertama tidak akan jauh cerita yang beredar dari beberapa aktor individu

dan kelompok yang cukup dikenal. Nama-nama ini yang berdiaspora

melahirkan generasi punk pertama diantaranya; Young Offender (Y.O),

Anti Septic, South Sex (S.S) dan juga South Primitive (S.P) namun yang

diakui membawa pengaruh besar adalah kelompok Young Offender dan

Anti Septic.

Anti Septic dapat dikatakan sebagai band punk pertama Jakarta.

Setidaknya ini dapat dilihat dari keterlibatan Beri di Pid Pub, dan

keterlibatan Anti Septic di acara musik scene thrash metal di tahun 1990

yang diadakan oleh MOTOR (Morbid Trasher Organization). Sedangkan

Young Offender merupakan kelompok tongkrongan (kolektif) pertama di

39
Jakarta. Selain itu, Young Offender juga dapat dikatakan sebagai

kelompok pertama pengorganisasi acara musik khusus punk.

Black Hole menjadi saksi sejarah terbentuknya kelompok

tongkrongan punk Jakarta pertama. Gerombolan yang diidentifikasi oleh

Beri tersebut adalah anggota Young Offender. Young Offender dengan

rambut spiky hair dan mohawk-nya memulai eksistensi mereka dengan

mengisi acara di Black Hole. Submission, salah satu band di bawah

payung kelompok Young Offender, dengan Ondy sebagai vokalisnya,

menjadi band tetap di sana. Mereka membawakan lagu-lagu band-band

Inggris mulai dari Sex Pistols, The Exploited, GBH dan Blitz. Maka, tahun

1992 ini mencatat lahirnya dua kelompok berpengaruh di periode generasi

pertama punk Jakarta: Anti Septic sebagai band punk pertama dan Young

Offender sebagai kelompok-tongkrongan punk pertama di Jakarta.

Young Offender terbentuk pada tanggal 30 September 1992.

Berdirinya Young Offender tidak terlepas dari dua nama penting, Ondy

dan Taba. Ondy dan Taba pertama berkenalan saat mereka bertemu di IKJ.

Mereka saling mengidentifikasi melalui kaos yang mereka gunakan.

Young Offender atau biasa di sebut SLAMER memperkenalkan

penampilan punk yang cukup ekstrem pada saat itu dengan gaya rambut

dan pakainnya, kelompok ini yang juga pada awalnya memperkenalkan

gaya berpenampilan ala punk kepada banyak pengikut punk generasi

selanjutnya. Kegiatan kelompok ini berpusat di daerah Slamet Riadi, maka


mereka dikenal sebagai SLAMER. Beberapa kegiatan mereka lakukan.

Misalnya membuat live band, mendirikan Slamer Production untuk

mengorganisir acara, dan melakukan march9.

Submision merupakan live band pertama yang terbentuk di bawah

payung Young Offender. Band ini didirikan oleh Ondy, Sandi, Feri dan

Levi (gitaris band The Fly). Acara pertama yang diadakan oleh Young

Offender adalah acara di klub Black Hole. Setelah Submission, di dalam

kelompok Young Offender terbentuk band-band seperti: Pistol Aer, The

Explosion, Sex Pispot, The Pogo, Wonder Gel dan Punk Tat. Pistol Aer di

tahun 1993 dengan memainkan lagu-lagu Sex Pistols seperti “God Save

the Quen” menjadi salah satu band berpengaruh di era generasi punk

pertama di Jakarta.

Scene Black Hole hanya dapat bertahan selama tahun 1992. Bulan-

bulan akhir tahun 1992 menandai pergantian tempat acara musik punk ke

Hotspot (pije-pije) Pub&Café. Seruan pamflet yang tersebar di seluruh

Jakarta mendorong penggemar musik punk mendatangi tempat ini untuk

meramaikan dan menyaksikan acara punk yang dapat dikatakan besar

(pada era tersebut). Hotspot disesaki oleh para punks yang ingin

menyaksikan band-band lokal. Acara di tempat ini biasanya berlangsung

9 March merupakan tradisi Young Offender melakukan parade keliling Jakarta


dengan berjalan kaki atau naik bis. Sebelum march, mereka bersiap-siap dengan
menggunakan dandanan punk mulai dari rambut mohawk, spiky hair, rantai dipakai
sebagai kalung, peniti sampai dengan sepatu boots. Kegiatan march mereka biasanya
berakhir di stasiun Dukuh Atas untuk minum-minum bir dan nongkrong.

41
malam Jumat, dari pukul 8 malam sampai dengan 1 dini hari dengan harga

tiket 7000 ribu rupiah + soft drink.

Sebuah kelompok payung punk lain, South Sex, pada era Hotspot

ini mulai terlihat, dengan Idiots sebagai salah satu bandnya. Belakangan,

South Sex tumbuh menjadi salah satu kelompok-tongkrongan punk yang

berpengaruh. Selama setahun lebih Hotspot menjadi penanda eksistensi

komunitas punk Jakarta generasi pertama. Akhir tahun 1993 atau awal

tahun 1994 menjadi masa terakhir bagi keberadaan Hotspot sebagai tempat

acara.

