Anda di halaman 1dari 7

Universitas Riau

Ekonomi Teknik
Mitigasi Resiko dalam Ekonomi Teknik
Kelompok 1 Norman Joshua S Syahrido Pirmadona S Ito Tandika Kurniawan Hamidy Herdiansyah
4/8/2011

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG Mitigasi resiko dalam ekonomi teknik adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi atau mengantisipasi dampak negatif yang diperkirakan akan terjadi dalam suatu kegiatan/usaha sehingga tidak mengalami kerugian ekonomis. Pada rekayasa teknik sipil, bangunan yang dibuat menghadapi unsur resiko yang umumnya disebabkan oleh faktor alam. Bangunan-bangunan di sungai, misalnya, menghadapi resiko terjadinya banjir akibat tingginya curah hujan ataupun terjadinya gempa. Bangunan gedung berlantai banyak juga menghadapi resiko gempa ataupun angin. Resiko bisa terjadi dan mengandung konotasi adanya suatu peluang atau kemungkinan (probabiliti). Walaupun waktunya tidak bisa ditentukan, namun berdasarkan data lampau yang direkam, unsur kemungkinan untuk suatu periode tertentu dapat dicari dengan bantuan ilmu statistik. Dari kemungkinan resiko yang terjadi maka analisis akan berkembang ke faktor kerusakan/ kerugian yang terjadi. Kerugian ataupun kerusakan tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk kerugian ekonomis (economic losses). Secara logika dapat disebutkan bahwa semakin kecil kemungkinan terlampauinya suatu kejadian alam yang menyebabkan kerugian dan kerusakan maka semakin besar biaya yang dibutuhkan. Hal ini karena dibutuhkan suatu tambahan untuk perkuatan konstruksinya. Dalam analisis ekonomi, resiko yang terjadi harus dilibatkan dalam prosesnya, artinya ada hubungan antara resiko dan biaya yang dibutuhkan. Oleh karena itu, disini kami akan memberi beberapa contoh soal yang diharapkan dapat menjelaskan bagaimana mitigasi resiko dalam ekonomi Teknik.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN Adapun maksud dan tujuan pembuatan makalah ini adalah : 1. Memberi pengertian dan gambaran tentang mitigasi resiko dalam Ekonomi Teknik. 2. Mahasiswa mengetahui apa saja yang merupakan faktor resiko. 3. Mahasiswa dapat memitigasi dan control terhadap faktor resiko tersebut.

4. Mahasiswa diharapkan dapat merencanakan anggaran biaya yang diperlukan dengan memasukkan faktor resiko dalam perhitungan. 5. Memenuhi tuntutan tugas mata kuliah ekonomi teknik jurusan Teknik Sipil S1.

1.3 RUANG LINGKUP Secara umum makalah ini membahas tentang mitigasi atau pengurangan resiko pada suatu proyek yang terjadi akibat faktor non-teknis seperti bencana alam, kenaikan harga barang, kenaikan harga BBM, kenaikan biaya listrik, dan kenaikan upah karyawan yang mempengaruhi proses produksi dan terjadi di luar perencanaan sebelumnya atau di luar perkiraan.

BAB II PEMBAHASAN DAN CONTOH KASUS Dalam Bab II ini kami akan memberikan beberapa contoh mengenai kasus atau permasalahan yang berhubungan dengan mitigasi resiko pada ekonomi teknik dan cara menyelesaikan permasalahan tersebut. Berikut adalah beberapa contoh dari kasus tersebut :
1. Suatu daerah yang terletak sejajar dengan sungai besar setiap tahunnya mengalami banjir rutin akibat meluapnya air sungai tersebut. Sesudah dihitung secara ekonomis didapat nilai kerugian sebesar Rp.10 M setiap terjadi banjir setiap tahunnya, yaitu besarnya kerusakan yang terjadi pada daerah tersebut. Misalnya, prasarana transportasi, kerusakan bangunan ataupun kerusakan daerah pertanian dan lain sebagainya. Oleh karena itu, banjir yang terjadi akan di coba ditanggulangi dengan mempertinggi tanggul sungai. Dari perhitungan hidrologi telah dihitung hubungan besarnya kemungkinan banjir yang dilampauinya (probiliti of exceedance) dengan setiap ketinngian tanggula yang direncanakan. Demikian pula besarnya biaya tahunan untuk setiap ketiggian itu telah dihitung. Pada persoalan ini diminta untuk mencari total biaya yang paling ekonomis. Jawab : Setiap tahun, bila terjadi banjir, nilai kerusakan yang ditimbulkan adalah sebesar Rp. 10 M. Bila kemungkinan terlampaui suatu banjir sebesar 20%, rata-rata setiap tahunnya akan menimbulkan kerugian sebesar 20%* Rp. 10 Milyard sama dengan Rp. 2 M, untuk 15 % kerugian sebesar Rp. 1,5 Milyard dan seterusnya Karena setiap perubahan ketinggain tanggul biaya tahunannya sudah diketahui, demikian pula untuk hubungan ketinggian tanggul dengan kemungkinan terlampauinya kejadian banjir dapat dibuat tabel total biaya dari biaya tahunan dan kerusakan rata-rata tahunan. Total biaya yang paling murah adalah yang paling ekonomis. Hasilnya adalah tabel di bawah ini. Ketinggian tanggul m 0 1 2 3 4 5 6 7 8 Biaya tahunan Rp. juta 0 240 360 500 850 950 1150 1300 1700 Kemungkinan banjir terlampaui % 20 15 8 4 0,7 0,2 0,07 0,02 0,01 Kerusakan rata-rata tahunan Rp. juta 2000 1500 800 400 70 20 7 2 1 Biaya total tahunan Rp. Juta 2000 1740 1160 900 920 970 1157 1302 1701

