Anda di halaman 1dari 63

KRONOLOGI KASUS MUNIR

WAKTU 19 Mar 2004 PERISTIWA Pollycarpus mulai menghubungi Hendardi lewat telpon. Pasca pertemuan dengan 2 (dua) orang timur-timur di Kantor PBHI, Pollycarpus sering menelepon Hendardi.1 (tidak diketahui tanggalnya) Pertemuan Dirut Indra Setiawan dengan Pollycarpus di Hotel Sahid. Dalam pertemuan tersebut Pollycarpus menyampaikan surat dari BIN.2 (Pertengahan 2004) Polly menyambangi kantor dan datang ke ruangan Budi Santoso. Kemudian Polly minta tolong kepada Budi Santoso untuk mengoreksi surat agar ditempatkan di coorporate security PT. Garuda Indonesia. Dan (dalam surat tersebut) saksi Budi Santoso merubah kata kepada yang semula berada di sebelah kiri menjadi sebelah kanan.3 14 Juni 2004 Budi Santoso memberikan uang sebesar 10 juta kepada Pollycarpus

Juni 2004

11 Agustus Indra menerbitkan surat penugasan terhadap Pollycarpus bernomor 2004 Garuda/DZ-2007/04 sebagai staf perbantuan di Unit Corporate Security. Indra mengaku pembuatan surat tersebut karena permintaan tertulis Asad (Waka BIN).4 31 Agustus Penerbitan Nota : OFA/210/04, dari chief pilot A 330 yang 2004 ditandatangani oleh Rohainil Aini Nota perihal mohon perubahan atas schedul penerbangan atas nama Pollycarpus Budihari Priyanto 7 Sept 2004 Aktivis HAM dan pendiri KontraS dan Imparsial, Munir (39 thn) meninggal di atas pesawat Garuda dengan nomor GA-974 ketika sedang menuju Amsterdam untuk melanjutkan kuliah pasca-sarjana. Sesuai dengan hukum nasionalnya, pemerintah Belanda melakukan otopsi atas jenazah almarhum. Jenazah Munir dimakamkan di kota Batu, Malang, Jawa Timur. (tidak diketahui tanggalnya) Mantan Dirut Garuda Indra Setiawan mengaku pernah bertandang ke kantor BIN. Hal ini dilakukannya untuk berkenalan dengan orang yang menandatangani surat penugasan Polly agar menjadi aviation security. Itu sekitar bulan Oktober atau November 2004. Saya datang ke sana di
1 2

12 Sept 2004

Kesaksian Hendardi pada sidang perkara terdakwa Indra Setiawan, 28 Desember 2007 Berdasarkan pengakuan saksi Indra Setiawan dalam persidangan PK Pollycarpus pada tanggal 22 Agustus 2007 3 Pengakuan Budi Santoso dalam BAP yang dibacakan oleh JPU pada sidang XIII Indra Setiawan, 15 Januari 2008 4 Berdasarkan pengakuan saksi Indra Setiawan dalam persidangan PK Pollycarpus pada tanggal 22 Agustus 2007

sebuah ruangan bertemu dengan seseorang, mengobrol, sambil menunggu Pak As'ad (Waka BIN). Dan Belakangan saya baru tahu orang itu Pak Muchdi (mantan Deputi V BIN ). Pertemuan ini diatur oleh Polly. Akhrinya pertemuan selama 10-15 menit itu pun digelar. Hal umum saja yang dibicarakan, ujar Indra tanpa memerinci lebih jauh. Sebelumnya Indra menuturkan, dia penasaran ingin bertemu setelah pada Juni atau Juli 2004, Polly pernah mengontaknya dan bertemu di Restoran Bengawan di Hotel Sahid. Saat itu Polly membawa surat dari BIN yang ditandatangani Wakil Kepala BIN agar ditempatkan di bagian coorporate security, 11 Nov 2004 Pihak keluarga almarhum mendapat informasi dari media Belanda bahwa hasil otopsi Munir oleh Institut Forensik Belanda (NFI) membuktikan bahwa beliau meninggal akibat racun arsenik dengan jumlah dosis yang fatal. Suciwati, istri Munir mendatangi Mabes Polri untuk meminta hasil otopsi namun gagal. Presiden SBY berjanji akan menindaklanjuti kasus pembunuhan Munir. Berlangsung siaran pers bersama sejumlah LSM di kantor KontraS mendesak pemerintah untuk segera melakukan investigasi dan menyerahkan hasil otopsi kepada keluarga dan membentuk tim penyelidikan independen yang melibatkan kalangan masyarakat sipil. Desakan serupa dikeluarkan oleh para tokoh masyarakat di berbagai daerah. Markas Besar Polri memberangkatkan tim penyelidik (termasuk ahli forensik) dan Usman Hamid (Koordinator KontraS) ke Belanda. Pengiriman tim tersebut bertujuan meminta dokumen otentik, berikut mendiskusikan hasil otopsi dengan ahli-ahli forensik di Belanda. Tim ini gagal mendapatkan dokumen otopsi asli karena tidak memenuhi prosedur administrasi yang diminta pemerintah Belanda. Istri Munir, Suciwati mendapat teror di rumahnya di Bekasi. Suciwati dan beberapa aktivis NGO bertemu dengan Komisi III DPR RI. Komisi III setuju dengan usulan yang diajukan oleh kerabat Munir untuk mendesak pemerintah segera membentuk tim investigasi independen Rapat paripurna DPR sepakat untuk meminta pemerintah membentuk tim independen kasus Munir dan segera menyerahkan hasil autopsi kepada keluarga almarhum. Selain itu DPR juga membentuk tim pencari fakta sendiri. Suciwati bersama beberapa aktivis LSM bertemu dengan Presiden SBY di Istana Negara. Presiden berjanji akan membentuk tim independen untuk menyelidiki kasus Munir Imparsial dan KontraS menyerahkan draft usulan pembentukan tim independen kasus Munir kepada Presiden melalui Juru Bicaranya, Andi Malarangeng. Draft ini berisi bentuk tim, mekanisme tim, dan daftar

12 Nov 2004

18 Nov 2004

20 Nov 2004 22 Nov 2004

23 Nov 2004

24 Nov 2004

26 Nov 2004

nama calon anggota tim. 28 Nov 2004 Mabes Polri melakukan pemeriksaan terhadap 8 kru Garuda yang melakukan penerbangan bersama almarhum Munir. Hingga kini sudah 21 orang yang diperiksa. Ratusan aktivis dan korban pelanggaran HAM berdemo di depan istana untuk meminta Presiden SBY agar segera membentuk tim investigasi independen kasus Munir. Di Mabes Polri terjadi pertemuan antara Kepolisian, Kejaksaan Agung, Dephuk dan HAM, serta aktivis HAM untuk membahas tindak lanjut tim independen kasus Munir. Presiden SBY mengesahkan Tim Pencari Fakta untuk Kasus Munir yang anggotanya melibatkan kalangan masyarakat sipil dan berfungsi membantu Polri dalam menyelidiki kasus terbunuhnya Munir. Surat mengenai penugasan Pollycarpus dari Asad (Waka BIN) hilang saat mobil Indra kemalingan di Hotel Sahid, Jakarta.5 TPF pertama kali bertemu dengan tim penyidik Polri. Dalam pertemuan tersebut, TPF menilai tim penyidik lambat dalam menetapkan tersangka TPF mendesak Polri untuk melakukan rekonstruksi. Pihak Polri berkilah rekonstruksi tergantung kesiapan Garuda. Ketua TPF, Brigjen Marsudi Hanafi menilai Garuda tidak kooperatif dalam melakukan rekonstruksi kematian Munir. Ketua TPF, Brigjen Marsudi Hanafi menilai Garuda menutupi kematian Munir. Selain menghambat rekonstruksi kematian Munir, pihak manajemen Garuda juga diduga memalsukan surat penugasan Pollycarpus, seorang pilot Garuda. TPF menemui Presiden SBY untuk melaporkan perkembangan kasus Munir. TPF menemukan adanya indikasi konspirasi dalam kasus kematian pejuang hak asasi manusia (HAM) Munir. Ketua TPF Kasus Munir, Brigjen (Pol) Marsudi Hanafi TPF menyatakan terdapat indikasi kuat bahwa kematian Munir adalah kejahatan konspiratif dan bukan perorangan, di mana di dalamnya terlibat oknum PT Garuda Indonesia dan pejabat direksi PT Garuda Indonesia baik langsung maupun tidak langsung Pollycarpus tidak memenuhi panggilan I Mabes Polri dengan alasan sakit.

2 Des 2004

21 Des 2004

23 Des 2004

31 Des 2004 13 Jan 2005 11 Feb 2005 24 Feb 2005 28 Feb 2005

3 Mar 2005

10 Mar 2005

Berdasarkan pengakuan saksi Indra Setiawan dalam persidangan PK Pollycarpus pada tanggal 22 Agustus 2007

12 Mar 2005

Brigjen Pol Marsudi Hanafi (KetuaTPF) mengeluarkan pernyataan yang menyayangkan lambannya kerja tim Badan Reserse dan Kriminal (Bareskrim) Mabes Polri dalam mengusut kasus kematian Munir. Penyidik dari Bareskrim Polri memeriksa Pollycarpus selama 13 jam lebih dengan lie detector. Polri kembali memeriksa Pollycarpus. TPF merekomendasikan 6 calon tersangka, 4 dari lingkungan PT Garuda, Kepala BIN, Syamsir Siregar membantah adanya keterlibatan anggota BIN dalam pembunuhan Munir. Pollycarpus resmi ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan di rumah tahanan Mabes Polri. Suciwati memberikan kesaksian di hadapan siding Komisi HAM PBB di Jenewa. Kepala BIN, Syamsir Siregar membantah bahwa Pollycarpus adalah anggota BIN. Presiden SBY memperpanjang masa kerja TPF hingga 23 Juni 2005. Jaksa Agung, Abdurahman Saleh telah mengirim surat ke pemerintah Belanda yang menjamin tidak akan memvonis hukuman mati bagi terpidana kasus Munir. Surat ini dibuat agar pemerintah Belanda bersedia memberikan data hasil forensik. Polri menetapkan dua kru Garuda Oedi Irianto (kru pantry) dan Yeti Susmiarti (pramugari)- menjadi tersangka kasus Munir. Mereka adalah kru kabin selama penerbangan Garuda Jakarta-Singapura di kelas bisnis, tempat Munir duduk. Dalam siaran persnya, Suciwati menyatakan mendapat dukungan dari komunitas internasional, termasuk Ketua Komisi HAM PBB, Makarim Wibisono selama kunjungan kampanyenya di Eropa. Setelah gagal dua kali, akhirnya TPF berhasil bertemu dengan jajaran tinggi BIN. Hasil kesepakatannya adalah TPF-BIN akan bentuk tim khusus. Usman Hamid (TPF) mempertanyakan polisi yang tidak memeriksa sebagian nama yang telah direkomendasikan TPF dan mempertanyakan penetapan dua tersangka baru, Tiga Deputi BIN diikutsertakan dalam kerja TPF. Ketua TPF, Marsudhi Hanafi mengusulkan agar penyidik menjadikan Vice-President Security AviationGaruda, Ramelgia Anwar sebagai tersangka Lima orang karyawan Garuda diperiksa oleh penyidik Direktorat Kriminal Umum dan Transnasional Polri. Kelimannya adalah Indra Setiawan

14 Mar 2005 15 Mar 2005 16 Mar 2005 18 Mar 2005 23 Mar 2005 26 Mar 2005 28 Mar 2005

5 April 2005

6 Apr 2005

7 Apr 2005

8 Apr 2005

(mantan Dirut Garuda), Ramelgia Anwar (Vice-President Security AviationGaruda), Rohainil Aini (Chief Secretary Pilot Airbus 330), Carmel Sembiring (Chief Pilot Airbus 330), dan Hermawan (Staf Jadwal Penerbangan Garuda). Pada pemeriksaan tersebut dibahas soal surat penugasan Polllycarpus yang banyak kejanggalannya. 11 Apr 2005 Mantan Sekretaris Utama (Sesma) BIN, Nurhadi menolak hadir dalam pemeriksaan TPF. Nurhadi meminta pertemuannya di kantor BIN. Ini merupakan penolakkan kedua kalinya. Nurhadi diduga mengangkat Pollycarpus sebagai agen utama BIN. Syamsir membantah adanya surat pengangkatan Pollycarpus sebagai anggota BIN (Skep Ka BIN No.113/2/2002). Saat ini Nurhadi merupakan Dubes RI untuk Nigeria. Namun ia mengakui masih sebagai anggota BIN. Penyidik Polri memeriksa Brahmani Hastawati (pramugari Garuda), Sabur Taufik (pilot Garuda GA 974, rute Jakarta-Singapura), Eva Yulianti Abbas (pramugari), dan Triwiryasmadi (awak kabin), Penyidik Mabes Polri memeriksa dua orang warga negara Belanda yang duduk di sebelah Munir. TPF menolak permintaan BIN ajukan pertanyaan secara tertulis kepada anggota BIN. Nurhadi menolak pemeriksaan untuk ketiga kalinya. Dalam Siaran Persnya Nurhadi menegaskan tidak akan memenuhi panggilan TPF dengan alasan tidak ada dasar hukum. Nurhadi juga membantah mengenal dan mengangkat Pollycarpus sebagai anggota BIN. Deplu menunda keberangkatan Nurhadi ke Nigeria Kapolri DaI Bachtiar meminta Nurhadi penuhi panggilan TPF. Polri memeriksa Tia Dewi Ambari, pramugari Garuda GA 974 rute SingapuraAmsterdam yang melihat Munir mengalami kesakitan sesaat sebelum pesawatnya lepas landas dari Bandara Changi, Singapura, Lewat Sudi Silalahi Sekretaris Kabinet-Presiden SBY minta Nurhadi memberikan keterangan kepada TPF. Protokol kerjasama TPF-BIN ditandatangani. Protokol ini diharapkan bisa mempermudah kerja TPF dalam meminta keterangan para anggota dan mantan anggota BIN. Kuasa hukum Nurhadi, Sudjono menyatakan kliennya akan tidak memenuhi panggilan TPF karena isi protokol tidak sejalan dengan mandat Keppres pembentukan TPF. Sejumlah anggota DPR Komisi Pertahanan dan Luar Negeri meminta

15 Apr 2005 19 Apr 2005 21 Apr 2005 27 Apr 2005

28 Apr 2005 29 Apr 2005

30 Apr 2005 2 Mei 2005

3 Mei 2005

Nurhadi untuk kooperatif. DPR mengancam akan meninjau ulang posisi Nurhadi sebagai Dubes Nigeria. TPF mengancam Nurhadi akan dilaporkan ke Presiden jika tetap menolak panggilan TPF. 4 Mei 2005 6 Mei 2005 Suciwati, istri Munir mendapat ancaman teror lewat surat yang dikirim ke kantor KontraS. Penyidik Polri mengkonfrontasikan kesaksian Brahmanie Hastawati awak kabin Garuda- dengan Lie Fonny saksi penumpang dari Belandasoal Pollycarpus. Brahmanie mengaku melihat Pollycarpus berbincangbincang dengan Lie Fonny sedangkan Lie Fonny membantah keterangan tersebut. TPF akhirnya memeriksa Nurhadi selama 2 jam dengan sekitar 20 pertanyaan. Dari hasil pemeriksaan, TPF makin yakin bahwa BIN terlibat pembunuhan Munir. TPF melaporkan kerjanya ke Presiden SBY. Menurut Presiden SBY kerja TPF belum memuaskan. Untuk itu Presiden SBY akan memimpin langsung pembicaraan antara TPF, Polri, dan BIN. Presiden SBY kemudian memanggil 3 menteri ke istana untuk merespon laporan TPF. Mereka adalah Menko Polhukam, Widodo AS, Menkumham, Hamid Awaluddin, dan Jaksa Agung Abdulrahman Saleh. Penyidik Badan Reserse Kriminal Polri memeriksa Nurhadi Djazuli terkait kasus Munir. TPF memeriksa dokumen BIN di kantornya terkait dengan pemeriksaan Nurhadi. TPF juga memeriksa Kolonel Sumarmo, Kepala Biro Umum BIN di kantornya. TPF memandang Sumarmo tidak kooperatif selama pemeriksaan Ketua TPF, Marsudhi Hanafi berencana akan memeriksa Muchdi PR mantan Deputi V BIN Bidang Penggalangan dan Propaganda- dalam waktu dekat. Penahanan Pollycarpus diperpanjang 30 hari lagi. TPF memeriksa satu lagi anggota BIN secara tertutup dan identitasnya dirahasiakan. Muchdi PR datang ke Mabes Polri untuk memberikan keterangan kepada penyidik Polri terkait kasus Munir. Polri tidak merinci hasil pemeriksaannya kepada wartawan, Garuda menskors karyawannya terkait pemeriksaan Polri dan TPF. TPF bertemu kembali dengan Presiden SBY didampingi Jaksa Agung Abdurrahman Saleh, Kapolri DaI Bachtiar, dan Sekretaris Kabinet Sudi Silalahi. Kali ini TPF melaporkan adanya kontrak berkali-kali antara Pollycarpus dengan pejabat BIN, yaitu Muchdi PR antara SeptemberOktober 2004. Nurhadi kembali diperiksa oleh TPF

9 Mei 2005

11 Mei 2005

12 Mei 2005

13 Mei 2005

16 Mei 2005

17 Mei 2005

19 Mei 2005

KontraS mendapat teror terkait dengan kasus Munir. TPF mulai berencana memanggil mantan Kepala BIN, Hendropriyono. TPF bertemu dengan Tim Munir DPR di Gedung MPR/DPR. Dalam pertemuan itu TPF melaporkan bahwa kerja mereka dihambat oleh BIN, 20 Mei 2005. Kepala BIN, Syamsir Siregar membantah menghambat kerja BIN. Syamsir juga meragukan temuan TPF. Syamsir juga menyatakan kontak telepon antara Pollycarpus dengan Muchdi PR belum tentu soal Munir

24 Mei 2005

TPF mempertanyakan artikel yang dibuat Hendropriyono di The Jakarta Post dan The Strait Times yang isinya merupakan klarifikasi Hendropriyono untuk tidak akan menolak panggilan TPF. Dalam artikel tersebut Hendropriyono membantah keterlibatan BIN dalam kasus Munir. DPR mendukung pemanggilan Hendropriyono oleh TPF. Kepala Badan Reserse dan Kriminal (Kabareskrim) Mabes Polri, Komisaris Jendral Pol Suyitno Landung menyatakan akan memanggil anggota aktif Kopassus, Kolonel Bambang Irawan terkait kasus Munir. Menurut seorang sumber Bambang Irawan pernah latihan menembak bersama dengan Pollycarpus. Kapolri berjanji akan tindak lanjuti temuan TPF. Hendropriyono mengadukan dua anggota TPF Usman Hamid dan Rachland Nashidik- ke Polri dengan tuduhan melakukan pencemaran nama baik. TPF mempercepat pemanggilan terhadap Hendropriyono, dari tanggal 10 Juni menjadi 6 Juni 2005. Hendropriyono mengadu ke DPR terkait masalahnya dengan TPF. Kapolri DaI Bachtiar berjanji akan serius menyelesaikan kasus Munir. TPF mempertanyakan Polri terhadap rekomendasi yang belum ditindaklanjuti; digelarnya rekonstruksi, pemeriksaan marathon terhadap beberapa eksekutif PT Garuda, dan pemeriksaan terhadap operator kamera pemantau (CCTV) Bandara Soekarno-Hatta. Beberapa LSM mengecam sikap Hendropriyono yang melecehkan TPF. Hendropriyono dalam sebuah wawancara di Metro TV (31 Mei 2005), menyatakan TPF sebagai hantu blau dan tidak professional. TPF gagal periksa dua pejabat BIN -Nurhadi dan Suparto- setelah mereka menolak dengan alasan tidak setuju dengan lokasi pertemuan. TPF Munir memeriksa dua awak kabin Garuda, Oedi Irianto dan Yeti

25 Mei 2005

29 Mei 2005

30 Mei 2005

31 Mei 2005

1 Jun 2005

2 Jun 2005

Susmiarti. 3 Jun 2005 6 Jun 2005 7 Jun 2005 TPF gagal memeriksa Muchdi PR. Hendropriyono tidak memenuhi panggilan TPF. Alasannya pemanggilan dirinya tidak didasari oleh protokol TPF-BIN. Tim penyidik Mabes Polri memeriksa kembali Indra Setiawan, mantan Dirut PT Garuda. Kepala BIN, Syamsir Siregar meminta Hendropriyono untuk datang memenuhi panggilan TPF. TPF menjadwalkan lagi pertemuan dengan Hendropriyono pada tanggal 9 Juni 2005, kali ini sesuai dengan protokol TPF-BIN, TPF gagal memeriksa Muchdi PR untuk kedua kalinya TPF gagal memeriksa Hendropriyono untuk kedua kalinya Hendropriyono, lewat kuasa hukumnya, Syamsu Djalal menyatakan tidak akan memenuhi panggilan TPF. Penyidik Mabes Polri menyerahkan berkas perkara Pollycarpus ke Kejaksaan Tinggi DKI. TPF menyatakan konspiratif. 14 Jun 2005 bahwa kasus Munir merupakan pembunuhan

8 Jun 2005 9 Jun 2005 13 Jun 2005

Hendropriyono mendesak Polda Metro Jaya untuk segera menuntaskan kasus pencemaran nama baiknya. TPF temukan dokumen 4 skenario pembunuhan Munir, BIN mengaku tidak mengetahui adanya dokumen 4 skenario pembunuhan Munir. BIN secara institusional menyurati Hendropriyono untuk memenuhi panggilan TPF. Mabes Polri berjanji akan menindaklanjuti temuan TPF tentang 4 skenarion pembunuhan Munir. Hendropriyono melewati batas waktu pemanggilan TPF. TPF memutuskan tidak akan memanggil Hendropriyono lagi. Hendropriyono telah menolak 3 kali panggilan TPF. TPF bertemu secara tertutup dengan DPR. Salah satu persoalan yang disampaikan TPF adalah anggarannya yang belum turun. Tim Munir DPR juga berjanji akan memfasilitasi pertemuan antara TPF dengan Hendropriyono. Penyidik Mabes Polri mengaku sudah memeriksa Hendropriyono terkait dengan kasus Munir. Pemeriksaan ini diduga dilakukan secara diamdiam,

