Anda di halaman 1dari 11

Kota Impian oleh Preva (Pemenang Pertandingan Penulisan Naskah Drama Balai Bahasa Yogjakarta Peringkat SMA tahun

2008) Pemain : 1. Pengembara 1 2. Pengembara 2 3. Pengembara 3 4. Pengembara 4 5. Petani 1 6. Petani 2 7. Petani 3 8. Petani 4 Empat orang sedang berjalan menyusuri padang rumput yang tak berhujung. Entah mereka sudah sampai di negeri mana. Mereka telah berjalan berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan. Tujuan mereka hanya satu, Kota Impian. Matahari terasa sangat panas. Padang rumput itu terasa sangat lengang, seakan-akan padang rumput itu tiada berhujung. Hembusan angin sesekali terasa sangat menyejukkan. Empat pengembara itu terasa sangat kelelahan berjalan. Seting panggung minimalis. Hanya ada beberapa batu besar untuk duduk. Lampu sorot diarahkan ke tengah. Hanya ada satu lampu yang menyala. Sementara ada satu orang yang membaca prolog. Bumi. Bumi adalah karya agung dari sang pencipta. Maha karya yang maha dahsyat. Alam raya diciptakan lengkap dan saling berkaitan, supaya ada keseimbangan antara alam. Alam bicara dan hidup dengan caranya sendiri. Cara yang kadang tidak pernah di fahami oleh manusia, yang katanya makhluk Tuhan yang paling sempurna. Inilah awal dari sebuah kehancuran. Inilah awal dari segala malapetaka. Manusia telah mengkhianati tugasnya. Mereka bukan lagi bertindak sebagai penjaga alam, mereka malah menjadi pemerkosa alam. Rakus, egois, acuh, individualis adalah sifat yang terus dikembangkan manusia. Mereka lupa untuk apa mereka hidup. Mereka lupa pada ibu yang memberi mereka air, makanan, dan semua yang dibutuhkan. Alam dirosak, susunan masyarakat dirombak. Keadaan ini membuat hati resah, gelisah, dan haus akan kedamaian. Rindu akan kasih sayang, rindu akan kebijakan, dan rindu akan rasa kekeluargaan. Untuk itulah, empat orang pengembara melakukan perjalanan panjang. Perjalanan menuju sebuah kota yang konon menjanjikan kedamaian, kesejahteraan, rasa aman dan nyaman, serta rasa saling kekeluargaan. Mereka bersumpah akan meninggalkan kehidupan zaman yang tidak beradab. Inilah KOTA IMPIAN. (pemain naik ke panggung, lampu dinyalakan, dan musik mulai dimainkan) BABAK I 1. Pengembara 1 : Saudara, masih berapa lama lagi kita harus berjalan? 2. Pengembara 3 : Menurut peta, pekan terdekat masih sekitar dua kilometer lagi. 3. Pengembara 2 : Dan masih berapa jauhkan Kota Impian itu? 4. Pengembara 3 : Menurut peta, masih sekitar 1000 kilometer lagi.

5. Pengembara 4 : Jujur aku sangat lelah melakukan perjalanan ini. Selain itu sebenarnya aku juga tidak yakin kalau kita akan sampai di Kota Impian itu.

6. Pengembara 2 : Saudari, kita tidak boleh menyerah. Kita harus tetap berusaha agar kita berjaya sampai pada tujuan kita. 7. Pengembara 1 : Itu benar saudara. Kita semua merasa lelah, tapi kita harus tetap yakin kerana kita pasti akan sampai di kota itu. 8. Pengembara 3 : Tepat sekali. Lagi pula menurut peta ini, Kota Impian sudah tidak jauh lagi. Paling lambat, sepuluh tahun lagi kita pasti akan sampai di kota itu. 9. Pengembara 4 : Sepuluh tahun lagi? Tidak adakah waktu yang lebih cepat untuk mendapatkan kebahagiaan? 10. Pengembara 2 : Kebahagiaan perlukan pengorbanan saudari. Menggapai mimpi itu tidak mudah, perlu banyak perjuangan, kerja keras, dan kesabaran. 11. Pengembara 4 : Ya semoga apa saja yang kita yakini itu benar. Mari kita teruskan perjalanan kita. 12. Semua : Jom!! (Lampu dimatikan. Seting diubah. Empat pengembara itu masih di panggung)

