Anda di halaman 1dari 100

PROFIL TOKOH HARINI DALAM CERBUNG MBURU ABURE KUPU KUNING KARYA : SUWARDI ENDRASWARA (Suatu Tinjauan Kritik

Sastra Feminis)

Skripsi Disusun untuk Melengkapi Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Oleh: Landung Asri Saputra C0104016

JURUSAN SASTRA DAERAH FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009

PROFIL TOKOH HARINI DALAM CERBUNG MBURU ABURE KUPU KUNING KARYA : SUWARDI ENDRASWARA (Suatu Tinjauan Kritik Sastra Feminis)

Disusun oleh : Landung Asri Saputra C0104016 Telah disetujui oleh pembimbing

Pembimbing I

Drs. Christiana Dwi Wardhana, M. Hum. NIP. 130 935 347

Pembimbing II

Dra. Sundari, M. Hum. NIP. 130 935 348

Mengetahui Ketua Jurusan Sastra Daerah

Drs. Imam Sutarjo, M. Hum. NIP. 131 695 222

ii

PROFIL TOKOH HARINI DALAM CERBUNG MBURU ABURE KUPU KUNING KARYA : SUWARDI ENDRASWARA (Suatu Tinjauan kritik Sastra Feminis)

Disusun oleh : Landung Asri. Saputra C0104016

Telah disetujui oleh Tim Penguji Skripsi Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret pada tanggal 6 Juli 2009

Jabatan Ketua

Nama Drs. Imam Sutarjo, M Hum NIP. 131 695 222 Drs. A. Indratmo M. Hum NIP. 131 792 935 Drs. Christiana D. W, M. Hum. NIP. 130 935 347 Dra. Sundari, M. Hum. NIP. 130 935 348

Tanda Tangan ..................

Sekretaris

..................

Penguji I

.......

Penguji II

.......

Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Drs. Sudarno, M.A NIP. 131 472 202

iii

PERNYATAAN
Nama : Landung Asri Saputra NIM : C0104016

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa, skripsi berjudul Profil Tokoh

Harini dalam Cerbung Mburu Abure Kupu Kuning Karya Suwardi Endraswara (Suatu Tinjauan Kritik Sastra Feminis) adalah betulbetul karya sendiri, dan bukan plagiat, dan tidak dibuatkan orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam skripsi ini diberi tanda atau kutipan dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut.

Surakarta, 6 Juli 2009 Yang membuat pernyataan

Landung Asri. Saputra

iv

MOTTO

Yang penting bukan berapa kali aku gagal, tapi yang penting berapa kali aku bangkit dari kegagalan (Abraham lincoln)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk: 1. Bapak, Ibu tercinta 2. Almamaterku

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, karena berkat petunjuk dan kemudahan dari-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Profil Tokoh Harini dalam Cerbung Mburu Abure Kupu Kuning Karya Suwardi Endraswara (Suatu Tinjauan Kritik Sastra Feminis). Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Jurusan Sastra Daerah, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari dorongan, bantuan dan bimbingan dari banyak pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesarbesarnya kepada : 1. Drs Sudarno, M.A. selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret Surakarta beserta staf yang telah mengijinkan dalam penyusunan skripsi ini. 2. Drs. Imam Sutarjo, M. Hum. selaku Ketua Jurusan Fakultas Sastra dan Seni Rupa, sekaligus Pembimbing Akademik penulis. 3. Dra. Dyah Padmaningsih, M. Hum. selaku Sekretaris Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

vii

4. Drs. Christiana Dwi Wardhana, M. Hum. selaku Pembimbing I yang telah memberi bimbingan dengan tulus dan dorongan sebagai sumber inspirasi untuk penulisan skripsi ini. 5. Dra. Sundari, M. Hum., selaku Koordinator Bidang Sastra, sekaligus Pembimbing II yang banyak memberi nasehat dan dorongan untuk menyelesaikan skripsi ini. 6. Seluruh Dosen-dosen Jurusan Sastra Daerah yang telah memberikan ilmunya sebagai bekal untuk penulis semoga bermanfaat khususnya penulis sendiri dan bagi masyarakat umumnya. 7. Kepala dan staf Perpustakaan Pusat dan Fakultas Sastra Dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan pelayanan-pelayanan dan referensi yang bermanfaat kepada penulis sehingga membantu kelancaran dalam penulisan skripsi ini. 8. Kakak-kakak dan adikku, Yusi, Awang, Indah, keceriaan, kesedihan dan dorongan moril semua Saudaraku yang telah memberikan motivasi kepada penulis. 9. Keluarga besar Bapak Suwardi Endraswara yang telah memperlakukan penulis layaknya anak sendiri, terima kasih atas kebaikan yang telah diberikan pada saat penelitian dilaksanakan. 10. Keluarga Besar Bapak Suryanto, yang telah banyak mendukung atas pembuatan skripsi ini, terima kasih atas suport dan doa-doanya. 11. Sahabat-sahabatku yang selalu ceria: Danis, Licka, lilies, Renggo, Ragil dan Eko,serta Jurusan Sastra Daerah angkatan 2004.

viii

12. Teman seperjuangan Priyo, Galih, Wira, Redes, Bambang, dan anak-anak kost Gedung Putih. Terima kasih atas semua bantuan, dukungan dan doanya. 13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan dan dorongannya selama menjalankan penulisan skripsi ini. Semoga kebaikan dan ketulusan hati semua pihak yang telah diberikan kepada penulis mendapat pahala dan balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, segala kritik dan saran yang bersifat membangun terbuka bagi penulis. Semoga hasil penulisan skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Surakarta, 6 Juli 2009

Landung Asri Saputra

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................... HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ HALAMAN PERNYATAAN ...................................................................... HALAMAN MOTTO .................................................................................... HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... KATA PENGANTAR ................................................................................... DAFTAR ISI ................................................................................................. DAFTAR SINGKATAN............................................................................... ABSTRAK ..................................................................................................... BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................ B. Perumusan Masalah .................................................................... C. Tujuan Penelitan.......................................................................... D. Manfaat Penelitian ...................................................................... E. Sistematika Penulisan................................................................... BAB II LANDASAN TEORI A. Pendekatan Stuktural................................................................... 1. Tema 2. Alur ........................................................................................ 3. Penokohan..............................................................................

i ii iii iv v vi vii x xiii xiv

1 8 8 9 10

10 13 14 15

4. Latar ....................................................................................... 5. Amanat ................................................................................... B. Pendekatan Kritik Sastra Feminis ............................................... BAB III METODE PENELITIAN A. Bentuk Penelitian ........................................................................ B. Sumber Data dan Data ................................................................ C. Teknik Pengumpulan Data.......................................................... D. Teknik Analisis Data................................................................... BAB IV PEMBAHASAN A. Tinjauan Pengarang..................................................................... 1. Riwayat Hidup pengarang ...................................................... 2. Latar Belakang Sosial Budaya ............................................... 3. Proses Kreatif Suwardi Endraswara 4. Hasil karya Pengarang. B. Analisis Struktural....................................................................... 1. Tema....................................................................................... 2. Plot/alur .................................................................................. 3. Penokohan

16 17 17

23 24 25 26

28 28 29 30 32 36 36 40 46

4. Latar/setting.. 57 5. Amanat.. 67 C. Profil Tokoh-tokoh Wanita Dalam Cerbung Mburu Abure Kupu Kuning dalam Prespetif feminis.............. 1. Tokoh Wanita ......................................................................... a. Harini 71 72 73

xi

b. Bu Tanjung.. c. Sumini.. D. Makna dan Relevansi dalam Konteks Perjuangan Gender ......... 1. Lingkungan Keluarga ............................................................. 2. Lingkungan Masyarakat ......................................................... 3. Lingkungan Pendidikan ......................................................... E. Sikap Budaya Pengarang dalam Sosok Wanita .......................... BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................. B. Saran............................................................................................ DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... LAMPIRAN ..................................................................................................

80 82 85 87 88 89 90

95 97 99 101

xii

DAFTAR SINGKATAN

AKP BOPKRI CERBUNG CERPEN FBS IKIP LSM PKU R.A SD SLTP SPG TPA UGM UNY VCD

: Angkatan Komando Polisi :Badan Oesaha Pendidikan Kristen Republik Indonesia : Cerita Bersambung : Cerita Pendek : Fakultas Bahasa dan Sastra : Institut Keguruan Ilmu Pendidikan : Lembaga Swadaya Masyarakat : Poliklinik Umum : Raden Ajeng : Sekolah Dasar : Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama : Sekolah Pendidikan Guru : Tempat Penitipan Anak : Universitas Gajah Mada : Universitas Negeri Yogyakarta : Video Compect Disc

xiii

ABSTRAK

Landung A. Saputra C0104016. Profil Harini dalam Cerbung Mburu Abure Kupu Kuning Karya Suwardi Endraswara (Suatu Tinjauan Kritik Sastra Feminis). Skripsi: Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta. Permasalahan yag di bahas dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah Struktural dalam Cerbung Mburu Abure Kupu Kuning? (2) Bagaimanakah Profil Tokoh-tokoh wanita berdasarkan prespektif feminis? (3) Bagaimanakah makna dan Relevansi cerbung Mburu Abure Kupu Kuning dalm kesetaraan Gender? (4) Bagaimanakah Sikap Budaya Pengarang dalam memandang sosok wanita?. Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan struktur dalam Mburu Abure Kupu Kuning (2) Mengetahui profil tokoh-tokoh wanita berdasarkan prespektif feminis (3) Mengetahui makna dan Relevansi dalam Mburu Abure Kupu Kuning dalam perjuangan gender (4) Mengetahui Sikap Budaya pengarang dalam Memandang sosok Wanita?. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Penelitian Sastra dengan bentuk penelitian deskriptif kualitatif, sumber data tulis sebagai data primer yaitu Cerbung Mburu Abure Kupu Kuning karya Suwardi Endraswara. Sumber data lisan sebagai data sekunder berasal dari informan yaitu pengarang. Data yang digunakan dibagi menjadi dua yakni data primer adalah rangkaian Cerita cerbung yang meliputi unsur-unsur intrinsik yang meliputi tema, amanat, setting alur, penokohan, sedangkan data sekunder diperoleh dari hasil wawancara dengan pengarang Cerbung Mburu Abure Kupu Kuning karya Suwardi Endraswara, buku-buku data-data yang diperoleh dari internet yang dapat memberikan informasi yang relevan dengan pokok bahasan dalm penelitian ini, termasuk juga rekaman, dokumentasi berupa foto-foto dan beografi pengarang. Manfaat penelitian ini berupa manfaat teoritis yaitu dapat memperkaya wawasan kajian dalam kritik sastra feminis dan manfaat praktis yakni mendapatkan gambaran yang jelas tantang peran dan perilaku sosial perempuan dalam masyarakat. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik analisis stuktur, teknik wawancara dan teknik kepustakaan, analisis data menggunakan teknik analisis stuktural dan menggunakan pendekatan kritik sastra feminis. Untuk mendapatkan hasil yang aktual digunakan teknik analisis interaksi dengan redukdi data, sajian data dan simpulan serta verifikasinya. Dari analisis ini dapat disimpulkan beberapa hal (1) kisah Cerbung Mburu Abure Kupu Kuning memiliki tema kekeluargaan, amanatnya ialah agar pembaca tidak mudah percaya perkataan orang lain, karena yang akan rugi diri xiv

kita sendiri dan jangan lah pernah putus asa.alur yang digunakan adalah alur maju kadang disertai flesback. Penokohan dapat menunjang alur cerita, watak tokohtokohnya dijelaskan pengarang dengan bagus. Setting yang digunakan di Kota Yogyakarta khususnya Daerah Sleman. Jalinan struktural bahwa tema merupakan dasar permasalahan. Amanat adalah pemecahannya. Keterkaitan alur dan setting adalah perwujudan dari watak tokoh. Pengembangan konflik menjadi harapan suatu cerita sehingga membentuk suasana dengan pokok permasalahan.(2) Profil tokoh Wanita yang ada di dalam cerita Mburu Abure Kupu Kuning mempunyai gambaran dan perilaku yang beraneka ragam bentuknya, disamping itu juga bisa dijadikan pedoman atau dicontoh mana yang baik dan mana yang buruknya, demi kehidupan dan masa depan. (3) Relevansi dan makna dalam Cerbung Mburu Abure Kupu Kuning adalah supaya para wanita haruslah tahu bahwa wanita tidaklah lemah dihadapan para laki-laki, meskipun bentuk fisik berbeda tetapi kita semua mempunyai hak yang sama yaitu untuk hidup dam berdampingan tidak ada perbedaan. (4) Sikap para budaya tentang wanita sangatlah menghargai dan menghormati terhadap wanita atas jerih payahnya seorang wanita khususnya para wanita yang sudah berumah tangga tiap hari mengasuh anak dan tiap hari melayani suami, itu merupakan perwujudan pengorbanan yang sangat besar bagi wanita terhadap kaum laki-laki.