15 Jun 2005

16 Jun 2005

17 Jun 2005

19 Jun 2005 20 Jun 2005 21 Jun 2005

Presiden SBY mengaku kecewa kepada Hendropriyono yang menolak panggilan TPF. Hendropriyono bertemu dengan Tim Munir DPR. TPF Munir menolak undangan DPR untuk dipertemukan dengan Hendropriyono. Unjuk rasa dilakukan di depan Istana Merdeka untuk meminta penuntasan kasus Munir, 22 Jun 2005 TPF menyelesaikan laporan akhirnya untuk diserahkan kepada Presiden SBY. TPF berjanji dalam laporannya akan menyebutkan nama-nama yang terlibat dalam pembunuhan Munir Rekonstruksi kasus kematian Munir dilakukan. TPF menyerahkan laporannya kepada Presiden SBY. Beberapa rekomendasi diajukan TPF seperti membentuk tim penyidik baru dan pembentukan komisi khusus baru Presiden SBY berjanji akan mengawal kasus Munir hingga selesai. Hendropriyono mengadu ke Dewan Pers karena merasa dirinya mengalami trial by the press pada kasus Munir. DPR mendesak Polri dan kejaksaan untuk memeriksa ulang mantan pejabat BIN. Brigjen Pol Marsudhi mantan ketua TPF- ditunjuk menjadi ketua tim penyidik Polri yang baru untuk kasus Munir. Laporan TPF didistribusikan ke pejabat terkait oleh Sekretaris Kabinet, Sudi Silalahi. Mereka adalah Jaksa Agung, Kapolri, Kepala BIN, Panglima TNI, dan Menteri Hukum dan HAM. Mabes Polri mengerahkan 30 penyidik untuk tuntaskan kasus Munir pasca TPF. Mereka berasal dari Badan Reserse Kriminal, Interpol Polri, dan Polda Metro Jaya. Laporan TPF belum juga diumumkan kepada publik oleh Presiden SBY. Pollycarpus jadi tahanan Kejaksaan Tinggi DKI. Suciwati bertemu Kapolri Jendral (Pol) Sutanto dan menyatakan kekecewaannya atas lambannya proses penyidikan Polri Menko Politik, Hukum, dan Keamanan, Widodo AS menyatakan seluruh temuan TPF untuk keperluan penyelidikan, penyelidikan, dan penuntutan Juru Bicara Kepresidenan, Andi Mallarangeng menyatakan tidak ada keharusan bagi Presiden untuk mengumumkan tindak lanjut TPF. Dia juga menyatakan bahwa penanganan kasus Munir akan dilanjutkan lewat mekanisme biasa

23 Jun 2005 24 Jun 2005

27 Jun 2005

28 Jun 2005

13 Jul 2005 18 Jul 2005 20 Jul 2005

21 Jul 2005

26 Jul 2005 29 Jul 2005

Parlemen Uni Eropa mempertanyakan lambannya perkembangan kasus Munir dalam kunjungannya ke Komisi I DPR Jaksa Penuntut Umum (JPU) dari Kejaksaan Negeri Jakarta Pusat melimpahkan berkas perkara ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Pengadilan Negeri Jakarta Pusat menetapkan 5 majelis hakim untuk menangani kasus Munir dengan tersangka Pollycarpus. Mereka adalah Cicut Sutiyarso (ketua), Sugito, Liliek Mulyadi, Agus Subroto, dan Ridwan Mansyur. Kapolri Jendral (Pol) Sutanto menyatakan tetap akan melakukan upaya penyidikan Anggota DPR, Lukman Hakim Saifuddin meminta Presiden SBY untuk mengumumkan temuan TPF Pengadilan untuk kasus Munir dengan terdakwa Pollycarpus mulai digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Pollycarpus didakwa melakukan pembunuhan berencana dan diancam hukuman mati. Motif Pollycarpus dalam membunuh Munir adalah demi menegakkan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) karena Munir banyak mengkritik pemerintah. Dakwaan ini dipertanyakan banyak kalangan karena tidak mengikuti temuan TPF yang menyatakan pembunuhan Munir sebagai kejahatan konspiratif. Dengan dakwaan ini maka Pollycarpus dianggap sebagai pelaku utama pembunuhan Munir. Mantan anggota TPF, Usman Hamid dan Rachland Nashidik ditetapkan Polri sebagai tersangka pencemaran nama baik, perbuatan tidak menyenangkan, dan fitnah melalui tulisan terhadap Hendropriyono Polisi menangkap lagi seorang tersangka kasus pembunuhan Munir. Orang itu adalah Ery Bunyamin, penumpang ke-15 di kelas bisnis. Polisi untuk sementara hanya menetapkan Ery Bunyamin sebagai tersangka pemalsu dokumen Sidang Pollycarpus II. Pembela Pollycarpus, Moh Assegaf dalam eksepsinya menyatakan bahwa dakwaan JPU tidak lengkap, tidak cermat, dan prematur Sidang Pollycarpus III. JPU, Domu P Sihite (juga mantan anggota TPF) meminta majelis hakim untuk menolak eksepsi (nota keberatan) yang diajukan terdakwa Pollycarpus. Sidang Pollycarpus IV. Majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat menolak eksepsi tim penasehat hukum Pollycarpus. Dengan demikian siding terus dilanjutkan. Sidang Pollycarpus V. Suciwati (istri Munir) memberikan kesaksian

1 Agust 2005 9 Ags 2005

11 Ags 2005 12 Ags 2005 17 Ags 2005

23 Ags 2005

30 Ags 2005

6 Sep 2005

seputar upaya Pollycarpus untuk mengontak Munir sebelum keberangkatannya ke Belanda. Saksi keduaadalahIndraSetiawan(mantanDirutPTGaruda).KesaksianIndra seputar penugasan Pollycarpus sebagai extra crew pada penerbangan JakartaSingapura. Indra Setiawan hanya mengakui adanya kesalahan administrative dalam penugasan kerja Pollycarpus 7 Sep 2005 Satu tahun persis Munir dibunuh. Peringatan untuk satu tahun kasus Munir diperingati di berbagai kota di Indonesia; di Jakarta (di depan kantor BIN), Makasar, Semarang, dll. Aksi keprihatinan juga dilakukan di Belanda oleh berbagai kelompok aktivis mahasiswa, NGO, dan anggota parlemen Belanda. DPR lewat Slamet Effendy Yusuf menyatakan kecewa atas hasil kerja tim penyidik kasus Munir yang tidak mampu mengungkap keberadaan dalang pelakunya, 13 Sep 2005. Sidang Pollycarpus VI. Ramelgia Anwar (mantan Vice President Corporate Security PT Garuda) memberikan kesaksian bahwa dia tidak pernah meminta penugasan Pollycarpus sebagai extra crew kepada Indra Setiawan. Hakim kemudian mengkonfrontasikan perbedaan keterangan antara Ramelgia Anwar dengan Indra Setiawan 20 Sep 2005 Sidang Pollycarpus VII. Pemeriksaan terhadap Rohainil Aini (sekretaris Chief Pilot Airbus) dan Karmel Sembiring (Chief Pilot Airbus). Mereka menyatakan bahwa Pollycarpus sendiri yang meminta jadi extra crew pada penerbangan GA 974 Jakarta-Singapura. Perubahan jadwal tersebut tidak diketahui atasan Sidang Pollycarpus VIII. Pemeriksaan terhadap Eddy Santoso dan Akhirina. Keduanya bagian administrasi penjadwalan. Mereka menyatakan bahwa Pollycarpus tidak dijadwalkan berangkat ke Singapura Sidang Pollycarpus IX. Pemeriksaan terhadap Hermawan (Crew Tracking), Sabur Muhammad Taufiq (Kapten Pilot GA 974 JakartaSingapura), dan Alex Maneklarang.(keuangan Garuda). Pilot Sabur mengaku tidak tahu apapun soal penugasan Pollycarpus. Perpindahan tempat duduk Munir juga tanpa sepengetahuan Sabur. Munir mendapat penghargaan Civil Courage Prize 2005 dari Yayasan Northcote Parkinson Fund. Penghargaan tersebut juga diberikan kepada Min Ko Naing (aktivis oposisi Myanmar), dan Anna Politkovskaya (jurnalis Rusia). 5 Okt 2005 Suciwati, istri Munir mendapat penghargaan dari Time Asia Magazine sebagai salah satu Asias Heroes tahun ini 11 Okt 2005 Sidang Pollycarpus X. Pemeriksaan terhadap saksi Brahmanie Hastawati (purser GA 974) dan Oedi Irianto (pramugara). Mereka bersaksi

27 Sep 2005

4 Okt 2005

beberapa kali Pollycarpus menghubungi mereka via telepon untuk menyamakan soal persepsi soal penerbangan GA 974 18 Okt 2005 Sidang Pollycarpus XI. Pemeriksaan terhadap Tri Wiryasmadi (pramugara), Pantun Mathondang (kapten pilot GA 974 SingapuraAmsterdam) dan Yeti Susmiarti (pramugari). Mereka bersaksi bahwa Pollycarpus selama penerbangan jarang di tempat duduk Sidang Pollycarpus XII. Pemeriksaan terhadap Tia Ambari (Pramugari), Majib Nasution (Purser), dan Bondan (Pramugara). Kesaksian mereka menerangkan bahwa Munir mulai kesakitan sesaat setelah lepas landas dari Changi, Singapura Sidang Pollycarpus XIII. Pemeriksaan terhadap DR. Tarmizi Hakim (dokter yang duduk dekat Munir), Asep Rohman (Pramugara), Sri Suharni (Pramugari), dan Dwi Purwati Titi (Pramugari). Kesaksian hanya menerangkan bahwa Munir muntah-muntah sebelum meninggal. Menurut DR Tarmizi kematian Munir memang tidak wajar Sidang Pollycarpus XIV. Kesaksian dari Addy Quresman (Puslabfor Mabes Polri). Ia mengafirmasi temuan Tim Forensik Belanda (NFI) bahwa Munir meninggal karena racun arsenik 68 anggota Konggres AS mengirimkan surat kepada Presiden SBY agar segera mempublikasikan laporan TPF. Para anggota Konggres AS tersebut mempertanyakan keserius pemerintah RI dalam menuntaskan kasus Munir Sidang Pollycarpus XV. Pemeriksaan terhadap ahli racun (Ridla Bakri) dan ahli forensic (Budi Sampurna). Ridla memprediksi arsen yang masuk ke Munir lewat makanan atau minuman. Sementara menurut Budi Sampurna arsen tidak mungkin diberikan di Jakarta Sidang Pollycarpus XVI. Pemeriksaan terhadap Choirul Anam, rekan Munir. Saksi menyatakan sebelum ke Belanda, Munir sering dikontak oleh BIN Sidang Pollycarpus XVII. Sidang ditunda karena tidak ada saksi yang hadir. Seharusnya yang hadir adalah Nurhadi Djazuli (mantan sekretaris utama BIN, sekarang Dubes RI untuk Nigeria) dan Muchdi PR (mantan Deputi V BIN) Sidang Pollycarpus XVIII. Pemeriksaa terhadap Chairul Huda, ahli hukum pidana. Menurutnya surat tugas Pollycarpus sebagai extra crew merupakan surat palsu Sidang Pollycarpus XIX. Pemeriksaan kali ini mendengarkan kesaksian Muchdi PR (mantan Deputi V BIN). Dia menyangkal punya hubungan dengan Pollycarpus. Soal hubungan melalui telepon genggam mereka,

21 Okt 2005

25 Okt 2005

28 Okt 2005

9 Nov 2005

10 Nov 2005

11 Nov 2005

15 Nov 2005

16 Nov 2005

17 Nov 2005

Muchdi berkata telepon genggamnya bisa dipinjamkan kepada siapa saja. Pembacaan BAP saksi-saksi yang tidak bisa hadir:DRs. Nurhadi Djazuli, Agustinus Krismato, Hian Tian alias Eni, Lie Khie Ngian, Lie Fon Nie, Meha Bob Hussain. Sebelum sidang terjadi aksi pemukulan oleh sekelompok preman terhadap para aktivis Kontras yang menggelar mimbar bebas 18 Nov 2005 Sidang Pollycarpus XX. Pemeriksaan terhadap kesaksian terdakwa Pollycarpus. Pollycarpus mengatakan tidak pernah mengontak Munir sebelum penerbangan dan sebenarnya hanya basa basi memberikan kursi di kelas bisnis Sidang Pollycarpus XXI. Sidang ditunda karena tim JPU tidak hadir. Seharusnya sidang membacakan tuntutan terhadap Pollycarpus Sidang Pollycarpus XXII. JPU menuntut hukuman penjara seumur hidup untuk Pollycarpus Sidang Pollycarpus XXIII. Pollycarpus membacakan pledoinya dan menyatakan tidak bersalah. Kepala Bidang Penerangan Umum Polri, Kombes Bambang Kuncoko menyatakan polisi hanya menunggu hasil persidangan Pollycarpus. Jika tidak ditemukan bukti baru, maka penyidikan tidak akan dilanjutkan, Sidang Pollycarpus XXIV. JPU membacakan replik atas nota pembelaan Pollycarpus. JPU tetap mendakwa Pollycarpus bersalah. Brigjen Pol Marsudhi Hanafi mantan Ketua TPF- dimutasikan dari ketua tim penyidik kasus Munir menjadi staf ahli bidang sosial ekonomi Mabes Polri, Sidang Pollycarpus XXV. Pembacaan duplik dari penasehat hukum Pollycarpus Sidang Pollycarpus XXVI. Majelis Hakim membacakan putusan. Pollycarpus terbukti turut serta melakukan tindak pidana pembunuhan berencana dan pemalsuan dokumen. Pollycarpus dijatuhkan hukuman penjara 14 tahun. Pollycarpus segera mengajukan banding dan menolak vonis. Pengacara Pollycarpus, Mohammad Assegaf melaporkan vonis ini ke Komisi Yudisial. Komisi Yudisial menyatakan akan mempelajari dulu pengaduan tersebut, Beberapa tanggapan atas hasil pengadilan Pollycarpus: Presiden SBY kurang puas atas hasil pengadilan. Dia menginstruksikan Polri, BIN, dan Kejagung untuk meneruskan penyidikan kasus Munir. Kapolri Sutanto meminta Pollycarpus mengungkap dalang utama pembunuh Munir. Kepala BIN, Syamsir Siregar menyatakan pengadilan gagal mengungkap otak pembunuh Munir. Kinerja tim penyidik tidak maksimal.

28 Nov 2005 1 Des 2005 12 Des 2005

13 Des 2005

14 Des 2005 20 Des 2005

21 Des 2005

Suciwati menyatakan dalang pelaku pembunuh Munir tetap harus diadili. JPU menyatakan banding kerena vonis jauh dari tuntutan seumur hidup 23 Des 2005 25 Des 2005 28 Des 2005 Presiden SBY menolak pembentukan tim independen penyidik baru untuk kasus Munir Pengacara Pollycarpus, Mohammad Assegaf menyesalkan pernyataan Kapolri dan Presiden SBY yang dinilai menghakimi Pollycarpus. Siaran Pers KASUM meminta pemerintah menindaklanjuti putusan Majelis Hakim yang menyebut beberapa nama kunci yang mungkin terlibat dalam pembunuhan Munir. KASUM juga meminta pembentukan tim independen baru untuk penyelidikan lebih lanjut. Jubir kepresidenan, Dino Patti Djalal menyatakan Presiden SBY belum membahas surat 68 Kongres AS tentang kasus Munir. Menurutnya Presiden masih menggangap surat Kongres itu sebagai imbauan. Penyidik Polri menetapkan tersangka baru dalam kasus Munir, yaitu Ramelgia Anwar (mantan Vice President Corporate Security PT Garuda). Ramelgia Anwar disangka memalsukan surat tugas yang diberikan kepada Pollycarpus. Mabes Polri lewat Kepala Bidang Penerangan Umum, Divisi Humas Polri, Kombes Pol Bambang Kuncoko, membantah Ramelgia Anwar ditetapkan sebagai tersangka. Suciwati dan Usman Hamid (Koordinator KontraS), bertemu dengan Jaksa Agung Abdurrahman Saleh. Pada pertemuan itu mereka meminta Jaksa Agung untuk meminta rekaman percakapan Muchdi-Pollycarpus dibuka oleh perusahaan telekomunikasi. Kewenangan Jaksa Agung itu diatur dalam UU 36/1999 tentang Telekomunikasi Mabes Polri lewat Kepala Bidang Penerangan Umum, Divisi Humas Polri, Kombes Pol Bambang Kuncoko, menyatakan Polri tidak akan menghentikan penyidikan kasus Munir. Yos Hera Indraswari, istri Pollycarpus didampingin tim penasihat hukum, Moh. Assegaf mengajukan memori banding ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Rapat kerja bersama antara Kapolri dan jajarannya dengan Komisi III DPR RI. Dalam laporan tertulisnya Kapolri tidak menyinggung kasus Munir. Ketika ditanyakan oleh anggota Komisi III tentang kelambanan penanganan oleh Polri dan keterlibatan Muchdi PR, Kapolri bersedia menjelaskan dengan catatan tidak ada wartawan yang menulisnya. Kapolri Sutanto kemudian meminta diadakan rapat tertutup untuk membahas kasus Munir dengan Komisi III. Muchdi PR meminta Tim Pembela Muslim/TPM untuk mendampinginya

31 Des 2005

15 Jan 2006

20 Jan 2006

26 Jan 2006

27 Jan 2006

30 Jan 2006

2 Feb 2006

sebagai kuasa hukum berkaitan dengan kasus Munir. 3 Feb 2006 7 Feb 2006 14 Feb 2006 Sejumlah aktivis LSM dan Suciwati bertemu dengan DPR dan meminta DPR gunakan hak interpelasinya. Yosepha Hera Iswandari, Istri Pollycarpus mendatangi DPR RI pada sidang pleno untuk mengadukan kasus suaminya. Rapat tertutup antara Komisi III DPR RI dengan Polri, diwakili oleh Badan Reserse Kriminal Komisaris Jendral Makbul Padmanegara. DPR sendiri kecewa karena tidak ada informasi baru yang disampaikan oleh Polri. Muchdi PR beserta TPM mendatangi DPR dan bertemu dengan Ketua DPR, Agung Laksono. Muchdi PR juga mengancam akan mengajukan gugatan kepada pihak yang menurutnya melemparkan opini bahwa ia terlibat dalam kasus Munir. Menurutnya media massa juga sudah menghakiminya dengan pemberitaan yang tidak berimbang. Suciwati dan beberapa aktivis LSM mendatangi DPR dan bertemu dengan Ketua DPR, Agung Laksono. Suciwati mempertanyakan sikap politik DPR atas kasus Munir dan mempertanyakan kinerja TPF Munir DPR. Presiden SBY kembali meminta aparat penegak hukum melanjutkan dan menuntaskan kasus Munir dan menyerahkannya kepada proses hukum. Presiden SBY juga menegaskan kasus Munir harus diungkap secara transparan. Muchdi PR dan tim hukumnya mendatangi Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Cicut Sutiarso, yang juga ketua majelis hakim persidangan Pollycarpus. Mereka mempertanyakan amar putusan majelis hakim yang mengaitkan Muchdi dengan Pollycarpus. Cicut sendiri menolak mengomentari amar putusan tersebut dengan alasan sudah dibacakan dalam persidangan. Anggota Komisi III Benny K Harman dan Direktur LBH Jakarta, Uli Parulian Sihombing menilai pertemuan antara Muchdi PR dengan Ketua PN Jakarta Pusat adalah bentuk intervensi terhadap peradilan. Mereka juga menilai tindakan majelis hakim yang menemui Muchdi PR adalah tidak etis dan tidak lazim.

16 Feb 2006

20 Feb 2006

21 Feb 2006

22 Feb 2006

10 2006

Maret Aksi massa yang tergabung dalam Ikatan Keluarga Orang Hilang (IKOHI) dilakukan di Makassar beserta kelompok sipil lainnya Beberapa LSM seperti KontraS, IKOHI, Imparsial, Suciwati, dan satu aktivis HAM Thailand mendatangi Kedutaan Besar Thailand untuk menyampaikan rasa solidaritas dan meminta pemerintah Thailand untuk mengungkap kematian atau penghilangan Somchai Neelaphaijit, aktivis HAM Muslim Thailand terkenal. Somchai hilang sekitar 2 tahun yang lalu dan kasusnya mirip dengan kasus Munir; pengadilan digelar untuk

14 Mar 2006

beberapa pelaku namun pihak berwengan mengakui masih ada pelaku lain yang belum diusut 16 Mar 2006 Ikatan Keluarga Orang Hilang (IKOHI) memberikan IKOHI Award kepada Munir sebagai tanda penghargaan atas jasanya membantu keluarga orang hilang. Kasum melakukan siaran pers di kantor Imparsial mempertanyakan pemerintah RI dalam menindaklanjuti putusan PN Jakarta Pusat untuk persidangan Pollycarpus yang menyebut Ramelgia Anwar dan Muchdi PR sebagai saksi kunci kasus Munir. Kasum juga meminta Polri memanggil kembali beberapa nama saksi yang tercantum dalam BAP. Dalam acara itu juga Suciwati mengumumkan rencana melakukan gugatan perdata terhadap PT Garuda Pollycarpus melalui kuasa hukumnya, Suhardi Soemomuljono berniat mengajukan gugatan praperadilan terhadap Pengadilan Tinggi DKI terkait keterlambatan penerimaan surat perpanjangan penahanan Pollycarpus. Seharusnya surat itu diterima pada tanggal 20 Maret 2006 namun baru diterima keesokan harinya KontraS meluncurkan buku putih tentang kasus Munir dengan judul Bunuh Munir! yang ditandai dengan diskusi publik dengan pembicara Taufiequrrahman (DPR), Syamsuddin Harris (LIPI), Bambang Widodo Umar (Dosen Fisip UI/pensiunan Polri), dan Kemala Chandra Kirana (Komnas Perempuan/mantan anggota TPF) Pengadilan Tinggi DKI Jakarta memvonis 14 tahun penjara bagi Pollycarpus dalam berkas 16/Pid/2006/PT. DKI. Putusan ini sama persis dengan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada tanggal 20 Desember 2005 yang lalu. Partai Keadilan Sejahtera/PKS memberikan award kepada Munir sebagai tokoh aktivis HAM. Penasehat hukum Pollycarpus mengajukan memori kasasi ke MA. Dalam pertemuan antara Suciwati dengan Wakapolri, Komjen Pol Adang Darajatun di Mabes Polri, disebutkan bahwa Polri telah memeriksa sejumlah saksi baru. Namun saksi baru tersebut tidak disebutkan jumlah dan siapa saja Suciwati bertemu dengan Ketua MA, Bagir Manan. Suciwati meminta MA untuk melengkapi pemeriksaan saksi atau barang bukti yang tidak dilengkapi di dua tingkat pengadilan sebelumnya Serikat Karyawan PT Garuda (Sekarga) yang sedang berhadapan dengan PT Garuda soal korupsi internal mendapat ancaman via faksimili akan di-Munir-kan.