BABAK II 13. Pengembara 4 : Saudara, bolehkah kita berhenti sejenak? Aku sangat keletihan. Aku tak sanggup lagi untuk berjalan. 14. Pengembara 1 : Ya aku juga sangat keletihan. 15. Pengembara 3 : Baiklah, kita berhenti untuk beristirahat sejenak. (Tiba-tiba datang segerombolan petani yang sedang membawa ternaknya) 16. Pengembara 2 : Minta maaf pak cik, tumpang tanya. Pekan terdekat dari sini masih jauh tak pak cik? 17. Petani 1 : Pekan terdekat masih sekitar dua kilometer lagi nak. 18. Petani 3 : Bukan dua kilometer, tapi empat.

19. Petani 2 : Tidak, tidak sejauh itu. Jaraknya yang benar adalah tiga kilometer. 20. Petani 4 : Wah, nampaknya kami kurang tau jarak yang sebenarnya bang. Tapi apa yang pasti sudah tidak jauh dari sini.

21. Pengembara 1 : Boleh kah kami ikut berjalan bersama kamu semua ke pekan tersebut? 22. Petani 2 : Ya boleh saja. Tapi kami di jalan nanti akan banyak berhenti, sebab kami harus mencari rumput untuk ternakan kami. 23. Pengembara 4 : Ah, itu bukan masalah bagi kami. Kami akan mengikuti jalan yang pak cik jalani. 24. Pengembara 3 : Ya mari kita teruskan perjalanan kita. (Lampu mati. Musik dimainkan untuk mengiringi perjalanan itu. Seting diubah menjadi sebuah desa.) 25. Petani 1 : Akhirnya sampai juga. 26. Petani 3 : Anak-anak, inilah pekan kami. Pekan yang kecil, namun sangat damai.tanpa penguasa, tanpa cukai dan ufti. Tidak ada hukum, yang ada hanya norma yang sudah difahami masing-masing. 27. Pengembara 3 : Akhirnya kita berjaya sampai juga. Oh pak cik, di sini ada tempat untuk penginapan ? 28. Petani 4 : Wah, sayang sekali abang-abang sekalian. Pekan kami ini sangat jarang dikunjungi, jadi maklumlah kalau tidak ada penginapan di sini. 29. Petani 2 : Tapi jangan takut. Anak-anak boleh menginap di pondok kosong ini. 30. Pengembara 2 : Pondok ini memang tak dihuni pak cik? 31. Petani 2 : Dulu memang ada penghuninya. tapi sekarang sudah tidak lagi. 32. Pengembara 4 : Tuan punya pondok ini ada dekat mana pak cik? 33. Petani 3 : Orangnya sudah meninggal dua tahun yang lalu. 34. Pengembara 1 : Baiklah kalau begitu, kami mengucapkan ribuan terima kasih untuk anda semua.

35. Petani 1 : Sama-sama. Kami juga senang dapat membantu anak-anak semua. 36. Petani 4 : Kalau begitu kami mohon diri. Hari sudah gelap. Kami masih harus memberi makan ternakan kami. Kami pergi dulu ya

37. Pengembara 2 : Mari. 38. Pengembara 3 : Tidak disangka, kita bisa mendapat tempat menginap malam ini. Sudah lama aku tidak tidur di dalam rumah. Sudah sejak sepuluh tahun yang lalu, sejak kita memutuskan untuk mengadakan perjalanan ini. 39. Pengembara 1 : Ya Semoga kesempatan ini tidak datang hanya hari ini saja. 40. Pengembara 4 : Kau ni, mengharapkan sesuatu yang tidak pasti. 41. Pengembara 1 : Lah, ini bukan mustahil untuk terjadi. Siapa tau esok kita tiba di kota yang penuh wanita. Sudah lama aku tidak melihat wanita yang menggoda. 42. Pengembara 4 : Aduh yang saudara ini asyik berfikir tentang wanita? Habis aku ni siapa? Apa saudara sudah lupa dengan komitmen kita dulu sebelum mengadakan perjalanan ini? 43. Pengembara 1 : Tentu aku ingat. Aku hanya bernostalgia sejenak dengan masa laluku. Apa itu juga tidak boleh? 44. Pengembara 4 : Bukan tidak boleh, tapi jangan sampai khayalan itu boleh membuat kita lupa diri dan mempesong tujuan-tujuan semua. Tujuan kita hanya satu. Kota Impian. Lagipun aku sebagai seorang wanita tidak selesa mendegar pernyataan sebegitu rupa. 45. Pengembara 2 : Sudah, jangan bertengkar. Lebih baik sekarang kita istirehat. Kita harus melanjutkan perjalanan panjang kita esok. 46. Pengembara 3 : Sejujurnya, aku bosan dengan kehidupanku yang sekarang ini. 47. Pengembara 4 : Saudara ternyata juga sudah menampakkan kebosanan. Lebih baik sekarang kita berdoa saja agar hati kita dikuatkan, dan supaya kita dapat terus berteguh pada tujuan awal kita. (Pengembara berdoa. Musik dimainkan dan lampu mula dipadamkan. Seting tidak berubah. Musik hanya memberi selingan pergantian malam ke pagi.) 48. Pengembara 2 : Saudara dan saudari cepat bangun. Hari sudah siang. Mari berkemas. Kita harus melanjutkan perjalanan kita.