3. Periode Kedua: Terbentuknya Fondasi Ekonomi Punk Jakarta (1996-

2001)

Sejarah komunitas Jakarta Punk memasuki periode baru dengan

berbagai macam kompleksitas dan dinamikanya tersendiri. Tempat

pertunjukkan baru bermunculan. Poster Cafe di daerah Gatot Subroto dan

Harley Davidson Cafe di daerah Pulo Mas menjadi tempat acara yang

dapat bertahan cukup lama. Selama tahun 1996 – 2001 ini juga terdapat

beberapa tempat pertunjukan musik punk di Jakarta seperti GOR Rawa

Kambing, Universitas Mercu Buana, Bengkel Bekas, Auditorium Menpora

Senayan, Tanah Kosong Brimob Ciputat, UNISMA Bekasi, Auditorium

Bulungan, GOR Bendungan Hilir, GOR Pondok Kelapa Kali Malang,

GOR Cengkareng, Universitas Budi Luhur. Namun semuanya tidak dapat

bertahan lama.
Poster Cafe merupakan tempat yang paling lama bertahan dari

tahun 1996 sampai dengan 1999. Poster Cafe, yang berada tepat di

Museum Satria Mandala dengan kapasitas 2000 orang, berpuluh-puluh kali

menjadi saksi bisu bagi perkembangan periode kedua sejarah punk di

Jakarta.

Eksistensi Poster tercatat bermula pada 29 September 1996 dengan

acara pertama bertema ”Underground Session”, sebuah acara dua

mingguan yang tidak hanya diisi punk, tetapi juga berisi berbagai genre

musik. Seperti ditulis oleh Wendi Putranto, 10 Maret 1999 menjadi hari

kematian Poster Cafe untuk selama-lamanya. Untuk terakhir kalinya

diadakan acara musik ”Subnormal Revolution” yang berujung kerusuhan

besar antara massa punk dengan warga sekitar. Kerusuhan ini

menghancurkan beberapa mobil, memaksa aparat kepolisian dalam

membubarkan massa.

Setelah surutnya Young Offender, di daerah Jakarta Timur-Utara-

Pusat muncul kelompok yang cukup berpengaruh seperti Subnormal

dengan band-band-nya seperti Army Style dan 142 Chaos. Juga muncul

kelompok Sid Gank dengan band-nya seperti RGB dan Pinokio.

Subnormal dan Sid Gank menjadi pelopor bagi berlangsungnya acara-

acara di Harley Davidson Cafe. Cafe yang berkapasitas kurang lebih 200

orang ini memiliki kelebihan yang dapat digunakan pada siang hari

ataupun malam hari. Tidak berlangsung lama, tempat acara dipindahkan di

lapangan parkir tepat di halaman belakang Cafe. Harley Davidson juga

43
menjadi tempat bagi awal berkembangnya komunitas hardcore dan

skinheads di Jakarta.

Perkembangan skinhead di Indonesia secara khusus diteliti oleh

Dina Indrasafitri dalam penelitian antropologisnya Sejarah Perkembangan

Subkultur Skinhead Serta Keberadaannya di Indonesia: Studi Terhadap

Kelompok Distro Warriors Jakarta (2005). Sebuah bagian penting dalam

studi ini adalah catatan atas kehadiran Uti, seorang yang diklaim sebagai

skinhead pertama di Indonesia. Uti mendapatkan pengetahuan skinhead

dari pengalamannya tinggal di luar negeri. Seperti dicatat oleh Dina

Indrasafitri, Uti kemudian berinteraksi dengan sekelompok anak punk

yaitu ”anak pejaten” yang nantinya menjadi salah satu kelompok pionir

komunitas skinhead di Jakarta. Proses sejarah ini menjadi penting karena

keterkaitan historis diantara punk dan skinhead begitu kuat

4. Cerita dibalik perkembangan Periode Kedua Punk Jakarta

Runtuhnya dominasi kelompok Young Offender mendorong

terjadinya desentralisasi kekuatan di komunitas Jakarta Punk. Konfigurasi

aktor-aktor di komunitas punk mengalami perubahan mendasar. Dari

setiap penjuru Jakarta bermunculan kelompok-kelompok tongkrongan

punk mulai dari Subnormal, Sid Gank di Jakarta Timur dan Utara;

Slumber, Neo Epileptions dan Meruya Barmy Army di daerah Jakarta

Selatan, Swlindle Revolution di daerah Ciputat, Miracle di Ciledug, PLN

di daerah Blok M. Kelompok-kelompok tongkrongan ini pada gilirannya


melahirkan begitu banyak live band seperti Army Style, RGB, 142 Chaos,

Pinocio, Kremlin, Dislike, Anti Military, Sunquist, Error Crew, Out of

Control, Spatistik, Sexy Pigs, Kaos Khaki dan masih banyak lagi.

Setelah acara GOR Bulungan di tahun 1995 yang saya bahas

sebelumnya, intensitas interaksi diantara sesama individual semakin besar.

Hadirnya begitu banyak kelompok-tongkrongan ini dapat dilihat sebagai

era lahirnya gank-gank di tengah komunitas punk. Salah satu faktor

penting yang menyatukan individu-invidu di dalam kelompok-

tongkrongan adalah faktor daerah. Individu-individu yang berasal dari

daerah yang sama memiliki rute perjalanan pergi-pulang menuju tempat

acara yang sama. Hal ini mendorong individu-individu tersebut saling

kenal dan mempersatukan mereka. Namun, salah satu dampak negatif dari

terbentuknya gank-gank atau kelompok-tongkrongan ini adalah sering

terjadinya perkelahian. Perkelahian sering terjadi di setiap acara musik

punk akibat adanya masalah-masalah interaksi dan kesalahpahaman yang

memicu terjadinya konflik.

Seiring dengan bertambah banyaknya kelompok-tongkrongan di

dalam komunitas punk Jakarta, media sosialisasi musik punk juga

mengalami perubahan yang signifikan. Di akhir tahun 95/96, komunitas

punk di Jakarta mulai mengenal medium musik melalui compact disc

(CD). Duta Suara sebagai salah satu toko kaset klasik menyediakan CD-

CD punk yang sebelumnya tidak ditemukan. Mereka yang tertarik

mengkonsumsi CD biasanya berpatungan untuk mendapatkannya, dengan

45
harga berkisar diantara 40-50 ribu.