xv

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Perkembangan sastra Jawa dari tahun ke tahun semakin kaya bentuknya. Dimulai dari sastra Jawa klasik yang berbentuk tembang macapat ke arah bentuk gancaran, dari geguritan sampai pada novel dan cerpen. Perkembangan ini secara mendasar dituntun oleh kebutuhan yang ada dalam masyarakat baik dari bentuk ekspresi maupun resepsinya. Sejauh ini ekspresi dan resepsi sastra Jawa berkembang pada komunitaskomunitas seperti sanggar, paguyuban, atau kelompok akademis sebagai media pembelajaran dan kajian. Sastra Jawa seperti sastra etnik lainnya dalam wacana komunikasi global dibenturkan pada satu pilihan harus berkutat pada wacana lokal. Hal ini menjadikan wacana sastra Jawa menjadi terpuruk dengan permasalahan kultur lokal dan terkikis habis atau bahkan segera terlibas xvi oleh kapitalis. Dalam konteks

pengungkapan

maupun

resepsi

sastra

Jawa

menjadi bentuk estitika, itu merupakan gambaran yang merefleksikan dinamika kultur masyarakat Jawa. Sebagian dari tutunan ideologi sastra Jawa bagi masyarakat pendukungnya, diharapkan dapat berkembang dan dipertahankan sebagai penuturan kultural yang bertautan dengan nilai adi luhung. Pada tahun 1960-1970an banyak

bermunculan novel-novel Bahasa Jawa. Hampir tiap penerbit di kota-kota besar di Jawa seakan berlomba-lomba membukukan karya-karya

Bahasa Jawa yang sebagian bentuk novel, novelet, antologi, cerita pendek, dan roman. Namun pada saat itu timbul satu anggapan bahwa novel-novel Bahasa Jawa dipandang sebagai karya sastra yang remeh, kurang bermutu, dan cengeng, sehingga sulit dikategorikan sebagai karya sastra. Dari anggapan itu pula pada saat menjamurnya novelnovel Bahasa Jawa muncul istilah panglipur wuyung (pelipur lara), roman picisan, dan lain-lain yang bernada ejekan terhadap karya-karya. Novel Bahasa Jawa tersebut (Poer Adhie Prawoto 1991:73). Tetapi dewasa ini perkembangan karya

xvii

sastra

khususnya

sastra

Jawa

yang

telah

menciptakan sebuah karya sastra yang berupa cerkak, cerbung, ataupun novel. Hasil karyakaryanya tersebut sudah banyak dimuat di berbagai media cetak, seperti majalah-majalah berbahasa Jawa. Sebab ternyata dari majalahmajalah Jawalah sebenarnya terbukti menjadi cermin perkembangan Sastra Jawa sampai

sekarang ini. Cerbung Mburu Abure Kupu Kuning karya Suwardi Endraswara merupakan bentuk bentuk dari sastra Jawa modern. Dilihat dari judulnya Mburu Abure Kupu Kuning dapat diartikan dari Mburu Abure Kupu Kuning itu berdasarkan pada penggalan kata. Mburu yang mempunyai arti mengejar, Abure yang berarti terbang, Kupu yang berarti sesuatu yang cantik, sesuatu yang indah, dan Kuning mempunyai warna keemasan karena emas itu benda di mana emas itu sangatlah berharga. Arti tersebut dapat diartikan dan disatukan menjadi Mencari sesuatu keindahan yang sangat berharga tetapi untuk mendapatkannya memerlukan pengorbanan,

xviii

pikiran, dan memerlukan tenaga untuk bisa mendapatnya apa yang diinginkan. Penulis menanyakan langsung pada pengarang bahwa cerita bersambung tersebut mempunyai filosofi yang sama dengan cerita Andhe-andhe Lumut, dimana dalam cerita rakyat itu menceritakan tentang seorang laki-laki yang mencari seorang pendamping hidup dan akhirnya dia menjatuhkan pilihan kepada klenting kuning seorang gadis desa yang lemah lembut, cantik rupa dan hatinya. Kaitan antara cerita Andhe-andhe Lumut dan cerbung Mburu Abure Kupu Kuning ini kaitannya adalah kupu kuning dari judul tersebut berprofilkan dengan tokoh seorang wanita, di mana digambarkan bahwa wanita tersebut sangat cantik, indah tetapi diperlukan daya dan pikiran serta pengorbanan untuk bisa mendapatkannya. Cerita Cerbung Mburu Abure Kupu Kuning merupakan cerita yang berkaitan dengan seorang wanita, dilihat wanita dalam cerita tersebut memuat ajaran tentang perjuangan wanita yang memperjuangkan dirinya dari berbagai permasalahan yang dihadapinya, agar bisa

xix

menentukan jati dirinya untuk bisa menemukan Ibu kandungnya. Cerbung Mburu Abure Kupu Kuning seorang wanita juga manusia biasa dapat dirasakan bagaimana seorang gadis mencari Ibunya sendirian. Akan tetapi manusia tidak sendirian. Untuk bisa menemukan ibunya wanita itu mendapat pertolongan dari keluarga Tanjung. Awal mulanya sosok keluarga pak tanjung mencari ikan sebagai syarat agar bisa

mendapatkan seorang cucu dari anak keluarga Tanjung, tanpa disengaja keluarga Tanjung

menemukan sosok seorang wanita yang tenggelam di sungai, lalu ditolonglah wanita itu. Wanita itu lalu dibawa ke rumah Pak Tanjung diobatilah wanita tersebut di rumahnya, tanpa ada rasa ragu lagi ditanyai oleh Bu Tanjung, wanita itu bernama Harini. Lalu Harini mengaku ingin mencari Ibunya. Akhirnya keluarga Tanjung membantunya untuk dapat menemukan ibunya. Pada waktu bertemu dengan Ibunya, ibunya sudah sekarat di rumah sakit dan akhirnya Ibunya meninggal dunia. Permasalahan yang dihadapi seorang wanita dalam cerita Mburu Abure Kupu Kuning

xx

tidak akan habis dimakan jaman, dan sampai sekarang ini masih ada. Cerita bersambung tersebut terdapat permasalahan sosial yang dapat dijadikan ajaran moral. Nilai moral kerap kali mendapat perhatian khusus, sehingga dengan membaca karya-karya sastra itu para pembaca tidak semakin merosot melainkan selalu

dipertinggi kebudayaannya. Karya sastra, fiksi, senantiasa menawarkan pesan moral yang

berhubungan dengan sifat-sifat luhur manusia, memperjuangkan hak dan martabat manusia. Sifat-sifat luhur kemanusian pada hakikatnya bersifat universal. Artinya sifat-sifat itu dimiliki dan diyakini kebenarannya oleh manusia sejagad (Nurgiyantoro, 2005: 321-322 ). Dalam Cerbung Mburu Aburu Kupu Kuning karya Suwardi Endraswara, ada pesan moral pembaca disuruh menyimpulkan sendiri pesan moral yang terkandung. Pesan moral merupakan pandangan tentang baik-buruknya perilaku manusia. Dalam karya sastra biasanya terdapat perilaku tokoh yang bermoral dan perilaku amoral. Perilaku tokoh yang bermoral

xxi

dalam cerbung ini misalnya ditunjukan tokoh Harini. Saat memperjuangkan haknya untuk dapat bertemu Ibunya, dia tidak putus asa menjalani permasalahan yang dihadapinya, selama ia

melakukan pencarian sampai menemukan ibunya, menyelesaikan persoalan dengan tanggung jawab. Perilaku amoral misalnya saja ditunjukkan oleh Ir Harinto, dia tidak tahu malu, mengejar egonya sendiri untuk bisa berbuat tidak senonoh terhadap Harini. Dia ingin memperkosa Harini, selain itu dia juga memproduksi kaset VCD porno dalam kantornya. Setiap hati seorang wanita mempunyai hasrat untuk hidup berdampingan di dalam masyarakat, keluarga dan ingin hidup

berdampingan dengan orang yang berbeda jenis juga dan hidup menjalin persaudaraan. Wanita tidak ada bedanya dengan para laki-laki, karena wanita juga mempunyai daya intelektual dalam segala hal. Wanita mempunyai jiwa yang ulet, trampil dan lebih cekatan dari pada laki-laki. Kondisi kehidupan wanita saat ini lebih

xxii

mempunyai hasrat untuk maju, wanita lebih ingin dianggap sama posisinya dengan para laki-laki. Dalam citra seorang wanita itu bisa dikatakan lebih indah bila dibandingkan dengan laki-laki. Para sastrawan yang mencitrakan wanita sebagai sosok yang penuh kelembutan, kesetiaan, susila, rendah hati, pemaaf, dan penuh pengabdian. Dalam Wira Carita dan Kakawin tampak jelas bahwa pencitraan wanita cenderung merujuk sebagai sosok yang cantik dan pandai yang menjadi pujaan (Suwardi Endraswara, 2003: 144). Uraian cerita di atas sedikit banyak menggambarkan permasalahan yang terdapat

dalam cerbung Mburu Abure Kupu Kuning karya Suwardi Endraswara pada intinya cerbung ini ingin mengungkapkan sosok wanita dalam menghadapi permasalahan yang dihadapinya. Seorang wanita tidak lagi dipandang dari bentuk jasmaninya saja, tetapi dinilai dari rohaninya. Keberanian seorang wanita juga lebih penting untuk diperhitungkan di kalangan laki-laki, tentu saja untuk membela diri di dalam masyarakat khususnya. Wanita mempunyai sikap berani itu

xxiii

dapat dilihat dia dapat membela diri karena dia benar tidak berbuat salah. Memang tidak dapat dipungkiri lagi bahwa keberadaan wanita dalam ruang publik sering terhalangi oleh kultur masyarakatnya, sehingga wanita dunia hiburan ataupun dalam kehidupan nyata di masyarakat, wanita mempunyai nilai komersil yang tinggi. Cerbung ini menarik untuk dikaji karena, (1) Dari segi pengarang Suwardi Endraswara merupakan pengarang yang produktif, dalam usianya yang ke 35 masih aktif dalam menulis karya sastra. Sederetan penghargaan telah

didapatnya seperti: Pernah menjuarai penulisan novel dalam Yayasan Citra pariwara Jateng d Beliau pernah menjuarai penulisan novel dalam yayasan citra Pariwara Jateng dan mendapat juara ke-dua, tahun 1995, Lomba karya tulis ilmiah, tahun 1988, dan lomba karya tulis Triwida, tahun 1995. (2) Dari segi isi cerbung Mburu Abure Kupu Kuning menampilkan sosok wanita yang sesuai dengan semangat zaman. Wanita yang diprofilkan dalam cerbung ini adalah sosok yang pintar, mudah bergaul berjiwa sosial, disiplin,

xxiv

serta bertanggung jawab. Dilihat perilaku dan pandangan hidup dapat dijadikan pesan moral untuk masyarakat khususnya bagi wanita. (3) Dari segi lain cerbung ini belum pernah diteliti oleh sebab itu penelitian ini dilakukan dan juga cerbung ini memuat ajaran tentang perjuangan seorang wanita. Cerita Cerbung Mburu Abure Kupu Kuning tersebut di atas memberikan asumsi kehidupan feminisme, dimana ditunjukan

feminisme adalah paham yang menggerakan pemahaman dan penyadaran tentang wanita, khususnya pengalaman hidup terluka kaum perempuan. Sering dikatakan di kalangan

masyarakat bahwa feminisme adalah konsep kehidupan wanita modern yang bebas,

independen, permisif, keras kepala, mau menang sendiri, dan sejenisnya. (Nunuk P. Murniati, 2004:236 ). Kenyatan wanita menunjukan sering kali dapat ujian yang kuat terhadap setiap cobaan yang menimpanya meskipaun dalm kalangan kehidupan dalm masyarakat yang ditinggalinya. Meskipaun para wanita bisa dikatakn kalangan

xxv

feminis yang bersumber konsep gender wanita bisa maju dan kuat di hadapan laki-laki. Dalam kaitannya dengan gerakan feminisme tersebut, terdapat dua prinsip ideologi yang berbeda dan kontradiktif, yaitu feminisme dan maskulinitas. Feminisme adalah ideologi bercirikan kedamaian, keselamatan, kasih dan kebersamaan sedangkan maskulinitas dominasi, memiliki karakter persaingan, prinsip

dan

penindasan.