20 Mar 2006

21 Mar 2006

22 Mar 2006

27 Mar 2006

21 April 2006 8 Mei 2006 19 Mei 2006

26 Juni 2006

10 Juli 2006

12 Juli 2006

Suciwati dan Usman Hamid melaporkan hasil kampanye kasus Munir di Eropa. Parlemen Uni Eropa tetap berjanji memonitoring kasus Munir dan menyatakan kecewa atas kinerja pemerintah RI. Suciwati bersama Angkhana Neelaphichit, istri Somchai Neelaphaichit seorang Pengacara Aktivis HAM Thailand yang hilang- memulai rangkaian kampanye perlindungan Human Rights Defender dengan tema Borderless Struggle- di tingkatan region Asia Tenggara. Rangkaian kampanye ini terdiri atas berbagai kegiatan, mulai pertemuan solidaritas antar korban pelanggaran HAM, audiensi dengan institusi negara, dan mengeluarkan pernyataan politik bersama Suciwati mengajukan gugatan perdata terhadap PT Garuda atas terbunuhnya Munir di dalam pesawat Garuda. Nursyahbani Katjasungkana, anggota DPR Komisi III menyatakan Polri harus menggali keterlibatan orang lain dalam pembunuhan Munir di tubuh PT Garuda dan BIN. Tepat dua tahun terbunuhnya Munir diperingati oleh berbagai kalangan yang diorganisir oleh KASUM (Komite Aksi Solidaritas untuk Munir) dengan melakukan aksi damai. Presiden Komisi Eropa, Jose Manuel Barroso di Helsinki pada KTT ke-6 ASEM mempertanyakan kasus Munir kepada Presiden SBY. Dirilis sebuah laporan yang dibuat oleh asosiasi jurnalis Amerika Serikat, the Center for Public Integrity, menyatakan bahwa BIN beserta Gus Dur Foundation melakukan aksi lobby ke parlemen AS terkait kasus Munir. Mahkamah Agung dalam putusan kasasinya menyatakan Pollycarpus tidak terbukti terlibat pembunuhan berencana terhadap Munir. Pollycarpus hanya terbukti bersalah menggunakan dokumen palsu dan divonis 2 tahun penjara Ketua Komisi III DPR RI, Trimedya Panjaitan menyatakan akan mempertimbangkan pembentukan lagi panitia kerja kasus Munir. Hal ini juga didukung oleh anggota Komisi III lainnya, Lukman Hakim Saifuddin. Sementara usulan dari anggota parlemen lainnya, Yasonna M Laoly meminta pembentukan tim baru yang lebih memiliki kewenangan kuat dan melibatkan Komnas HAM, Kejaksaan, dan polisi militer. Ketua Komisi Yudisial juga mempertanyakan keputusan MA yang dinilai janggal. Dubes AS untuk Indonesia, B. Lynn Pascoe menyayangkan penanganan Kasus Munir oleh pihak berwenang Indonesia. Kabareskrim Polri, Komjen Makbul Padmanegara menyatakan jajaran penyidik Polri untuk Kasus Munir siap bekerja sama dengan FBI (Federal Bureau of Investigation). Editorial The New York Times berjudul Poisened Justice, mengulas soal

20 Juli 2006

6 Sept 2006

7 Sept 2006

10 Sept 2006

3 Okt 2006

5 Okt 2006

11 Okt 2006 13 Okt 2006

15 Okt 2006

kasus Munir. Munir dan Suciwati menerima penghargaan Human Rights Award oleh Human Rights First di New York. Selama di AS, Suciwati juga bertemu dengan beberapa anggota Kongres, Senator, pejabat Pemerintah AS, dan Philip Alston, UN Special Rapporteur on Extrajudicial, Summary or Arbitrary Executions, yang menyatakan kesediaannya untuk ikut membantu Pemerintah RI dalam kasus Munir. 20 Nov 2006 27 Nov 2006 Presiden Bush bertemu dengan Presiden SBY di Bogor, Indonesia. Tidak ada perbincangan soal Kasus Munir. Kapolri (Jen) Sutanto menyatakan akan mengirim tim Polri ke Belanda untuk mengumpulkan bukti-bukti baru. Kapolri (Jen) Sutanto menyatakan menolak campur tangan PBB dalam kasus Munir. Sikap penolakan juga disampaikan olen Deplu, Menhan, dan Menko Polhukam. Tim Munir DPR mengeluarkan rekomendasi agar Presiden membentuk Tim Pencari Fakta yang baru. Kapolri (Jen) Sutanto menolak rekomendasi DPR untuk membentuk TPF baru. Pollycarpus bebas keagamaan. dari masa tahanan setelah mendapat remisi

30 Nov 2006

7 Des 2006 8 Des 2006 25 Des 2006 29 Des 2006

Polri dan Kejaksaan Agung masih yakin Pollycarpus terlibat pembunuhan Munir. Mereka berencana mengumpulkan bukti baru untuk melakukan Peninjauan Kembali (PK). Salah satu bukti tersebut didapat dari penyidikan di AS, berupa hasil rekaman telepon Pollycarpus dan Muchdi PR. M. Assegaf pengacara Pollycarpus- menyatakan bahwa kliennya tidak terbukti meracuni Munir. meski demikian ia mengakui penggunaan surat palsu oleh Pollycarpus merupakan satu rangkaian peristiwa dengan kasus pembunuhan Munir. namun, ia mengaku tidak mengetahui motivasi kliennya menggunakan surat palsu tersebut. Jaksa Agung, Abdulrahman Saleh menyatakan akan mengajukan PK berdasarkan bukti baru kontak telepon dan pesan pendek antara Pollycarpus dengan Muchdi PR. Juru Bicara MA, Djoko Sarwoko bisa menerima PK yang diajukan oleh Jaksa Agung berdasarkan bukti baru. Mantan Hakim Agung, Adi Andojo menyatakan opini masyarakat yang mengkristal bisa dijadikan kebenaran materiil, yang kemudian dimanfaatkan Kejaksaan Agung untuk mengajukan PK.

01 Jan 2007

02 Jan 2007 10 Jan 2007

18 Jan 2007 24 Jan 2007

Kejaksaan Agung bentuk tim untuk meneliti putusan MA. Mabes Polri membentuk tim penyidik baru yang diketuai langsung oleh Kabareskrim (Irjen) Bambang Hendarso Danuri. Ia juga menyatakan bahwa kerja sama penyidikan Polri dengan FBI memberikan hasil positif. Pada Sidang ke-4 Dewan HAM, Philip Alston, Pelapor Khusus untuk isu Eksekusi Di Luar Proses Hukum dan Semena-mena, menyampaikan keprihatinannya atas penanganan Pemerintah RI atas kasus Munir. Kasus Munir menjadi salah satu fokus utama kerjanya. Tercatat ada Pelapor Khusus lainnya yang menyampaikan keprihatinan yang sama di muka Dewan HAM PBB; Hina Jilani (Human Rights Defender) dan Leandro Despouy (Kemandirian Hakim dan Pengacara). Raymond Ongen Latuimahalo dipanggil Badan Reserse Kriminal Polri untuk dimintai keterangannya sebagai Saksi. Raymond Ongen Latuimahalo di BAP di Polda Metro Jaya oleh penyidik dari Mabes Polri. Kabareskrim Polri Komjen Bambang Hendarso Danuri menyatakan polisi menemukan tersangka baru. Dalam waktu dekan Kapolri akan mengumumkan tersangka baru tersebut. Kapolri Jend Sutanto menyatakan ada dua tersangka baru dari PT Garuda dengan inisial IS dan R. Sutanto juga menyatakan berdasarkan temuan uji forensik dari Seattle, Munir diracun di Bandara Changi. Kabareskrim Polri Komjen Bambang Hendarso Danuri mendatangi Kantor Kejaksaan Agung untuk menyerahkan bukti baru (novum) untuk keperluan PK (Peninjauan Kembali) atas kasasi Pollycarpus. Mabes Polri menangkap Indra Setiawan (mantan Dirut PT Garuda) dan Rohainil Aini (mantan Sekretaris Kepala Pilot PT Garuda). Dua nama tersebut sudah disebut-sebut dalam laporan TPF. Kapolri Jend Sutanto menyatakan polisi sudah menemukan saksi baru yang melihat pertemuan Munir dengan Pollycarpus di Changi. Di media massa beredar nama Ongen (Raymond Latuimahalo) sebagai tokoh kunci dalam kasus Munir. Kapolri Jend Sutanto belum bersedia menjelaskan adanya tersangka baru di luar mantan karyawan PT Garuda. Ketika Ongen kembali dari Belanda via Kuala Lumpur, ia ditemui penyidik Polri dan diminta singgah di Singapura untuk melakukan prarekonstruksi kejadian di Changi. Pada hari yang sama Ongen tiba di Bandara Cengkareng dan langsung dibawa anggota Polri ke Mabes Polri. Sebelumnya diberitakan ada ketegangan di bandara karena ada anggota BIN yang juga ingin membawa Ongen namun dicegah oleh

28 Mar 2007

30 Mar 2007 3-4 Apr 2007 5 Apr 2007

10 Apr 2007

13 Apr 2007

14 Apr 2007

17 Apr 2007

19 Apr 2007 20 Apr 2007

anggota Polri. 24 Apr 2007 3 Mei 2007 Kapolri Jend Sutanto mengaku bahwa polisi tidak bisa melacak rekaman pembicaraan antara Mayjen (Purn) Muchdi PR dengan Pollycarpus. PN Jakarta Pusat mengabulkan sebagian gugatan Suciwati terhadap PT Garuda. Majelis Hakim menyatakan pihak tergugat terbukti talah melakukan perbuatan melawan hukum. PT Garuda diwajibkan membayar kerugian sebesar Rp 664.209.900 kepada Suciwati. Namun, Majelis Hakim tidak mengabulkan tuntutan lainnya, yaitu permintaan maaf dan investigasi internal dalam tubuh Garuda Abdul Rahman Saleh diganti oleh Hendarman Supandji sebagai Jaksa Agung RI. Pada acara itu Abdul Rahman Saleh menitipkan pesan kepada penerusnya untuk memprioritaskan penuntusan kasus Munir Jaksa Agung Hendarman Supandji meminta bukti tambahan baru dari Polri untuk memperkuat PK Suciwati mengajukan banding atas gugatan perdatanya terhadap PT Garuda Saat presentasi di depan Komite Hubungan Luar Negeri Senat AS, calon DubesAS untuk RI, Cameron Hume menyatakan kasus Munir sebagai masalah HAM utama di Indonesia Dalam rapatnya dengan Komisi III DPR RI, Kabareskrim Bambang Hendarso Danuri menyatakan Raymond Ongen Latuimahalo berada dalam program perlindungan saksi Polri. Ongen dianggap Polri sebagai saksi kunci pembunuhan Munir Ongen melakukan siaran pers bersama tim pengacaranya. Ia menyatakan tidak terlibat dalam pembunuhan Munir, namun melihat seseorang berinteraksi dengan Munir di Coffee Bean, Changi, Singapura. Ongen tidak bersedia menyebutkan orang tersebut karena terikat kerja sama dengan Polri Pollycarpus kembali diperiksa Polri terkait kasus dua tersangka lainnya, Indra Setiawan dan Rohainil Aini. Kabareskrim Bambang Hendarso Danuri menemui Jaksa Agung Hendarman Supandji untuk memberikan bahan-bahan bukti baru untuk PK. 9 Jun 2007 Di tengah-tengah kunjungan kerjanya (country visit) di Indonesia, Special Representative of the Secretary-General untuk isu Human Rights Defender, Hina Jilani mendatangi kantor KontraS/KASUM bertemu dengan Suciwati dan aktivis KASUM untuk membicarakan soal perkembangan kasus Munir. Dalam pertemuan (tertutup) itu Hina Jilani menyatakan bahwa ia mengetahui betul perkembangan kasus Munir

9 Mei 2007

11 Mei 2007 16 Mei 2007 24 Mei 2007

28 Mei 2007

6 Jun 2007

7 Jun 2007

dan merasa aneh mengapa Pemerintah menuntaskannya selama hampir 3 tahun 11 Jun 2007 28 Jun 2007 3 Jul 2007

RI

tidak

juga

bisa

Ongen meminta perlindungan hukum kepada Komisi III DPR RI. Pollycarpus diperiksa penyidik Polri sebagai saksi untuk tersangka Indra Setiawan dan Rohainil Aini. Jaksa Agung Muda Pidana Umum, Abdul Hakim Ritonga menyatakan tidak bisa membuka rekaman percakapan Pollycarpus-Muchdi PR karena keterbatasan teknologi informasi. Pollycarpus kembali diperiksa penyidik Polri. Kali ini ia dipanggil sebagai saksi untuk tersangka Indra Setiawan dan Rohainil Aini. Beberapa aktivis NGO bertemu dengan Komisioner Tinggi HAM PBB, Louis Arbour di Jakarta. Salah satu agendanya adalah mendiskusikan perkembangan kasus Munir. Dalam kunjungan kerjanya, Komisioner Tinggi HAM PBB, Louis Arbour mempertanyakan penanganan kasus Munir karena kasus ini menjadi simbol bagaimana negara menghadapi kasus-kasus serius. Menurutnya kasus Munir sudah menjadi sorotan komunitas internasional. Louis Arbour juga sudah mempertanyakan langsung kasus Munir kepada Presiden SBY, Polri, dan Departemen Luar Negeri RI. Kapolri Jendral Sutanto menyatakan telah memberikan bukti baru kepada kejaksaan. Ketua PN Jakarta Pusat, Cicut Sutiarso membentuk majelis hakim yang akan memeriksa kelengkapan berkas PK. Mejelis hakim terdiri dari Andriani Nurdin (ketua), Heru Pramono, dan Iva Sudewi. Kepala BIN, Syamsir Siregar membantah adanya keterlibatan agen BIN dalam pembunuhan Munir. Kepala Humas Polri Sisno Adiwinoto mengkonfirmasikan adanya kesaksian seorang agen BIN yang membeberkan keterkaitan BIN dalam kasus Munir. KASUM mengadukan pengacara Pollycarpus, Mohamad Assegaf dan Wirawan Adnan ke Perhimpunan Advokat Indonesia (Peradi) karena dianggap telah melanggar kode etik advokat dengan mendatangi BIN. Sidang I PK Pollycarpus digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Dalam materi PK yang diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum disebutkan adanya bukti baru yang menunjukkan Pollycarpus terlibat dalam pembunuhan Munir. Bukti baru tersebut berupa kesaksian beberapa orang, termasuk salah satu agen BIN, Raden Muhammad Padma Anwar alias Ucok. Dalam materi PK itu pula dijelaskan adanya keterlibatan BIN dalam pembunuhan Munir.

8 Jul 2007 11 Jul 2007

13 Jul 2007

24 Jul 2007 30 Jul 2007

14 Ags 2007

15 Ags 2007

16 Ags 2007

22 Ags 2007

Sidang II PK Pollycarpus. Suasana di luar ruang sidang sangat ketat; pemeriksaan pengunjung sama ketatnya dengan di bandara. Terlihat berbagai satuan Polri mengamankan sidang mulai dari tim gegana hingga Densus 88 anti teror. Dalam persidangan diputar rekaman pembicaraan antara Indra Setiawan dengan Pollycarpus. Rekaman itu mendukung kesaksian Indra Setiawan yang mengaku mendapat surat dari Deputi BIN, Asad untuk memuluskan penugasan Pollycarpus dalam penerbangan yang sama dengan Munir. Dalam rekaman tersebut terdapat beberapa fakta yang mengejutkan seperti bualan Pollycarpus soal orang kita dalam struktur negara. Hal penting lainnya adalah beberapa penyebutan nama-nama yang diduga merupakan sandi dari para pejabat BIN, misalnya menyebut Asad Said Ali (Wakabin) dengan sebutan Asmini, menyebut Muchdi Pr dengan sebutan Bu Avi dan menyebut Hendropriyono dengan sebutan Joker. Pollycarpus tidak membantah rekaman tersebut, namun ia menyatakan isinya hanya kelakar/joke. Kesaksian lainnya adalah dari Ucok, seorang agen BIN yang mengaku bahwa BIN memang merencanakan pembunuhan Munir dan ia mengenali Pollycarpus sebagai agen BIN. Saksi lainnya adalah Asrini yang melihat Munir bersama dengan Pollycarpus dan pria gondrong lainnya di Coffee Bean bandara Changi. Sementara itu saksi Ongen membantah isi kesaksiannya di BAP persidangan dengan alasan berada di bawah tekanan polisi Berbagai pihak yang disebut sebagai orang kita dalam rekaman pembicaraan Indra Setiawan-Pollycarpus membantah isinya. Ketua MA Bagir Manan, Jubir Kepresidenan Andi Mallarangeng, hingga mantan Jaksa Agung Abdul Rahman Saleh membantah ucapan Pollycarpus. Pihak penyidik Polri membantah telah menekan Ongen selama proses penyidikan. Jaksa Agung Muda Pidana Umum, AH Ritonga mengatakan pihaknya masih memiliki alat bukti rekaman lainnya Sidang III PK Pollycarpus. Mathius Salempang dan Pambudi Pamungkas, tim penyidik Polri dan Ongen dihadirkan untuk mengklarifikasi kesaksian Ongen yang mengaku ditekan selama proses penyidikan Menurut Direktur Kajian Politik Center for Indonesian National Policy Studies (CINAPS), Guspiabri Sumowigeno, salah satu kunci terpenting penyelesaian kasus terbunuhnya Munir saat ini adalah rekaman Munir selama di Bandara Changi yang dikatakan pemerintah Singapura sudah tidak ada. Guspiabri menyesalkan langkah internasionalisasi kasus Munir oleh kalangan LSM HAM, termasuk istri Munir, Suciwati. Kabareskrim Komjen Pol Bambang Hendarsa Danuri, belum dapat memastikan Asisten Supervisor Operasi Garuda di Bandara Changi, Jamaludin alias Choi akan dihadirkan dalam sidang peninjauan kembali (PK) Pollycarpus Budihari Priyanto di PN Jakarta Pusat. Bambang menolak memberikan penjelasan apakah kesaksian Jamaludin ada dalam rekaman atau berita acara pemeriksaan (BAP). Seorang saksi, Putri Utami, mahasiswa Indonesia di luar negeri mengaku melihat Polly, Ongen dan Munir berada di Coffee Bean Bandara Changi.

23 Ags 2007

29 Ags 2007

2 Sept 2007

3 Sept 2007

4 Sept 2007

M Assegaf, kuasa hukum Pollycarpus menyiapkan amunisi untuk menghadapi sidang lanjutan peninjauan kembali (PK) kasus pembunuhan Munir. Kapolri Jenderal Pol. Sutanto tidak mau menjawab terkait adanya tiga saksi baru yang diperiksa dalam kasus pembunuhan hak asasi manusia Munir. Seusai dilantik menjadi Ketua KOMNAS HAM, Ifdal Kasim mengatakan pihaknya akan mencoba mempelajari perkembangan kasus Munir yang saat ini sedang dalam proses persidangan peninjauan kembali. Komite Aksi Solidaritas Untuk Munir (Kasum) bekerjasama dengan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta akan menggelar acara pemutaran film pada tanggal 5 6 September 2007 untuk memperingati tiga tahun kematian aktivis HAM, Munir. Sedangkan pada tanggal 7 September, Kasum akan berdemo di depan kantor BIN dan istana negara untuk mendorong penuntasan kasus Munir. Sekjen Partai Kebangkitan Bangsa, Yenny Wahid, membantah Gus Dur Foundation (GDF) terlibat dalam melobi Kongres Amerika Serikat agar pengusutan kasus kematian Munir tidak melibatkan Badan Intelijen Negara (BIN), dan menyatakan bahwa itu palsu. Menurut Suciwati, Badan Intelijen Negara (BIN) melobi Kongres Amerika Serikat, dengan menggunakan Kop surat Gus Dur Foundation. Upaya lobi yang dilakukan petinggi BIN kepada kongres Amerika Serikat bertujuan agar kongres AS tidak menghiraukan keterlibatan BIN dalam kasus pembunuhan Munir.

05 Sept 2007

06 Sept 2007

Diskusi dan Pemutaran 2 film tentang Munir, yaitu Garuda Deadly Up Grade dan Bunga Dibakar di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dilanjutkan dengan acara Munir Memorial Lecture. Keynot Speaker dalam MML tersebut menghadirkan Asmara Nababan dan Komarudin Hidayat, pemateri lecture Prof Sutandyo, Usman Hamid, Habib Hirzin, dan Budi Munawar Rahman. Acara dimoderatori oleh JM. Muslimin. Peringatan 3 tahun Munir, KASUM bekerjasama dengan ASUMSI menggelar demontrasi di Kantor Badan Intelijen Negara (BIN) dengan jumlah massa kurang lebih 500 orang. Setelah dari Kantor BIN, massa melanjutkan demontrasi di Istana Negara. Kemudian menutup rangkaian acara dengan refleksi di tugu proklamasi. Di Surabaya sekitar 40 orang yang sebagian besar mengenakan baju hitam. Dalam aksi, mereka memanjatkan doa agar kasus terbunuhnya Munir segera terungkap. Mereka juga mengingatkan masyarakat agar terus mendukung perjuangan menegakkan kebebasan dan menjunjung tinggi hak asasi manusia. Koordinator aksi di Surabaya ini dipimpin oleh M. Saiful Aris (Direktur LBH Surabaya).

07 Sept 2007

08 Sept 2007

Puluhan anggota HMI Cabang Malang juga mengadakan unjuk rasa di depan gedung DPRD Kota Malang dalam rangka 3 tahun kematian Munir. Guru SD Muhammadiyah IV, Farida, di Batu Malang bersama siswa-siswi SD Muhammadiyah IV di jalan Welirang kota Batu, Jawa Timur mengadakan upacara bendera setengah tiang serta menggelar aksi teatrikal untuk memperingati 3 tahun kematianm Munir..

09 Sept 2007

Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Ifdhal Kasim meminta Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk menunjukkan keseriusannya menuntaskan kasus Munir. Mantan anggota TPF, Rachlan Nasidik, mendesak dan merekomendasikan kepada pemerintah agar memeriksa Hendro, Muchdi dan Nurhadi. Direktur LBH Jakarta, Asfinawati menyatakan bahwa temuan TPF yang merupakan lembaga resmi bentukan presiden bisa menjadi pegangan bagi penegak hukum untuk menuntaskan kasus Munir. Menurut Pakar Ilmu Hukum Pidana (UI), Dr Rudy Satrio Mukantardjo SH MH, bukti baru (novum) sebagai dasar peninjauan kembali (PK) kasus terbunuhnya tokoh hak asasi manusia (HAM), Munir, masih mengambang dan belum menemukan bukti siapa pembunuh Munir. Rudy Satrio yakin PK itu akan ditolak oleh Mahkamah Agung (MA). Ditambahkan oleh Direktur Advokasi (YLBHI), Taufik Basari bahwa secara legal novum PK kasus Munir masih kurang. Dan kekurangan itu bisa dilengkapi kalau Polri secara aktif meminta keterangan dua tersangka lain dalam kasus itu, yakni Indra Setiawan dan Rohainil Aini. Persidangan PK Pollycarpus dengan agenda pembacaan kontra memori PK setebal 35 halaman oleh tim kuasa hukum Pollycarpus. Pengamanan petugas berseragam masih cukup mecolok, terutama di pintu masuk dan beberapa ruang sidang. Sejumlah petugas berseragam preman dan pasukan Brimob bersenjata laras panjang juga terlihat berkeliaran di sekitar tempat pengadilan. Persidangan kali ini terlihat 50 massa FBR (Forum Betawi Rempug) mendukung penuntasan kasus pembunuhan Munir. Kuasa hukum Polly, Heru Santoso mengatakan bahwa rekaman pembicaraan eks terpidana pembunuh Munir, Pollycarpus dengan mantan Dirut Garuda Indonesia Indra Setiawan dalam sidang PK Munir di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat dianggap bualan semata. Kuasa hukum Pollycarpus Budihari Priyanto, Akhmad Jazuli, menilai PK terhadap Pollycarpus oleh Kejagung merupakan pelanggaran HAM karena yang berhak mengajukan PK adalah Pollycarpus selaku terpidana kasus pemalsuan surat tugas. Kapolri Jenderal Sutanto memastikan Mabes Polri dalam waktu dekat akan memanggil anggota BIN untuk diperiksa berkaitan dengan

10 Sept 2007

11 Sept 2007

12 Sept 2007

14 Sept 2007

tewasnya aktivis HAM, Munir. 15 Sept 2007 Direktur Eksekutif Indonesian Crime Analys Forum (ICAF) Mustofa Nahrawardaya menilai akan lebih tepat apabila penyidik memeriksa Muchdi PR ketimbang Asad. Sebab, Muchdi terlibat pembicaraan lama dengan Polly sebelum Munir terbunuh. Choirul Anam (KASUM) mendukung penuh niat Kapolri Jenderal Sutanto yang bakal memanggil petinggi Badan Intelijen Negara. Staf Badan Intelijen Negara Janzi Sofyan, membantah tuduhan Komite Solidaritas untuk Munir (Kasum) dan Kontras yang menyebutkan BIN terlibat dalam pembunuhan Munir. Menurut Janzi, rencana pemanggilan Wakil Kepala BIN Asad Ali Said dan mantan Deputi Penggalangan BIN Muchdi PR, oleh polisi itu atas nama pribadi dan oknum. Janzi menyangkal ada anggota BIN bernama Ucok. SIM (Studie-en Informatiecentrum Mensenrechten/Pusat studi dan informasi tentang hak-hak asasi manusia), Universitas Utrecht, dan ICCO (Partner van ondernemende mensen/Universitas Utrecht telah digelar Ceramah Peringatan Munir (Munir Memorial Lecture). Ceramah untuk mengenang tiga tahun kematian pejuang HAM tersebut diselenggarakan atas inisiatif empat lembaga: Amnesty International (Seksi Belanda), SIM (Studie-en Informatiecentrum Mensenrechten/Pusat studi dan informasi tentang hak-hak asasi manusia), Universitas Utrecht, dan ICCO (Partner van ondernemende mensen/Mitra bagi orang-orang yang berani mengambil inisiatif). Hadir ditengah-tengah para hadirin isteri Munir Suciwati, Usman Hamid dari Kasum (Komite Aksi Solidaritas untuk Munir), Asmara Nababan Direktur Eksekutif Demos (Pusat Studi untuk Demokrasi dan HAM) dan Ketua Kasum. 17 Sept 2007 Ketua Fraksi Kebangkitan Bangsa (FKB) di DPR Effendie Choirie mengatakan Rencana Mabes Polri memeriksa Wakil Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Asad Ali Said terkait kasus pembunuhan Munir direaksi keras berbagai kalangan. Gus Choui yakin Pak Asad tidak terlibat dalam kasus pembunuhan Munir. Penyebutan nama Pak Asad tidak lebih dari pembunuhan karakter. Menurutnya diseretnya Asad dalam kasus Munir ada maksud lain lantaran Pak Asad berpotensi menjadi Kepala BIN. Dan Gus Choi mendukung penuh upaya penegak hukum mengusut tuntas kasus pembunuhan Munir. Kuasa hukum Muchdi PR (bekas Deputi V BIN), Mahendradatta menyatakan desakan sejumlah LSM agar para petinggi BIN diperiksa memiliki agenda terselubung untuk menghancurkan intelijen Indonesia. Staf Khusus BIN, Janzi Sofyan mengatakan, sesuai pernyataan Kapolri Sutanto, pemanggilan para petinggi BIN baru akan dilakukan setelah sidang PK Munir selesai. Janzi juga membantah berbagai pernyataan para aktivis HAM perihal keterlibatan BIN dalam pembunuhan Munir. Dan menganggap semua itu fitnah yang sengaja ditebar.