Ada juga cara lain untuk mendapatkan produk-produk punk dari

luar negeri, yaitu mail order. Mail Order ini bersifat tradisional dengan

cara mengirim surat dengan berisikan uang pesanan yang dibungkus oleh

kertas karbon. Melalui mail order dan katalog-katalog pemesanan dari

record label musik punk luar negeri, komunitas punk Jakarta dapat

menjangkau begitu banyak band punk yang tidak pernah terdengar di

periode sebelumnya. Record label dan katalog-katalog tersebut merupakan

sesuatu yang begitu eksklusif bagi komunitas punk.

Di dalam komunitas punk Jakarta tanpa disadari mulai terbentuk

pembagian kerja, dimana terdapat individu-individu tertentu yang

menjalankan proses mail order tersebut dan menjadi kolektor produk-

produk band punk luar negeri. Keberadaan individu-individu ini

memainkan peranan penting bagi perkembangan pengetahuan mengenai

punk bagi komunitas punk Jakarta.

Melalui aktivitas mail order dan pencarian informasi mengenai

punk luar negeri, pengetahuan mengenai dimensi politik dari musik punk

pun terbentuk. Masuknya zine Profane Existence dari Amerika ke

komunitas punk Jakarta memberikan pengetahuan mengenai pergerakan

politik komunitas punk di luar negeri dengan ideologi anarkisme.

Setidaknya terdapat dua pengaruh penting setelah masuknya zine

(majalah alternatif) ke tengah komunitas punk di Jakarta. Pertama,


masuknya unsur-unsur politik ke dalam perkembangan sejarah komunitas

punk Jakarta. Kedua, bertambahnya pengetahuan mengenai kebutuhan

akan sebuah media komunikasi antar sesama punk di Jakarta. Media

tersebut menjadi media informasi yang terlepas dari monopoli informasi

institusi media kapitalistik, seperti majalah musik HAI. Komunitas punk

Jakarta berusaha mempraktekkan kebutuhan baru di dalam komunikasi-

informasi dengan membuat zine-zine punk.

Selain masuknya informasi dan pengetahuan punk di luar negeri

melalui mediated contact, pada saat yang bersamaan mulai terjalin

hubungan direct contact dengan komunitas punk di luar negeri. Direct

contact berjalan melalui hubungan interaksi surat-menyurat dengan cara

tradisional menggunakan jasa kantor pos. Alamat-alamat band atau records

label punk luar negeri di dapat melalui zine seperti Profane Existence tadi.

Akhirnya, intensitas interaksi dengan punk luar negeri semakin bertambah

dengan merebaknya internet di Indonesia.

Pada pertengahan tahun 1990-an aliran anarcho punk mulai masuk

ke Indonesia. Band-band dari Skandinavia dibawah label Distortion

Records dan label Amerika seperti Havoc Records memberikan warna dan

dinamika baru di Jakarta. Musik hardcorepunk dan crusty mulai dimainkan

oleh band-band anak punk di Jakarta. Hal penting yang perlu diperhatikan

adalah bahwa band-band membawakan lagu-lagu dengan lirik-lirik yang

secara lebih eksplisit mengandung nilai-nilai ideologi anarkisme, seperti

anti negara dan kapitalisme.

47
Lirik-lirik tersebut mulai dipahami oleh komunitas punk di Jakarta.

Diantara mereka terjadi sebuah proses dimana diskusi mengenai politik

dan ideologi-ideologi besar seperti kapitalisme, komunisme, sosialisme,

anarkisme dan yang lainnya semakin sering dilakukan. Akibatnya,

orientasi komunitas punk bergeser, dari bentuk komunitas berdasarkan

wilayah mengalami perubahan menjadi bentuk kolektif yang terfokus pada

diskusi mengenai kondisi sosial-politik Indonesia. Kondisi sosial politik

pra dan pasca reformasi 1998 juga memberikan pengaruh yang signifikan

bagi berkembangnya wacana ideologi politik punk di Jakarta.

D. Realitas Ekonomi-Politik

Dinamika sejarah komunitas punk Jakarta tidak terlepas dari

pengaruh kondisi struktural masyarakat Indonesia tempat mereka berada.

Pengaruh kekuasaan ekonomi-politik di dalam perjalanan sejarah

komunitas punk memberikan dampak bagi arah perubahan dan

perkembangan komunitas ini. Ini dapat terlihat dari proses kooptasi,

komodifikasi dan penyerapan kebudayaan oleh kapitalisme dengan

perangkat institusinya seperti media.

Unsur-unsur politik memasuki komunitas punk di saat secara

bersamaan perubahan internal dan perubahan eksternal bertemu dalam satu

momen historis. Perubahan internal yang didorong oleh masuknya Profane

Existence serta band-band aliran crust, hardcore punk dengan lirik-lirik


politis mulai mengisi pengetahuan punk Jakarta. Ia juga bersinggungan

dengan kondisi sosial politik di era akhir tahun 1997 menjelang masa

kejatuhan Soeharto. Wacana anarkisme pun sebenarnya sudah hadir pada

generasi pertama, misalnya melalui lagu ”Anarchy in the U.K.” oleh Sex

Pistols. Namun adanya lagu-lagu dengan lirik-lirik politis di periode

generasi pertama punk Jakarta belum dapat mendorong terbentuknya

kesadaran politik.