Sebagai

feminitas tidak mesti hanya dimiliki oleh kaum perempuan, dan juga maskulinitas tidak hanya dimiliki 2006:101). Persoalan yang menyangkut tokoh wanita yang diungkapkan dalam cerbung Mburu Abure Kupu Kuning merupakan sosok wanita Jawa yang diperankan oleh Harini, meskipun dalam peanan yang dihadapi sulit untuk diterima, akan tetapi dalam keadaan yang sekarang ini bisa dikatakan mengikuti perkembangan jaman kaum laki-laki (Mansour Fakih,

modern sampai sekarang ini. Perkembangan jaman semakin

bertambah hari-hari bisa dikatakan berat atau

xxvi

cobaan yang diterima oleh seorang wanita. Pengalaman yang sudah ada yang di lakukan wanita setiap harinya bisa mengubah pola-pola kehidupan yang ada bisa menolong dirinya di kehidupannya bersumberkan yang akan datang di dan

asumsi-asumsi

kalangaan

masyrakat yang di perankan dalam kalangan wanita. Patriaki merupakan bentuk kekuasaan berdasarkan dominan laki-laki. Di dunia ini setaip kehidupan bisa di katakan berhubungan contohnya saja laki-laki pasti ada wanita oleh karena itu setiap makhluk pasti berdampingan. Dengan menggunakan teori kritik sastra Feminis

diharapkan pemberian makna atau penangkapan makna karya sastra dapat terungkap.

B. PERUMUSAN MASALAH
Perumusan masalah diperlukan agar

suatu penelitian tidak meluas dari apa yang seharusnya dibahas dan agar lebih terfokus. Adapun masalah perumusan penelitian ini sebagai berikut adalah:

xxvii

1.

Bagaimanakah struktur dalam cerbung Mburu Abure Kupu Kuning karya Suwardi Endraswara yang meliputi tema, penokohan, alur, latar, dan amanat?

2.

Bagaimanakah profil Tokoh-tokoh wanita dalam cerbung Mburu Abure Kupu Kuning berdasarkan prespektif feminisme?

3.

Bagaimanakah makna dan relevansi cerbung Mburu Abure Kupu Kuning dalam konteks perjuangan kesetaraan gender?

4.

Bagaimanakah sikap budaya pengarang dalam memandang sosok wanita dalam cerbung?

C. TUJUAN PENULISAN
Suatu penelitian tentu tidak akan lepas dari tujuan yang ingin dicapai, tujuan yang dimaksud adalah:
1. Mendeskripsikan struktur dari cerbung yang meliputi tema, penokohan, alur, latar serta amanat yang terdapat dalam cerbung Mburu Abure Kupu Kuning. 2. Mengungkapkan profil tokoh-tokoh wanita dalam cerbung Mburu Abure Kupu Kuning berdasarkan prespektif Feminisme. 3. Mendeskripsikan makna dan relevansi cerbung Mburu Abure Kupu Kuning dalam konteks perjuangan kesetaraan gender. 4. Mengungkap sikap budaya pengarang dalam memandang sosok wanita.

D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat

memberikan manfaat baik secara teoretis maupun secara praktis.


1. Manfaat teorites

xxviii

Hasil penelitian ini diharapkan memperkaya wawasan kajian dalam teori kritik sastra feminis, yang menguak tentang perempuan dengan berbagai permasalahan yang

melingkupinya, sehingga diharapkan berguna bagi pengembangan penelitian sastra.

2.

Manfaat praktis Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara praktis, yakni mendapat gambaran yang jelas tentang peran dan perilaku sosial permpuan dalam masyarakat, serta bagi pembaca sastra terutama yang dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai referensi ajaran moral dan etika bagi kehidupan masyarakat.

E. SISTEMATIKA PENULISAN
Supaya memperoleh gambaran secara keseluruhan dari penelitian ini, maka perlu dipaparkan sistematika penulisannya. Sistematika yaitu: BAB I : PENDAHULUAN Pendahuluan yang di dalamnya berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. BAB II : LANDASAN TEORI Landasan teori yang membicarakan tentang pendekatan struktural dan tinjauan kritik sastra feminis BAB III : METODE PENELITIAN Metodologi penelitian yang meliputi bentuk penelitian, sumber data dan data, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data. BAB IV : PEMBAHASAN

xxix

Tinjauan pengarang, Analisis Struktural dan Analisis Kritik Sastra Feminis yang meliputi pendekatan struktural dan analisis. BAB V : PENUTUP Penutup yang memuat tentang simpulan dari permasalahan yang telah dibahas sebelumnya serta beberapa saran khusus untuk peneliti lanjutan.

xxx

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pendekatan Struktural
Pada hakikatnya karya sastra dibangun atas dua aspek yaitu aspek intrinsik struktur) dan aspek ekstrinsik. Aspek intrinsik adalah unsur pembangun dari karya sastra, sedangkan aspek ekstrinsik adalah aspek di luar karya sastra yang mempengaruhi isi dari karya sastra. Karya sastra sebagai struktur di dalamnya terdapat unsur-unsur yang membangun struktur tersebut. Pemahaman dan penilaian suatu karya sastra tidak akan dapat dilakukan dengan baik jika unsur-unsurnya tidak diperjelas. Unsur-unsur yang membangun karya sastra tersebut tidak dipandang secara lepas, melainkan dipandang dari keterjalinan dan keterpaduan unsur-unsur dalam menghasilkan makna keseluruhan, bukan dalam unsur-unsur yang terpisah. Karya sastra adalah totalitas yang dibangun dari sejumlah unsur akan saling berhubungan secara saling menentuk. Pada akhirnya akan menjadikan karya sastra tersebut menjadi sebuah karya yang bermakna. Sebagai totalitas unsur-unsur pembentuk cerita terdiri atas fakta cerita, tema dan alat penceritaan. Fakta cerita adalah tokoh, alur dan latar. Pendekatan struktural merupakan pendekatan pendahuluan dalam penelitian sastra. Setiap peneliti sastra analisis struktural karya sastra yang ingin diteliti dari segi manapun juga merupakan tugas prioritas, pekerjaan pendahuluan. Struktur karya sastra mencakup bentuk dan isi, sejauh mempunyai fungsi estetis (Wellek,1993: 159). Penelaahan struktur cerbung dalam penelitian ini membicarakan alur, penokohan, latar, dan dari ketigaya dapat ditarik tema dan amanatnya. Penentuan ini didasarkan pada pendapat bahwa kritikus yang menganalisis novel umumnya membedakan tiga unsur pembentuk novel, alur, penokohan, latar (Wellek dan Austin Warren, 1993: 283). Melalui analisis struktural diharapkan dapat diketahui katerkaitan antar unsur intrinsik yang meliputi tema, alur, penokohan, latar dan amanat yang membangun sebuah karya sastra. Analisis struktural dalah suatu tahap awal dalam penelitian karya sastra yang sulit dihindari,

xxxi

sebab baru akan dipahami secara optimal mengenai pengertiannya bila mengetahui unsur-unsur yang membangunnya. Unsur-unsur yang terkandung akan mengungkapkan nilai yang ada dalam karya sastra yang merupakan jalinan erat yang bermanfaat untuk melangkah lebih dalam mendekati karya sastra. Setiap penelitian karya sastra dapat ditinjau dari dua segi sudut pandang, yang pertama segi intrinsik karya sastra adalah sebuah struktur yang bulat dengan unsur pembangunan yang saling berkaitan. Segi intrinsik adalah segi yang membangun struktur karya sastra tersebut, sedangkan unsur-unsur itu adalah meliputi tema, amanat, latar, penokohan, alur. Sedangkan yang ke-dua adalah segi ekstrinsik adalah penelitian sastra dari segi atau sudut luar karya sastra. Analisis struktural sangat membantu dalam mencari makna intrinsik sebuah karya sastra. Maka unsur-unsur karya sastra dapat dipahami sepenuhnya atas dasar pemahaman terhadap fungsi unsur-unsur dalam pembuatan karya sastra. Analisia struktural merupakan tahap awal dalam suatu penelitian terhadap karya sastra. Tahap itu sulit untuk dihindari sebab analisis struktural merupakan pintu gerbang yang paling utama untuk mengetahui unsur-unsur yang membangunnya. Kita akan mengetahui kedalaman suatu karya sastra dengan cara menguak permukaannya lebih dahulu, maka dari itu penelitian cerbung Mburu Abure Kupu Kuning menggunakan tinjaun kritik sastra feminis. 1. Tema Unsur pembangun sebuah karya sastra yang pertama adalah tema. Tema adalah gagasan, ide atau pikiran utama di dalam karya sastra yang terungkap ataupun tidak. Tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita, maka ia pun bersifat menjiwai seluruh bagian cerita itu (Burhan Nurgiyantoro, 1994 : 68). Dalam menemukan dan menafsirkan tema sebuah karya sastra tertulis ada beberapa cara seperti yang ditunjukkan berikut.

a. Tema sebuah karya sastra tertulis hendaknya mempertimbangkan tiap detil cerita yang menonjol

xxxii

b.

Tema sebuah karya sastra tertulis hendaknya tidak bersifat bertentangan dengan tiap detil cerita.

c. Penafsiran tema sebuah karya sastra tertulis hendaknya tidak mendasarkan diri pada bukti-bukti yang tidak dinyatakan baik secara langsung maupun tak langsung dalam karya sastra tertulis yang bersangkutan. d. Penafsiran tema sebuah karya sastra tertulis haruslah mendasarkan diri pada bukti-bukti yang secara langsung ada dan atau yang disarankan dalam cerita (dalam Burhan Nurgiyantoro, 1994:87-88).
2. Alur

Alur disebut juga dengan plot. Plot merupakan unsur fiksi yang penting di dalam karya sastra yang berbentuk prosa. Ada lima tahapan dalam plot. Kelima tahapan itu adalah sebagai berikut.
(1) Tahap situation: tahap penyituasian, tahap yang terutama berisi pelukisan dan pengenalan situasi latar dan tokoh-tokoh cerita. (2) Tahap rising action: tahap peningkatan konflik (peristiwa mulai bergerak), konflik yang dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin berkembang dan dikembangkan kadar intensitasnya. (3) Tahap generating circumstentes: tahap pemunculan konflik, masalah(-masalah) dan peristiwa-peristiwa yang menyulut terjadinya konflik dimunculkan. (4) Tahap climax: tahap klimaks, konflik dan atau pertentangan-pertentangan yang terjadi, yang diakui dan atau ditimpakan kepada para tokoh cerita mencapai titik intensitas puncak. Klimaks sebuah cerita akan dialami oleh (tokoh) utama yang berperan sebagai pelaku utama dan penderita terjadinya konflik utama. (5) Tahap denoument: tahap penyelesaian, konflik yang telah mencapai klimaks diberi penyelesaian, ketegangan, dikendorkan. Konflik-konflik yang lain, sub-

xxxiii

subkonflik, atau konflik-konflik tambahan, jika ada, juga diberi jalan keluar, cerita diakhiri. Tahap ini berkesesuaian dengan tahap akhir di atas (dalam Burhan Nurgiyantoro, 1994 : 149-150). Alur merupakan jalinan peristiwa di dalam karya sastra untuk mencapai efek tertentu. Pautannya dapat diwujudkan oleh hubungan temporal (waktu) dan oleh hubungan kausal (sebab akibat). Alur adalah rangkaian peristiwa yang direka dan dijalin dengan saksama, yang menggerakkan jalan cerita melalui rumitan ke arah klimaks dan selesaian (Panuti Sudjiman,1984:124 ) 3. Penokohan

Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita (dalam Burhan Nurgiyantoro, 1994 : 165). Di dalam sebuah cerita, tentunya terdapat tokoh cerita. Walaupun tokoh cerita hanya merupakan tokoh ciptaan pengarang namun ia harus merupakan tokoh yang hidup secara wajar dalam cerita dan mempunyai pikiran dan perasaan. Tokoh cerita dapat dipandang sebagai pembawa dan penyampai pesan, amanat atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan pengarang kepada pembaca. Ada beberapa cara yang dapat digunakan oleh pengarang untuk melukiskan rupa, watak dan pribadi para tokoh tersebut, yang berisikan tentang :
a. Physical description (melukiskan bentuk lahir dari pelakon).

b. Portrayal of thought stream or of concious thought (melukiskan jalan pikiran pelakon atau apayang terlintas dalam pikirannya). c. Reaction to events (melukiskan bagaimana reaksi pelakon itu terhadap kejadian-kejadian) d. Direct author analysis (pengarang dengan langsung menganalisis watak pelakon). e. Discussion of environtment (pengarang melukiskan keadaan sekitar pelakon).

xxxiv

f.