16 Sept 2007

Anggota Komisi III DPR Soeripto berpendapat untuk memeriksa anggota BIN dalam kasus kematian Munir tidak harus menunggu putusan PK Pollycarpus yang kini tengah disidangkan. Sejak awal kasus Munir ada yang disembunyikan. Dari dulu banyak yang tidak dibuka. 19 Sept 2007 Proses persidangan peninjauan kembali (PK) kasus Munir memasuki tahap penandatanganan berkas. Dalam berkas tersebut, ada bukti lain yang ditambahkan Majelis hakim yakni surat jalan Raden Mohammad Patma Anwar alias Ucok bahwa dia anggota BIN. Kapolri Jenderal Pol Sutanto menyatakan bahwa mantan Deputi V Badan Intelijen Negara (BIN) Mayjen Purn Muchdi PR dan Wakil Kepala BIN M As'ad akan diperiksa terkait kasus kematian Munir dalam penerbangan Jakarta-Singapura-Amsterdam pada 7 September 2004. Waktunya menunggu hasil sidang peninjauan Kembali (PK) Munir. Penasihat Hukum Suciwati, Choirul Anam menegaskan yang terpenting dalam proses selanjutnya adalah bagaimana nanti persidangan di MA bisa terbuka. Sedangkan Suciwati mengharapkan Mahkamah Agung mengabulkan Peninjauan Kembali atas termohon PK, Pollycarpus Budihari Priyanto. Pollycarpus membantah keterangan Jamaludin alias Choi, Asisten Supervisor Penerbangan Garuda di Changi Singapura yang sudah 2 kali diperiksa polisi Indonesia terkait kasus Munir. Ketua Umum Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Hery Haryanto Azumi, mengatakan pihaknya mendukung penuh pengusutan secara tuntas kasus pembunuhan aktivis HAM Munir. Namun, pihaknya sangat berharap agar pengusutan kasus tersebut tidak sampai dipolitisir seperti anggapan banyak pihak selama ini. Menanggapi pengusutan kasus Munir yang diduga melibatkan personel Badan Inteljen Negara (BIN), Hery menyatakan kasus Munir belakangan ini semakin tidak jelas, karena diduga ada intervensi politik. 20 Sept 2007 Sejumlah anggota Parlemen Uni Eropa bertekad mengangkat kasus pembunuhan aktivis hak asasi manusia Munir dalam persidangan mereka. Bahkan, mereka juga berencana membentuk tim khusus untuk memonitor pengungkapan kasus tersebut. Ketua Komnas HAM Ifdhal Kasim melihat internasionalisasi kasus pembunuhan Munir selama ini cukup efektif dalam mendesak Pemerintah Indonesia untuk mengungkap kasus. Adanya tim baru yang dibentuk polisi dan peninjauan kembali yang diajukan kejaksaan terhadap mantan pilot Garuda Pollycarpus Budihari Priyanto antara lain karena ada internasionalisasi kasus ini. 21 Sept 2007 Pollycarpus Budihari Priyanto menyatakan selama ini dirinya tidak dikasih ruang untuk menjelaskan kepada publik tentang kejadian sesungguhnya. Polly bersikukuh bahwa novum (bukti baru) bukan dite-

mukan sebagai alat bukti baru, melainkan dibuat dan direkaya pihak kepolisian. 23 Sept 2007 Pengamat intelijen Wawan Purwanto berpendapat, harus ada percobaan untuk membuktikan hasil temuan ahli patologi yang mengatakan kadar arsenit di dalam darah mendiang Munir. Wawan mengusulkan agar ada percobaan dalam hal racun tersebut. Kalau senjata ada uji balistik maka harus ada uji coba kepada mahluk hidup yaitu dengan memasukkan arsenik ke dalam tubuh percobaan yang berat badannya sama dengan berat badan Munir. Misalnya saja Gorila. Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi meragukan keterlibatan Wakil Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) M As'ad dalam kasus pembunuhan aktivis HAM, Munir. Berkas Indra dan Rohainil telah diterima PN Jakarta Pusat sejak 21 September 2007 Mantan Dirut Garuda Indra Setiawan dan mantan Chief Secretary Pilot Airbus 330 Rohainil Aini bakal dihadapkan ke depan persidangan pada hari Selasa, 9 Oktober 2007 pukul 10.00 mendatang di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat. Majelis hakim yang akan menyidangkan terdakwa Indra Setiawan diketuai oleh Heru Pramono dengan anggota majelis Eli Maryati dan Makassau. Sedangkan majelis hakim untuk terdakwa Roahinil Aini akan diketuai oleh Makassau dengan anggota majelis Heru Pramono dan Eli Maryati. Menanggapi dakwaan terhadap Indra Setiawan dan Rohainil Aini yang akan disidangkan pada tanggal 9 Oktober 2007 di Pengadilan Negeri (PN), Assegaf menyatakan bahwa hal itu terlalu terburu-buru. Seharusnya menunggu PK Pollycarpus selesai. Lukman Hakim Saifudin (Mantan anggota Tim Gabungan Komisi III DPR untuk kasus Munir), mengingatkan hakim agar tidak mengabaikan temuan TPF dalam persidangan. Persidangan I kasus pembunuhan Munir dalam perkara terdakwa Indra Setiawan dan terdakwa Rohainil Aini dengan agenda pembacaan materi dakwaan secara terpisah. Indra Setiawan didakwa dengan Pasal 340 KUHP jo pasal 56 ke- 2 KUHP bahwa terdakwa telah sengaja memberikan kesempatan, sarana, dan keterangan pada Polly sehingga bisa melaksanakan niatnya membunuh Munir. Bantuan yang diberikan Indra berupa penerbitan surat tugas No.GA/DZ-2270/04 pada 11 Agustus 2004 yang menugaskan Polly sebagai staf aviation security pada penerbangan GA-974 rute Jakarta-Singapura. Terdakwa Rohainil Aini didakwa Pasal 340 KUHP jo pasal 56 ke- 2 KUHP (dakwaan pertama) dan Pasal 263 ayat (1) KUHP tentang pemalsuan surat (dakwaan kedua). Kuasa hukum Indra, Antawirya J Dipodiputro langsung membacakan nota keberatan. Dalam nota keberatan dikatakan bahwa surat yang dikeluarkan kliennya untuk Pollycarpus semata-mata dalam rangka

24 Sept 2007

26 Sept 2007 01 Okt 2007

05 Okt 2007

08 Okt 2007

09 Okt 2007

meningkatkan segi pengamanan penerbangan di lingkungan Garuda sebagaimana diminta BIN. Jadi, motivasi seperti yang disampaikan JPU bahwa Indra terlibat dalam pembunuhan Munir itu tidak ada. Antawirya meminta agar mantan Wakil Kepala BIN Asad dihadirkan di persidangan. Sedangkan kuasa hukum Rohainil Aini meminta waktu untuk membuat nota keberatan. 24 Okt 2007 Persidangan II terdakwa Indra Setiawan dengan agenda tanggapan JPU terhadap eksepsi Indra Setiawan. JPU menanggapi eksepsi Penasehat Hukum Indra Setiawan bahwa point-point materi keberatan yaitu motif penerbitan surat tugas, dakwaan tidak nyata, alasan dijadikannya Indra Setiawan sebagai tersangka tidak punya dasar telah masuk pada pokok perkara, sehingga JPU tidak perlu menanggapi. Mengenai putusan kasasi MA yang menetapkan bebas terhadap Pollycarpus, JPU menanggapi bahwa perkara atas nama terdakwa Pollycarpus BH saat ini telah selesai dilakukan pemeriksaan permohonan PK dari JPU sebagaimana penetapan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor : 14/PID/PK/2007/PN.JKT.PST, dengan demikian perkara pidana atas nama terdakwa Pollycarpus menjadi terbuka kembali. Persidangan II terdakwa Rohainil Aini dengan agenda pembacaan eksepsi (nota keberatan) oleh M. Assegaf, kuasa hukum terdakwa Rohainil Aini. Dalam eksepsinya di persidangan, M. Assegaf meminta agar polisi mencari otak sesungguhnya pelaku pembunuhan aktivis HAM tersebut. JPU menjadikan Rohainil Aini sebagai terdakwa hanya untuk menutupi ketidakmampuan aparat dalam mengungkap pembunuhan Munir. Assegaf menyatakan JPU melakukan kesalahan fatal, karena dari hasil penyelidikan dan penyidikan yang dilakukan Mabes Polri, penyidik sejak awal memposisikan Pollycarpus sebagai pembantu, tetapi tidak pernah memunculkan siapa yang telah dibantu Polly atau menemukan pelaku utama atau aktor intelektual pelaku pembunuhan Munir. Usman Hamid menyatakan kasus pembunuhan Munir bisa diangkat untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa kasus tersebut terjadi pada masa pemerintahan Megawati. Artinya jangan memilih Megawati. Tetapi Usman berharap itu tidak terjadi karena idealnya kasus Munir bisa selesai tahun 2008. Persidangan III terdakwa Indra Setiawan dengan agenda pembacaan putusan sela. Majelis hakim memutuskan, menolak seluruh keberatan keberatan tim penasehat hukum terdakwa Indra Setiawan; memerintahkan pemeriksaan perkara pidana nomor : 1849/PID.B/2007/PN.JKT.PST atas nama terdakwa Ir Indra setiawan dilanjutkan; menangguhkan pembebanan biaya perkara ini sampai dengan putusan akhir. Setelah putusan sela dibacakan, JPU Noor Rahmat menyatakan persidangan kasus Munir dengan terdakwa Indra Setiawan akan dilanjutkan pada tanggal 7 November 2007. Agenda persidangan

25 Okt 2007

28 Okt 2007

31 Okt 2007

selanjutnya adalah pemeriksaan saksi. Saksi yang akan diajukan sebanyak 24 orang. Empat saksi yang akan dihadirkan pekan depan yaitu Pollycarpus Budihari Priyanto, Suciwati, Rohainil Aini, dan Ramelgia Anwar. Ketua Mahkamah Agung Bagir Manan mengatakan bahwa dia akan langsung menangani perkara peninjauan kembali (PK) kasus pembunuhan Munir. Dalam berkas permohonan PK, jaksa mengajukan bukti baru berupa kesaksian Indra Setiawan, Rohainil Aini, Raymond J Latuihamalo alias Ongen, dan Asrini Utami Putri. Asrini yang menumpang pesawat yang sama dengan Munir sempat melihat Pollycarpus duduk bersama Munir di Coffee Bean di Changi, Singapura. 01 Nov 2007 Persidangan III dalam perkara terdakwa Rohainil Aini dengan agenda pembacaan tanggapan JPU terhadap eksepsi terdakwa Rohainil Aini. Dalam tanggapan JPU dikatakan bahwa nota dinas yang ditandatangani Rohainil Aini dianggap penyebab Pollycarpus bisa terbang ke Singapura. Dan wanita yang bertugas sebagai Secretary Chief Garuda Airbus 330 ini dinyatakan memberikan sarana bagi Polly untuk melaksanakan niatnya. Terdakwa telah mengubah jadwal penerbangan yang bukan kewenangannya, karena itu Polly yang semestinya terbang ke Peking tapi kemudian ke Singapura. Akta bahwa modus operandi penghilangan nyawa dilakukan di Changi, selain itu JPU beranggapan semua pasal yang didakwaan sudah memenuhi unsur. Anggota Komisi III DPR Yassona H Laoly menanggapi isi rekaman pembicaraan Pollycarpus dengan Indra Setiawan yang menyebut bagir orang kita bahwa sebaiknya bagir manan tidak ikut dalam pemeriksaan PK Pollycarpus. 03 Nov 2007 Ketua Mahkamah Agung (MA) Bagir Manan menolak menggelar sidang peninjauan kembali (PK) Pollycarpus Budihari Priyanto secara terbuka. Alasannya, dia tak ingin perdebatan lima hakim agung menjadi tontonan khalayak umum. Berdasarkan sumber yang tidak diketahui, empat hakim anggota majelis hakim agung yang akan memeriksan berkas Peninjauan Kembali Pollycarpus adalah Ketua Muda Perdata MA Harifin Tumpa, Ketua Muda MA Bidang Pengawasan Djoko Sarwoko, dan Ketua Muda Pidana MA Parman Soeparman. Persidangan IV terdakwa Rohainil Aini dengan agenda pembacaan putusan sela. Majelis hakim yang diketuai Makasau menganggap keberatan yang disampaikan Assegaf, penasehat hukum Rohainil tidak beralasan dan tidak mempunyai kekuatan hukum. Majelis hakim memutuskan, menolak keberatan tim penasehat hukum terdakwa seluruhnya; memerintahkan pemeriksaan perkara pidana nomor : 1850/PID.B/2007/PN.JKT.PST atas nama terdakwa Rohainil Aini

07 Nov 2007

dilanjutkan; menangguhkan pembebanan biaya perkara ini sampai dengan putusan akhir. Persidangan IV terdakwa Indra Setiawan dengan agenda pemeriksaan saksi. Dari empat saksi yang direncanakan untuk diperiksa hanya tiga saksi yang menjalani pemeriksaan di PN Jakarta Pusat, yaitu, Suciwati, Ramelgia Anwar dan Rohainil Aini. Sedangkan saksi Pollycarpus dikabarkan tidak bisa hadir. Suci menuturkan, di telepon tersebut Polly berusaha sok akrab. Antara lain, menyebutkan sama-sama berasal dari Surabaya. 08 Nov 2007 Kepala BIN Sjamsir Siregar membenarkan bahwa Polri telah memeriksa Wakil Kepala BIN M Asad beberapa waktu lalu terkait kasus tewasnya Munir. Pollycarpus Budihari Priyanto mengaku ketidakhadirannya sebagai saksi dalam perkara terdakwa Indra setiawan dikarenakan sakit perut. Wakadiv Humas Polri Brigjen Pol Anton Bachrul Alam mengaku belum mengonfirmasi kebenaran pernyataan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Syamsir Siregar bahwa penyidik Polri telah memeriksa Wakil Kepala BIN M. Asad. 13 Nov 2007 Persidangan V terdakwa Indra Setiawan dengan agenda pemeriksaan saksi Pollycarpus. Hakim Heru mengkonfrontasi Pollycarpus dengan pernyataan Indra mengenai surat tugas dari BIN, Polly mengaku tidak tahu ada penugasan dari BIN. Ketika hakim Heru mengatakan demi Tuhan, Pollycarpus bersumpah demi Tuhan. Kesaksian Pollycarpus membantah keterangan-keterangan yang disampaikan oleh Suciwati pada 7 November lalu. Dan membantah keterangan Suciwati. Polly mengaku bahwa dia tidak pernah menghubungi dan juga belum pernah bertemu Munir di tempat lain, dan belum pernah berhubungan. Polly juga membantah pernah bertemu empat mata dengan bosnya, Indra Setiawan. Pemeriksaan saksi Pollycarpus dianggap belum selesai dan akan dilanjutkan pada tanggal 20 November 2007. Usai sidang Polly mengaku capek dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Persidangan V terdakwa Rohainil Aini dengan agenda pemeriksaan saksi. Empat saksi yang diagendakan sebelumnya adalah Indra Setiawan, Ramelgia Anwar, Suciwati, dan Karmel Fauza Sembiring. Dari keempat saksi yang bisa hadir hanya Indra Setiawan dan Ramelgia Anwar. Suciwati tidak bisa hadir karena sakit dan Karmel sedang ada tugas ke Singapura. Dalam kesaksiannya, Indra mengaku berhenti menjadi dirut Garuda pada tahun 2005. Indra kenal dengan Rohainil pada tahun 2005 ketika diperiksa polisi dan selama menjadi atasan Rohainil, dia tidak mengetahui adanya teguran atas Rohainil. Indra juga mengaku mendapat surat dari BIN yang disampaikan Pollycarpus yang isinya BIN menganggap Garuda sebagai perusahaan vital dan strategis perlu ditingkatkan fungsi keamanannya, dan agar saudara Pollycarpus dapat

09 Nov 2007

diikutkan sebagai petugas aviation security, surat tersebut ditembuskan juga ke Menneg BUMN. Menurut Indra tugas itu tidak pernah dijalankan Polly. Polly menyalahgunakan surat itu untuk kepentingan pribadinya karena surat izin Ramelgia Anwar muncul setelah Polly pergi. Surat dari saya juga tidak pernah memerintahkan terbang ke Singapura. Sebelumnya Indra mengaku tidak tahu Polly baru dari Singapura. Dia mengetahuinya dari Polly sendiri bahwa dia baru saja dari negeri Singapura itu sebagai extra crew. Pollycarpus beralasan karena sudah ada briefing dari Vice President Corporate Security Ramelgia Anwar. Tapi ternyata di Singapura dia tidak melakukan tugas dumping fuel. 20 Nov 2007 Persidangan VI dalam perkara terdakwa Indra Setiawan dengan agenda Pemeriksaan saksi Karmel Fauza Sembiring. Sebelumnya, saksi yang akan dihadirkan adalah Pollycarpus dan Karmel Fauza Sembiring. Dalam kesaksiannya, Karmel mengaku setelah pulang dari Singapura, surat tugas Pollycarpus Budihari Priyanto dipertanyakan. Polly kemudian menyodorkan surat tugasnya. Namun tanggalnya berbeda. Polly bertugas ke Singapura pada 6 September 2004 sebagai petugas aviation security yang ditugaskan oleh Kepala Coorporate Security PT Garuda Indonesia Ramelgia Anwar untuk memperbaiki pesawat Boeing. Karmel mengetahui beberapa hari setelah pesawat kembali ke Jakarta kemudian menegur Polly. Karmel mengaku mengecek penugasan Polly ke Ramelgia. Surat penugasan itu diterima Karmel pada hari itu juga. Barulah keesokan harinya Polly datang dengan membawa surat yang sama, namun dengan tanggal yang berbeda.Itu dimundurkan beberapa hari dari tanggal 4 September sebelumnya. Jadi bukan saya yang meminta, Seharusnya pada 5-8 September, Polly terbang ke Beijing, China. Namun Polly mengaku harus menghadiri acara pilot di hotel dekat Blok M. Polly pun meminta agar jadwalnya diubah. Untuk pembatalan jadwal ke Beijing itu saya izinkan. Namun saya tidak tahu tentang keberangkatan Polly ke Singapura. Itu hal yang berbeda. Persidangan VI dalam perkara terdakwa Rohainil Aini dengan agenda pemeriksaan saksi yaitu Chief Pilot Garuda Indonesia Karmel Fauza Sembiring, Suciwati, Pollycarpus dan Ramelgia Anwar. Kesaksian Karmel memberatkan terdakwa Rohainil dengan mengatakan bahwa terdakwa Rohainil Aini dinilai salah dalam mengeluarkan surat izin terbang Pollycarpus. Saat itu Pollycarpus meminta extra crew. Karmel mengaku telah menegur terdakwa Rohainil Aini. Karena biaya Pollycarpus akan masuk ke operasional. Extra crew khusus untuk penugasan operasional. Sedangkan untuk petugas darat jika terbang harus ada surat tugas dan memiliki tiket serta diperlakukan seperti penumpang biasa. Karmel mengira terdakwa Rohainil Aini sadar bahwa penugasan Pollycarpus adalah penugasan dari aviation security, bukan penugasan operasional. Saksi Pollycarpus mengaku mendapat perintah dari Ramelgia Anwar untuk mengecek terjadinya dumping fuel di Singapura. Perintah diberikan secara lisan oleh Ramelgia ketika Polly menghubunginya pada