Selain masalah tongkrongan atau batas territorial, dalam studi

antropologisnya Fransiska Titiwening (2001) juga membahas

permasalahan masuknya dimensi politik di dalam kehidupan komunitas

punk Jakarta. Kontestasi identitas punk antara punk politis vis-a-vis punk

apolitis atau anarko punk vis-à-vis street punk merupakan bagian dari

dinamika komunitas Jakarta punk pada periode 1995-2001. Menurut

Fransiska Titiwening, anarko punk sebagai punk yang identik dengan

pemikiran anarkis memiliki acuan batas identitas, dengan kriteria masuk

dalam keanggotaan kelompok militan politik ketika itu Perhimpunan

Rakyat Demokratik (PRD), ikut demo anti pemerintah, dan diskusi politik.

Sedangkan street punk adalah sebutan bagi ‘punk’ yang sering

nongkrong di pinggir jalan dan tempat keramaian. Mereka menghabiskan

sebagian besar waktunya di jalan, kadang berpindah tempat atau berkelana

keluar kota.

Situasi politik yang memanas pada tahun 1998 membuat individu

49
dalam komunitas punk merasakan relevansi di antara literatur politis punk

dengan realitas politik Indonesia. Persentuhan punk dengan gerakan politik

eksternal mulai terjadi disaat adanya individu-individu punk yang menjadi

mahasiswa dan bergabung dengan gerakan mahasiswa di universitas

tempat mereka belajar. Di luar kampus banyak individu atau kelompok

tongkrongan punk yang berafiliasi dengan kelompok-kelompok

pergerakan masyarakat sipil seperti Pergerakan Kaum Miskin Kota, dan

LSM-LSM lain yang bermunculan pada masa itu.

Pada saat yang bersamaan, kelompok politik kiri PRD melakukan

rekrutmen politik kepada kelompok-kelompok punk di seluruh Indonesia.

PRD dengan orientasi kader-kader politik anak muda melihat komunitas

underground seperti komunitas metal, komunitas punk dan komunitas

musik anak muda lainnya sebagai target rekrutmen. Teknik PRD ini

memiliki kemiripan dengan British National Party atau National Front di

Inggris yang menggunakan anak muda dan komunitas musik sebagai lahan

pengkaderan partai politik.

Akhirnya, tanpa menyadari dirinya menjadi alat permainan politik,

banyak individu atau kelompok punk yang menjadi underbow kelompok-

kelompok politik. Pada periode-periode 1998-2001 banyak individu-

kelompok punk ikut dalam demo-demo di jalan yang marak saat itu.

Keterlibatan punk di tataran ini toh menghilang beriringan dengan turunya

suhu politik disaat memasuki era reformasi. Ketidakjelasan eksistensi PRD

dan kesadaran akan diperalatnya individu-kelompok punk juga mematikan


keterlibatan komunitas punk dalam politik.

Infiltrasi yang dilakukan oleh kekuatan eksternal komunitas punk

seperti PRD dan kelompok kepentingan lainnya sejatinya tidak berhasil

menguasai keseluruhan komunitas punk Jakarta. Bertahannya beberapa

individu dan kelompok di dalam komunitas punk Jakarta dari infiltrasi

terutama didorong oleh kesadaran untuk lebih fokus membangun

komunitas punk itu sendiri. Dengan kata lain, pergerakan internal punk

yang hadir bersamaan dengan pergerakan politik eksternal dapat meredam

pengaruh dan usaha kooptasi dari luar komunitas. Salah satu nilai yang

mempengaruhi komunitas Punk Jakarta untuk tidak terlibat dengan politik

praktis adalah slogan “party political bullshit”. Bagi mereka, partai politik

adalah pembohong yang menyimpan agenda tersembunyi.

Selain itu, nilai-nilai Do it Yourself (D.I.Y) sebagai bentuk

resistensi dengan menciptakan produksi-produksi alternatif menjadi

pilihan yang diambil oleh sebagian besar individu-kelompok di dalam

komunitas ini. D.I.Y. merupakan metode yang menawarkan bagi mereka

yang ingin menjalankannya, menciptakan produksi, dan menguasai alat

produksi sendiri, terlepas dari dominasi penguasaan mode of production

oleh institusi yang dominan. Nilai ekonomi-politik yang terkandung di

dalam semangat D.I.Y ini menjadi landasan bagi proses perkembangan

sejarah komunitas punk Jakarta selanjutnya.

Semangat D.I.Y ini begitu kuat tertanam. Peristiwa penting yang

51
terjadi adalah keluarnya produk kaset karya komunitas punk Bandung

yang dikenal dengan kompilasi “Bandung Burning” yang berisikan karya

band-band punk komunitas Bandung. Pada tahun 1997, sebuah komunitas

hardcore Jakarta yaitu Locos mengeluarkan album kompilasi “Walk

Together Rock Together”. Album ini berisi karya band-band hardcore

seperti Anti Septic, Straight Answer, Dirty Edge, Front Side, Youth

Against Facism, Genocide, Secret Agent, Out of Step, dan Cryptical

Death.