Reaction of others about/to character (pengarang melukiskan bagaimana pandangan-pandangan pelakon lain dalam suatu cerita terhadap pelakon utama itu).

g. Conversation of other about character (pelakon-pelakon lainnya dalam suatu cerita memperbincangkan keadaan pelakon utama). (Henry Guntur Tarigan, 1986:133134) 4. Latar

Latar atau setting merupakan tempat terjadinya peristiwa. Latar adalah segala keterangan mengenai waktu, ruang dan suasana terjadinya lakuan dalam karya sastra (Panuti Sudjiman, 1984 : 46). Unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu dan sosial.
a. Latar tempat, latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. b. Latar waktu, latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi. c. Latar sosial, latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi (Burhan Nurgiyantoro, 1994: 227-233). 5. Amanat

Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca atau peninat sastra (Panuti Sudjiman, 1984 : 5). Dalam pemikiran lain amanat dalam karya sastra adalah gagasan yang mendasari karya sastra, pesan yang ingin disampaikan pengarang terhadap pembaca atau pendengar. (Hasan Alwi dan Tim, 2002:35). Sebuah karya fiksi ditulis pengarang untuk antara lain menawarkan model kehidupan yang diidealkannya. xxxv Burhan Nurgiyantoro

mengemukakan fiksi mengandung penerapan moral dalam sikap dan tingkah laku para tokoh sesuai dengan pendangannya tentang moral. Melalui cerita, sikap, dan tingkah laku tokoh-tokoh itulah pembaca diharapkan dapat mengambil hikmah dari pesan-pesan moral yang disampaikan, yang diamanatkan ( Burhan Nurgiyantoro, 1994: 321).

B. Pendekatan Kritik Sastra Feminis


Kenyataan dalam dua dasa warsa terakhir wanita menjadi hal yang menarik, yang dipicu oleh munculnya gerakan feminis di Barat yang disebut dengan istilah kaum feminisme. Feminisme gelombang pertama berkembang pada abad 18 dan 19, dan Feminisme gelombang kedua berkembang sekitar tahun 1960 di Eropa dan di Amerika Serikat, bukan merupakan suatu gerakan yang homogen, tetapi terbagi kedalam tiga golongan besar yaitu feminisme radikal, feminisme liberal, dan feminisme sosialis. Peranan wanita udah banyak perubahan karena adanya gerakan kaum feminisme yang tidak mau dipandang sebagai makhluk yang lemah. Sejarah kelahiran feminisme yaitu pada era pencerahan dieropa yang dipelopori oleh Lady Mary Wortley montagu dam Marques De Condorcet. Menjelang abad 19 feminisme lahir menjadi gerakan yang cukup mendapatkan perhatian dari para perempuan kulit putih di Eropa. Perempuan di negara Eropa memperjuangkan apa yang mereka sebut sebagai universal sisterhood. Inti gerakan tersebut adalah penolakan terhadap semua hal yang mereka sebut sebagai dominasi laki-laki. Yang paling extrim dari gerakan mereka adalah pandangan mereka terhadap seks. Menurut mereka hubungan seksual yang terjadi antara laki-laki dan perempuan dianggap sebagai bentuk dan perwujudan dominasi laki-laki terhadap perempuan. Hal terpenting dari kenyataan tersebut adalah bahwa relasi antara dua kekuatan (dalam hal ini relasi antara pria dan wanita) adalah tidak seimbang, hal itu muncul disemua sektor tidak terkecuali muncul dalam karya sastra.

xxxvi

Peran wanita telah mengalami proses yang panjang . dari keberadaan dalam ruang domestik seperti mancak, manak, dan masak telah beralaih dengan adanya imansipasi wanita. Pergerakan ini dipelopori oleh R. A. Kartini. Emansipasi wanita merupakan ajakan agar wanita dapat ikut berperan dalam pembangunan. Pergerakan kaum wanita semakin berkembang hingga sampai pada kesetaraan wanita yang menuntut adanya kesetaran dalam bidang pendidikan. Pada waktu itu keberadaan wanita dalam bidang pendidikan hanya pada taraf baca dan tilis. Selanjutnya seorang wanita sudah siap untuk dipinang atau dinikahi. Gender menunjukan suatu gerakan ini menuntut adanya persamaan disegala bidang seperti: bidang pendidikan, sosial, politik, dan juga karya sastra. Gender dalam khasanah feminisme, menurut bordo pada umumnya diartikan sebagai pensifatan (pembelaan) atas laki-laki dan perempuan yang terkonstruksisecara sosio-kultur. Gender sering dilawankan dengan seks yang lebih bersifat biologis-natural, karena gender bersifat netral-kultural. Dalam perkembangannya, gender digunakan untuk menjelaskan laki-lakiitu maskulin dan perempuan feminim. Gender dapat dihubungkan dengan aspirasi, kepentingan, hak-kewajiban, peran, kekuasaan, bahkan moralitas dan rasinalisme. Sejauh gender masih melekat pada setiap apa yang dibuat dan dihasilkan manusia, dan jika manusia selalu berarti laki-laki dan perempuan, maka fakta jenis kelamin akan selalu menyebarkan kontruksi gender kesemua kehidupan ( Dalam hidayat, 2004:27). Peneliti sastra feminis masih seringberkelamin tunggal, bisa terkurangi sedikit demi sedikit. Maksudnya, sering peneliti tertentu masih memandang perempuan dari wacana laki-laki. Jarang di antara peneliti gender yang mampu melihat perempuan dengan kacamataperempuan. Akibatnya sering terjadi penelitian feminisme yang bias gender. Peneliti pun kadang-kadang masih bersikappilih kasih terhadap karya sastra tertentu, sehingga hasilnya mengcewakan semua pihak. Jika ada penelitian kritis terhadap feminisme, ternyata lebih banyak memberikan sorotan yang memuja muja. Hal ini, memungkinkan untuk mengambil hati sastrawan perempuan , agar mereka tidak putus asa dalam berkarya. Dasar pemikiran dalam penelitian sastra berperspertif feminis adalah upaya pemahaman kedudukan dan peran perempuan seperti tercermin dalam karya sastra. Peran dan kedudukan perempuan tersebut akan menjadi sentral pembahasan penelitian sastra, peneliti akan memperhatikan dominasi laka-laki atau gerakan perempuan.

xxxvii

Kajian yang berkaitan dengan wanita diperlukan semacam tori untuk menggalinya disamping teori-teori yang lain. Dalam dunia sastra muncul teori kritik sastra femenis. Kritik sastra feminis merupakan jenis pendekatan dari teori kritik sastra akademik yang berkembang di

Indonesia kurang lebih pada kurun waktu 1950-1988. Perkembangannya berawal dari pandangan kaum wanita yang lebih dikenal dengan feminis yaitu gerakan wanita yang menuntut adanya persamaan hak antara laki-laki dan perempuan. Hal ini membuat dampak disegala hal termasuk dalam karya sastra. Beberapa sasaran tersebut akan tercapai dengan sukses apabila peneliti feminisme sastra memanfaatkan kajian kualitatif. Data-data yang diambil berupa data deskriptif kualitatif. Misalkan tentang deskriptif status dan peran perempuan dalam keluarga, masyarakat, dan lingkungan pekerjaan. Data-data ini harus dibahas secara proporsional, artinya tak dari sudut pandang laki-laki melihat perempuan, melainkan menggunakan sudut pandang perempuan. Sasaran penting dalam analisis feminisme sastra sedapat mungkin berhubungan dengan hal-hal sebagai berikut: 1. Mengungkapkan karya-karya penulis wanita masa lalu dan masa kini agar jelas citra wanita yang merasa tertekan oleh tradisi. Dominasi budaya patriarkal harus terungkap secara jelas dalam analisis. 2. Mengungkapkan berbagai tekanan pada tokoh wanita dalam karya yang ditulis oleh pengarang pria. 3. Mengungkapkan ideologi pengarang wanita dan pria, begaimana mereka memandang diri sendiri dalam kehidupan nyata. 4. Mengkaji dari aspek ginokritik, yakni memahami bagaimana proses kreatik kaum feminis. Apakah penulis wanita memiliki kekhasan dalam gaya atau ekspresi atau tidak. 5. Mengungkapkan aspek psikoanalisa feminis, yaitu mengapa wanita, baik tokoh maupun pengarang lebih suka pada hal-hal yang halus, emosional, penuh kasih dan sebagainya (Suwardi Endraswara, 2004: 145-147). Tujuan feminis adalah keseimbangan, interaksi gender. Dalam pengertian yang paling luas. Feminis adalah gerakan kaum wanita untuk menolak segala sesuatu yang dimarginalisasikan,

xxxviii

disubordinasikan, dan direndahkan oleh kebudayaan dominan,baik dalam bidang politik dan ekonomi maupun kehidupan sosial pada umumnya (Nyoman Khuta Ratna, 2004: 184). Konsep itulah yang mendasari kritik sastra feminis. Namun konsep-konsep tersebut haruslah dijadikan patokan untuk menganalisis perempuan dalam karya sastra. Mengingat sifat dan hakikat karya sastra sebagai masyarakat, realitas masyarakat, bersifat estetika, dan sistem komunikasi, tentu saja diperlukan sebuah alat untuk membedakannya. Kritik sastra feminis merupakan alat yang tepat untuk membedah dan merebut makna karya satra dan memberikan penilaian terhadap karya sastra feminis. Perbedaan di dalam feminis perlu di sikapi oleh sebagian orang yang mempunyai pandangan terhadap wanita, dilihat dalam kenyataan ini banyak sekali kekerasan yang ditujukan oleh kaum laki-laki. Apabila sikap wanita ini tidak dilakukan atau tidak ada tampilannya untuk menghadang kekerasan yang dilakukan oleh para laki-laki wanita haruslah proaktif dalm mengambil sikap contohnya saja dalam kekeluarga, lingkungan sekitar dan dalam masyarakat pada umumnya, sehingga dapat mengambil nilai-nilai yang ada didalam masyarakat. Wanita dapat membedakan antara sikap yang ditujukan kepada kaum pria terhadap, agar supaya yang ditujukan oleh pria haruslah berhati-hati tidak terburu-buru mengambil sikap atau pendapat kalau para pria menjadikan sesuatu. Wanita memiliki wewenang juga terhadap para pria, wanita juga bisa mengatur para pria, ini menunjukan bahwa seorang wanita tidaklah dengan pria. Wanita butuh ketrampilan dan keterampilan dan ketelitian dalam menanggapi masalah yang diterimanya. Sikap dan dorongan kenyakinan dalam hati wanita lebih utama atau lebih penting dari pada omongan orang lain. Mungkin wanita tidak yakin dengan kata hati nurani, tapi wanita mencobalah untuk yakin seyakinnya bahwa hatinya lebih dipercaya dari pada orang lain.

xxxix

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Sebuah penelitian diperlukan adanya metode yang dapat memahami objek yang menjadi sasaran yang akan diteliti, adapun metode atau cara yang dipergunakan banyak meskipun cara-cara yang dilakukan mendapati kesulitan dalam mengumpulkan data yang ingin dicari meskipun cara yang dilakukan banyak hambatan dalam menentukan objeknya. peneliti dapat menyusun dengan baik dalam kinerja yang akan dilakukan untuk mempergunakan datang langsung ke objek maupun membaca buku-buku ataupun dalam karangan ilmiah skripsi itu bisa juga bisa dilakukan. Metode pada dasarnya suatu cara untuk mendekati objek penelitian. Dalam metode ani akan dibicarakan tentang bentuk penelitian, sumber data dan data, teknik pengumpulan data, dan analisis data.

A. Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan bentuk penelitian deskriptif kualitatif ini akan diperoleh berbagai informasi kualitatif, penelitian kualitatif menekankan pada makna, lebih menfokuskan pada data kualitas dengan analisis kualitatifnya (Sutopo, 2002: 48). Penelitian deskriptif kualitatif yaitu data yang dikumpulkan berupa gambar, kata-kata, dan bukan angka-angka.hal ini disebabkan adanya penerapan kualitatif. Selain itu, semua semua yang dikumpulkan bermungkinan menjadi kunci terhadap apa yang diteliti. Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberikan gambaran penyajian laporan tersebut ( Moleong, 2001:6).