21 Nov 2007

6 September 2004. Dengan alasan itulah, Polly meminta Rohainil mengubah jadwal penerbangannya dari stand by menjadi ekstra kru ke Singapura. Saksi Ramelgia membantah keterangan Pollycarpus dan mengaku bahwa ia tidak pernah memberi perintah kepada Polly, hanya arahan yang tidak dapat disebut sebagai perintah. Ramelgia juga membantah telah meminta maaf kepada atasan Polly (Kapten Karmel) sehubungan dengan kepergian Polly ke Singapura tanpa izin terlebih dahulu. Terdakwa Rohainil Aini (Secretary Chief Executive Pilot Airbus 330) menanggapi kesaksian Karmel, Rohainil mengaku membuat nota dinas itu karena Polly mengaku disuruh Ramelgia Anwar. Kalau tidak begitu, Terdakwa tidak akan membuatnya. 27 Nov 2007 Persidangan VII dalam perkara terdakwa Indra Setiawan dengan agenda pemeriksaan saksi Pollycarpus, Wira Dharma Gede Oka, Edi Santoso dan Hermawan. Dalam pemeriksaan saksi Pollycarpus, diperdengarkan ulang kaset rekaman antara Pollycarpus dengan Indra Setiawan (pernah diperdengarkan pada sidang PK Pollycarpus, 22 Agustus 2007). Dalam rekaman tersebut, Pollycarpus mengakui suara dalam rekaman adalah suaranya, bertemu dengan Indra pada akhir Mei 2007, tidak mengantarkan surat dari BIN kepada Indra Setiawan. surat yang dimaksud adalah surat tugas sebagai staf perbantuan unit coorporate security yang dikeluarkan Indra Setiawan. Dan kalimat didestroy, BUMN, dan sebagainya adalah untuk menyenangkan Indra Setiawan. Yang dimaksud As adalah Asmini, seorang perempuan yang tinggal di rumahnya dan membantu keluarganya selama dia berada di tahanan. Asmini sudah meninggal karena kanker payudara. Selain itu ada As selain Asmini yaitu seorang teman yang berprofesi sebagai seniman dan tinggal di Pejaten. Polly mengaku tidak pernah bertemu dengan Indra Setiawan di Hotel Sahid. Persidangan VII dalam perkara terdakwa Rohainil Aini dengan agenda pemeriksaan saksi Hermawan, Ramegia (lanjutan), Joseph Riri Mase, Edi Santoso, dan Brahmanie Hastawati. Saksi Ramelgia Anwar memberikan keterangan bahwa dia tidak menugaskan Pollycarpus tetapi memberikan arahan tugas dan dalam arahan tugas tersebut, Singapura bukan satu-satunya tujuan. Permintaan Pollycarpus untuk bisa ikut dalam penerbangan Garuda 974 kepada Rohainil bukan atas perintahnya, Pollycarpus menggunakan namanya sehingga Rohainil membuatkan surat tugas, mengakui menandatangani surat yang dibuat mundur, dari awalnya tanggal 15 September 2004, kemudian diubah menjadi tanggal 4 September 2004. Dan itu bukan surat tugas, karena formnya berbeda. Surat tersebut untuk kepentingan tertib pembiayaan JPU, Didik Farhan Ali dan Edi Saputra, meminta kepada hakim untuk mengizinkan Budi Santoso sebagai saksi tambahan. Budi bukanlah orang baru bagi penyidik dan Jaksa. Budi yang berpangkat terakhir Kolonel purnawirawan saat itu menjadi pegawai BIN. Dia adalah saksi

28 Nov 2007

yang mengetahui teka teki surat yang ditunjukkan kepada mantan Dirut Garuda Indra Setiawan. Peran budi adalah mengoreksi surat BIN. Surat yang ditandatangani Waka. BIN Asad diserahkan Pollycarpus BP kepada Indra Setiawan. JPU juga meminta majelis Hakim menetapkan sebagai sumpah palsu terhadap kesaksian Pollycarpus jika ada perkembangan yang mengarah bahwa dia bersaksi bohong. 29 Nov 2007 4 Des 2007 Ketua BIN Syamsir Siregar siap memberikan kesaksian di pengadilan jika dia dikehendaki. Sidang VIII Indra Setiawan. Pemeriksaan saksi Achirina (Direktur SDM dan Umum PT Garuda Indonesia), Daan Ahmad (Vice President Personalia PT Garuda Indonesia), dan Brahmani Hastawati Purser GA 974). Dalam kesaksiaannya, Achirina menjelaskan bahwa prosedur keberangkatan Pollycarpus ke Singapura tidak sesuai aturan. Dia tidak dibekali Surat Perintah Perjalanan Dinas (SPPD) yang merupakan dokumen wajib karyawan BUMN yang bertugas ke luar negeri. Sedangkan saksi Daan Akhmad mengatakan bahwa Polly memiliki 2 ID. Saksi Brahmani Hastawati mengatakan bahwa penerbangan Pollycarpus pada tanggal 6 September 2004 sebagai extra crew. Sidang VIII Rohainil Aini. Pemeriksaan saksi Dr. Tarmizi Hakim, Brahmani Hastawati, dan Sabur M. Taufik. Dalam pemeriksaan Dr Tarmizi mengaku ketika memeriksa Munir, yang bersangkutan muntah dan berak, wajahnya pucat karena keracunan pada 6 September 2007. saksi Brahmani Hastawati mengaku tidak menandatangani BAP kasus Rohainil Aini. Mantan Deputi VII Bidang Informasi dan Teknologi Badan Intelijen Negara (BIN) Bijah Soebijanto membantah pernyataannya kepada Suciwati bahwa Pollycarpus adalah anggota BIN. Bijah mengaku tidak kenal Pollycarpus dan mengaku telah bertemu Suciwati sebanyak 2 kali yang ingin mengklarifikasi dan mencari kebenaran, serta keadilan atas kematian Munir. 11 Des 2007 Sidang IX Indra Setiawan. Pemeriksaan Saksi Dr Tarmizi Hakim dan Rudi Adianto Hardono. Saksi Rudi mengatakan tidak mengetahui kepergian Pollycarpus Budihari Priyanto sebagai ekstra kru Garuda pada penerbangan GA 974 ke Singapura. JPU mengajukan Budi Santoso sebagai saksi, namun majelis hakim Heru Pramono menolak karena masih ada 14 saksi lagi. Ketua PBNU Hasyim Muzadi meyakini M. As'ad tidak terlibat dalam kasus pembunuhan aktivis HAM Munir. 12 Des 2007 Sidang IX Rohainil Aini. Pemeriksaan saksi Anggota mantan Executive Vice President Finance Garuda Alex Maneklaren, saksi mengaku tidak

5 Des 2007

6 Des 2007

mendapat laporan adanya SPPD untuk Polly. Tim Legal Komite Aksi Solidaritas Munir (Kasum) Choirul Anam berharap PK bisa diputus Mahkamah Agung (MA) bulan ini karena semakin lama putusannya, semakin banyak tanda tanya. Kuasa Hukum Rohainil, M Assegaf menilai persidangan Rohainil ini mubazir, karena ada banyak pihak yang seharusnya diseret ke pengadilan. 17 Des 2007 Pengamat Intelijen, Wawan Purwanto menilai selama ini BIN tidak terbuka terkait dugaan keterlibatan institusi itu dalam kasus pembunuhan aktivis HAM Munir. Sidang X Indra Setiawan. Sidang konfrontasi dengan saksi Rohainil Aini, Ramelgia Anwar dan Karmel Fauza Sembiring. Pollycarus absein. Materi sidang berputar pada surat tugas Polly yang diubah dari tanggal 15 September 2003 menjadi 4 September 2003. Keterangan Karmel menyatakan, dia tidak pernah memerintahkan Polly untuk mengubah tanggal surat itu. Sedangkan Ramelgia mengaku hanya mendengarkan dari Polly bahwa Karmel meminta tanggal surat agar diubah. Adapun Rohainil Aini mengaku hanya menjalankan tugas sesuai dengan jobnya, jadi jawabannya ada pada Pollycarpus. Sidang X Rohainil Aini. Pemeriksaan Saksi Achirina dan Majib Rajab Nasution Sidang XI Indra Setiawan. Pemeriksaan Saksi Hendardi. Saksi mengaku bahwa Polly sering menelpon pada bulan Maret 2004.

18 Des 2007

19 Des 2007 28 Des 2007 03 2008

Januari Usman Hamid mengatakan pengusutan kasus Munir pada 2007 mengalami kemajuan dengan ditetapkan dan disidangkannya 2 Tersangka baru (Indra Setiawan dan Rohainil Aini). Jaringan Demokrasi yang beranggotakan Arus Pelangi, Demos, FSPI, HRWG, Imparsial, Kalyanamitra, LBH Apik, Praxix, Jaringan Solidaritas Korban Pelanggaran HAM (JSKK), INFID, Jaringan Relawan Kemanusiaan (JRK), KontraS, Setara Institut, PBHI, Prakarsa, SHMI, Wahid Institut, YLBHI membuat evaluasi penegakan HAM 2007 dan proyeksi penegakan HAM 2008, dalam satu rekomendasinya mendesak pemerintah segera menuntaskan kasus Munir.

04 2008

Januari KASUM mendesak PN Jakarta Pusat menghadirkan saksi kunci Budi Santoso dalam sidang kasus pembunuhan Munir dan menilai keseriusan kepolisian, Kejaksaan Agung dan pengadilan, khususnya MA, dalam pengungkapan kasus pembunuhan Munir mengendur. Januari Sidang XII Indra Setiawan. Pemeriksaan Saksi Budi Santoso, Jamaludin , Asrini, Meha Bob, Raymond Latuihamallo. Para saksi tidak ada yang hadir. Pemeriksaan saksi dengan pembacaan BAP masing-masing saksi

08 2008

oleh JPU, kecuali Budi Santoso karena masih akan dipanggil pada sidang yang akan datang. Hakim membacakan surat dari BIN bahwa Budi Santoso sedang melakukan tugas tertutup di luar negeri. Kepala Badan Intelejen Negara (BIN) Syamsir Siregar mengaku telah memberikan rekomendasi kepada polisi dan meminta polisi untuk memproses secara hukum kalau ada anggota BIN yang memang terlibat dalam kasus pembunuhan aktivis Munir. 09 2008 Januari Sidang XI Rohainil Aini (seharusnya sidang XI Rohainil Aini ini disidangkan pada tanggal 07 Jan 2008). Pemeriksaan Saksi Raymond Latuihamallo (Ongen), Jamaludin, Asrini, Hendardi. Karena para saksi tidak ada yang hadir, JPU diberi kesempatan untuk mendatangkan kembali pada sidang yang akan datang. Sidang ditunda sampai hari selasa, 15 Januari 2008. Saksi Hendardi sebenarnya hadir namun oleh JPU tidak dipersaksikan. Januari Sidang XIII Indra Setiawan. Sidang Pemeriksaan Saksi Budi Santoso dan sidang Konfrontasi. Saksi Ramelgia, Pollycarpus, Rohainil Aini dan Karmel Fauza Sembiring. Karena Budi Santoso tidak hadir sebab ada tugas tertutup di luar negeri, maka sidang pemeriksaannya dilakukan dengan pembacaan BAP oleh JPU. Budi Santoso menyebut Pollycarpus sebagai agen Badan Intelijen Negara namun tidak memiliki jabatan struktural. Pada pertengahan 2004 Polly sempat menyambangi kantornya dan datang ke ruangannya lalu mengatakan kenal dengan Muchdi Pr. Kemudian Polly minta tolong kepada Budi Santoso agar mengoreksi surat agar ditempatkan sebagai petugas aviation security di Garuda. Surat tersebut dialamatkan ke Dirut Garuda dan ada kolom tempat tanda tangan wakil kepala BIN. Sidang XII Rohainil Aini. Sidang Konfrontasi. Saksi Ramelgia, Pollycarpus dan Karmel Fauza Sembriring. 17 2008 Januari Usman Hamid mengatakan untuk menghindari kemungkinan terjadinya kejahatan lain yang ditimbulkan atas status baru bagi Muchdi. Maka sesuai dengan Undang Undang nomor 8 tahun 1981 KUHP pasal 106 penyidik wajib untuk mengambil tindakan penyidikan yang diperlukan bagi Muchdi Pr. Januari Sidang XIV Indra Setiawan. Sidang Pemeriksaan Ahli. dr. Rizal Ramli dan dr. K. Martono. Serta sidang Pemeriksaan Terdakwa. dr. Rizal ramli mengatakan Badan Intelejen Negara (BIN) ternyata pernah menawarinya untuk masuk menjadi anggota BIN, namun Rizal menolaknya. Beredar selebaran gelap yang menuding Seskab Sudi Silalahi sebagai tokoh di balik Budi Santoso. Sudi Silalahi membantah mengenal Budi Santoso. Sudi Silalahi juga mengakui bahwa Muchdi PR merupakan teman lamanya, tapi sudah lama tidak pernah menjalin komunikasi dalam bentuk apa pun.

15 2008

18 2008

21 2008

Januari Sidang XIII Rohainil Aini. Sidang Pemeriksaan Ahli Amelia Wahyuni Ramli dan dr. K. Martono sekaligus sidang Pemeriksaan Terdakwa. Saksi Amelia mengatakan bahwa tugasnya sebagai FOSO untuk Boeing 737 itu sama dengan tugasnya Rohainil Aini sebagai chief pilot air bus 330, yaitu memiliki kewenangan mengubah jadwal tanpa konfirmasi kepada chief pilot. Januari Sidang XV Indra Setiawan. Sidang Pembacaan Tuntutan. Terdakwa Indra Setiawan dituntut 1 Tahun 6 Bulan. Sidang XIV Rohainil Aini. Sidang Pembacaan Tuntutan. Terdakwa Rohainil Aini dituntut 1 Tahun. Pembacaan putusan Peninjauan Kembali (PK) Pollycarpus dengan nomor 109 PK/Pid/2007 oleh Nur Hadi (Kepala Biro Humas dan Hukum MA RI) dan Joko Sarwoko (Hakim Agung MA RI). Para hakim agung yang menyidangkan berkas peninjauan kembali Pollycarpus adalah Bagir Manan sebagai Hakim Ketua, Haripin Tumpa, Djoko Sarwoko, Parman Suparman, dan Paulus E Lotulung sebagai hakim anggota. Pollycarpus divonis hukuman penjara selama 20 tahun. Keputusan ini diambil para hakim secara bulat. Ketika Joko Sarwoko ditanya seputar motif pembunuhan Munir, Joko Sarwoko menjawab motif politik.

25 2008

26 2008

Januari Eksekusi terhadap Pollycarpus dilakukan oleh petugas Mabes polri, Kejaksaan Agung, Panitera PN Tangerang, Panitera PN Jakarta Pusat dan Panitera PT DKI. Pollycarpus dibawa ke LP Cipinang. Kadivhumas Mabes Polri Irjen Pol Sisno Adiwinoto mengatakan, penyidik akan segera melayangkan surat resmi ke LP Cipinang untuk memeriksa Pollycarpus. Pollycarpus membantah keterangan BAP menyebutkan dirinya mengenal Muchdi Pr. Budi Santoso yang

30 Jan 2008

02 Feb 2008

Sidang XVI Indra Setiawan. Pembacaan pledoi oleh terdakwa Indra Setiawan. Menurut pledoi yang dibacakan, Indra Setiawan menuduh JPU telah memfitnah dirinya ikut terlibat dalam pembunuhan aktivis hak asasi manusia Munir. Pertemuan antara ex. TPF Munir (Asmara Nababan, Usman Hamid, Hendardi dan Kemala Chandra Kirana) dengan Kabareskrim Bambang Hendarso Danuri. Dijanjikan oleh Bambang Hendarso bahwa polisi akan segera menetapkan minimal 2 tersangka. Beredar isu bahwa surat penugasan BIN sudah ditemukan oleh polisi.

04 Feb 2008

06 Feb 2008

8 Febuari Kuasa hukum Pollycarpus Budihari Priyanto, M Assegaf dan A Wirawan 2008 Adnan dilaporkan Komite Aksi Solidaritas untuk Munir (KASUM) lantaran dianggap melanggar etika advokat ke Perhimpunan Advokat Indonesia

(Peradi). Assegaf pun siap diadili.Saya nanti datang bersama Wirawan. Nggak ada masalah. Assegaf menjelaskan, KASUM mengadukannya karena dinilai mempengaruhi saksi dan meninggalkan klien. Namun, menurutnya, pengaduan KASUM tidak mendasar.Tim pernah menulis surat kepada BIN meminta klarifikasi apakah Polly anggota BIN atau tidak. Ini oleh KASUM dianggap mempengaruhi saksi. Kriteria mempengaruhi saksi itu kan jika bertemu saksi, mengiming-imingi saksi uang agar mau memberikan keterangan sesuai selera kita. 11 Februari Sidang VII dalam perkara terdakwa Indra Setiawan dengan agenda 2008 pembacaan Putusan. Majelis hakim yang dipimpin Heru Pramono dengan hakim anggota Makassau dan Iva Sudewi menyatakan Indra terbukti bersalah membantu pembunuhan berencana. Ia membantu dengan menerbitkan surat penempatan mantan pilot Pollycarpus Budihari Priyanto ke Bagian Corporate Security. Penempatan Pollycarpus ke Bagian Corporate Security dilakukan setelah Indra menerima surat resmi dari Badan Intelijen Negara (BIN) yang ditandatangani Wakil Kepala BIN M Asad. Meski surat tersebut hilang namun keberadaannya diperkuat oleh keterangan saksi Budi Santoso, personel BIN yang diminta mengoreksi konsep surat yang dibuat Pollycarapus. 12 Februari Sidang XVII dalam perkara terdakwa Robainil Aini dengan agenda 2008 pembacaa Putusan. Majelis Hakim memutuskan bahwa terdakwa Rohainil Aini tidak terbukti bersalah. 20 Februari Deputi Direktur Human Right Working Group Choirul Anam mengatakan 2008 bahwa kasus pembunuhan aktivis hak asasi manusia Munir akan menjadi salah satu materi laporan tahunan penegakan HAM di Indonesia ke Sidang Dewan HAM Perserikatan Bangsa-Bangsa di Geneva, Swiss, April 2008. 17 2008 Maret KASUM menyampaikan bahwa pada tanggal 13 Maret yang lau sebanyak 412 anggota Parlemen Uni Eropa mengadopsi sebuah Deklarasi Tertulis (Written Declaration) tentang pembunuhan aktivis HAM Munir Said Thalib. Dengan ini berarti Deklarasi itu menjadi sebuah sikap resmi dari Parlemen Eropa. Sepanjang Jumat beredar kabar bahwa polisi menangkap mantan Deputi V BIN Muchdi Pr. Bahkan, sebuah media sore mengabarkan penangkapan itu dalam pemberitaannya di halaman depan. Mahendradatta, pengacra Muchdi Pr, membantah isu penangkapan kliennya terkait kasus pembunuhan Munir. Kapolri Jenderal Sutanto membenarkan bahwa tersangka baru dalam kasus pembunuhan aktivis HAM Munir adalah oknum dari suatu institusi. Namun SUtanto belum bersedia mengungkap identitas tersangka ataupun asal institusinya. 5 Suciwati dan Usman mendapat undangan dari parlemen Uni Eropa dan masyarakat/mahasiswa Indonesia di kedua Negara untuk menjelaskan

4 April 2008

16 Mei 2008

25 Mei Juni 2008

perkembangan kasus Munir. Dalam pertemuan itu, parlemen Uni Eropa juga kembali menegaskan dukungan terhadap upaya pengungkapan kasus Munir. 30 Mei 2008 Suciwati memutuskan mengajukan kasasi atas putusan Pengadilan Tinggi Jakarta dalam perkara perdata pembunuhan suaminya yang juga aktivis HAM, Munir. Suciwati dan Usman Hamid menemui anggota Parlemen Inggris dalam rangka mencari dukungan penyelesaian kasus kematian Munir. Kepala Humas Direktorat Jenderal Lembaga Pemasyarakatan (Ditjen Lapas) Akbar Hadi Prabowo menjelaskan Pollycarpus Budihari Priyanto, terpidana 20 tahun pembunuhan Munir, kini tidak lagi mendekam di LP Cipinang. Dia sudah mempunyai tempat penahanan baru di Bandung.Sejak 23 Mei 2008, dia dipindahkan ke LP Sukamiskin (Bandung), Akbar menjelaskan bahwa pemindahan Pollycarpus terkait domisili keluarga yang juga pindah ke Bandung. Kepala Kesatuan Pengamanan LP Sukamiskin Waskito membenarkan terpidana kasus pembunuhan aktivis HAM Munir, Pollycarpus Budihari Priyanto, dibawa oleh Mabes Polri dan Polda Metro Jaya. Pollycarpus diizinkan satu hari meninggalkan LP Sukamiskin. Perihal peminjaman Pollycarpus tertera dalam surat yang diberikan Mabes Polri kepada LP Sukamiskin. 04 Juni 2008 Persidangan I dengan agenda Pemeriksaan Pendahuluan dalam perkara Nomor 16/PUU-VI/2008 Perihal Pengujian UU Nomor 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman terhadap UUD 1945 dengan Pemohon Pollycarpus Budihari Priyanto. Persidangan digelar di gedung Mahkamah Konstitusi. Menurut pemohon, pasal 23 ayat (1) UU Nomor 4 Tahun 2004 Tentang Kekuaasan Kehakiman tersebut pada kalimat, pihak-pihak yang bersangkutan, dapat menimbulkan penafsiran yang menyesatkan sehingga bertentangan dengan Pasal 28D ayat (1) UUD 1945.Pasal 28D ayat (1) UUD 1945 berbunyi setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum. Berdasarkan hal tersebut, pemohon meminta kepada MK agar Pasal 23 ayat (1) UU Kekuasaan Kehakiman bertentangan dengan UUD 1945 dan dinyatakan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. Majelis Hakim Konstitusi, Maruarar Siahaan mempertanyakan materi gugatan Pollycarpus Budihari Priyanto, terpidana 20 tahun dalam kasus kematian aktivis HAM Munir, mengenai Pasal 23 ayat (1)B UndangUndang (UU) Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman. Hal itu dinyatakan dalam persidangan pengujian UU Kekuasaan Kehakiman dengan agenda pemeriksaan pendahuluan. Persoalan UU Kekuasaan Kehakiman itu, tidak hanya berbicara kasus pidana saja. Bagaimana dengan perkara perdata, yang berarti pihak-pihak tidak bisa mengajukan peninjauan kembali (PK). Oleh karena itu, dalam menilai

03 Juni 2008

jangan dari satu sisi saja. 6 Juni 2008 Kepala Badan Reserse Kriminal Mabes Jenderal Bambang Hendarso Danuri Datang ke Bagian Tindak Pidana Umum Kejaksaan Agung selama dua jam. Bambang Hendarso meninggalkan Kejaksaan Agung tanpa bersedia memberikan keterangan apa pun. Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum Abdul Hakim Ritonga membenarkan pertemuan dengan Kabareskrim Mabes Polri Komjen Bambang Hendarso untuk membahas kasus pembunuhan aktivis hak asasi manusia Munir. 7 Juni 2008 Kepala HUMAS Kepolisian RI Inspektur Jenderal Abubakar Nataprawira enggan berkomentar perihal perkara Munir. Namun Jaksa Agung Muda Pidana Umum ( Jampidum ) Abdul Hakim Ritonga mengatakan tersangka baru kasus Munir berasal dari pensiunan suatu institusi yang belum pernah diperiksa kejaksaan dan kepolisian. Tuntutan yang akan dikenakan pada tersangka tersebut adalah hukuman maksimal 20 tahun penjara atau hukuman mati. Karena dia sebagai pihak yang melakukan atau yang menyuruh melakukan. Saat ini berkas penyidikan kasus itu segera meningkat ke tahap penuntutan. Usman Hamid, Sekretaris Komite Solidaritas untuk Munir (Kasum) Mengatakan, Kasum masih berpegang pada rekomendasi tim pencari fakta perkara pembunuhan Munir. Rekomendasi itu menyebutkan, pelaku pembunuhan Munir ada empat tingkatan, yakni eksekutor, pembantu eksekutor, pihak yang menyuruh melakukan, dan pihak yang merencanakan pembunuhan. Seandainya yang diajukan oleh polisi kali ini adalah tersangka yang menyuruh melakukan, kami tetap berpegang, penetapan tersangka harus sampai pada perencana pembunuhan. Polisi dan jaksa menggelar ekspose perkara pembunuhan berencana terhadap Munir di Bagian Tindak Pidana Umum Kejaksaan Agung. 12 juni 2008 Kabareskrim Mabes Polri Komjen Pol Bambang Hendarso Danuri mengatakan proses penyidikan kasus Munir terus berlanjut. Setelah Pollycarpus terkena vonis 20 tahun, kini giliran otak di balik rencana pembunuhan itu yang menghadapi ancaman dibui.Terhadap orang yang menyuruh melakukan dan memberikan kesempatan, bukti permulaan sudah cukup. Sehingga akan dilakukan tindakan kepolisian yang akan diambil yaitu dengan penahanan terhadap yang bersangkutan dalam waktu dekat. Polri dan Kejaksaan Agung telah melakukan gelar perkara sebanyak 2 kali. Dan telah ditentukan 5 jaksa penuntut umum. Selain itu, Bambang juga menjelaskan bahwa pasal 55 dan 340 KUHP tentang pembunuhan terencana telah terbukti, sesuai sidang terakhir yakni vonis 20 tahun untuk Pollycarpus telah memiliki kekuatan hukum tetap. Namun Bareskrim Polri menyadari betul yang divonis adalah pelaku lapangan.