Selain produksi musik melalui medium kaset, Locos untuk pertama

kalinya membuat zine yang berisikan biografi band-band di dalam

kelompok tersebut. Produk atau karya-karya tersebut menginspirasikan

komunitas punk Jakarta untuk merealisasikan semangat D.I.Y. Akhirnya,

mereka membuat karya kompilasi yang dikenal dengan album “Still One

Still Proud”, berisikan 13 band punk dari Jakarta seperti the Idiots, Ina

Subs, Dead Germ, Total Destroy, MidHumans, SepticTank, Error Crew,

Out Of Control, Kremlin, Overcast, Sexy Pigs, Dislike dan Cryptical

Death. Karya monumental ini dikeluarkan oleh records label pertama di

Jakarta yaitu Movement Records. Tidak berhenti pada produksi kaset,

kelompok-kelompok yang berada di dalam komunitas Jakarta Punk mulai

memproduksi zine dan menjalankan usaha sablon untuk memproduksi

kaos, emblem, pin dan produk-produk lainnya. Memasuki tahun 1999-

2001, hampir seluruh band di komunitas Punk Jakarta melakukan rekaman

musik dan memproduksi karyanya sendiri. Perkembangan ini tanpa


disadari telah menciptakan sebuah pasar alternatif di dalam masyarakat

punk. Jaring-jaring distribusi penjualan karya-karya punk mulai terbentuk,

tidak hanya di Jakarta. Jejaring ini terbentang dari Bandung, Jogja,

Malang, Surabaya, bahkan Malaysia dan Singapura. Tidak terbayangkan

bahwa komunitas Punk telah membangun jaringan pasarnya tanpa dapat

terdeteksi oleh industri musik besar.

Hadirnya kompilasi “Still One Still Proud” juga menandai

berakhirnya era gank-gank yang ada di Jakarta. Kelompok-kelompok di

dalam komunitas ini mulai menyadari arti penting dari persatuan dan

kebersamaan. Semangat sektarianisme yang mewakili kelompok-

kelompok tongkrongan punk di Jakarta mengalami perubahan. Mereka

menuju semangat persatuan di bawah satu cita-cita kebersamaan yaitu

“Jakarta for the Punks”

Perkembangan baru komunitas punk ini berpuncak pada tahun

2001. Semangat kebersamaan dan persatuan yang di usung melalui slogan

Jakarta for the Punks dimanifestasikan melalui acara Jakarta Bersatu

volume 1, yang diadakan pada bulan Februari 2001. Jakarta Bersatu

merupakan titik tolak penting bagi terbentuknya kekuatan basis ekonomi

politik di komunitas Jakarta. Band-band yang bermain merupakan band-

band yang setidaknya pernah menciptakan karya-karya di dalam rekaman

kaset. Kriteria ini menjadi penting mengingat bahwa begitu banyak band

yang muncul dan hilang begitu saja tanpa memberikan kontribusi karya-

karyanya. Acara ini sebenarnya merupakan acara gabungan dengan genre

53
musik hardcore dan skinhead dengan tujuan mempersatukan komunitas

musik yang memiliki latar belakang sama. Acara Jakarta Bersatu

menandakan semakin solidnya komunitas Jakarta Punk.

Karena proses pembentukan basis produksi ekonomi dan jaring-

jaring distribusi telah berjalan membentuk mekanisme pasarnya tersendiri.

Acara ini juga memperlihatkan resistensi melalui penolakan terhadap

sponsor yang dianggap sebagai jerat kapitalis. Acara yang dihadiri 5000

hingga 7000 penonton ini menjadi bukti bahwa komunitas punk, hardcore

dan skinhead dapat mengorganisir acara dengan kapasitas besar, acara

yang sebelumnya hanya dapat dilaksanakan dengan menggunakan donasi

sponsor institusi besar.

Mereka yang memasuki komunitas punk pada periode setelah masa

transisi ini akan terbentuk kesadarannya untuk menolak major label yang

berasal dari industri musik besar.

E. Anarkisme; Ideologi Dibalik Komunitas Punk

Bendera hitam yang bergambar huruf A yang diberi lingkaran

(cicle A) adalah lambang atau bendera dari anarki. Lambang ini diambil

dari Yunani, A sebagai huruf pertama atau biasa disebut alpha yang

dikonotasikan sebagai awal dari segala sesuatu. Ini diartikan bahwa


anarkisme sebagai yang awal dari semua konsep dan teori politik yang

ada. Lingkaran yang melingkari huruf A diartikan sebagai Omega sebagai

huruf terakhir, jadi pemaknaan lambang anarki adalah sebuah totalitas dari

yang awal sampai dengan yang akhir.

Didalam kultur punk lambang ini pertama kali dipopulerkan oleh

Mclaren dan Sex Pistol yang dianggap sebagai pioner yang

mempopulerkan punk dan anarki. Dan salah satu lagu yang dibawakan

oleh band Sex Pistol ini yaitu Anarchy In UK. Band ini dalam konser-

konsernya sering mengibarkan bendera anarki.

Secara harafiah anarki berasal dari bahasa Yunani yaitu ‘a’ yang

berati ‘tidak’ dan ‘archos’ yang berarti ‘pemimpin’, ‘penguasaan’, atau

kekuasaan. Negara dalam hal ini adalah representasi dari pemimpin,

penguasaan atau kekuasaan jadi terkadang anarchy diartikan sebagai

ketiadaan negara.10

Anarkisme adalah salah satu varian dari sosialisme yang

menginginkan tatanan kehidupan yang demokratis dan berkeadilan sosial,

seperti halnya tujuan sosialisme lainnya anarkisme merupakan sebuah

filsafat yang menyokong pemusnahan atas monopoli ekonomi, institusi

politik, (birokrasi) dan sosial yang dijalankan segelintir kaum borjuis

(pemilik modal).

Anarkisme memiliki kesamaan dengan liberalisme mengenai ide

10 Dipublikasikan oleh Zine Punk Submissive Riot, edisi 13, bulan Juni 1998.

55
bahwa kebahagian dan kemakmuran seseorang haruslah menjadi norma

dalam semua urusan sosial. Sama seperti paham liberalisme, anarkisme

juga setuju dengan pembatasan fungsi negara seminimal mungkin. Ketika

Jefferson menguraikan konsep dasar liberalisme, kalimat tersebut berbunyi

“pemerintah yang baik adalah pemerintah yang sesedikit mungkin

memerintah” sedangkan Thoreau, yang mewakili anarkisme, menyatakan

“pemerintah yang baik adalah pemerintah yang tidak memerintah

samasekali”11.