B. Sumber Data dan Data


1. Sumber Data Penelitian Sumber data terdiri dari dua jenis yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer adalah data utama, dalam penelitian ini sumber data primernya berupa

xl

cerbung Mburu Abure Kupu Kuning karya Swardi Endraswara yang dimuat dalam majalah Penyebar Semangat, yang terdiri dari 17 episode, yang terbit pada tahun 2002-2003. Adapun sumber data sekundernya adalah data pelengkap yang digunakan untuk memperjelas sumber data primer yang diperoleh dari hasil wawancara langsung dari informan yaitu pengarang Suwardi Endraswara serta menggunakan data relevansi yaitu data relevan yang berupa bukubuku Gender agar bisa mengungkap cerita yang ada di cerbung Mburu Abure Kupu Kuning 2. Data penelitian Data penelitian ini meliputi data primer dan data sekuder. Data primer yang meliputi unsur-unsur intrinsik yang meliputi tema, amanat, penokohan, alur, dan setting juga aspek sosial dalam masyarakat. Data sekunder adalah data-data yang diperolah dari buku-buku perpustakaan yang dapat memberikan informasi yang relevan dengan pokok bahasan dalam penelitian ini yang termasuk buku-buku referensi tambahan, skripsi, majalah dan artikel-artikel dari majalahmajalah serta sumber lainnya yang dapat mendukung dalam penelitian ini. Biografi pengarang agar kesemuanya bisa lengkap untuk memperjelas data utama.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang dipakai dalam mengumpulkan data yakni: 1. Teknik Analisis Stuktur Teknik analisis struktur yaitu dengan menjabarkan unsur-unsur struktur yang terdapat dalam cerbung Mburu Abure Kupu Kuning karya Swardi EndraSwara berupa tema, plot, latar atau setting penokohan dan amanat. Keseluruhan unsur ini mempunyai kesatuan yang utuh dan saling kait mengkait antara satu dengan yang lain. Dengan teknik analisis tersebut akan di dapatkan data kategoris berupa data tentang tema, plot, latar atau setting penokohan dan amanat 2. Teknik Wawancara

xli

Wanwancara adalah suatu proses dari percakapan atau suatu cara yang

digunakan

untuk tujuan tertentu, mencoba mendapatkan keterangan secara lisan dari seorang responden dengan bercakap-cakap, beradapan muka dengan orang tersebut. Bercapan itu dilakukan oileh dua pihak yaitu pewawancara mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai memberikan jawaban atas pertanyaan (Lexy. J. Maleong 2001 : 186) Dalam hal ini dilakukan wawancara dengan pengarang yang bernama Swardi EndraSwara dengan tujuan untuk memperoleh daftar riwayat belakang penciptaan cerbung Mburu Abune Kupu Kuning 3. Teknik Kepustakaan Pengumpulan data dalam penelitian menggunakan teknik kepustakaan atau sumber pustaka yaitu berupa esei dan berupa buku-buku referensi yang relevan dengan topik penelitian hidup pengarang dan latar

D.Teknik Analisis Data

Teknik menganalisis data ini menggunakan teknik pembahasan interprestasi, dengan analisis awalnya struktural, kemudian dilanjutkan dengan analisis kritik sastra feminis untuk menuntaskan pembahasan, dari pembahasan itulah kemudian ditarik kesimpulan sebagai hasil penelitian. Dalam menganalisis penelitian data ini, untuk bisa mendukung penelitian, digunakan teknik analisis interktif, yaitu interaksi tiga komponen utama yang dijelaskan sebagai berikut:setelah data yang berupa kata-kata,data yang dikumpulkan dengan teknik content analisis, maka langkkah selanjutnya adalah dilakukan proses seleksi data, proses seleksi data ini dengan reduksi data. Dalam reduksi data ini peneliti melakukan proses seleksi data dengan mengklasifikasi data yang diarahkan sesuai dengan tema dan masalah penelitian.

xlii

Untuk lebih jelasnya, proses analisis data dengan model interaktif ini dapat dilihat bagan di bawah ini:

PENGUMPULAN DATA

REDUKSI DATA

SAJIAN DATA

PENARIKAN KESIMPULAN

(Millis dan Huberman, dalam H.B. Sutopo, 2002: 96)

xliii

BAB IV
PEMBAHASAN

A. Tinjauan Pengarang

1. Riwayat Hidup Pengarang Karya sastra lahir tentu saja tidak dapat lepas begitu saja dari keberadaan pengarang, penikmat dan pembaca. Tiga komponen yaitu karya sastra, pengarang dan masyarakat tidak dapat lepas dan saling terkait satu dengan yang lain. Sorotan yang utama adalah pengarang. Karya sastra tidak ada pengarang tidak akan lahir. Pengarang mempunyai kepribadian dan kehidupan sendiri. Biografi mempelajari hidup pengarang yang jenius, menelusuri perkembangan moral, mental dan intelektualnya,yang tentu menarik. Pemunculan suatu karya sastra dipengaruhi oleh faktor-faktoryang ada disekitar pengarang, pengalaman pengarang tentu menjadi kekayaan bagi terciptanya karya sastra. Cerbung Mburu Abure Kupu Kuning.merupakan buah karya Suwardi Endra swara. Ia dilahirkan di dusun prangkokan, Purwasari, Girimulya, Kulon Progo, tanggal 3 April 1964. ayahnya bernama Sumarji dan ibunya bernama Suminah.kedua orang tuanya berprofesi sebagai petani. Pendidikan formal Suwardi Endraswara dilalui dengan cepat. Pada tahun 1978 lulus di SD Negeri Tegalsari. Kulon progo, Yogyakarta. Setamat dari SD, kemudian melanjutkan ke SLTP BOPKRI Kebonarjo, Samigaluh, Kulonprogo lulus pada tahun 1981. Lalu melanjutkan di SPG BOPKRI jalan Jenderal Sudirman 57 Yogyakarta lulus tahun 1984. setamat dari SPG kemudian melanjutkan ke IKIP karangmalang, Yogyakarta, jurusan bahasa dan sastra jawa dan sekarang ini menjadi FBS UNY lulus tahun 1988. setamat dari IKIP kemudian melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu S2 jurusan antropologi di UGM lulus tahun 1995. Dan kini sedang mempersiapkan S3 di UGM.

xliv

Kehidupan ia mempunyai beberapa prestasi yang dapat dibanggakan. Prestasi yang pernah ia capai adalah juara pertama dalam lomba Karya Tulis Ilmiah tingkat nasional pada tahun 1988. Ia juga pernah masuk dalam nominasi hadiah sastra yang dilakukan oleh Penyebar Semangat. Cerpennya pula pernah menyabet juara dua sastra Triwida pada tahun 1995 giliran novelnya yang menyabet juara dua juga dalam lomba penulisan novel Jawa yang disengarakan oleh Dewan Kesenian Jawa Tengah yang bekerja sama dengan Yayasan Citra Pariwara Budaya. Dalam dunia yang dia geluti sekarang ini, yaitu dunia pendidikan ia memperoleh penghargaaan sebagaiDosen Teladan ditingkat fakultas pada institusi tempat ia bekerja yaitu di IKIP Yogyakarta yang sekarang berganti nama FBS UNY, prestasi ini ia raih pada tahun 1998.

2. Latar Belakang Sosial Budaya Suwardi Endraswara pada tanggal 10 Juni 1991 di Bantul mengakkiri masa lajangnya ia menikah dengan sesama alumni IKIP Karangmalang Yogyakarta, yang bernama Sartini, Sartini merupakan putri dari Harjo Lamoksa dan Siti Khatijah. Pasangan ini dikaruniai empat orang anak dua laki-laki dua perempuan.anak pertama bernama Helmi Pramasinta yang kedua Lutfi Laksita Pranandari,yang ketiga bernama Fakih Zaky Anindita, yang keempat bernama Hafis Avivah Nawang Sari. Dan sekarang Suwardi Endraswara bertempat tinggal di Ngrukem, Rt 18, Krandohan, Pendowoharjo, Sewon Bantul. Suwardi Endraswara juga aktif di masyarakat. Kedudukannya di masyarakat sangat diperlukan dan cukup dikenal dimasyarakat. Suwardi Endraswara juga pengurus masjid Al Maksum, di kampungnya, Tajeman dan juga menjabat sekretaris. Pekerjaan Suwardi Endraswara tahun 1989 sampai 1991 dia pernah mengajar di SPG 17 III Bantul selama tiga tahun. Pada tahun yang sama dia paernah menjabat sebagai redaktur majalah Mekar Sari selama dua tahun. Juga pernah menjabat sebagai ketua penyunting majalah Pagagan. Kini sebagai sekretaris HISKI Komda DIY dan koordinator Pembinaan Sanggar Sastra Jawa Yogyakarta, redaksi pelaksana majalah bahasa Jawa Sempulur. Profesi lainnya sebagai pranatacara manten gayanyastadan pengarang cerkak,cerbung, geguritan, novel,

xlv

dongeng, dan esai berbahasa Indonesia dan Jawa. Sampai sekarang ini masih menjadi dosen di FPBS IKIP Karangmalang Yogyakarta sekarang dikenal sebagai FBS di UNY.

3. Proses Kreatif Suwardi Endraswara Kreatifitasan Suwardi Endraswara dalam menciptakan suatu karya sastra, terlebih dulu menulis konsep secara garis besarnya dari awal hingga akhir cerita. Beliau tidak secara langsung menulis apa yang ada dalam pikirannya, dalam memandang sebuah kejadian dari suatu tema yang diangkatnya. Konsep yang dibuat tersebut sangat membantu dalam menuangkan ide-idenya hingga menghasilkan suatu karya sastra. Masalah-masalah rumah tangga, kriminal, cinta, dan bagaimana beratnya seseoarang memangku jabatan, merupakan masalah yang di pilihnya untuk ditampilkan dalam karya-karyanya. Menurutnya sekarang ini sesuai dengan kematangan jiwanya, Suwardi Endraswara lebih mengarahkan karyanya pada absurd (Karya yang memerlukan pemahaman lebih dalam). Dengan dibumbui budaya Jawa. Dan lebih penting lagi, beliau menciptakan karya sastra diarahkan menuju pembaharuan. Ide yang mendasari proses kreatifnya diambil dari realita sosial yang ada dan yang terjadi pada kehidupan masyarakat sekitarnya. Berangkat dari ide dasar tersebut, kemudian dikembangkan dan diolah sedemikian rupa hingga tercipta hasil karya sastra. Hambatan yang dirasakan Suwardi Endraswara dalam menciptakan karya sastra yaitu masalah waktu. Hambatan tersebut sangat dirasakan sekali, karena kesibukan jabatan yang diembannya. Hambatan yang lain yaitu masalah keluarga. Karya-karya Suwardi Endraswara memiliki ciri khusus yang dapat dilihat dengan jelas. Ciri tersebut ada pada akhir cerita, beliau tidak langsung memberikan suatu penyelesaian akhir. Menurutnya dirinya tidak berkuasa untuk menghakimi terhadap problem sosial yang ada yang diangkatnya,pembaca sendirilah yang harus memberikan penilaian atas problem-problem tersebut.

xlvi

4. Hasil karya- karyanya Suwardi Endraswara yang pernah dihasilkan Hasil karya Suwardi Endraswara tidak hanya dimuat dalam satu majalah saja, tetapi terdapat diberbagai majalah. Berikut di antaranya karya- karya yang dimuat dimajalah: Djaka Lodang, Penyebar Semangat, Mekar sari, Jaya Baya, Praba, dan Pagagan. a. Jenis puisi 1) Jenis puisi yang dimuat di Djaka Lodang a. Rasa Sejatining Rasa ( Rasa dari rasa yang sesungguhnya,1991) b. Baladha Jaka Lodang (Cerita Jaka Lodang, 1992) c. Nasibe Kasim Kesimpar (Nasibnya Kasim Kesimpar, 1992) d. Sanepane jagat (Sempitnya Dunia, 1992) e. Epos Manoreh (Cerita Manoreh, 1994) f. Baladha Seh Jambu Karang Rara Kamani ( Cerita Seh Jambu Karang Rara Kamani 1994) 2) Dimuat pada Penyebar Semangat a. The Tragedy Of Siti Rohana (Tragedi Siti Rohana, 1992) b. Pujangga Tiban (Pujangga yang muncul tiba-tiba, 1993) c. Teka-teki 4 : 4 = ? (1994) d. Syndrom; Apa Ana (Sindrom, Apa ada, 1994) e. Cengkir Gading ; Sisane Bajing (Cengkir Gading sisanya Bajing 1994) f. Sapi Ompong (Sapi tidak punya gigi, 1994) g. Dilema ; Banyumu (Masalah, Airmu1994) 3) Dimuat pada Jaya Baya a. Slendang Biru (Kain biru, 1992) b. Geni ; Aku Kaya Ngene (Api, Aku Seperti Ini, 1993) c. Mburu Kebo Ucul (Mengejar kerbau lepas, 1993) d. Signal-signal Ketriwal (Tanda-tanda was-was, 1993)

xlvii

e. Pengarang Wiring Kuning (Pengarang Wiring Kuning, 1993) f. Sketsa ; endhog Sapetarangan(Gambaran, Telur Disarang, 1993) g. Dalan ; Abang - kuning Ireng Putih (Jalan; Merah, Kuning, Hitam, Putih, 1994) 4) Dimuat pada Pagagan The Baladha Of Prawan Liwung (Cerita Perawan yang lupa, 1993) b. Jenis cerita pendek 1) Dimuat pada Djaka Lodang a. Kaca-Kaca bening (Kaca-Kaca Bersih, 1992) b. Mripat (Mata, 1992) c. Jangka (Jangka1993) d. Jaran Kebrukan Empyak (Kuda Kejatuhan Atap, 1993) e. Rok Iku (Rok Itu, 1994) f. Ngulu Salak Sepet (Menelan Salak Pahit, 1994 2) Dimuat pada Mekar Sari a. Ambyare Plunthen Plunthen Tembur(Hancurnya Pasukan-pasukan Tempur, 1992) b. Mlebu Kandang Macan (Masuk Di Sarang Macan, 1992) c. Kucing Endhase Ireng (Kucing Berkepala Hitam, 1993) d. Ing Selane Tebu Ngrembang (Dalam Waktu Luang Tebu Masa Panen, 1993) 3) Dimuat pada Penyebar Semangat a. Juru Paes(Juru Rias, 1992) b. Kursi(Kursi, 1993) c. Sepet Sepet Sawo Mentah (Pahit-pahit Sawo Mentah, 1993) d. Bayi Soko Planet (Bayi Dari Planet, 1994) 4) Dimuat pada Jaya Baya a. b. Siung Macan Kumbang (Taring Macan Kumbang, 1992) Manuk Manuk Mabur (Burung-Burung Terbang, 1994)

xlviii

5) Dimuat pada Pagagan a. b. Lutung Kasarung (Lutung Kasarung, 1991) Jelarit Jelarit Ireng (Coret-coret Hitam, 1994)

c. Jenis Cerita Bersambung 1) Dimuat pada Joko Lodang Kembang Paes (Bunga Hias, 1991) 2) Dimuat pada Penyerbar Semangat a. b. c. d. e. Layung Layung Jinggo ( Surat-surat Jinggo 1995) Togog Dadi Ratu (Togog Menjadi Ratu, 1996) Menara Kristal (Menara Kristal, 1996) Suket Teki (Rumput Teki, 1999) Mburu Abure Kupu Kuning(Mengejar Kupu kuning Terbang, 2003)