10 Juni 2008

Mabes Polri dalam waktu dekat segera merilis tersangka baru kasus Munir. Komisi III DPR berharap tersangkanya tidak sepadan dengan Pollycarpus. Menurut Trimedya, penyebutan nama baru tersebut merupakan kado ulang tahun Polri 1 Juli mendatang. Meski mengakui penanganan kasus Munir lamban, namun DPR tetap konsisten mendorong penyelesaian kasus tersebut. 14 Juni 2008 Kapolri Jenderal Sutanto, minta semua pihak bersabar. Penyidik masih melengkapi alat bukti yang dibutuhkan. Menurutnya, menentukan alat bukti tidak mudah. Penyidikan tidak ada batas waktu karena tidak semudah tindakan lainnya. Koordinator Komite Aksi Solidaritas untuk Munir (Kasum) Usman Hamid, Meminta Mabes Polri segera menangkap dan menahan tersangka baru yang rencana sebelumnya akan dieksekusi awal Juni. Koordinator Kontras Usman Hamid menyatakan sekalipun Polri menetapkan bekas Deputi V Badan Intelijen Negara (BIN) Muchdi Pr sebagai tersangka baru dalam kasus pembunuhan aktivis HAM Munir Usman mengaku tak puas, sebelum orang yang merencanakan pembunuhan juga dikalungi status tersangka. Kami menginginkan aktor yang merencanakan pembunuhan juga dijadikan tersangka baru kami puas. Dia menambahkan, sebenarnya kasus pembunuhan Munir melibatkan para pelaku di empat level pertama di TKP, pembantu, menyuruh dan aktor perencana pembunuhan. Sebelumnya Usman meminta polisi segera menangkap dan menahan tersangka baru karena khawatir melarikan diri dan menyembunyikan barang bukti. Kekhawatiran itu cukup beralasan karena Kapolri dan pers sudah mengarahkan bahwa tersangka baru kasus pembunuhan Munir adalah Muchdi Pr.

16 Juni 2008

17 Juni 2008

18 Juni 2008 Kabar merebak bahwa Muchdi PR akan ditangkap polisi. Sejumlah malam wartawan pun menunggu dan menginap di Mabes Polri. Namun, sampai Kamis pagi, kabar Muchdi PR ditangkap belum terbukti. 19 Juni 2008 Penangkapan Muchdi Pr di salah satu Hotel di Jakarta oleh sejumlah tim penyidik yang diketuai oleh Kepala Biro Analisis Polri Brigjen Pol Mathius Salempang. Kabareskrim Komjen Pol Bambang Hendarso Danuri dan Direktur I Keamanan Transnasional Brigjen Pol Badrodin Haiti juga mendampingi. Kepala Badan Reserse Kriminal (Kabareskrim) Mabes Polri Komjen Bambang Hendarso, Menyatakan, Muchdi PR telah menandatangani Berita Acara Penahanan (BAP). Beliau menyerahkan diri dan sangat kooperatif dengan penyidik. Pasal yang dikenakan adalah pasal 340 juncto pasal 55 tentang pembunuhan berencana. Pukul 23.00, Mayjend (Purn) Muchdi PR resmi menjadi tersangka dalam kasus pembunuhan aktivis HAM Munir. Muchdi dijerat dengan pasal 340

jucto pasal 55 tentang pembunuhan berencana. Muchdi yang hingga tengah malam masih berada di Badan Reserse Kriminal Mabes Polri rencananya akan dipindah di Rumah Tahanan, Brimob di Kelapa Dua. 20 Juni 2008 Tersangka Muchdi Purwopranjoyo, hingga kini diberondong 36 pertanyaan oleh polisi. Pertanyaan yang diajukan terkait hubungannya dengan Pollycarpus Budihari Priyanto. Dan pertanyaan mengenai pernyataan Budi Santoso (salah seorang agen madya BIN) yang pernah disuruh Muchdi untuk serahkan uang ke Pollycarpus. Dalam surat penahanan itu juga disebutkan Muchdi akan ditahan di rumah tahanan negara di Bareskrim Polri selama 20 (dua puluh) hari terhitung mulai tanggal 19 Juni 2008 hingga tanggal 8 Juli 2008. Namun, informasi dari Kabareskrim Komjen Pol Bambang Hendarso Muchdi akan dipindahkan ke Rutan Brimob Kelapa Dua hari ini. 21 Juni 2008 Tersangka Muchdi PR akan mengajukan penangguhan penahanan. Mantan Deputi V Badan Intelijen Negara (BIN) itu akan dijamin oleh keluarganya. Minggu depan akan diajukan surat resmi, keluarga yang akan memberi jaminan. Istri dan anak-anaknya. Wakil Ketua Komisi III DPR Soeripto, Menyebut rencana pembunuhan Munir disusun dalam rapat Badan Intelijen Negara (BIN) pada tahun 2004. Saat itu Munir hanya termasuk dalam kategori G alias gangguan.Yang saya dengar, evaluasi waktu itu, Munir masuk kategori 'gangguan', belum 'ancaman'. Dia menjelaskan, ada 4 kategori yang menjadi acuan operasi intelijen untuk mengatasi ancaman terhadap negara. Istilahnya, ATHG. Yaitu ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan.Yang tergolong 'ancaman', misalnya orang-orang yang dicurigai melakukan kudeta atau pemberontakan Kalau masih dalam taraf gangguan, belum dianggap serius dan belum sampai harus dihabisi. Paling-paling ya peringatan saja, imbuh pengamat intelijen yang juga politisi PKS ini. Artinya, operasi BIN pun harus dilaporkan ke Presiden.Karena user-nya adalah Presiden, produk intelijen itu mestinya, menurut aturan, dilaporkan ke Presiden. Yang jadi pertanyaan, apakah BIN melaporkan hal ini (rencana pembunuhan Munir) ke Presiden yang waktu itu dijabat Megawati. Mahendra Datta, Ketua Tim Pembela Muchdi PR, Mendesak polisi memeriksa Wakil Ketua Komisi Hukum DPR Soeripto, sebagai saksi. Desakan disampaikan sehubungan dengan pernyataan Soeripto tentang adanya konspirasi pembunuhan Munir, yang melibatkan Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) AM Hendropriyono. Kami mendesak polisi memeriksa Soeripto sebagai saksi sehubungan dengan pernyataannya pada publik. Kami menilai, pernyataan Soeripto sudah memasuki ranah hukum dan bukan sekadar pernyataan politik. Oleh karena itu, polisi harus segera menanggapinya dengan langkah konkrit.

22 Juni 2008

Din Syamsudin Menolak menjadi penjamin penangguhan penahanan Muchdi PR jika eks Deputi BIN itu memintanya. Kami sebagai Ketua Umum PP MUhammadiyah banyak diminta oleh pihak-pihak yang menjalani proses hukum. Tapi, tidak ada tradisi dalam organisasi Muhammadiyah untuk menjaminkan atau ikut terlibat. Tidak ada preseden di organisasi Muhammadiyah yang seperti itu. Jadi tidak dapat kami terima, Komandan Jenderal (Danjen) Kopassus Mayjen Soenarko, Menegaskan, ditangkapnya Muchdi Purwoprajono sebagai tersangka kasus pembunuhan aktivis HAM adalah masalah yang terpisah dengan institusi. Ia meminta masyarakat tidak mengaitkan penahanan Muchdi Pr dengan Kopassus. Sebab, meski pernah menjabat Danjen Kopassus (1998-1999), Muchdi kini sudah berstatus purnawirawan. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Jenderal (Pol) Sutanto, Mengemukakan, berdasarkan alat bukti, pemeriksaan tersangka, dan pemeriksaan saksi, pembunuh aktivis hak asasi manusia Munir adalah oknum bukan Badan Intelijen Negara. Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Syamsir Siregar, Meminta polisi untuk membuktikan keberadaan surat tugas untuk Pollycarpus Budihari Priyanto yang ditandatangani oleh Wakil Kepala BIN As'ad. Suciwati dan KASUM bertemu dengan Kabareskrim Mabes Polri. Dalam pertemuan ini Kabareskrim menjelaskan perkembangan pasca penangkapan mantan Deputy V BIN Muchdi PR.

23 Juni 2008

24 Juni 2008

25 Juni 2008

Juru Bicara Kepresidenan Andi Mallarangeng di Kantor Presiden, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menginstruksikan kepada Badan Intelijen Negara dan semua lembaga pemerintah yang terkait dengan kasus pembunuhan aktivis hak asasi manusia Munir untuk bekerja sama. Kerja sama diperlukan untuk mengungkap dan mengusut secara tuntas siapa saja yang terkait untuk diproses secara hukum. Andi mengemukakan, meskipun Munir tewas pada era pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri, pemerintahan Presiden Yudhoyono bertekad menuntaskan kasus ini. Jadi, harus diingat, kejadian terbunuhnya almarhum Munir terjadi sebelum Presiden SBY jadi presiden,.Menurut Andi, Presiden menginstruksikan agar siapa pun yang terlibat harus diproses secara hukum dan siapa yang bersalah harus dihukum.

30 Juni 2008

Kelompok penggerak HAM seperti Kasum dan Kontras menyatakan Mabes Polri telah menetapkan Mayjen (pur) Muchdi Purwoprandjono sebagai tersangka pembunuhan aktivis HAM Munir. Namun sebagian kelompok penggerak HAM seperti Kasum dan Kontras menyatakan tidak cukup hanya menangkap dan menahan bekas Danjen Kopassus. Mereka menginginkan bekas Kepala BIN Hendropriyono juga diperiksa dan kalau terbukti ditangkap. Mereka memiliki alasan sendiri untuk mendorong

polisi segera menangkap Hendropriyono. Cuma permasalahannya, berkembang keraguan di masyarakat atas keberanian polisi untuk memeriksa Hendropriyono. Ini ditunjukkan dari hasil poling yang menunjukkan 67,6 persen publik meragukan keberanian polisi. Sedangkan yang menyebutkan berani hanya 28 persen dan sisanya tidak tahu 4,4 persen. 04 Juli 2008 Hendardi menjelaskan bahwa berkas milik tersangka kasus Munir dinyatakan lengkap alias P-21 oleh kejaksaan. Hari ini Kabareskrim Komjen Pol Bambang Hendarso Danuri rencananya akan menyerahkan barang bukti beserta tersangkanya. Jampidum, AH. Ritonga mengatakan bahwa P21 (dalam perkara Muchdi Pr) diberikan setelah berkas itu memenuhi syarat formil dan materiil. Hal itu bisa diketahui setelah berkasnya dipelajari jaksa peneliti. 05 Juli 2008 Usman Hamid mengaku optimis, bahwa berkas tersebut akan dilimpahkan sekira minggu depan. Dan berharap fakta-fakta yang diajukan harus memiliki kredibilitas, dakwaan yang disusun maksimal, serta hakim yang menyidangkan kasus tersebut adil. Kepala Hubungan Masyarakat Mabes Polri Irjen Abu Bakar Nataprawira mengatakan bahwa berkas acara pemeriksaan (BAP) kasus pembunuhan aktivis HAM Munir dengan tersangka mantan Deputi V Muchdi Pr belum selesai. Tim Kuasa Hukum Muchdi Pr bersama dengan rekan seperti Fadhli Zon dan Ridhwa Saidi menggelar jumpa pers di Restoran Pulau Dua Senayan Jakarta. Dalam siaran pers, mereka menyatakan penangkapan Muchdi karena adanya tekanan negara asing khusunya Amerika. Mereka menunjukkan dua buah surat (surat tahun 2004 dan 2006) dari parlemen Amerika yang meminta Presiden SBY menuntaskan kasus Munir. Menanggapi siaran pers yang digelar Tim Kuasa Hukum Muchdi Pr tersebut, Suciwati menilai pernyataan Tim Kuasa Hukum Muchdi Pr merupakan pengalihan isu dari masalah yang sebenarnya, yakni kejahatan. 08 Juli 2008 Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Abu Bakar Nataprawira menegaskan tidak ada tekanan politik dari pihak lain, termasuk Amerika Serikat, terhadap Polri untuk melakukan penanganan kasus pembunuhan aktivis HAM, Munir. Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla pesimistis jika otak pembunuh Munir bisa terungkap. Pasalnya terlalu banyak benang kusut yang harus diurai untuk menyelesaikan persoalan itu. Di sisi lain, aparat penegak hukum juga memiliki keterbatasan dalam berbagai hal. Jampidum AH Ritonga menyatakan pemberkasan Muchdi akan

06 Juli 2008

07 Juli 2008

diselesaikan dalam 7 hari kerja. Jaksa harus tentukan apakah berkas sudah siap atau belum. Kejagung telah membentuk sebuah tim konsultasi khusus yang beranggotakan jajaran Jampidum Kejagung RI, jaksa Kejati DKI Jakarta dan jaksa Kejari Jakarta Selatan. 09 Juli 2008 Suciwati bersama KASUM mendatangi Jaksa Agung Muda Tindak Umum (JAMPIDUM) Kejaksaan Agung. Kedatangan Suciwati dan KASUM untuk mengkonfirmasi kesiapan Kejaksaan Agung dalam melakukan penuntutan mantan Deputi V BIN Muchdi Pr. Anggota Dewan Pertimbangan Presiden, Adnan Buyung Nasution mengaku tidak mengetahui adanya surat dari Kongres Amerika Serikat kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, namun, jika ada, hal itu dinilainya bukan bentuk intervensi asing terhadap Indonesia. 10 Juli 2008 Kejaksaan agung batal melakukan gelar perkara (exspose) kasus Munir dengan tersangka mantan Deputi V BIN Muchdi Pr. Kejagung optimis kloning surat permintaan penempatan Pollycarpus menjadi kru aviation security bisa jadi barang bukti. 11 Agustus Penyerahan berkas perkara Muchdi Pr karena sudah dianggap P-21 oleh 2008 Kepolisian 21 Agustus Persidangan I Muchdi Pr dengan agenda pembacaan dakwaan. Diketahui 2008 dalam persidangan ini ada skenario menghentikan kasus sampai pada Muchdi Pr, dengan cara memutus rantai hubungan antara Muchdi dengan pelaku-pelaku yang lain seperti Hendropriyono (ketua BIN), Asad (wakil ketua BIN),dll. Jaksa mengedepankan motif Muchdi membunuh Munir, seperti dendam krn dia dipecat sebagai Kopassus krn terlibat dalam kasus penculikan mahasiswa yang diadvokasi oleh Munir, dll. Dalam teori pidana, motif pembunuhan tidak terlalu penting untuk dibuktikan. 02 Sept 2008 Persidangan II dengan agenda Pembacaan eksepsi. Point keberatan terdakwa adalah adanya intervensi asing. Dikatakan bahwa pengadilan ini digelar bukan karena ada bukti awal yang cukup, tapi karena desakan dari luar negeri. Kemudian Kewenangan pengadilan. Dikatakan bahwa PN Jakarta Selatan tidak berwenang mengadili perkara ini. Persidangan III dengan agenda Tanggapan Jaksa Penuntut Umum. Point tanggapan JPU adalah bahwa tidak ada bukti bahwa Penanganan perkara diintervensi oleh asing dan PN Jaksel berwenang mengadili perkara ini karena dari 19 saksi yang dihadirkan 12 diantaranya berdiam di sekitar Jakarta Selatan. Sesuai dengan pasal 84 ayat 2 KUHAP. Persidangan IV dengan agenda pembacaan Putusan sela. Point putusan sela ini adalah bahwa majelis hakim memutuskan bahwa PN Jaksel berwenang mengadili perkara ini dan terkait materi keberatan yang lain akan diputus bersama putusan akhir.

04 Sept 2008

09 Sept 2008

Pasca Sidang sempat terjadi insiden adu mulut antara Suciwati dengan terdakwa Muchdi PR. Suci meminta Muchdi mengakui perbuatannya terkait saat itu adalah bulan Ramadhan, Muchdi menjawabnya dengan kalimat keras : DIAM KAMU!!!. 16 Sept 2008 Persidangan V dengan agenda Pemeriksaan saksi Suciwati (istri alm Munir), Indra Setiawan (mantan dirut PT Garuda), Budi Santoso (Direktur 51 BIN) dan Asad (WAKA BIN). Namun 2 saksi dari BIN tidak hadir. Pengacara menanyakan soal motif pembunuhan yang sesungguhnya tidak terlalu penting itu dan pengacara main di detail-detail informasi, seperti masa jabatan Muchdi di Kopassus. Persidangan VI dengan agenda Pemeriksaan saksi Zhondy dan Arifin Rahman (Pegawai TU di BIN). Kedua Saksi mencabut keterangannya di BAP. Persidangan VII dengan agenda Pemeriksaan saksi Suradi, Imam Mustapa (Sopir Muchdi Pr) dan Usman Hamid. Seluruh saksi dari pihak BIN menolak/ mencabut sebagian isi BAP (mengingkari kesaksiannya di BAP. Kesaksian Usman Hamid menerangkan bahwa saksi menerima informasi yang berisi rencana pembunuhan Munir dan menerima informasi adanya rapat pembunuhan terhadap Munir yang dihadiri oleh Kepala BIN Hendropriyono dan Deputy V BIN Muchdi PR. Persidangan VIII dengan agenda Pemeriksaan saksi Hendardi (Direktur Setara dan mantan anggota TPF) dan Rohainil Aini (secetary chief of pilot Garuda). Keterangan Hendardi menerangkan bahwa Polly melakukan pendekatan dengan NGO (menjanjikan tiket, bantuan dll kepada dirinya, Munir, Yenny Rosa Damayanti dll). Bahwa BIN tidak kooperatif kepada TPF meski sudah ada protocol kerjasama. Dan Rekomendasi TPF bahwa polisi harus menyidik Kepala BIN AM Hendropriyono, Deputy V Muchdi PR dan agen BIN Bambang Irawan. Sedangkan Keterangan Rohainil Aini menerangkan seputar tugas dan kewajiban dam Penjelasan soal ia membuat surat terbang Polly karena diminta oleh Polly sendiri. Persidangan IX dengan agenda Pemeriksaan saksi Pungky Indarti dan Raden M. Patma (ucok). Keterangan Saksi Poengky menerangkan bahwa Terdakwa Muchdi PR sudah mengenal Pollycarpus sejak di Papua; Bahwa Saksi mengelaborasi kaitan antara Muchdi dengan kasus Penculikan; dan mengaku bahwa Imparsial di Teror dengan dikirimi bangkai ayam busuk. Keterangan Saksi Raden Patma (Ucok) bahwa sebagian besar saksi menjawab pertanyaan hakim, JPU dan kuasa hukum dengan kalimat; tidak tahu dan lupa; Bahwa saksi membenarkan bahwa ia pernah diminta untuk membunu Munir oleh agen BIN yang bernama Sentot Waluyo. Persidangan X dengan agenda Pemeriksaan saksi Pollycarpus dan Abdul

18 Sept 2008

23 Sept 2008

25 Sept 2008

9 Okt 2008

14 Okt 2008

Mutalib {BIN). Keterangan saksi Pollycarpus menerangkan bahwa saksi tdk mengakui kenal Muchdi PR; Bahwa saksi Pollycarpus mengaku ditawari uang 4 milyar rupiah dan motor Harley Davidson jika mau mengaku membunuh Munir; Bahwa saksi Polly mengaku Johnson Panjaitan sudah meneliti dan menyatakan Polly tidak terlibat. Sedangkan keterangan saksi Abdul Mutolib (BIN) membantah pernah bertemu dengan Pollycarpus di BIN dan saksi mencabut sebagian isi BAP. 21 Oktober Persidangan XI dengan agenda Pemeriksaan saksi Kawan (BIN) dan 2008 Johny Turino (Ahli IT komputer). Keterangan saksi Kawan (BIN) bahwa saksi mencabut BAP, menolak pernah melihat Pollycarpus di ruang Budi Santoso, dan menolak pernah ditugasi mengawasi kantor KONTRAS. Sedangkan Keterangan Johny Turino bahwa kebenaran hasil cloning hard disc 100% (tidak rekayasa) dan di dalam Hard Disc Muchdi PR yang di cloning terdapat file surat permintaan BIN agar Pollycarpus ditempatkan sebagai Aviation Security 23 Okt 2008 Persidangan XII dengan agenda pemeriksaan Saksi Ahli Ruby Z. Alamsyah (Ahli IT Telkom). Keterangan saksi Ruby Alamsyah membenarkan adanya hubungan telpon antara Pollycarpus dengan Muchdi PR dan bahwa Call Data Record (CDR) tidak bisa dimanipulasi. Persidangan XIII dengan agenda pemeriksaan saksi Rahmat Budianto (ahli Telkom). Saksi tidak bisa hadir di persidangan karena baru datang dari USA, maka persidangan ditunda. Persidangan XIV dengan agenda Pemeriksaan Saksi Ahli Rahmat Budianto (ahli telkom) dan 2 Saksi Verbalisan dari Penyidik yaitu Daniel Tifa Ona dan Pambudi Pamungkas. Keterangan saksi Rahmat Budianto menerangkan sebagai berikut; a. Bahwa cetakan print out pada tanggal 7 September 2004 jam 10.40.13, a number dengan nomor 0811900978 (Nomor HP Terdakwa Muchdi PR) pada posisi b number 62217407459 (Nomor rumah Terpidana Pollycarpus) bahwa arti dari informasi tersebut, pada Date 70409 karena format yymmdd jadi tanggal 7 September 2004 pada jam 10.40 telah terjadi, dicatat oleh MSC, transaksi antara a number antara 0811900978 dengan b number 6221707459. Begitu juga pada tanggal 6 September pukul 18.00.16 WIB. b. Secara operasional kesalahan 0% (error free) tingkat akurasi kebenaran data dalam mencatat setiap transaksi komunikasi karena memiliki pengamanan, data yang diterima oleh operator adalah semua proses telekomunikasi. Error free berlaku untuk general bukan hanya pada PT.Telkomsel Indonesa. Sehingga selutuh informasi tersebut memang khusus di design agar error free. Keterangan saksi Daniel Tifa Ona menerangkan bahwa saksi adalah pemeriksa saksi Kawan, Imam Mustofa, Zondi dan Aripin Rahman. Dikatakan bahwa saat proses pemeriksaan, saksi Zondi dan Aripin Rahman mengaku dalam keadaan sehat jasmani rohani. Mereka juga