49. Pengembara 3 : Kenapa hari berganti begitu cepat? Kenapa? Belum sempat aku mimpi indah, sudah harus bangun gara-gara matahari yang sudah bersinar terang.

50. Pengembara 1 : Saudari, kira-kira apa yang mungkin kita temui pada perjalanan kita hari ini?

51. Pengembara 4 : Entahlah. Mungkin jalan pintas menuju Kota Impian, atau mungkin ajal akan menjemput salah satu diantara kita. Siapa yang tau. 52. Pengembara 2 : Sudahlah. Tidak payah nak berteka-teka Mari kita berkemas, Kita terus ucap selamat tinggal dengan warga pekan kelmarin yang telah memberi kita tempat tinggal. (mereka semua berkemas. Lalu bangkit berdiri dan keluar dari pondok itu..) 53. Pengembara 1 : Kenapa pekan ini kelihatan sepi sekali? Di mana para penduduknya? 54. Pengembara 3 : Aku tidak tau. Mungkin mereka pagi-pagi buta sudah pergi mencari rumput untuk ternakan mereka. 55. Pengembara 2 : Padahal, aku belum sempat mengucapkan terima kasih untuk mereka. 56. Pengembara 4 : Sudahlah, mungkin kita memang tidak ada jodoh dengan mereka. Mari kita teruskan perjalanan kita. 57. Pengembara 1 : Ya siapa tau di depan sebuah kota yang penuh dengan wanita sedang menunggu. 58. Pengembara 4 : Ssstttt jangan berpikir yang bukan-bukan. (Lampu dimatikan. Musik dibunyikan. Seting berubah menjadi sebuah padang yang gersang. Panas, dan sangat memerah keringat.) BABAK III 59. Pengembara 2 : Saudara,bolehkan kita berhenti sejenak untuk beristirehat? 60. Pengembara 4 : Bila kita nak sampai kalau dari tadi hanya berhenti. 61. Pengembara 2 : Hei saudari, kenapa nada percakapan saudara begitu tinggi. Aku hanya meminta waktu sejenak untuk beristirahat. Salahkah ?

62. Pengembara 4 : Aku kesal dengan saudara yang dari tadi hanya nak berhenti. Apa niat sudara sudah mulai padam? Apa semangat saudara untuk menuju Kota Impian sudah pudar?

63. Pengembara 2 : Ah, saudari ni kenapa berlagak macam pemimpin. Niatku tidak luntur, semangatku pun tidak pudar. Aku hanya penat melakukan perjalanan yang tak berujung ini. Berjalan menuju tempat yang belum pasti kewujudannya Kita sudah sepuluh tahun berjalan, tapi belum ada tanda-tanda kalau kita akan sampai pada tujuan kita.