3) Dimuat pada Mekar Sari Kaca Kaca Pengilon (Kaca-kaca untuk mengaca,1991) 4) Dimuat pada Jaya Baya Gelang Kuning Cakar Macan (Gelang Kuning Cakar Macan,1993) d. Jenis Buku Antologi yang Dihasilkan 1) Buku Antologi Bidang Sastra a. Mutiara Sagegem Antologi Cerita Pendek(Mutiara satu gegam, 1997 Narasi, Yogyakarta). b. Niskala Antologi Cerita Pendek Eksperimen(1997Niskala Antologi, Narasi. Yogyakarta). c. Kembang Ing Mangsa Ketiga ; Antologi Bidang Esay Sastra (Kembang di

Musim Ketiga, Mutiara satu gegam, 1997 Yayasan pustaka Nusantara Yogyakarta).

xlix

d. Tristal Emas Antologi Geguritan(2003, Tristal Emas, Widiatama, widia sastra, Yogyakarta) e. f. Jangka Antologi Cerita Pendek(1998,Yayasan Pustaka Nusantara, Yogyakarta). Sega Rames ; Kumpulan Dongeng(1997, Nasi Rames, Narasi, Yogyakarta)

g. Kaca Kaca Bening Antologi Cerita Pendek( 1998, Kaca-kaca bening, Narasi, Yogyakarta) 2) Jenis Buku dan Terbitannya a. Mutiara Wicara Jawa(2003, Yoyakarta,UGM Pers). b. Seksologi Jawa (2004, Jakarta, Jakarta Pers). c. Metode Pengajaran Apresiasi Sastra (2004, Yogyakarta, Radita Buana). d. Metodelogi Penelitian Sastra(2006, Yogyakarta, Pustaka Wijaya Tama). e. Budi Pekerti Dalam Budaya Jawa (2004, Yogyakarta, Hanindita). f. Mistik Kejawen (2007, Yogyakarta, Media Pressindo) g. Metodelogi Penelitian Kebudayaan (2007, Yogyakarta, UGM Press)

Karyakarya di atas, di antara hasil pengarangan Suwardi Endraswara yang telah diterbitkan. Sebagai seorang pengarang beliau juga merasakan suka dan duka. Merasa suka bila karyanya diterbitkan, mendapatkan sambutan dan perhatihan dari pembaca, walaupun sambutan itu berupa suatu kritik. Beliau merasa duka apabila karyanya yang telah lama dikirimkan ke meja redaksi, selang waktum kemudian baru diterbitkan. Rasa sedih itu karena karyanya sudah tidak sesuai dengan gaya yang di inginkannya. Karena itu sesuai dengan keadaannya pengarang sendiri. Dalam keadaan atau kondisi yang memungkinkan untuk menulis karya sastra ataupun keadaan lagi mood pengrang dapat bisa menghasilkan karya sastra yang baik dan bisa di terima di masyarakat khususnya pembaca yang menikmati hasil karya dari sebuah ide yang cemerlang dari seorang pengarang.

B.

Analisis Stuktural

Dalam analisis stuktural ini, masing-masing unsur pembentuk dari cerbung Mburu Abure Kupu Kuning karya Suwardi Endraswaraakan dibahas satu per satu yang meliputi tema, plot/alur, penokohan, latar/setting, amanat dan keterkaitan antar unsur. Analisis stuktural ini merupakan lanhkah awal dalam memahami makna sebuah karya sastra. 1. Tema Karya sastra diciptakan pengarang bukan semata-mata bercerita dengan kata yang indah saja tanpa dasar yang kuat, melainkan berangkat dari suatu yang dimengerti, ada sesuatu yang dibungkusnya dengan cerita, ada suatu konsep sentral yang dikembangkan dalam cerita itu, ada sebuah tema yang membuatnya lebih penting dari sekedar bacaan hiburan. Tema tidak dapat disimpulkan hanya berdasarkan pada bagian- bagian tertentu cerita, walau sulit ditentuka secara pasti, tema bukanlah makna yang disembunyikan. Tema sebagai makna pokok sebuah karya fisik tidak secara sengaja disembunyikan. Karena justru hal tersebut yang ditawarkan kepada pembaca. (Adib Sofia Sugihastuti 2003: 13) Berdasarkan pendapat dapat disimpulkan bahwa tema adalah gagasan, ide, pikiran utama atau intisari yang mendasari sebuah karya sastra. Pada hakekatnya tema merupakan suatu hal yang sangat mendasar dari sebauah cerita. Tema tersebut mempunyai arti dan tujuan bagi masyarakat melalui peristiwa yang dirangkainya. Cerbung Mburu Abure Kupu Kuning karya Suwardi Endraswara bertemakan tentang seorang anak yang mencari ibunya tapi terbentur ayahnya karena jelas diceritakan bahwa konflik yang terjadi hanya berkisar pada kehidupan rumah tangga Ir. Harito dan Sumini. Dimana diceritakan bahwa anak kandung Sumini yang bernama Harini sedang mencarinya. Lalu Harini berupaya mencari sumini lewat Pak Tanjung dan Bu Tanjung. Dari mulanya Pak Tanjung menemukan Harini di sungai karena tenggelam dan ditolonganya. Lalu Harini bertanya kepada Pak Tanjung untuk bisa menemukan ibunya. Seperti pada kutipan berikut di bawah ini:

li

Endi ibu, endi ibu. Ibuku sing aaaayuuu dhewe. Yen ora dituduhake,

awas!kambi nyuara

ngono, cah wadon kuwi genti ngabruk ing pangkuane buTanjung , mesthi wae marahi mak jenggirat. Bu Tanjung ora bisa kumecap (Seri 2 hal 26) Terjemahan : Dimana Ibu , dimana ibu. Ibuku yang paling cantik. Kalau tidak dikasih tau, awas!setelah berbicara seperti itu, wanita itu jatuh di pangkuan Bu Tanjung, karena itu menyebabkan kageg. Bu Tanjung tidak bisa berdicara.(Seri 2 hal 26). Sosok wanita yang bernama Harini ini mempunyai sikap feminim dapat dilihat fisik atau cara berpakaian sangatlah wanita, dia berpakaian layaknya seorang wanita pada umumnya yang memakai celana pendek ataupun istilahnya rok, dan tubuhnya sangatlah halus dan menggiurkan karena dapat dilihat bahwa umurnya yang sangat muda yang berkisar antara umur belasan tahun. Dilihat dari kutipan. Merga cewek ayu kinyis kuwi, nganggo rok mepet tur minim sisan, Tanjung saya mbilingi. Kala menjinge ngangsed, munggah midhun, bareng karo sikile bocah wadon kasebut ngonthel pit mini( Seri 3 hal 19). Terjemahan: Karena wanita cantik itu, memakai rok ketat dan pendek sekali, Tanjung semakin melihatinya, kala menjengnya naik turun, bersamaan dengan kakinya anak perempuan itu yang sedang memakai sepeda mimi( Seri 3 hal 19). Harini yang sedang sakit diajak pak Tanjung ke rumah kidukun, disitu Harini di beri obat karena sebelumnya Harini ini dirasa kurang waras atau gila karena menyebut-nyebut dimana ibu terus sampai berulang-ulang, kerap kali ditanyai identitasnya atau siapa dirinya dia kerap kali menjawab dimana ibuku, dan akhirnya kidhukun bertanya baik-baik dan Harini menjawab, dan dia ingin pergi ke alamat LSM Multiguna Persada. Kutipan: terna menyang ngendi ndhuk...?

lii

menyang kantor....? kantor apa...? LSM Multiguna Persada. LSM Multiguna kana cepet. LSM Multiguna Persada apa? Papane ana eng engdi ndhuk? Jl... Anoman nomer 11.

Terjemahan: Diantarkan kemana dik...? ke kantor.....? kantor apa... LSM Multiguna Persada. LSM Multiguna Persada kesana cepat. LSM Multiguna persada apa? tempatnya ada dimana, dik? Jl.... Anoman nomer 11.

Setelah diantarkan ketujuan tersebut Harini disuruh masuk kedalam katornya. Pada saat di dalam kantornya Ir Harinto yang bernama kantor LSM Multi guna persada, Harini juga menagih janji keberadaan ibunya. Dimana, Harini menagih janji dengan cara memaksa karena Ir Harinto mengulur waktu biar Harini lupa menagih janjinya:seperti pada kutipan di bawah ini ; iki sing dikwatirke, mulane, yen bisa, tembunge ra di enggok-enggokke. Ora sah golek alesan, endi janjimu.eee.......mengko dhisikBocah wadon iku ngoyok, tur tanpa basa pisan.Njangkar..(Seri 8 hal 19). Terjemahan: ini yang dikwatirkan, awalnya perkataan jangan dibelok-belokan.jangan mencari alesan, mana janjimu.eee........nanti duluanak wanita ini ngotot , tanpa bahasa yang halus.Kasar..(Seri 8 hal 19). Pada akhir cerita Harini bertemu pada ibunya di rumah sakit, dalam cerita menunjukan bahwa dirumah sakit ada beberapa orang yang menemui Sumini dan setelah itu diberitahu oleh kartolo bahwa ada seorang yabg dicari-cari selama ini. Dirumah sakit Harini dan Sumini untuk pertama kali bertemu dan akhirnya setelah bertumu dengan anaknya Sumini meninggal dunia

liii

karena sakit yang dideritanya. Disamping itu Harini kecewa tetapi juga lega karena bisa tau siapa orang tuanya selama ini. Seperti pada kutipan : Bengok Harini, histeris. Kabeh kaca-kaca. Genti Bu Tanjung uga langsung ngabruk Sumini sing ora kena ditulung kuwi. Njur lamat-lamat saka lambene kartolo innalillahi wa ina ilaihi rojiun.(Seri 17 hal 21). Terjemahan : Teriyakan Harini, semua berkaca-kaca, gantian Bu Tanjung yang langsung memeluk Sumini yang tidak bisa ditolong lagi. Terus berkata bisik-bisik dari mulut KartoloInnalillahi wa ina ilaihi rojiun(seri 17 hal 21) 2. Plot/Alur Di dalam Cerbung Mburu Abure Kupu Kuning karya Suwardi Endraswara mempunyai Alur maju dan tertutup dalam plot/Alur dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: a. Situation (melukiskan suatu keadaan) Pengarang mengawali dengan mula-mula pembaca diajak untuk masuk kedalam situasi dengan diawali pada Pak Tanjung yang menerima syarat dari ki dukun supaya mencari lele yag besarnya seperti ikan yang besar di sungai serengenge. Seperti pada kutipan : Kuwi sarat-sarat sing ora dilakoni muspra. Yen ana apa-apa mangga!ki dhukun genahake mantep. Sarat kok nalar...(seri 1 hal 19) Terjemahan : Itu syarat-syarat yang tidak dilakoni percaya. Kalau ada apa-apa terserah!ki dukun membenarkan yang betul. Sarat tidak masuk akal...(Seri 1 hal 19) Pada saat itulah pak Tanjung ingin mendapatkan keturunan dari sumini karena berapa tahun sudah menikah belim bisa mendapatkan seorang anak.dan pada itulah pah Tanjung menemui kidukun mencari syarat untuk bisa mendapatkan jalan supaya anaknya bisa mendapatkan keturunan. Dengan syarat ki dukun pak Tanjung mencari ikan lele di sungai dan akhirnya dapat