Dari analisis ekonomi proyek tersebut total biaya tahunan yang paling ekonomis adalah sebesar Rp. 900 juta dengan kemungkinan banjir sebesar 4%. Pengertian biaya kerusakan tahunan rata-rata dapat disamakan dengan asuransi yang harus dibayar setiap tahun, untuk kemungkinan terlampaui 4% misalnya,

maka dalam hal ini setiap tahun, selama 25 tahun, asuransi yang harus dibayar adalah Rp. 400 juta. Dari sudut ekonomi teknik juga dapat ditentukan periode ulang banjir pada suatu daerah aliran sungai. Dari contoh soal di atas kita ketahui bahwa kemungkinan terjadinya banjir yang terlampaui merupakan kebalikan dari periode ulang banjir,untuk 4%. Misalnya periode ulangnya sebesar 25 tahun (Q25). Sehingga pada pengendalian banjir pada perencanaan pengandalian banjir pada daerah ini, hasil analisa ekonomi teknik sekaligus merekomendasikan periode ulang yang di pakai untuk dasar perencanaan. Bilamana dianggap bahwa biaya tahunan untuk setiap peninggian tanggul sudah benar, demikian pula hubungan antara peninggian tanggul dengan bermacam-macam kemungkinan terjadinya banjir yang perhitungannya secara teknis sudah benar maka dalam contoh soal di atas ditunjukkan pula periode ulang yang paling ekonomis dipakai. Dari contoh soal di atas dapat disimpulkan bahwa periode ulang yang makin besar tidak berarti paling ekonomis. Karena bila periode ulangnya memakai Q500 (atau kemungkinan banjir sebesar Q500 adalah 0,2%) total biaya tahunannya adalah Rp. 970 juta, lebih besar bila dibandingkan dengan memakai Q25 yang hanya Rp. 900 juta.

2. Resiko Gempa Terhadap Gedung Bertingkat Pada suatu perencanaan gedung bertingkat yang didasarkan pada beban sementara akibat gempa didapat besarnya biaya modal adalah sebesar Rp. 10 Milyar. Disamping itu kemungkinan sebesar 1 % setiap tahun untuk terjadinya gempa akan menimbulkan kerusakan sebesar Rp. 6 Milyar. Perencana diminta untuk mendesain pertambahan kekuatan bangunan dengan kemungkinan terjadinya gempa masih sebesar 1% namun dengan kerusakan yang nilainya sebesar Rp. 2 Milyard . Bung komersil yang berlaku adalah sebesar 7%. Umur bangunan adalah 30 tahun. Total biaya O&P, pajak , asuransi adalah 4% dari biaya modal, berapa tambahan biaya modal pertambahan kekuatan bangunan yang diperlukan ? Jawab: Biaya modal Rp. 10 Milyar Besarnya biaya tahunan: Bunga 7%*10 Depresiasi (A/F,7,30)*10 O&P , pajak , asuransi 4%*10

= Rp. 0,7 M = Rp. 0,1059 M = Rp. 0.4 M = Rp. 1,2059 M

Gempa 1%*6

= Rp. 0.060 M = Rp. 1,2659 M

Sesudah direnovasi: Biaya modal menjadi Rp. 10 M + Rp. X

Besarnya biaya tahunan: Bunga 7% (Rp. 10 M+Rp.X) Depresi (A/F, 7, 30)*(Rp10M+Rp.x) O&P, pajak Asuransi 4%*(Rp.10M+Rp.x)

= Rp. 0,7 M + 0,07x = Rp. 0,1059 M + 0,1059x = Rp. 0,4 M + 0,04x = Rp. 1,2059 M + 0,12059x = Rp. 0,020 M = Rp. 1,2259 M + 0,12059

Gempa 1%*2

Rp. 1,2659 M X

= Rp. 1,2259 M + 0.12059x = Rp. 0,332 M

Jadi tambahan biaya modal untuk memperkuat bangunan gedung tersebut = Rp. 332 juta.

Anda mungkin juga menyukai