64. Pengembara 4 : Itulah yang namanya ketidak yakinan. Saudara sudah mengingkari apa yang dulu telah kita sumpahkan. Saudara tidak ada bezanya dengan seorang pengalah yang hanya pandai mengadu dan menyerah pada keadaan. 65. Pengembara 2 : Aku tidak menyerah pada keadaan, tapi apa yang dulu kita pikirkan ternyata salah. Kita tidak mungkin lari dari kenyataan ini. Zaman kita adalah zaman yang gila. Kita pergi meninggalkan kehidupan kota yang semakin gila untuk mencari sebuah ketenangan. Tapi apa yang kita alami sekarang ini jauh lebih gila. Kita terlalu naif. Kita terlalu jauh berkhayal tentang Kota Impian yang penuh dengan kedamaian itu. Kita tidak tau apakah betul kota itu ada atau tidak 66. Pengembara 4 : Oleh tu Kita semua tidak tau kebenarannya sebelum kita sampai pada kota itu. Dan satu hal yang mesti saudara ingat, perjalanan ini adalah jalan yang terbaik. Lebih baik mendekatkan diri pada tujuan dan harapan yang tidak pasti daripada hidup di tengah masyarakat yang tidak bertamadun. Mengikuti arus dimana akan membawa kita hanyut semakin jauh kepada kegilaan. Lebih baik 67. Pengembara 1 : Sudahlah Diam korang berdua. Kenapa korang boleh bertengkar satu sama lain. Kita di sini dan, tujuan kita adalah satu. Dengan bersatu, kita akan menjadi lebih baik. 68. Pengembara 2 : Tidak. Kita sekarang tidak lagi satu. Tujuan kita telah berbeza. Aku tidak mau lagi hidup di dalam bayang-bayang semua tentang kedamaian. Ya kalau benar semua itu ada, kalau tidak, hanya membuat kita semakin putus asa. Aku akan pergi mencari Kota Impianku sendiri. Aku sudah tidak mau meneruskan perjalanan ini. 69. Pengembara 3 : Baiklah, kalau itu keputusan saudara. Gelang ini adalah tanda bahawa kita satu. Sekarang saudara tidak lagi satu dengan kami, maka tolong saudara lepaskan gelang itu dan silakan pergi dengan ketidakpastian yang saudara fikirkan itu. 70. Pengembara 2 : Hahaha ketidak pastian?. siapa yang sebenarnya hidup di dalam ketidak pastian. Ini gelangmu. Sekarang aku akan pergi menuju ke arah kedamaianku sendiri. 71. Semua : Pergi!!! (Suasana menjadi hening. Terlihat ekspresi penyesalan pada raut wajah ketiga pengembara itu. Sekarang mereka tinggal bertiga. Satu bagian daripada mereka telah hilang)

BABAK IV 72. Pengembara 3 : Saudara dan saudari, sehendaknya yang telah terjadi boleh dijadikan pengajaran untuk kita. Perjalanan kita memang masih jauh. Kita tidak tau apa yang akan terjadi selepas ini. Yang pasti, jika kita terus tetap dengan tujuan awal kita, maka kita akan terus bersama, kerana tujuan itulah yang menyatukan kita di sini. 73. Pengembara 1 : Sayang sekali rakan kita tadi telah kehilangan jati dirinya. Tujuan sesaat yang muncul membuatnya goyah dan meninggalkan tujuan hidupnya. 74. Pengembara 4 : Sudahlah, tidak payah dipikir lagi. Yang terjadi, biarlah berlalu. Biarkan itu menjadi pengajaran yang berharga bagi kita. 75. Pengembara 1 : Mari kita teruskan perjalanan kita. 76. Semua : Mari..!! (Pengembara 3 samar-samar melihat pantulan cahaya dari arah barat. Dia tidak yakin dengan apa yang dilihatnya. Maka dia bertanya pada rakannya untuk meminta pendapat.)

77. Pengembara 3 : Saudari, saudari ada lihat cahaya dari arah barat sana? 78. Pengembara 4 : Yang mana yang saudara maksudkan? 79. Pengembara 3 : Itu yang di sana. Yang memantulkan cahaya itu. 80. Pengembara 1 : Ya, aku dapat melihatnya. Bagaimana kalau kita berjalan ke situ sebentar untuk mengetahui cahaya apa yang sebenarnya. 81. Pengembara 4 : Tapi bila kita ke sana, itu bererti kita melencong dari arah menuju Kota Impian. 82. Pengembara 1 : Kita tidak akan berlama-lama di sana. Setelah kita mengetahui apa yang ada di sana, kita kembali melanjutkan perjalanan kita. Bagaimana? Setuju? 83. Pengembara 4 : Baiklah. Apa salahnya kita cuba. 84. Pengembara 1 : Bagaimana saudara? 85. Pengembara 3 :