liv

tetapi Pak Tanjung mendapatkan lele yang tidak seperti disyaratkan ki dukun tersebut. Dan lelenya dibawa pulang lalu disuruh dimasak dan diserahkan ke Sumini agar dapat momongan. Seperti pada kutipan di bawah ini: Iwake enggal digawa menyang kutha, neng nggone Sumini, kareben anake dhewe enggal duwe momongan. Awake dang bisa ngudang putu. Rak ngono.(Seri 1 hal 19) Terjemahan: Ikannya supaya dibawa ke kota, di tempat Sumini, supaya anak kita mendapatkan momongan. Kita supaya dapat menimang cucu. Ya tidak. (Seri 1 hal 19) b. Generating circumstances (Peristiwa mulai bergerak ) Peristiwa ini mulai bergerak setelah Pak Tanjung pergi mencari ikan , lalu paginya ikan itu dikembalikan dan menemukan seorang wanita muda yang ingin diantarkan ke kantor LSM multiguna persada tidak lain kantor itu milik menantunya pak Tanjung. Seperti pada kutipan di bawah ini: Terno menyang ngendi dhuk?menyang kantor, kantor apaLSM Multi guna Persada, Papane neng ngendi dhuk?jalan Anoman Nomer 11(Seri 5 hal 20) Terjemahan : Diantarkan kemana nak?menuju kantor, kantor apa LSM Multiguna Persada, tempatnya dimana nak?jalan Anoman nomer 11(Seri 5 hal 20) c. Rising action (Keadaan mulai memuncak) Keadaan mulai memuncak setelah Ir Harinto mengetahui bahwa Sumini pernah mempunyai anak dan menitipkan kepada Kartolo. Dan saat itu Ir Harinto kaget seperti tidak percaya tentang berita tersebut. Seperti yang ada pada kutipan: Tembunge Harinto rada kasar. Semune rada kecentok rasane. Njur kewuwuhan ngoso sethithik. Neng pemuda iku tenang wae.Garwa panjenengan rawuh dateng griya kula, kejawi silaturahmi ugi nitip bayi (seri 14 hal 20).

lv

Terjemahan : Bicaranya Harinto seperti kasar. Suaranya semakin tidak enak dirasakan. Seterusnya istirahat sebentar. Terus pemuda itu tenang aja .istri kamu datang kerumah saya . untuk silaturahmi terus menitipkan bayi(Seri 14 hal 20). Setelah mendapati berita tersebut Ir Harinto pulang kerumah karena ingin mengetahui apa bener yang dikatakan kartolo itu, akan lelaki tersebut, setelah sampai dirumah, Ir Harinto mendapatkan berita dari bapak mertuanyabahwa Sumini ketabrak dan dirawat dirumah sakit. Seperti pada kutipan di bawah ini: mangga pak...bapak saking dalem?.saka rumah sakit sinten sing gerah lho, mau bengi ora kondur ta?kok dibel saka rumah sakit kosong ngomah kene, Sumi rak neng kana, PKU Muhammadiyah, kamar E ruang 4 (Seri 15 hal 20). Terjemahan : Mangga Pak. . .Bapak dari dalam? . dari Rumah Sakit Siapa yang sakit dari malam belum pulang ta? Kenapa di telpon dari Rumah Sakit rumah sini kosong, Sumi disana, PKU Muhammmadiyah Kamar E ruang 4 (Seri 15 hal 20). Setelah mendapati berita tersebut Ir. Harinto pergi ke Rumah Sakit tetapi dia mampir dulu ke Kantor, akan tetapi Kantornya di Segel Polisi karena Kantornya bermasalah karena melanggar peraturan. Seperti pada Kutipan : Tekan ngarep Kantor Ir. Harinto kaget, njengek. Njur mbenerake batine dewe. Layak yen esuk mau ngontak Satpam ora sambung. Dadakan mobile di rem ngeget, kaya ora ana sing akon (Seri 16 Hal 19). Terjemahan : Tiba di depan kantor Ir. Harinto terkejut. Lalu membenarkan hatinya sendiri dari tadi pagi telpon Satpam tidak tersambung. Tiba tiba mobilnya di rem mendadak, seperti tidak ada yang menyuruh (Seri 16 Hal 19).

lvi

d. Climax (peristiwa peristiwa mencapai puncaknya) Peristiwa ini mulai memuncak ketika Ir. Harinto berkejar kejaran dengan polisi karena polisi ingin menangkapnya, karena tidak mau tertangkap Ir. Harinto lari ke Rumah Sakit dimana isterinya Sumini diarawat disitu seperti pada Kutipan: Mung wae, Ir. Harinto ora ngrewes marang tembakan kowe. Terus wae mancal gas, ninggal Kantore dewe kuwi. Ora melu Polisi sing mesti wae bakal ngoyak deweke. Mobil terus diblandangake, mbiyaki kendaraan liya. Mesti wae kudu ngebel bola bali (Seri 16 Hal 20). Terjemahan : Hanya itu, Ir. Harinto tidak menghiraukan dari tembakan itu. Kemudian menginjak gas meninggalkan Kantornya. Tidak ikut polisi yang mengejar. Kemudian mobil dilarikan membuka kendaraan orang lain. Sering membunyikan klakson (Seri 16 Hal 20). Ir. Harinto lari menuju Rumah Sakit dan bertemu dengan Sumini disitu ada Pak Tanjung dan Bu Tanjung dan juga ada Kartolo ada pula Harini, Kartolo bercerita bahwa Sumini ini Ibu Kandungnya Harini seperti pada Kutipan. Dhik Harini ya iki sing mataun taun kok goleki. Ibumu. Kandane Kartolo, genahake. Nalika iku kabeh bungkem. Ora ana sing wani ndhisiki suara (Seri 17 Hal 20). Terjemahan : Dik Harini ya ini yang bertahun tahun kamu cari. Ibumu. Katanya Kartolo, membenarkan. Waktu itu semua diam. Tidak ada yang mendahului suaranya (Seri 17 Hal 20). Peristiwa itu Ir. Harinto ingin mengetahui juga siapa bapak dari Harini yang jadi pertanyaannya. Seperti pada Kutipan di bawah ini: A. . . ku ora kuat tenan mas. Wis. Yen isih dha durung trima panalangsaku ya wis, aku tak mbukak wadi . Sumini ngampet suara. Terus merem, ora ana tangis meneh mung kumecap cekak : Ki Dukun Kabul. Bajingan! (Seri 17 Hal 21). Terjemahan :

lvii

A. . . ku yakin tidak kuat mas. Sudah. Kalau masih belum terima sakitku ya sudah. Aku akan membuka rahasia. Sumini menahan suara. Kemudian menutup mata, tidaka ada tangis lagi keculai suara pendek : Ki Dukun Kabul. Bajingan! (Seri 17 Hal 21). e. Denouement (pemecahan persoalan persoalan dari semua peristiwa) Pemecahan persoalan yang di lukiskan pengarang yaitu ditangkapnya Ir. Harinto karena bermasalah dengan Hukum yaitu memproduksi VCD porno, begitu juga Harini karena meneror losmen Menoreh Asri, juga meninggalnya Sumini serta di tangkapnya Ki Dukun Kabul karena sebagai tersangka tabrakan. Seperti pada Kutipan. Sing nyrempet ibu Sumini kuwi, uga truke Ki dhukun Kabul. Wah, piye wae iki tetep kudu di proses. Ora ana istilah Kolusi kolusinan. Sing luwih penting maneh wanita jeneng Harini iku kudu di kecrek sisan. Iki mau ana kontak saka Kapolres (Seri 17 Hal 21). Terjemahan : Yang menabrak ibu Sumini itu yaitu truk Ki Dhukun Kabul. Tetap saja ini harus di proses. Tidak ada istilah Kolusi kolusinan. Yang lebih penting lagi wanita yang bernama Harini itu harus di borgol sekalian. Ini tadi ada berita dari Kapolres (Seri 17 Hal 21). 3. Penokohan Tokoh sangat dibutuhkan kehadirannya, sebab melalui penokohan cerita menjadi nyata dalam anganangan pembaca. Melalaui penokohan itulah pembaca dapat dengan jelas menangkap wujud manusia dengan peri kehidupannya yang sedang diciptakan pengarang. Penokohan merupakan gambaran watak dan perilaku yang digambarkan dalam cerita fiksi. Penggambaran tokoh dalam cerita fiksi antara novel dan cerpen atau cerbung berbeda. Cerpen digambarkan secara detail. Penggambaran watak dan perilaku dalam cerita merupakan gambaran yang diimpirasikan dari keadaan masyarakat sebagaimana sifat seorang manusia yang mempunyai sisi buruk dan sisi baik. Penggambaran watak dan perilaku yang tidak wajar justru akan mempercepat bentuk dari karya sastra dan menimbulkan keraguan terhadap pembaca.

lviii

Cerbung Mburu Aburu kupu kuning karya Suwardi Endraswara. Penokohan akan dibagi menjadi beberapa bagian: Tokoh utama (Central Chararter) adalah tokoh yang paling sampai perananya yang tampil didalam cerita. Terus menerus sehingga terasa mendominasi sebagian besar cerita selanjutnya tokoh utamanya yaitu Harini dan Tokoh tambahan atau tokoh bawahan yang paling dominan adalah pak Tanjung, bu tanjung , Ir Harinto, Kartolo. Cerita yang sudah dipaparkan mengenai dalam Cerbung Mburu Aburu Kupu Kuning menurut Teori yang dikemukakan Mochtar Lubis satu demi satu sebagai berikut: 1. Tokoh Utama Tokoh utama mempunyai peran penting dalam perkembangan cerita dan mempunyai relevansi dengan setiap peristiwa yang terjadi di sepanjang cerita. Tokoh utama paling berhubungan dengan berbagai masalah dari awal hingga akhir di dalam Cerbung Mburu Abure Kupu Kuning ini adalah Harini, tokoh ini paling dominan terlibat dalam semua peristiwa kejadian yang ada di Cerbung Mburu Abure Kupu Kuning. Tokoh utama pada cerita ini adalah Harini. Pengarang melukiskan tentang tokoh Harini dengan Pyisikal description (melukiskan bentuk lahir dari pelakon) dan Direct outhor analisis (pengarang dengan langsung menganalisis watak pelakon). Tokoh Harini adalah tokoh yang umurnya masih belasan tahun. Dimana tokoh Harini ini mempunyai wajah yang sangat cantik dan bentuk tubuh yang sangat ideal. Dimana tokoh Harini juga mempunyai sifatyang sangat keras kepala. Karena dia masih muda dimana umur segitu masih mempunyai sifat yang gampang marah dan ingin mencari jati dirinya dan menentukan langkah awal menuju kedewasaan. Untuk masa depannya dan juga Harini ini suka berbicara kurang sopan terhadap orang yang lebih tua. Seperti pada kutipan dibawah ini.

lix

Merga cewek ayu kinyis kuwi, nganggo rok mepet tur minim pisan, Tanjung saya mbilengi. Akhire, dina candhake Tanjung kumudu nyedaki cewek centil kuwi Seri 3 Hal 20). Terjemahan : Karena perempuan cantik sekali itu pakai rok sempit dan pendek sekali, Tanjung semakin melihatnya. Akhirnya, hari untuk mendekati, Tanjung harus mendekati cewek agresif itu (Seri 3 Hal 20). Hal ini diperjelas juga dengan Portrayal of thought stream or concious thought (melukiskan jalan pikiran pelakon atau apa yang terlintas dalam pikirannya). Harini kurang hormat dengan orang tua dimana dia semena mena dalam tindakan yang kurang sopan dilakukan terhadap orang tua dengan menjawab pertanyaan apa adanya. Seperti pada Kutipan. Sing baku, Bapak lan ibu. Lha bapak ibumu sapa, Nduk? Bapak kula wong lanang, ibu kula wong wadon Titik. Huss . . . ki guyon ta. Tenane bapak lan ibumu sapa, mengko dak terake merana. Aku tanggung jawab tenan bapak kula utang. Ibu nggih utang. Utang kudu nyaur yen boten awas (Seri 3 Hal 20). Terjemahan : Yang baik, Bapak dan Ibu. Siapa bapak ibu kamu, Nduk? Bapak saya laki laki, ibu saya saya perempuan titik. Huss. . .ini gurauan kan. Yang benar bapak dan ibu kamu siapa, Nanti saya antar kesana. Aku sangat tanggung jawab bapak saya hutang. Ibu juga hutang. Hutang harus mengembalikan kalau tidak awas (Seri 3 Hal 20). Pengarang juga sering menggunakan Discussion of environment (pengarang melukiskan keadaan sekitar pelakon) setelah sadar di rumah Pak Tanjung. Harini ini berbicara ngawur seperti orang gila dan akhirnya Pak Tanjung dan Bu Tanjung berencana membawa Harini ke Dukun biar di obati dan bisa sadar sehingga bisa ditanyai baik baik dan bisa dijawab dimana asal usulnya. Seperti pada kutipan.