28 Okt 2008

30 Okt 2008

mengaku di dampingi seseorang dari BIN yang bernama Darsono, Budiarto dan Arif; Bahwa dalam pemeriksaan saksi Zondi dan Aripin dilakukan visualisasi dengan menggunakan rekaman video audiovisual tanpa diketahui oleh kedua saksi; Bahwa saksi Kawan didampingi seorang pengacara. Tidak ada tekanan terhadap saksi Kawan. Setelah saksi Kawan membubuhkan paraf dan tanda tangan lalu mengatakan, mohon maaf saya masih punya anak dan istri. Semua saksi kenal Pollycarpus saat ditunjukkan fotonya oleh penyidik, namun tidak ingat di mana bertemunya. Keterangan saksi Pambudi Pamungkas menerangkan bahwa Saksi Pambudi adalah pemeriksa saksi Kawan, Imam Mustofa, Zondi dan Aripin Rahman. Dikatakan bahwa saat diperiksa, saksi Kawan, Imam Mustofa, Zondi dan Aripin Rahman mengaku dalam keadaan sehat jasmani rohani. Saksi Kawan didampingi oleh Ali, orang yang ditunjuk oleh kantor BIN. Saksi Zondi didampingi Darsono dan saksi Aripin Rahman didampingi oleh Budianto. Untuk saksi kawan tidak ada tekanan psikis. Saksi Zondi dalam BAP benar mengaku kenal dengan Pollycarpus pada saat berhadapan dengan Muchdi PR. Semua saksi kenal Pollycarpus saat ditunjukkan fotonya oleh penyidik. 06 Nov 2008 Persidangan XV dengan agenda Pemeriksaan Saksi Verbalisan Ni Nyoman Rasita dan Ahmad Juarsa. Sekaligus pembacaan BAP Budi Santoso dan Asad Said Ali. Keterangan saksi Ni Nyoman Rasita, pada pokoknya saksi menerangkan: a. Saksi adalah pemeriksa saksi Suradi pada tanggal 6 Februari 2006 dan Imam Mustafa. Saksi memeriksa bersama Memet S.Soewito, SE,MM. b. Saat diperiksa, Suradi mengaku dalam keadaan sehat jasmani rohani, dia didampingi oleh satu orang, setelah pemeriksaan, saksi suradi membenarkan seluruh keterangan di hadapan penyidik, memparaf setiap halaman berita acara pemeriksaan di hadapan penyidik dan menandatangani BAP terlebih dahulu. Keterangan saksi Ahmad Juarsa, pada pokoknya saksi menerangkan bahwa; a. Saksi adalah pemeriksa saksi Imam Mustafa pada tanggal 6 Maret 2006. Saksi memeriksa bersama dengan Memet S.Soewito, SE,MM. b. Saat diperiksa saksi Imam Mustafa didampingi satu orang yang mengaku dari BIN. Dan pada saat selesai proses pemeriksaan, saksi Imam Mustapa mengaku tidak ada unsur paksaan atau tekanan, lalu saksi Imam Mustafa memberikan paraf pada tiap halaman di hadapan penyidik. Pembacaan BAP saksi Budi Santoso. Pada pokoknya BAP Budi santoso menerangkan bahwa: a. Pembacaan BAP pertama dan kedua tertanggal 3 Oktober 2007, BAP tertanggal 27 Maret 2008, dan BAP tertanggal 7 Mei 2008. Secara umum BAP Budi Santoso menjelaskan hubungan

dekat Terdakwa dengan Pollycarpus bahwa Terdakwa pernah memberikan uang sejumlah 10 juta kepada Pollycarpus. Namun dalam tanggapannya, terdakwa membantah dan menolak keterangan Budi Santoso. b. Menurut terdakwa mengenai Dana sebesar Rp.10.000.000,- sampai dengan Rp.50.000.000,- tidak wajib dilaporkan kepada terdakwa. c. Terdakwa menjawab mungkin, pada pernyataan Budi Santoso yang mengatakan bahwa Pollycarpus adalah jejaring BIN di Garuda. Pembacaan BAP saksi Asad Said Ali. Pada pokoknya saksi menerangkan: d. Pembacaan BAP tertanggal 12 Maret 2008. Secara umum, Asad menjelaskan struktur keorganisasian BIN, surat keluar masuk BIN. Mengaku kenal dengan Indra Setiawan pada bulan November 2004. Mengaku tidak mengenal Pollycarpus. Berdasarkan temuan penyidik, kemungkinan Pollycarpus adalah anggota jejaring non-organik. e. Terdakwa menanggapi bahwa sebagian besar menerima isi keterangan Asad, namun tetap membantah mengenai perkenalan dengan Pollycarpus. 13 Nov 2008 Persidangan XVI dengan agenda Pemeriksaan Saksi ade charge Muchtar Zein (saksi fakta), Jasri Marin (saksi fakta), dan Indrianto Senoadji (saksi ahli). Keterangan saksi Muchtar Zein pada pokonya menerangkan bahwa: a. Kenal terdakwa pada waktu serah terima jabatan Danjen Kopassus pada 28 Maret 1998; b. Terdakwa meninggalkan Kopassus karena ada kekosongan jabatan Pangkostrad pada tanggal 25 Mei 1998. c. Setelah itu Terdakwa menjabat sebagai Wakil Irjend TNI AD; d. Mengaku bahwa terdakwa tidak pernah terlibat dalam kasus penculikan. Terdakwa juga tidak pernah dipanggil PUSPOM TNI ataupun diperiksa DKP; e. Pernah mendengar keberadaan Tim Mawar namun tidak tahu kapan pembentukannya; f. Saksi selalu mengelak jika ditanya tentang tim mawar; g. Berkelit menjawab pertanyaan Tim JPU hanya ingin menjawab pertanyaan mengenai pekerjaan Terdakwa semasa menjabat Danjen Kopassus tahun 1998; h. Saksi fakta ini tidak kredibel menjawab karena hampir pertanyaan mengaku lupa, sehingga semakin rinci pertanyaannya semakin lupa; Keterangan saksi Jasri Marin pada pokoknya menerangkan; a. Mengetahui keberadaan Tim Mawar sebagai lembaga ad.hoc di lingkungan Kopassus. b. Tim Mawar telah melampaui kewenangannya. c. Mengetahui bahwa terdakwa tidak pernah diperiksa oleh penyidik

ataupun oleh DKP. Hanya Prabowo yang diperiksa. Keterangan saksi Indrianto Senoadji pada pokoknya menerangkan bahwa a. Mengenai HAM internasional yang tidak berkaitan dengan dakwaan Terdakwa. b. Dakwaan Pasal 340 KUHP itu merupakan pertanggung jawaban Korporasi atau institusi bukanlah pada individu seseorang. Ahli Seno Adji tidak konsisten dalam mengutarakan pendapat dari pertanyaan JPU dan Majelis. 18 Nov 2008 Persidangan XVII dengan agenda Pemeriksaan terdakwa. Pada pokoknya terdakwa menerangkan bahwa: 1. Terdakwa menolak untuk menjelaskan tugas sebagai Deputi lima kepada majelis hakim, bahwa sesuai dengan asas hukum acara pidana pada pasal Pasal 175 KUHAP yang mengatakan bahwa Jika terdakwa tidak mau menjawab atau menolak untuk menjawab, pertanyaan yang diajukan kepadanya, hakim ketua sidang menganjurkan untuk menjawab dan setelah itu pemeriksaan dilanjutkan. Namun majelis tidak menanggapi Terdakwa untuk menjawab pertanyaan tersebut dengan tegas. Sehingga Terdakwa bebas tidak menjawab khusus pada pertanyaan tersebut. 2. Terdakwa mengaku handset handphone diberikan kepada Pengemudi dan Sekretaris sehingga tidak berada di genggaman dia sendiri (Terdakwa), dilain pemeriksaan staff TU (Zondi dan Aripin Rahman) mengatakan Terdakwa menjabat sebagai Deputi BIN tidak memiliki Sekretaris. 3. Terdakwa mengaku tidak mengetahui secara persis mengenai tamu khusus yang akan menghadap dia di ruang kantor apakah mencatat terlebih dahulu atau tidak, pernyataan itu kontradiktif dengan anjuran KABIN Hendro Priyono yang menghimbau kepada staff penerima tamu Instansi BIN agar seluruh tamu yang berkunjung ke kantor BIN (kecuali Presiden) hendak mengisi buku tamu sehingga tercatat dengan baik di institusi BIN. Presiden RI yang pernah berkunjung ke kantor BIN hanya Megawati sebanyak 2 (dua) kali dan mengisi buku tamu berikut tandatangan. 4. Terdakwa mengaku tidak mengenal munir hanya di pasca kematian dengan nada kesal dan membentak majelis. Terdakwa terpancing emosi ketika dikaitkan dengan Kematian Munir. 5. Terdakwa mengaku tidak pernah merekrut Agen Jejaring Non Organik meskipun telah diberikan wewenang untuk melakukan itu. 6. Majelis menolak JPU memperlihatkan print out dari Situs Resmi Departemen Ketahanan untuk diperlihatkan ke meja majelis, sekaligus JPU gagal mengkonstruksi pertanyaan yang menyinggung isi daripada print out tersebut. Tim PH dengan mudah menyerang bahwa print out tersebut adalah bukan alat bukti yang sah. 7. Bahwa pada sidang pemeriksaan saksi ahli Ruby Alamsyah menyatakan sesuai dengan data yang tercatat oleh TELKOMSEL menyatakan pada tanggal 07 September 2006 telah terjadi

komunikasi Anumber 0217407954 dengan Bnumber 08111900978 yang artinya ada komunikasi antara Muchdi PR (terdakwa) dengan Pollycarpus, namun dipemeriksaan Terdakwa dibantah hal tersebut dan mengaku sedang mengadakan perjalanan dinas menggunakaan paspor hijau (tanpa menggunakan paspor biru untuk dinas) 02 Des 2008 Persidangan XVIII dengan agenda Pembacaan Tuntutan oleh JPU. Bahwa draft tuntutan terhadap Muchdi Pr setebal 307 halaman. Pada pokoknya tuntutan JPU menerangkan bahwa: 1. Terdakwa Muchdi dituntut 15 Tahun Penjara dikurangi selama dalam tahanan sementara. 2. Dasar tuntutan JPU adalah PERTAMA: Pasal 55 Ayat (1) ke-2 KUHP jo.Pasal 340 KUHP, ATAU KEDUA:Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP jo.Pasal 340 KUHP. 3. Hal-hal yang memberatkan Muchdi Pr a. Perbuatan terdakwa merusak citra aparatur pemerintahan terutama TNI dan agen BIN b. Terdakwa tidak berterus terang mengakui pebuatannya c. Terdakwa kadang-kadang kurang sopan di persidangan 4. Hal-hal yang meringankan Muchdi Pr a. Terdakwa telah mengabdi dan berjasa kepada negara dan bangsa b. Terdakwa memperoleh beberapa bintang dan tanda jasa Persidangan XIX dengan agenda Pembacaan Pledooi oleh Tim Penasehat Hukum Terdakwa Muchdi Pr. Pada pokoknya Penasehat Hukum Terdakwa menerangkan; 1. JPU dalam surat tuntutan hanya menguraikan kata-kata dalam BAP, bukan kata-kata yang diperoleh dari hasil pembuktian di persidangan; 2. Berdasarkan teori desepsi bahwa pelaku kejahatan bukan yang sebagian orang mengira, tetapi justru yang sebagian banyak orang tidak mengira; 3. Keberatan PH Terdakwa Muchdi Tentang kelemahan pembacaan BAP Budi Santoso; Tentang kesalahan fatal dalam surat dakwaan dengan menyebut Muchdi sebagai tim mawar;. 4. Bahwa saksi Suciwati, Usman, Hendardi, Pungky adalah orang-orang awam yang tidak memiliki kualifikasi sebagai saksi yaitu mendengar, melihat atau mengalami sendiri. 5. Muatan surat tututan jaksa

11 Des 2008

hanya berupa kumpulan dari surat dakwaan, transkip sidang, undang-undang dan bukti surat, salinan putusan PK dan salinan beberapa teori hukum. 6. Berharap Majelis Hakim agar memutus bebas Muchdi Pr. 16 Des 2008 Persidangan XX dengan agenda Pembacaan Replik oleh JPU. Pada pokoknya Replik JPU menerangkan bahwa: 1. Hubungan komunikasi antara Terdakwa dengan saksi Pollycarpus bukanlah asumsi JPU namun hasil fakta persidangan 2. Pemanggilan saksi Budi Santoso sebanyak 14 kali tetapi dengan mudah Tim PH mendapatkan surat pencabutan BAP 3. Penyusunan Surat Dakwaan JPU didukung oleh Pasal 143 Ayat (1) huruf b KUHAP dan penyusunan tersebut diperolah dari alat bukti yaitu saksi Suciwati, saksi Hendardi, saksi Usman Hamid dan Saksi Poengky Indarti 4. Tentang pelaku penculikan aktivis oleh oknum kopassus yang dikenal dengan tim mawar, satu hal yang perlu digaris bawahi sesuai dengan logika dan alur peristiwa serta kronologi pengungkapan pelaku kasus pembunuhan Alm.Munir, SH diawali dari terror. Data yang diperoleh melalui internet yang menyebutkan bahwa Terdakwa dibebastugaskan sebagai Danjen Kopassus dapat diakses oleh publik yang menjadi milik publik melalui http://www.dephan.go.id sebagai situs resmi sehingga tidak perlu dibuktikan sebagaimana Pasal 184 Ayat (2) KUHAP 5. Menolak nota pembelaan atau Pledooi Penasehat hukum Terdakwa Persidangan XXI dengan agenda Pembacaan Duplik oleh Penashat Hukum Terdakwa. Pada pokoknya pleedoi menerangkan bahwa: 1. Replik (Tanggapan atas Pledooi) merupakan sanggahan yang asal-asalan tidak adanya argumentasi yang valid tidak lebih dari penyampaian copy paste dari surat tuntutan; 2. JPU telah melampaui batas kempetensi dengan mempertimbangkan keadilan bagi masyarakat internasional; 3. JPU telah mengabaikan fakta persidangan seperti tidak pernah ada rekaman suara antara Pollycarpus dan Terdakwa yang diperdengarkan di pengadilan; Persidangan XXII dengan agenda Pembacaan Putusan. Pada pokoknya Putusan hakim menerangkan bahwa: 1. Terdakwa Muchdi Pr diputus bebas; 2. Majelis Hakim lebih banyak menggunakan pertimbangan dari keterangan terdakwa daripada keterangan saksi, seperti; a. Surat rekomendasi Polly dari BIN yang dihasilkan dari cloning dibantah terdakwa bahwa letak tanda tangan surat

19 Des 2008

31 Des 2008

tersebut tidak sesuai dengan surat BIN. b. Keberadaan Terdakwa Muchdi Pr di Malaysia pada tanggal 6 September 2004 sampai dengan tanggal 12 September 2004 pada menurut call data record, Terdakwa Muchdi berada di Surabaya. 3. Para saksi yang diajukan JPU kurang bisa membuktikan Terdakwa Muchdi Pr sebagai pelaku pembunuhan; 4. Majelis Hakim membantah kepemiikan nomor Hp yang digunakan Pollycarpus dan Terdakwa yang sebenarnya telah diakui bahwa nomor Hp tersebut adalah nomornya; 5. Kesaksian Ucok dan beberpa terror bom tidak menunjukkan terdakwa sebagai pelaku pembunuhan. Kesaksian Suciwati, Usman, Hendardi dan Pungki tidak membuktikan terdakwa dendam kepada Munir Usai persidangan pembacaan putusan terdakwa Muchdi Pr dengan vonis bebas, Kasum dan sahabat Munir segera menggelar aksi di depan PN. Jakarta Selatan kemudian melanjutkan aksi di depan Istana Negara. 1 2009 Januari Mahkamah Agung mengabulkan kasasi jaksa penuntut umum dan membatalkan keputusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang memvonis bebas Rohainil Aini. Menurut majelis hakim agung, Rohainil telah membuat surat palsu penugasan Pollycarpus Budihari Priyanto. Karena itu, terdakwa divonis satu tahun penjara. Majelis hakim juga mengatakan, tanpa surat palsu yang dibuat Rohainil, Pollycarpus tidak akan bisa terbang ke Singapura bersama Munir. Tapi hakim berpendapat, terdakwa tidak ikut terlibat secara langsung dalam pembunuhan Munir seperti yang didakwakan jaksa. Terkait putusan bebas Muchdi Pr, Istri almarhum Munir, Suciwati Menilai Mejelis Hakim sengaja bersikap parsial dengan memilih fakta-fakta yang menjadi pertimbangan dalam mengambil keputusan. Putusan ini telah melukai rasa keadilan dan tidak sesuai dengan komitmen pemerintah dalam menegakkan hukum dan HAM, Suciwati menengarai, persidangan Muchdi sarat intervensi politik. Komite Solidaritas untuk Munir (Kasum) menilai pengadilan sudah masuk dalam konspirasi, karena ada beberapa pemilahan alat-alat bukti dalam sidang terdakwa pembunuhan Munir, Muchdi Pr, termasuk bukti rekaman telepon. Majelis hakim menyatakan komunikasi telepon antara Muchdi dan Pollycarpus masih satu hal yang patut diduga nomor handphonenya. Padahal dalam fakta persidangan, Muchdi dan Polly mengakui komunikasi tersebut dilakukan menggunakan nomor handphone Muchdi. Pengamat intelijen, Wawan H Purwanto, mengatakan keputusan majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan yang membebaskan terdakwa kasus pembunuhan aktivis HAM Munir, Muchdi Pr harus tetap dihormati. Sebab, keputusan itu merupakan hak prerogratif seorang hakim.Kita

kembalikan kepada proses hukum, maka segala keputusan hukum wajib kita taati. Misalnya, jaksa mengajukan banding atau kasasi, maka proses hukum harus dilalui, tidak ada masalah. Pemanggilan Kapolri dan Jaksa Agung oleh presiden tidak perlu untuk mempelajari keputusan tersebut. Walau begitu, presiden harus siap memberikan jawaban, sebab kasus ini menjadi perhatian dunia internasional. Anggota Kuasa Hukum Muchdi Wawan, mengatakan bagaimana semua pihak menghargai proses hukum dan semua warga negara harus mematuhinya. Dalam putusan tersebut, semua bukti, saksi dan dakwaan sudah dihadirkan. Sehingga inilah yang menjadi dasar hakim mengambil keputusan. Dan itu adalah hak prerogeratif hakim sesuai dengan fakta hukum, jelasnya. bila selama ini bukti yang diajukan jaksa penuntut umum tidak kuat, maka tinggal mengajukan banding. Komisioner KY Soekotjo Soeparto, pihak Komisi Yudisial (KY) akan bersikap proaktif terkait hasil persidangan kasus Munir yang membebaskan terdakwa Muchdi Pr. Apalagi kasus ini menjadi sorotan publik. Keputusan ini memang surprised. Tanggal 5 Januari akan dibahas, akan jadi bahan perbincangan. KY, ingin mengetahui dasar dan landasan proses keputusan tersebut. Walau keputusan itu sepenuhnya merupakan kewenangan majelis hakim. Kita ingin tahu lebih lengkap, seberapa jauh majelis hakim menjalankan tugasnya, apakah benarbenar menjunjung tinggi martabat hakim, Hakim yang Rabu kemarin membebaskan terdakwa Muchdi Pr adalah Suharto, Haswandi, dan Ahmad Yusak. Mereka adalah hakim di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Jaksa Agung Muda Pidana Umum (Jampidum) Abdul Hakim Ritonga Vonis bebas yang diberikan kepada mantan Danjen Kopasus Muchdi Pr bukanlah putusan bebas murni. Jaksa akan membuktikan dengan mengemukakan teori-teori kepada hakim sehingga kasasi bisa terlaksana. Prosedur yang berlaku berdasarkan pasal 244 KUHAP memang mengatakan apabila diputus bebas maka tidak dapat diajukan ke tingkat kasasi. Tetapi dalam prakteknya apabila Jaksa bisa membuktikan putusan bebas tersebut tidak murni maka bisa diajukan ke tingkat kasasi. 02 2009 Januari Ketua Komnas HAM, Ifdhal Kasim menilai bahwa putusan bebas terhadap Muchdi Pr dalam kasus pembunuhan Munir belum perlu dibawa ke tingkat internasional. Karena proses hukum masih terbuka yaitu adanya proses kasasi. Tetapi kalau sudah tidak ada jalan lain, barulah dilaporkan ke Dewan HAM PBB. Menurut Ifdhal, vonis bebas Muchdi Pr tersebut merupakan preseden buruk bagi penegakan HAM di Indonesia. Adanya saksi-saksi yang menarik keterangan pada saat persidangan kasus pembunuhan aktivis HAM Munir dengan terdakwa Deputy V BIN, Muchdi Pr ditenggarai adanya intervensi dari pihak Muchdi atau BIN, tapi

sangat sulit dibuktikan. Ifdhal mengatakan keputusan melakukan eksaminasi terlebih dahulu akan diusulkan pada rapat paripurna Komnas HAM. Dan hasil eksaminasi diharapkan bisa menjadi masukan bagi hakim kasasi di Mahkamah Agung. Dalam rangka memberikan kepastian hukum untuk penuntasan kasus Munir, Komnas HAM mendesak Kejagung untuk mengajukan kasasi. Kuasa hukum Muchdi, Mahendradatta curiga langkah-langkah yang dilakukan Suciwati dan KASUM berusaha mengulang kesuksesan mereka seperti saat putusan Pollycarpus. Polly yang sudah dibebaskan oleh PN dan MA justru dihukum oleh kembali oleh MA. Menurut Mahendradatta menduga langkah-langkah yang dilakukan Suciwati dan KASUM ini untuk menekan hakim agung. Kelak hakim akan merasa takut jika tidak mengikuti keinginan publik. Ini sama saja dengan intervensi pengadilan, hakim agung nanti jadi takut jika berbeda dari opini yang ada. Pihak Muchdi kemungkinan besar juga tidak akan menggugat Suciwati. Alasannya, tuntutan balik yang akan dilayangkan tersebut tidak ada gunanya. Kapolri Jenderal Polisi Bambang Hendarso Danuri menanggapi putusan bebas Mucdi Pr oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, dengan membiarkan proses hukum selanjutnya berjalan. 03 2009 Januari Di acara Kongkow Bareng Gus Dur, di Kedai Tempo, Usman Hamid menilai vonis bebas Muchdi PR sebagai kemunduran politik dan hukum karena keputusan hakim tidak mempertimbangkan proses peradilan yang telah berjalan sebelumnya. Mantan Presiden KH Abdurahman Wahid (Gus Dur) mengatakan saat ini mafia peradilan masih marak dalam sistem peradilan Indonesia. Salah satu contohnya adalah kasus bebasnya Muchdi PR, tersangka pembunuhan Munir. 04 2009 Januri Dalam siaran pers di Restoran Pulau Dua, Jl Gatot Subroto, pengacara Muchdi, Mahendradatta menyikapi pengajuan kasasi dalam perkara Muchdi Pr oleh Jaksa bahwa Jaksa dianggap ngeyel dan tidak profesional. Pengajuan kasasi dalam perkara Muchdi Pr itu melanggar pasal 244 KUHAP, kalau PK bolehlah karena masih ada dasar hukumnya. Januari KASUM (Suciwati, Usman Hamid dan Khoirul Anam) mendatangi Komisi Yudisial untuk mengadukan adanya dugaan pelanggaran code of conduct yang dilakukan majelis hakim yang menyidangkan perkara terdakwa Muchdi Pr. Sekretaris Komite Aksi Solidaritas untuk Munir (Kasum), Usman Hamid menanggapi kritik Fadli Zon bahwa pernyataan Fadli Zon merupakan cermin ketidakpahaman terhadap undang-undang (UU) dan mekanisme

05 2009

politik. Hukum harus mempertimbangkan dua aspek, kepastian hukum dan kebenaran hukum. Secara ilmiah kepastian hukum itu bersifat formal dan dapat dilampaui oleh kebenaran hukum yang bersifat materiil. Karena itulah hukum menyediakan upaya kasasi dan peninjauan kembali (PK). Tujuan hukumnya adalah agar tercapai keadilan hukum. Sedangkan perhatian internasional dalam kasus Munir wajar karena pembunuhan terjadi dalam penerbangan internasional. Usman justru curiga orang-orang yang ada di balik kasus Munir sengaja membunuhnya dalam penerbangan internasional agar memicu perhatian dunia. Tujuannya bila muncul tekanan asing itu mungkin mau dipolitisasi secara tidak bertanggung jawab di dalam negeri, termasuk mempolitisasi simbol suci Muhammadiyah untuk melindungi diri. Itu tidak fair karena tanpa dukungan warga Muhammadiyah. Anggota Komisi III Gayus Lumbuun menilai rencana Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memanggil Kapolri dan Jaksa Agung menyusul vonis bebas Muchdi Pr dinilai sebagai hal yang wajar. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membantah tudingan Gerindra soal kasus Munir. SBY menyatakan tidak pernah melakukan intervensi terkait proses hukum. Di Istana Negara, saat menyerahkan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA), Jaksa Agung Hendarman Supandji menyatakan bahwa dia merasa yakin akan adanya perbuatan yang dilakukan Muchdi PR. Dan pernyataan kasasi akan dilakukan 14 hari setelah putusan. 06 2009 Januari Di Kejaksaan, Jaksa Agung Muda Pidana Umum, Abdul Hakim Ritonga mengaku sudah menyiapkan memori kasasi. Ritonga menilai majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan membuat kekeliruan dalam memutus perkara Muchdi Purwoprandjono. Salah satunya, majelis tidak mempertimbangkan kedudukan terpidana Pollycarpus Budihari Priyanto sebagai jejaring Badan Intelijen Negara. Sebagai jejaring, dia hanya bisa digerakkan oleh Muchdi. Pengajar Ilmu Kepolisian UI Bambang Widodo Umar mengkritisi pencabutan BAP dan ketidakhadiran saksi dari BIN dalam persidangan kasus Munir dengan terdakwa Muchdi Pr. Para agen itu dinilai enggan mengungkap operasi intelijen. Untuk itu disarankan perlunya pengawas bagi intelijen. Mereka akan berusaha mempertahankan eksistensinya, karena kalau kasus ini terbongkar tidak menutup kemungkinan institusi ini bertanggungjawab. Jaringan Masyarakat Sipil Untuk Reformasi Sektor Keamanan Tentang : Vonis Bebas Muchdi Pr dalam kasus pembunuhan munir; impunitas masih terus berlanjut, Negara dirongrong pelaku pelanggaran HAM. 07 Januari Mantan Ketua Tim Pencari Fakta (TPF) kasus Munir, Marsudi Hanafi,

2009

mengatakan bahwa kalau polisi punya kemauan, kasus Munir akan mudah diungkap. Masalah ini sih kecil-kecil saja, tapi masalahnya ada will (kemauan) tidak, dari polisi, jaksa, dan hakim untuk menegakan keadilan. Dalam siaran persnya di Kontras, Sekum Gerakan Pemuda Al Irsyad, Mansyur Alkatiri menyatakan kejengkelannya, mengapa mantan Deputi V/ Penggalangan BIN itu bisa bebas dari dakwaan oleh majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Belasan aktivis Al Irsyad juga menyampaikan dukungannya kepada aktivis HAM yang mendukung kasus Munir (KASUM) untuk kembali memperjuangkan keadilan hingga tetes darah penghabisan. Mansyur Alkatiri mencurigai juga bahwa hakim di PN Jaksel yang menangani kasus Munir dalam keadaan diintimidasi oleh pihak tertentu. Keputusan itu melukai keadilan dan tak masuk akal. Apakah aparat hukum kita sekarang gampang diintimidasi atau bahkan disuap?.