Baik. Aku juga ikut. (Musik dibunyikan. Cahaya meredup. Pengembara-pengembara itu berjalan perlahan menuju arah cahaya yang bersinar itu. Setelah mereka sampai, mereka sangat terkejut dengan apa yang mereka lihat. Sebuah kota yang mirip dengan kota tempat asal mereka.) 86. Pengembara 4 : Kenapa di tempat seperti ini ada kota yang begitu kelam. 87. Pengembara 3 : Kota apa ini sebenarnya? 88. Pengembara 1 : Entahlah, yang jelas suasana ini sangat berbeza dengan yang biasa kita rasakan. Kota ini sangat serupa dengan apa yang aku bayangkan semalam. Menjanjikan kesenangan dan benar-benar tempat yang menjanjikan untuk melepas kebosanan. 89. Pengembara 4 : Jangan cakap bahawa saudara hendak bersiar-siar di kota ini. 90. Pengembara 1 : Ya memang. Aku memang ingin berjalan-jalan di kota ini. 91. Pengembara 3 : Tapi tadi kita telah sepakat akan meninggalkan tempat ini setelah kita mengetahui apa yang kita lihat dari jauh tadi. 92. Pengembara 1 : Kau benar. Tapi kita belum tahu apa yang ada di dalam sana. Mungkin ada wanita dengan pakaian seksi, atau ada sebuah kelab malam dimana kita dapat berpesta siang dan malam. 93. Pengembara 4 : Saudara, apa saudara juga telah lupa dengan apa yang kita sepakati? 94. Pengembara 1 : Aku tidak mengingkarinya. Aku hanya ingin melepaskan kebosananku sebentar saja. 95. Pengembara 4 : Tapi dulu kita telah berjanji bahwa kita tidak akan terikut menikmati godaan duniawi. 96. Pengembara 1 : Yang berjanji itu saudara dan saudari sekalian. Aku tidak pernah ingat berjanji pada sesiapa pun. 97. Pengembara 3 : Tapi saudara telah menitiskan darah saudara sendiri sebagai bukti bahawa janji itu telah disepakati. 98. Pengembara 1 : Oh itu hanya dari padangan perpaduan saja. Tidak mungkin aku tidak akan ikut untuk melakukan upacara itu sementara kamu semua melakukannya. 99. Pengembara 4 : Saudara sudah berlebihan. saudara sudah mengingkari janji yang dulu pernah kita buat. 100. Pengembara 3 : Ya saudara juga telah kembali terjerumus dalam nafsu manusia yang jahanam itu.

101. Pengembara 1 : Apa yang kamu semua tau, aku sudah muak dengan perjalanan yang telah kita lakukan. Aku bosan dengan harapanharapan palsu dari Kota Impian itu. Hanya kerana satu hal yang belum pasti kebenarannya namun dicuba untuk dipercayai. Aku bosan. Aku jemu dengan semua itu. 102. Pengembara 3 : Baiklah. Nampaknya sekarang kita sudah berbeza. Jadi apa yang saudara kehendaki sekarang? 103. Pengembara 1 : Aku akan tetap tinggal di sini dan aku kubur keinginanku untuk pergi ke Kota Impian itu.

104. Pengembara 4 : Bergembiralah dengan keputusan saudara itu. Aku benar-benar tidak berfikir bahawa begini rupanya saudara. Saudara sama saja seperti menjilat air liur yang sudah saudara ludahkan sendiri.

105. Pengembara 1 : Terserah apa yang saudara kata. Ini gelangmu. Aku sudah tidak memerlukannya lagi. Kehidupanku adalah di sini. Aku tidak mau lagi hanyut dalam pengharapan palsu. Aku lebih senang hidup di dalam realiti kehidupan, walaupun itu akan menghancurkanku. Zaman telah berubah. Inilah kehidupan manusia zaman sekarang. Kita tidak mampu lari darinya. Mau tak mau, kita harus mengikuti arusnya. 106. Pengembara 3 : Kita sekarang memang benar-benar berbeza. Saudara telah menjadi seorang lelaki berfikirang terbuka. Sebuah komponen untuk menghidupkan roda sistem konsumer. Bergabunglah saudara di dalamnya. Lenalah saudara olehnya. Selamat tinggal saudara. 107. Pengembara 4 : Selamat tinggal saudara. Cukup sampai di sini pertalian kita sebagai saudara. 108. Pengembara 1 : Suatu saat kamu semua akan sedar sendiri akibat perubahan zaman yang sudah menggila ini. Sudah tak ada tempat untuk kebenaran. Bahkan secebis pun tidak. Saudara terlalu memberi harapan yang palsu itu kepada sebuah kota impian. Sesuatu yang belum tentu wujud. Suatu masa kalian akan faham. 109. Pengembara 3 : Setidaknya kami masih punya harapan. Tidak sepertimu yang hanya mampu berserah pada keadaan. Tidak ada semangat juang. Tak ada kegairahan untuk melakukan perubahan. 110. Pengembara 1 : Perubahan? Apa yang kalian dapat lakukan untuk merubah keadaan? Konsumerisme dan individualistik sudah bersenyawa dengan zaman. Sudah menjadi akar kepada zaman. Kau tidak akan menemukan yang kalian khayalkan itu. 111. Pengembara 4 : Bagaimana kita mampu mengetahui sesebuah hasil kalau kita belum berusaha? Kami bukan jenis orang yang mudah menyerah. Kami bukan orang yang mudah goyah keyakinannya. Dan kami bukan orang yang mudah berpaling haluan idealismenya. 112. Pengembara 1 :