Ide-ide anarki dapat ditemui hampir dalam setiap periode sejarah,

walaupun masih banyak penelitian yang harus dilakukan dalam bidang ini.

Kita dapat menemukannya dalam karya filsuf Tiongkok, Lau-Tse (the

Course and The Right Way) dan juga fisuf-fisuf yunani yang tergabung

balam mazhab ‘Hedonist’12 dan mazhab ‘Cynics’13. Dalam sejarah

reformasi Bohemia, anarkisme ditemukan dalam karya Peter Chelciky

(The Net Of Faith) yang mengadili negara dan gereja seperti yang

dilakukan oleh Leo Tolstoy dikemudian hari.

Namun pemikiran Anarkisme dalam bentuk konkrit baru dilahirkan

pada bagian akhir dalam sejarah. Ini pertama kali dituangkan dalam karya

William Godwin 1756-1836 yang berjudul “An Enquiry Concerning


11Rudolf Rocker, Anarchism and Anarcho-Syndicalism; Anarchist Classic.
Diterjemahkan oleh penerbit, Sumbu jogjakarta, tahun 2001 hal 27.
12 Salah satu Hedonis adalah Cyrenaics (400 SM), yang menggagaskan ide bahwa
seni kehidupan adalah memaksimalkan setiap detik kehidupan untuk kenikmatan
yang memuaskan indera dan intelektual.
13 Para pengikut Diogenes (400-325 SM), yang mengemukakan filsafat hidup bahawa
dengan mereduksi keinginan seseorang sampai pada kebutuhan minimal, disatu sisi
memerlukan disiplin diri yang keras, tapi disisi lain akan mengantarkan kepada
swasembada/ketidaktergantungan dan kebebasan.
Political Justice And Its Influence Upon general Virtue And Happiness”

(“pertanyaan Mengenai Keadilan Politik Serta pengaruhnya atas Moralitas

dan Kebahagian”), merupakan bagian penting dalam perkembangan

anarkisme kontemporer. Godwin dalam karyanya menyadari bahwa sebab-

sebab penyakit sosial dapat ditemukan bukan dalam bentuk negara, tetapi

dengan adanya negara tersebut.

Godwin menjadi tonggak berdirinya anarkisme moderen yang

lebih fokus menjadi sebuah ideologi. Pasca Godwin mulai banyak

pemikir-pemikir sosialisme yang mulai mengkaji dan menyempurnakan

ajaran-ajaran anarkisme, beberapa diantaranya yang sangat berpengaruh

terhadap anarkisme adalah;

a. Pierre Joseph Proudhon (1809-1865)

Proudhon merupakan tokoh yang sangat berpengaruh sebagai salah

satu pemikir anarkisme modern. Pemikiran-pemikiranya menentang tradisi

Jacobin yang mendominasi pemikiran demokrat-demokrat di Prancis dan

kebanyakan sosialis pada saat itu, Proudhon bukanlah seorang komunis.

Dia mengecam properti sebagai privilise untuk mengeksploitasi, tetapi

mengakui hak milik bersama sarana produksi, yang secara efektif akan

dipakai oleh kelompok-kelompok yang terikat antara satu sama lain

melalui kontrak bebas; selama hak itu tidak digunakan untuk

mengeksploitasi manusia lain dan selama individu dapat menikmati

57
hasilnya.14

Asosiasi berdasarkan mutualisme ini menjamin hak yang sama bagi

setiap orang yang dipertukarkan dengan jasa. Jumlah waktu rata-rata yang

dibutuhkan untuk menghasilkan sebuah produksi menjadi ukuran nilainya

dalam pertukaran mutual. Dengan sistem tersebut, kemampuan kapital

untuk menjalankan riba dimusnahkan dan terikat ketat dengan nilai kerja.

Jikalau kapital tersedia untuk semua orang, kapital tersebut tidak lagi

menjadi instrumen yang bisa dipakai untuk mengeksploitasi. Dalam sistem

ekonomi koersif seperti itu, aparatus politik koersif tidak lagi diperlukan,

bentuk dari masyarakatnya adalah terdiri dari komunitas-komunitas bebas

yang mengatur urusan mereka sendiri atau berasosiasi dengan komunitas

lain sesuai dengan kebutuhannya.

Organisasi federalisme yang diungkapkan Proudhon tidak dibatasi

oleh dogma-dogma tertentu, tetapi terbuka untuk kemungkinan-

kemungkinan baru dan menawarkan lingkup yang luas bagi setiap

individual dan sosial. Pemikiran Proudhon ini banyak berkembang di

negara-negara latin.

b. Max Stirner (1806-1856)

Ditangan Max Stirner anarkisme mengalami suatu pola yang unik

dalam karyanya “Der Einzig und sein Eigtum” dalam karyanya ini

Stirner mencoba mengkaji secara filosofis mengenai ketergantungan

14 Daniel Guerin. No Gods No Master, An Anthology Of Anarcism. Book 1, Scotland,


AK Press 1998
manusia dengan apa yang disebut sebagai ‘kekuatan yang lebih besar’

buku tersebut merupakan ekspresi atas pemberontakan terhadap

otoritas dengan sadar dan sengaja.

c. Mikhail A. Bakunin (1814-1876)

Mikhail Aleksandrovich Bakunin, yang biasa dijuluki sebagai

bapak anarkisme adalah orang yang sangat berpengaruh terhadap ideologi

anarkisme. Konsep dari Bakunin mengenai kolektivisme menjadi corak

yang sangat kuat untuk perkembangan anarkisme moderen. Bakunin

merupakan ‘penganut’ ajaran Proudhon, tetapi ia mengembangkannya

kedalam bidang ekonomi pada “Firs Internasionale 2” ia mengakui hak

milik kolektif atas tanah dan alat-alat produksi dan ingin membatasi

kekuasaan pribadi terhadap hasil kerja seseorang.