8 2009

Januari Pengacara Muchdi Pr, mendatangi Kantor Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM). Kedatangannya ini untuk meminta Komnas HAM mengusulkan pada Kejaksaan Agung untuk membatalkan rencana kasasi atas vonis bebas kliennya. Kita minta Komnas HAM untuk mengusulkan agar Jaksa Agung tidak menindaklanjuti soal kasasi terhadap Muchdi. Dan itu melanggar UU KUHAP Pasal 255. Wakil Ketua Komnas HAM, Rida Saleh, mengatakan, permintaan kuasa hukum Muchdi tidak bisa ia putuskan sendiri. Namun harus diputuskan dalam sidang pleno Komnas HAM.

09 2009

Januari Muchdi Pr, melalui pengacaranya, Rusdianto, melaporkan Usman Hamid ke polisi atas pasal 310 jo pasal 314 KUHP tentang pencemaran nama baik ke SPK Polda Metro Jaya, Jl Gatot Subroto, Jakarta, Jumat, dengan nomor laporan LP/66/K/I/2009/SPK Unit I. Menurut keterangan sejumlah saksi yakni Titi dan Suryanto, selama masa persidangan, Usman pernah meneriaki Muchdi dengan ucapan Pembunuh! Pembunuh harus diadili! Ini didengar teman-teman lain. Ini tendensius. Januari Jaksa penuntut umum, Cirus Sinaga resmi mengajukan permohonan kasasi atas putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dalam perkara terdakwa Muchdi Pr, sekitar pukul 09.30 WIB di PN Jaksel. Januari Kuasa hukum Muchdi, Mahendradatta menegaskan, dengan diajukannya kasasi dalam perkara terdakwa Muchdi Pr, Kejagung telah melanggar pasal 244 KUHAP. Karena itu, Mahendradatta meminta kepada Ketua PN. Jaksel, Zahrul Rabain tidak mengirimkan berkas kasasi yang diajukan Jaksa penuntut umum untuk menjaga kepastian hukum, sebagaimana yang dilakukan PN Denpasar waktu menolak mengirim berkas PK kedua Amrozi Cs.

12 2009

13 2009

15 2009

Januari Ketua PN. Jaksel, Zahrul Rabain menyerahkan berkas kasasi dalam perkara putusan bebas Muchdi Pr ke MA. Rombongan Zahrul Rabain diterima Pansek Lilies Djuaningsih. Salah satu pengacara Muchdi Pr Mahendradatta mendatangi PN Jaksel, 15 Januari 2009. Mahendra meminta kepada Ketua PN Jaksel agar berkas pengajuan kasasi tidak dikirimkan ke MA.

16 2009

Januari Kasat Keamanan Negara (Kamneg) Polda Metro Jaya, AKBP Daniel Tifaona, Eks Deputi V BIN Muchdi Pr dimintai keterangan sebagai pelapor terkait dugaan kasus pencemaran nama baik yang dilakukan Koordinator Kontras Usman Hamid. Muchdi Pr memenuhi panggilan pemeriksaan polisi (Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya) pada pukul 14.30 WIB. Muchdi Pr, diperiksa sebagai saksi pelapor dalam kasus pencemaran nama baik yang dilakukan Koordinator Kontras, Usman Hamid. Tindak pencemaran nama baik yang dituduhkan Muchdi Pr pada Koordinator Kostras, Usman Hamid, tidak dilengkapi barang bukti, melainkan saksi. Menurut Rusdianto, yang dimaksud saksi adalah para pengunjung sidang pengadilan kasus Pembunuhan Munir di PN. Jaksel, seperti saksi Siti Saodah.

17 2009 23 2009

Januari Anggota KASUM dari LBH Jakarta Asfinawati, akan mengadukan tim pengacara mantan terdakwa kasus pembunuhan aktivis HAM Munir, Muchdi Pr, ke Perhimpunan Advokat Indonesia (Peradi). Januari Jaksa Penuntut Umum (JPU) kasus pembunuhan aktivis HAM Munir telah mengirim memori kasasi ke Mahkamah Agung (MA) melalu Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Untuk itu, Komite Solidaritas untuk Munir (Kasum) berharap MA menggelar sidang kasasi secara terbuka. Ini sesuai kewenangan MA dalam pasal 50 UU No 14 Tahun 1985. Di mana jika dipandang perlu, MA mendengar sendiri para pihak atau para saksi. Perserikatan Bangsa-Bangasa (PBB) tetap memantau kasus Munir. Dan pelapor khusus PBB Margaret Sekaggya pun menyampaikan rasa prihatinnya atas vonis bebas terhadap terdakwa pembunuh Munir, Muchdi Pr. JPU memasukkan memori kasasi ke Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan. Sedangkan Luthfie Hakim, kuasa hukum Muchdi berpendapat, pengajuan kasasi adalah lanjutan dari kesalahan prosedur jaksa. Saat ini, pihaknya bersikap menunggu sebelum menanggapi dengan kontramemori kasasi. Ia yakin, hakim pada tingkat mana pun akan memberi putusan bebas.

16 Februari Ketua Komnas HAM, Ifdhal Kasim Komisi Nasional Hak Asasi 2009 Manusia (Komnas HAM) membentuk majelis hakim eksaminasi publik terhadap putusan kasus pembunuhan Munir, dengan

terdakwa Muchdi Purwoprandjono. Komnas HAM, mengumumkan nama lima anggota majelis yang akan bekerja mulai pertengahan Februari 2009. Para hakim tersebut adalah: Soetandyo Wignjosoebroto, Mudzakir, Frans Hendra Winarta, Fajroel Falaakh, M. Rudi Rizki. 18 Februari Tim kuasa hukum mantan terdakwa kasus pembunuhan aktivis HAM 2009 Munir, Muchdi Pr, mengajukan kontra memori kasasi ke Mahkamah Agung (MA). Ini sebagai tanggapan atas kasasi yang dimohonkan oleh jaksa atas vonis bebas mantan Deputi V Badan Intelijen Nasional (BIN) itu. Kuasa hukum Muchdi yang terdiri dari Wirawan Adnan, Rusdianto Matulatuwa, dan Hery Suryadi menyerahkan memori kasasi tersebut melalui Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Mereka tiba di pengadilan tersebut sekitar pukul 10.15 WIB dan masuk ke ruang kepaniteraan pidana Ricar Soronda Nasution. Rektorat Universitas Indonesia (UI) membatalkan secara tiba-tiba konser 'Tribute to Munir' yang diselenggarakan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Radio RTC UI bekerjasama dengan KBR68 H dan KASUM pada tanggal 20 Februari 2009 karena ditengarai acara ini berbau politis. Suciwati diundang Kedubes AS untuk bertemu empat mata dengan Hillary Clinton pada acara makan malam di Gedung Museum Arsip. Pertemuan tersebut membicarakan tentang perkembangan penuntasan kasus Munir. 03 2009 Maret Majelis Kehormatan Dewan Pimpinan Nasional (DPN) Perhimpunan Advokat Indonesia (Peradi) Memvonis M Assegaf sanksi pemberhentian 3 bulan. M Assegaf dinyatakan bersalah melanggar pasal 7 huruf E dan pasal 4 huruf J, kode etik advokat Indonesia. Bahwa Assegaf dinilai telah memenuhi klasifikasi pelanggaran kode etik dengan cara membuat surat khusus kepada Kepala BIN yang disinyalir akan mempengaruhi proses persidangan dalam kasus Munir. Sedangkan Pengacara Terpidana Pollycarpus, M Assegaf, Menolak mentah-mentah putusan Perhimpunan Advokat Indonesia (Peradi) yang memberhentikan dia selama 3 bulan. Putusan itu terkait penulisan surat kepada Badan Intelijen Negara (BIN). "Saya abaikan dan saya tidak mau menghiraukan. Saya tetap berpraktek dan tidak ada masalah karena saya diangkat oleh Menkum HAM, bukan oleh Peradi. Saya juga punya kartu Ikadin (Ikatan Advokat Indonesia)." 06 2009 Maret Dalam siaran persnya bersama 14 kantor Lembaga Bantuan Hukum (LBH) antara lain LBH Banda Aceh, LBH Medan, LBH Padang, LBH Palembang, LBH Bandung, LBH Yogyakarta, dan LBH Surabaya, Patra menjelaskan bahwa orang-orang yang diindikasikan terlibat pembunuhan Munir melakukan kampanye untuk menghentikan pengusutan kasus Munir. Kemudian putusan bebas atas terdakwa Muchdi PR itu tidak hanya menjauhkan keadilan dari korban, tetapi juga mulai dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk merusak dan

menghentikan upaya pengungkapan serta penuntasan kasus Munir. Selain itu, kepolisian harus terus melakukan penyelidikan terhadap aktor-aktor lain yang terindikasi terlibat dalam pembunuhan berencana kasus Munir. Dan kepada MA agar memeriksa dan memutus kasus secara independen, tidak terpengaruh atas upaya intervensi dan menekan pengadilan. 17 April 2009 Dalam siaran pers di LBH Jakarta tentang hasil eksaminasi putusan bebas terdakwa Muchdi Pr, Majelis Hakim Eksaminasi yang terdiri dari Adnan Pasliadja, SH. (Mantan Jaksa, Widyaiswara pada Pusdiklat Kejaksaan Agung dan dosen Fakultas Hukum UMJ); Andre Ata Ujan, MA, Ph.D (Dosen Filsafat Hukum pada Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta); Dr. Marwan Mas, SH.MH. (Dosen Fakultas Hukum Universitas 45 Makassar); dan Zulkarnain, SH. MH. (Ketua Bagian Pidana pada Fakultas Hukum Universitas Widyagama Malang);, menilai majelis Hakim PN Jaksel yang menyidangkan perkara Muchdi Pr itu salah dalam menerapkan pembuktian. Ditambah lagi juga jaksa dinilai tidak maksimal dalam menyusun surat dakwaan. Tujuan eksaminasi ini untuk tujuan pendidikan hukum dan tidak bermaksud mengahkimi, ini sebagai masukan kepada publik, mudah-mudahan sejalan dengan putusan kasasi MA. Dan hasil eksaminasi ini akan direkomendasikan kepada Komisi Yudisial dan Kejaksaan Agung. Penghargaan Tri Sakti Award 2009 dalam kategori pejuang HAM kepada (alm) Munir Said Thalib, SH oleh Departemen Koordinator TPK 12 Mei 1998 & HAM KEPRESMA MM USAKTI. Komisi Yudisial memanggil majelis hakim yang menangani perkara Muchdi Pr, untuk dilakukan pemeriksaan, namun majelis hakim tersebut tidak hadir karena ada halangan. Pemeriksaan Majelis hakim yang menangani persidangan kasus pembunuhan aktivis HAM Munir, dengan mantan terdakwa Muchdi Pr yaitu Suharto, Ahmad Yusak dan Haswandi, diperiksa Komisi Yudisial (KY). Anggota KY yang melakukan pemeriksaan adalah Busyro Muqodas sekaligus yang memimpin pemeriksaan, Zaenal Arifin, dan Chatamarrasjid. Pemeriksaan ini dilakukan untuk meneliti apakah ketiga hakim itu cukup berdisiplin dalam menerapkan perundang-undangan khususnya hukum acara pidana. Mengenai putusan bebas terhadap Muchdi, itu urusan Mahkamah Agung (MA), Pemeriksaan ini digelar pada pukul 14.30 WIB - 17.00 WIB. Untuk hasil pemeriksaan ini masih dirahasiakan, karena akan diplenokan terlebih dahulu. Launching Komunitas Sahabat Munir Tangerang dan Taman Bacaan Munir di Kotabumi Tangerang. Penghargaan Peradah Indonesia, kategori bidang demokrasi, kepada (alm) Munir Said Thalib, SH oleh Dewan Pimpinan Nasional Perhimpunan Pemuda Hindu (DPN Peradah) Indonesia.

08 Mei 2009

22 Mei 2009

05 Juni 2009

14 Juni 2009

15 Juni 2009

Majelis Hakim Kasasi dalam perkara termohon Muchdi Pr yang terdiri dari Prof. Dr. H. M. Hakim Nyak Pha, SH. DEA, Prof. Dr. Valerine J.L.K,SH. MA, dan Prof. Dr. H. Muchsin, SH memutus perkara Muchdi Pr dengan putusan tidak dapat diterima atau Niet ont van kelijk ver klaard (NO), dengan alasan bahwa kasasi yang diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum tidak bisa membuktikan putusan bebas Muchdi Pr itu sebagai putusan tidak bebas murni. Petikan putusan kasasi dengan nomor register 423 K/PID/2009 ini dapat diakses di http://sms.mahkamahagung.go.id/perkara/perkara_detail.php? id=35505. Konser Tribute to Munir di Mall Margonda City. KASUM bekerjasama dengan Universitas Indonesia. KASUM dan Sahabat Munir menggelar aksi untuk merespon Putusan Kasasi Muchdi Pr di Mahkamah Agung karena MA melanggar hak korban untuk mendapatkan informasi, dalam hal ini adalah informasi tentang putusan kasasi dalam perkara Muchdi Pr., kemudian Sahabat Munir bergabung dengan aksi Kamisan dan aksi mengelilingi Istana Negara. Sahabat Munir mengirimkan surat permohonan audiensi kepada Kejaksaan Agung untuk membahas tentang upaya PK dalam perkara Muchdi Pr. Mengikuti Aksi Kamisan di depan Istana Negara.

26 Juni 2009 16 Juli 2009

23 Juli 2009

30 Juli 2009

04 Agustus Aksi Merespon Putusan Kasasi Muchdi Pr ke Istana, Mabes Polri dan 2009 Kejaksaan Agung. 3 September Usman Hamid mendapat surat panggilan dengan nomor polisi 2009 S.Pgl/16993/IX/2009/Dit Reskrimum dengan dasar laporan polisi LP/66/K/I/2009/SPK Unit I tanggal 09 Januari 2009. Surat dilayangkan kepada Kantor Kontras dengan ditandatangani oleh Daniel Tifaona. Dalam surat tersebut tertulis tanggal 9 September 2009 Jam 10.00 WIB Usman Hamid memenuhi panggilan dan diberi kesempatan untuk membawa dokumen yang berkaitan dengan perkara. 3-5 September 09 Munir Merial Lecture (MML) 3 di Universitas Gajah Mada Yogyakarta.

7 September Aksi Peringatan 5 Tahun Kematian Munir dengan tuntutan; Mendesak 09 Presiden agar memberikan dukungan politik terhadap penuntasan kasus Munir. Mendesak Kejaksaan Agung agar segera mengajukan PK dalam perkara Muchdi Pr. Dan mendesak kepolisian agar segera membentuk Tim Kasus Munir.

17 September Konferensi Pers Perkembangan Kasus Munir Jaksa Agung Tidak Serius 09 Melakukan Peninjauan Kembali, yang dihadiri oleh Asmara Nababan, Usman Hamid, Anam, Nurkholis Hidayat, Rusdi Marpaung. KASUM melihat bahwa Kejagung sangat lambat merespon kasus Munir, hal tersebut tercermin dalam : 1. Sampai saat ini belum ada tindakan konkret dari kejaksaan untuk mengajukan PK. Padahal PK dapat diajukan berdasarkan putusan PN Jakarta selatan yang membebaskan muchdi. Sehingga tanpa harus menunggu putusan lengkap MA yang telah menyatakan NO atas kasasi jaksa, kejaksaan dapat mengajukan PK. 2. Alasan yang digunakan oleh jaksa dalam pengajuan PK akan didasarkan pada Kekhilafan hakim. Hal ini dikonfirmasikan kepada KASUM dan public pada berbagai kesempatan, khususnya pada tanggal 7 September 2009 silam oleh Kapuspen Kejaksaan agung , Djasman Panjaitan di Kejaksaan Agung. 01 Oktober Aksi merespon pelantikan DPR RI 2009-2014 bersama korban 2009 pelanggaran HAM. Kunjungan ke korban kebakaran di Penjaringan Jakarta Utara dan Aksi Kamisan. 02-05 Okt Kunjungan ke warga Rumpin dan Komunitas Sahabat Munir Tangerang 2009 05 Okt 2009 Kasum mengajukan surat permohonan draft putusan Kasasi dalam perkara Muchdi Pr kepada Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. 09 Oktober Usman Hamid datang ke kantor Polisi untuk melakukan pemeriksaan 2009 secara tertutup [sebagai tersangka] dengan didampingi oleh M.Choirul Anam, Indra, Edwin, dan Abusaid Pelu. 20 Oktober Diskusi dan pemutaran Film Munir di Universitas Islam Negeri Syarif 2009 Hidayatullah Jakarta 23 Oktober Setelah Sutanto menjabat sebagai KaBIN, dia mengatakan akan 2009 tetap membantu Polri dan Kejagung untuk mengusut Kasus Munir selama dibutuhkan. 05 November Dalam aksi kamisan yang ke-133, Suciwati mendesak Presiden agar 09 mengganti Jaksa Agung dan Kapolri dengan mekanisme yang akuntabel untuk melawan mafia peradilan. Terkait rekaman pembicaraan aparat penegak hukum yang diperdengarkan di MK, Suciwati menilai bahwa kasus tersebut telah menunjukan perilaku korup perwira tinggi Polri dan di Kejaksaan. Harus diusut tuntas. 11 November Dalam Aksi CICAK di Bundaran HI, Usman menyampaikan orasi dengan 09 mengajak peserta aksi untuk berani menjadi Munir yang berusaha membersihkan negara ini dari salah satu masalah seperti korupsi.

18 November Kasum mendapatkan putusan kasasi dalam perkara Muchdi Pr 09 dari Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. 24 November Choirul Anam, Sekretaris Eksekutif KASUM, (Dalam siaran Pers di 09 Imparsial), Mendesak Kejaksaan melakukan peninjauan kembali terdakwa Muchdi Pr. KASUM pun meminta agar ada pengajuan bukti dan kondisi baru (novum) untuk menyelesaikan kasus ini. Pengajuan PK Muchdi yang lambat bisa memberi ketidakpastian keadilan bagi kasus pembunuhan aktivis HAM, Munir. Sedangkan Suciwati, Istri almarhum Munir, Meminta agar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memegang komitmennya memberantas mafia peradilan dengan menyelesaikan kasus Munir ini. Karena kasus ini merupakan awal pengungkapan dari kasus-kasus yang dalangnya adalah para mafia peradilan yang telah menguasai para penegak hukum di negara kita. 8 Desember Peringatan Kelahiran Munir oleh Sahabat Munir dengan menggelar aksi 2009 ke Kejaksaan Agung dan Istana Negara. Sahabat Munir menuntut kepada Kejaksaan untuk segera mengajukan PK. Sudah tidak ada alasan bagi Jaksa untuk menunda PK dalam perkara Muchdi Pr, karena draft putusan kasasi perkara Muchdi Pr sudah diterima. Diskusi Publik dalam rangka peringatan hari HAM di Halaman Gedung KPK oleh Koalisi Peringatan (KOPER) Hari HAM dengan tema Negara Harus Bertanggungjawab terhadap Perlindungan Para Pembela HAM. 9 Desember Pembagian doorprize kits kampanye Munir dalam acara Panggung HAM 2009 dalam rangka peringatan hari HAM di Halaman Kantor LBH Jakarta oleh Koalisi Peringatan (KOPER) Hari HAM dengan tema Semua Bisa Menjadi Pembela HAM. 10 Desember Aksi dalam rangka peringatan hari HAM di Istana Negara oleh Koalisi 09 Peringatan (KOPER) Hari HAM dengan tema Negara Harus Bertanggungjawab terhadap Perlindungan Para Pembela HAM. Kemudian dilanjutka dengan renungan malam di Bundaran HI. 21 Desember Diskusi perkembangan kasus Munir bersama Jaringan Sahabat Munir di 09 KontraS. 22 Desember Peringatan Hari HAM dan pemutaran film Munir dengan tema Tribute 09 To Munir di Kampus Politeknik Negeri Jakarta oleh UKM Logika Kelompok Studi Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta. 30 Desember Siaran Pers KASUM dan Sahabat Munir tentang 1 Tahun Vonis Bebas 09 Muchdi Pr. Diskusi dan Pemutaran Film Munir di Budi Dharma Cilincing Jakarta Utara.

Anda mungkin juga menyukai