Persetan dengan apa yang saudari katakan. Saudara hanya akan dapat membuktikan diri sendiri dengan perubahan zaman yang menuju ke sebuah kehancuran ini. Semoga berbahagia dengan harapan palsu saudara sekalian.

113. Pengembara 3 & 4 : Diam Kau!!! (Lagu sendu dinyanyikan mengiringi pemergian dua pengembara itu. Lampu meredup dan akhirnya mati. Seting berubah menjadi sebuah jalan dengan gerbang yang bertuliskan DREAM CITY.)

BABAK V 114. Pengembara 4 : Saudara, akhirnya kita sampai juga di Kota Impian. 115. Pengembara 3 : Perjalanan kita tidak sia-sia saudari. 116. Pengembara 4 : Ya mereka pasti menyesal kerana telah berpaling dari komitmen ini. Mari kita masuk saudara. (Mengiringi pengembara masuk, musik disko dibunyikan) Dua pengembara itu sangat hairan dengan apa yang mereka lihat. Ternyata Kota Impian tidak ada bezanya dengan kota sebelumnya dan kota tempat asal mereka. Mereka menjadi sangat kecewa. 117. Pengembara 3 : Ternyata Kota Impian memang sudah tidak ada. Dia hanya ada dalam bayangan dan khayalan kita sahaja. Zaman memang sudah berubah. Sudah tidak ada lagi kedamaian dan ketenangan yang kita cari. 118. Pengembara 4 : Manusia telah sampai pada puncak prestasi untuk menghasilkan kedamaian, ketenangan, saling mengasihi dan saling mencintai. Manusia telah hidup mengikut emosi dan deria sahaja. 119. Pengembara 3 : Saudari. Kita telah menyaksikan sendiri sebuah kenyataan dari kehidupan manusia. Apa yang harus kita lakukan. Ikut di dalamnya, atau melawannya dengan mengakhiri hidup kita. 120. Pengembara 4 : Menurutku keduanya bukanlah jalan keluar. Jika kita ikut di dalamnya, itu bererti kita mengingkari janji kita, komitmen kita dan sumpah kita. Namun apabila kita mengakhiri hidup kita, itu bererti kita sama juga dengan pecundang yang hanya mampu lari dari kenyataan. 121. Pengembara 3 : Habis apa yang harus kita buat sekarang? 122. Pengembara 4 : Kita harus belajar menerima kenyataan ini. Ini adalah sebagian dari hidup kita. Semua tergantung bagaimana kita membentuknya. Kehidupan kita bukan cuma sekedar ssbuah tunggul yang diam. Kita harus mampu bertindak. Kita harus pandai memilih hal mana yang perlu kita lakukan dan yang tak perlu kita lakukan.

123. Pengembara 3 : Ya menurutku juga memang demikian baiknya. Mari kita kembali ke kota kita dan jalani kehidupan kita yang baru. Kota impian memang hanya sekadar khayalan, kedamaian letaknya di dalam hati, bukan di sebuah kota yang tenang. 124. Pengembara 4 : Kita terlalu naif untuk memikirkan semua itu. 125. Pengembara 3 : Kedamaian. Masih adakah engkau di dunia ini? (Lampu perlahan mati bersamaan mainan musik.)

***Selesai***

Anda mungkin juga menyukai