Bakunin juga mengungkapkan bahwa ia anti terhadap komunisme,

ia pernah berpidato pada kongres “Perhimpunan Perdamaian dan

kebebasan” di Bern (1868), dia berkata :

“Saya bukanlah seorang komunis karena komunisme menyatukan


masyarakat kedalam negara dan terserap kedalamnya; karena
komunisme akan mengakibatkan konsentrasi kekayaan dalam
negara, sedangkan saya ingin memusnahkan negara-pemusnahan
semua prinsip otoritas dan kenegaraan, yang dalam
kemunafikannya ingin membuat manusia bermoral dan
berbudaya, tetapi yang sampai sekarang selalu memperbudak,
mengeksploitasi dan menghancurkan mereka”.15
Bakunin memiliki energi revolusioner yang sangat besar ia

sangat tidak setuju akan sebuah reformasi sosial, menurutnya satu-

15 R. Rocker, Anarkisme, Anarko-Syndikalisme, Sumbu, jogjakarta, 2001, hal


43.

59
satunya jalan adalah revolusi internasional dengan pemusnahan semua

institusi politik dan eksploitasi ekonomi, untuk kemudian

menggantikannya dengan Federasi Asosiasi-Asosiasi Pekerja untuk

pemenuhan berbagai kebutuhan sehari-hari.

d. Peter Kropotkin (1842-1921)

Peter Kropotkin adalah pemikir anarkisme yang memberikan

dimensi ilmiah terhadap konsep sosiologi anarkisme. Dalam bukunya yang

berjudul Mutual Aid-A Factor Of Evolution (Gotong-royong - Sebuah

Faktor Dalam Evolusi). Pemikirannya terdaftar sebagai musuh dari teori

Darwinisme, yang berpandangan bahwa kelangsungan hidup manusia

didasari oleh perjuangan kekuatan antara yang kuat dan yang lemah, dan

pada akhirnya yang kuat akan tetap hidup dan yang lemah akan musnah.

Penyokong Darwinisme sosial dilandasi dengan teori tersebut dan

membenarkan penindasan yang ’lemah’ oleh yang ‘kuat’, sebenarnya teori

ini dipengaruhi oleh doktrin Malthusian, bahwa meja untuk hidup tidak

dibentangkan untuk semua manusia, dan yang kekurangan harus pasrah

dengan kehidupan mereka (karena merupakan diktat dari hukum alam).

Menurut Kropotkin, konsep yang menganggap bumi ini hanya

sebagai lapangan peperangan untuk kelangsungan hidup itu, yang

dilandasi dengan kebrutalan hanyalah merupakan karikatur kecil

kehidupan yang sebenarnya prinsip lain yang mendasari kehidupan di alam

ini adalah gotong-royong (Mutual-Aid) dan evolusi naluri sosial, misalnya

dalam mempertahankan sebuah ras. Jadi seorang manusia bukanlah


pencipta masyarakat, tetapi masyarakat adalah pencipta manusia, karena

dia mewarisi (dari orang tua dan jenisnya) naluri sosial yang digunakan

untuk melindungi dirinya dari jenis-jenis lainnya yang lebih kuat. Kita

dapat melihat bahwa jenis-jenis yang kuat secara fisik dan bergantung

pada kekuatan individu mereka tetapi tidak mempunyai kehidupan sosial

akan punah.

Dalam despotise paling kejam sekalipun hubungan manusia dengan

sesamanya dilandasi dengan persetujuan bebas dan ko-operasi, tanpa

kedua faktor tersebut kehidupan sosial tidak akan mungkian berjalan.

Kalau tidak demikian, aparat pemerintah yang terkuat pun tidak akan

mampu menjaga keteratuan sekedar untuk sehari. Tetapi tingkah laku

alami tersebut telah cacat karena eksploitasi ekonomi dan perwalian

negara. Kesadaran akan tanggung jawab pribadi, kapasitas untuk

bersimpati dengan manusia lain, kesadaran akan keadilan sosial dan sifat-

sifat terpuji lainnya berasal dari dan berkembang baik dalam kebebasan.

Kropotkin seperti juga Bakunin dan Proudhon sebagai seorang

revolusioner, tetapi di lebih seperti Elisee Reclus16 yang berpendapat

bahwa revolusi hanyalah suatu tahap yang khusus dalam proses evolusi,

yang timbul ketika perkembangan alami aspirasi-aspirasi sosial yang

dikekang oleh otoritas, sehingga kekerasan harus digunakan untuk

menghancurkannya sebelum aspirasi-aspirasi tersebut bisa berfungsi

sebagai faktor-faktor baru dalam kehidupan manusia.

16 Reclus adalah seorang anarkis asal Prancis

61
Dalam hal ini semua konsep anarkisme ingin membebaskan

manusia dari institusi politik dan sosial koersif yang mengarah kepada

pengekangan perkembangan umat manusia yang bebas. Dalam hal ini

mutualisme dan kolektivisme janganlah dianggap sebagai sistem-sitem

ekonomi yang tertutup yang tidak memperbolehkan perkembangan lebih

lanjut.

Dalam perkembangannya anarkisme saat ini hanya dianggap

sebagai ‘hantu’ dalam pendorong adanya perubahan sosial dan bahkan

tidak pernah ‘dianggap’ sebagai sebuah ideologi. Atas penjabaran yang

sudah dikemukakan didepan penulis mencoba untuk memetakan pola

anarkisme yang coba dianut oleh mereka yang biasa disebut sebagai

“komunitas Punk” yang ternyata bukan tanpa alasan pengadopsi

‘anarkisme’ sebagai ideologi mereka.

Komunitas punk hanya diketahui sebagai komunitas musik. Namun

setelah ditelusuri ternyata ada ideologi besar yang melandasi ‘pergerakan’

mereka yang menggunakan budaya sebagai alat propaganda bagi ideologi

yang mereka anut.

Hal lain yang mendasar yang perlu dicermati disini untuk melihat

pola gerak anarki adalah penekanan dan situasi serta tempat dimana model

anarki itu tumbuh dan berkembang selain pengaruh dari tokoh yang ada. Hal

ini merupakan faktor yang memunculkan banyak varian dari gerakan anarki

yang ada. Menjadi penting disini penulis jabarkan mengenai varian, karena
varian yang ada tentu memiliki penekanan dan pola yang berbeda dalam

setiap gerakan dan strategi yang digunakan. Dan juga sangat penting dalam

menganalisa data obyek penelitian dalam thesis ini dan mencari benang

merah gerakan yang dilakukan serta garis ideologi yang dianut sebagai

anarko-punk. Berikut adalah beberapa penjelasan sederhana varian dari

gerakan anarkisme :

1. Anarkisme- kolektif

Bakunin merupakan tokoh yang terkemuka dalam varian ini. Pada

internasionale I dia menyatakan dengan tegas menentang pendapat dari

kelompok Marxis dan memilih untuk keluar dari lingkaran tersebut.

Bakunin tidak sepaham tentang konsepsi negara dan menentang pendapat

kaum Marxis.

Anarkis-kolektif memfokuskan kepada doktrin ketiadaan negara

sebagai institusi dan juga menentang kepemilikan hak individu atau

pribadi atas alat-alat produksi. Disinilah corak kolektifisme dari

pemikiran Bakunin menjadi ciri varian gerakan anarkisme-kolektif.

2. Anarkis Komunis

Anarkisme komunis banyak berkembang pada tahun 1880-an

terutama di Italia. Tokoh yang mempeloporinya adalah Wiliam Godwin.

Dalam anarkis komunis ketiadaan negara menjadi hal mutlak namun

kepemilikan kekayaan alam merupakan hak sosial dari semua manusia

yang akan dijalankan berdasarkan ko-operasi bebas diantara produsen-

63
produsen17 .

Errico Malatesta memberikan warna yang lebih kental pada

gerakan anarkisme komunis. Seperti halnya Bakunin malatesta juga

menentang kaum Marxis dalam Internasionale I. penekanan yang ada

dalam varian ini adalah egalitarianisme (persamaan), penghapusan

hirarki, kelas sosial, distribusi kesejahteraan yang merata, penghapusan

kapitalisme serta produksi kolektif berdasrkan kesukarelaan18.

Berbeda dengan anrkisme kolektif, anarkisme komunis

memandang bahwa setiap individu berhak mendapatkan bagian dari

suatu hak milik dalam proses produksi berdasarkan kebutuhan mereka,

bukan diberi upah berdasarkan kontribusi mereka dalam pekerjaan.

3. Anarko-sindikalisme

Dalam varian anarkisme ini titik beratnya terletak pada gerakan

buruh. Varian ini percaya bahwa buruh meiliki kekuatan sendiri yang

dapat menghapuskan kapitalisme. Mereka menentang sitem upah atau

gajih dan pembagian hak atas alat-alat produksi.

Yang membedakan gerakan sindikalisme ini adalah penekanan

pada ; solidaritas pekerja, pola direct action sebagai metode pergerakan

17 Dikutip dari wikipedia Indonesia, tentang anarkisme.


18 Ibid.
dan manajemen kemandirian bagi semua orang19. Tokoh yang

melatarbelakangi gerakan ini adalah Rudolf Rocker.

4. Anarkisme Individualisme

Konsep varian ini lebih didasari pada liberalisme klasik. Varian ini

percaya bahwa “hati nurani individu seharusnya tidak boleh dibatasi oleh

institusi atau badan-badan kolektif atau otoritas”20.

Anarkisme individualisme tumbuh dan berkembang dari tradisi

liberal. Itu mengapa varian anarkis ini biasa disebut sebagai liberal

anarkisme.

5. Anarka-feminisme

Anarka feminis menekankan pada isu-isu perempuan sebagai isu

utama dalam gerakan mereka. Tokoh yang berpengaruh dalam gerakan

ini seperti Emma Goldmen.

6. Eko-anarkisme

Eko-anarkisme penekanan dan lingkup konsentrasinya berkisar

tentang lingkungan hidup. Gerakan ini biasa disebut sebagai Green

Anarcho atau anarko hijau

Selain varian-varian diatas masih ada beberapa jenis varian yang

juga berkembang dibeberapa tempat, seperti Anarkisme-insureksioner,

19rudolf rocker, anarchism and anarcho-syndicalism; anarchist classic.


Diterjemahkan oleh penerbit, sumbu jogjakarta, tahun 2001
20 Dikutip dari wikipedia Indonesia, tentang anarkisme.

65
anarko-kapitalis, anarko-primitif dan masih banyak lagi varian-varian

yang berkembang. Hal ini dikarenakan pemikiran anarkisme bersifat

terbuka akan pemikiran maupun konsep-konsep baru yang melahirkan

jenis atau varian baru.

Anda mungkin juga menyukai