lx

Bengi iki uga Nduk, kowe arep dijak sowan simbah. Mung dolan kok. Dohe saka kene ya mung patang kilonan. Yo. Ben pikiranmu ben ora buneg neng ngomah kene (Seri 4 Hal 20). Terjemahan: Malam ini jadi Nduk, Kamu mau di ajak ke tempat kakek. Hanya bermain saja. Dari sini jauhnya empat kilo saja. Ya. Biar pikiranmu tidak bosan di rumah sini (Seri 4 Hal 20). Berkaitan dengan hal ini juga diperjelas dengan reaction of others about to character (pengarang melukiskan bagaimana pandangan pandangan pelakon terhadap kejadian kejadian). Dalam tahap ini Harini mempunyai sifat keras dan mudah sekali marah, terlihat dalam dia ingin menagih janjinya terhadap Ir. Harinto, setelah beberapa kali mencari dimana letak kantor itu berada tapi dengan bantuan Pak Tanjung dan Bu Tanjung bisa ditemukan Kantor tersebut disitu Harini akhirnya menemukannya, setelah itu Harini menemui Ir. Harinto diruangannya dan terjadi pertengkaran karena Harini menagih janji dengan cara memaksa dan terus memaksa seperti pada kutipan. Bos iku wis bisa mbedhe, geneya bocah wadon iku tekan kantore mesti bakal nagih janji. Iki sing di kuatirake mulane, yen bisa, ra di enggok enggokake. Ora sah golek alesan. Endi janjimu.eee. . . mengko disik bocah wadon iku ngoyok. Tur tanpa basa sisan (Seri 8 Hal 19). Terjemahan : Bos itu sudah bisa menebak, Pastinya perempuan itu tiba dikantornya kemudian menagih janji. Ini yang di khawatirkan awalnya, Kalau bisa, perkataannya jangan simpang siur. Tidak usah cari alasan. Mana janjimu. eee. . .sebentar dulu anak perempuan itu memaksa. Dan tanpa kalimat yang sopan (Seri 8 Hal 19). Hal ini juga diperjelas dengan pengarang melukiskan dengan Conversation of other about character (pelakon-pelakon lainnya dalam suatu cerita memperbincangkan keadaan

lxi

pelakon utama). Hal ini bermula sikap yang ada pada saat Pak Tanjung bertemu pada ki dukun kabul sedang memperebincangkan Harini bahwa Pak Tanjung dan Kidukun Kabul ingin mengobatinya dengan alasan biar cepat sembuh. Sikap ini dilakukan supaya Harini yakin dan mau menurut untuk diobati, sikap inilah yang dilakukan Pak Tanjung. Seperti yang ada pada kutipan: Mung wae, amrih ora ndedawa rasa. Dhewe enggal wae nugel rembug kudu tekan gone mbah Dukun. Olehe pamit tanpa tembung cukup nganggo sasmita mripat marang Bu tanjung. Kuwatir yen bocah wadon iku ngerti arep menyang nggone dukun, timbang ngeculake suwara landep meneh ( Seri 3 hal 20). Terjemahan; Hanya saja, tidak usah ngepanjangkan rasa. Kita supaya mematahkan masalah harus bisa tiba di rumah Mbah Dukun. Dengan pamit tidak mengucapkan kata yang sopan denga Bu Tanjung. Kekwatiaran anak perempuan itu sudah tiba dirumah Ki Dukun, daripada mengeluarkan suara kata lagi ( Seri 3 hal 20). 2. Tokoh Tambahan, Tokoh bawahan, Tokoh Pembantu. a. Pak Tanjung Tokoh Ini dilukiskan pengarang melalui Reaction To Event ( melukiskan bagaimana reaksi pelakon). Pak Tanjung merupakan ayah dari Sumini tetapi selama menikah belum bisa mempunyai keturunan hal ini menyebabkan pak Tanjung ingin bertemu dengan ki dukun, dimana Tanjung percaya dengan hal yang berbau mistik karena dia ingin mempunyai cucu dari Sumini.oleh karena itu pak Tanjung sebelum pergi kerumah Dukun, pakTanjung menginjak injak tanah dulu sebanyak tiga kali. Seperti pada kutipan: Kambi ninggal omahe, ora lali Tanjung nggedrug jejakan lawang ping telu. Njaluk Pamit karo kadang papat lima pancer. Kareben sing digadhang hasil..(seri1 hal 19). Terjemahan :

lxii

Dengan meninggalkan rumah, tidak lupa tanjung menginjak-nginjak tanah di depan pintu sebanyak tiga kali. Minta pangestu sama kadang empat lima pancer, supaya yang diharapkan berhasil..(Seri 1 hal 19). Dalam cerita tersebut pengarang melukiskan tokoh Pak Tanjung dengan Portrayal of thought stream or of concious thought (melukiskan reaksi pelakon itu terhadap kejadian ). Sehingga dapat dilihat perihal Pak Tanjung menemukan Wanita yang tenggelam disungai, Pak Tanjung berniat melaporkan kemasyarakat dan tanya apakah ada yang mengenalinya perihal tersebut Pak Tanjung adalah orang yang berkepribadian sosial terhadap orang lain yang belum diokenalinya dengan menolongnya, dengan tidak ada rasa pilih kasih dan tidak mengharapkan imbalan. Untuk lebih jelasnya dilihat dalam kutipan: sak wise ditamatake, cetha yen tangan wong. Tanjung Enggal tetulung. Sing wadon katut ngampet, kambi ndonga ndremimil. Njaluk slamet. Piye iki, diampirke puskesmas apa diajak bali neng omahe dhewe?(Seri 2 hal 20). Terjemahan: Setelah dipandang, nyata sekali tangan orang. Tanjung langsung menolongnya. Perempuan itu ikut menahan, sambil berdoa terus. Minta selamet. gimana ini, di kasihkan ke puskemas apa di ajak pulang ke rumah kita?(Seri 2 hal 20). b. Bu Tanjung. Tokoh ini di lukiskan dengan Reaction to event (melukiskan pelakon dengan suatu kejadian). Bu Tanjung adalah istri dari Pak Tanjung. Dimana Ibu Tanjung ini menemukan wanita di sungai di tolongnya dan dia bawa kerumahnya dan dikasih obat. Setelah wanita itu sadar Ibu Tanjung segera menanyainya dengan perasaan sebagai wanita yang penah mempunyai anak, Ibu Tanjung berniat bertanya dengan baik-baik terhadap wanita tersebut. Lihat pada kutipan:

lxiii

Ndhuk... tembunge ibu Tanjung grapyak semanak. Kebak rasa pangrasa. Dhewekenjur nyritakake mula bukane bocah wadon kuwi tekan omahe. Lan sing paling baku, njur arep mbobok sapa sejatine bocah wadon iku ( seri 3 hal 20). Terjemahan: Nak.... perkataan ibu Tanjung langsung mengenainya. Penuh dengan rasa pertanyaan. Ibu Tanjung langsung bercerita dari awal membuka anak perempuan itu saat tiba dirumahnya. Setelah itu bertanya yang paling baik, siapa anak perempuan tersebut (Seri 3 hal 20). c. Ir Harinto Pengarang melukiskan dengan Reaction To Event (Melukiskan reaksi pelakon terhadap kejadian). Dapat diliat bahwa Ir Harinto adalah seorang pimpinan, dimana dia ini mempunyai istri disamping itu juga dia mempunyai masalah dengan polisi dimana dikantornya tersebut mempunyai masalah denagan pekerjaan yang dilarang oleh hukum dimana pekerjaan dia yaitu membuat dan menggandakan VCD porno. Dapat dilihat pula kejadian di kantornya di beri garis polisi dan Ir Harinto terkejut. Seperti pada kutipan: Tekan ngarep kantor Ir Harinto kaget, njengek, Njur mbenerake batine dhewe, layak yen esuk mau ngontak satpam ora sambung... kurang ajar.batine, kambi nggebrog stiran mobil sak wanine. Dheweke anyel weruh kantore sing wis diubengi garis polisi kuwi. Tur meneh ndadak wis dijaga polisi krocokroco, nyekel tembak(Seri 16 hal 19). Terjemahan : Di depan kantor Ir Harinto terkejut, melotot, selanjutnya membetulkan hatinya. Makanya dari pagi tadi nelpon satpam tidak menyambung... Kurang ajar .hatinya, sambil memukul setiran mobil dengan beraninya. Dia marah melihat kantornya di beri garis polisi. Terus selanjutmya telah di jaga polisi kecil-kecil, pegang pistol.(Seri 16 hal 19).

lxiv

Hal itu juga di lukiskan dengan pengarang lewat Portroyal of thought steam or of concious thought (melukiskan jalan pelakon dan apa yang terlintas dipikiranya). Dan sehingga dapat dilihat bahwa yang dilakukan perihal Ir Harinto. Mengetahui dari Kartolo baha Sumini dulu pernah mempunyai bayi dan dititipkan lewat kartolo atas nama yayasan Sarwi Mardi dan Ir Harinto berniat untuk menanyakan langsung kepada Sumini. Dapat dilihat dari kutipan berikut: Tembunge Ir harinto Wiwit rada kasar. Semune rada kecentok rasane. Njur kewuwuhan ngoso sethithik. Ning pemudha iku tenang wae. Garwa panjenengan. Rawuh dhateng griya kula. Kajawi silaturahml ugi nitip bayi.Haaaahhh. Bayi(Seri 14 hal 20). Terjemahan : Perkataan Ir Harinto mulai merasa kasar. Suaranya semakin tidak kepenak rasanya. Selanjutnya istirahat sebentar. Tapi pemuda itu yenang aja. istri kamu dulu pernah datang kerumah saya. Silaturahmi selanjutnya menitipkan bayi.Haaaaaahhh. Bayi (Seri 14 hal 20). d. Kartolo Tokoh ini dilukiskan melalui Reaktion to Event.(melukiskan pelakon terhadap suatu kejadian ). Dimana dilihat bahwa Kartolo menjelaskan dihadapan semua orang yang ada di Rumah Sakit dengan tenangnya dia mengucapakan suara tehadap semua orang yang ada di situ, dimana dia menjelaskan bahwa Harini ini adalah anak dari Sumini dan Kartolo menjelaskan tentang apa yang ia ketahui selama ini. Seperti pada kutipan: Dhik Harini ya iki sing mataun taun kok goleki. Ibumu kandhane Kartolo. Nggenah ake. Nalika iku kabeh bungkem. Ora ana sing wani ndhisik nyuwara( Seri 17 Hal 20). Terjemahan:

lxv

Nak Harini ya ani yang bertahun-tahun yang kamu cari. Ibu kamu yang diberithukan Kartolo. Membenarkan, pada saat itu semuanya diam. Tidak ada yang berani bersuara ( Seri 17 hal 20). e. Ki Dukun Kabul. Tokoh Ini Dilukiskan dalam Reacsion To event(melukiskan bagaimana reaksi pelakon itu terhadap suatu kejadian ) Dapat dilihat dari saat dimana dia mengobati pasien yang bernama Harini, tetapi mengalami kesulitan dalam hal mengobati pasien tersebut. Seperti pada kutipan : Tamba? Tamba apa. Sapa sing lara ?Sing ditambani kuwi rak yen lara. Sing menthale bubrah kae yen arep ditambani. Aku ora lara. Apa aku ki lara?. Mbah Dukun mung meneng wae tur umak amik ( Seri 4 hal 45 ). Terjemahan: Obat? Obat apa. Siapa yang sakait ?yang diobati itu kalau ada sakitnya. Yang mempunyai hati yang sudah rusak itu yang harus diobati. Saya tidak sakit. Apa saya ini sakit?. Mbah Dukun hanya terdiam saja sambil berbisik-bisik ( Seri 4 Hal 45) f. AKP. Drs Rahardi AKP Drs Rahardi adalah tokoh yang merupakan seorang polisi sebagai tokoh Penegak Hukum. Tokoh tersebut bertugas menyelidiki setiap kejahatan yang terjadi di masyarakat. Dan pengarang melukiskan tentang dia dalam Reaction to events. Dimana polisi ini bertugas untuk menangkap Ir Harinto. Dimana pada saat itu AKP Drs Rahardi menyuruh kompol Elza untuk memata-matai dan mencari bukti tertang Kejahatan yang dilakukan Ir Harinto, dimana itu terjadi dalam hotel Wilis. Dan dapat dilihat dalam kutipan di bawah ini : Krungu rembugane wong loro neng kamar tamu kuwi, Kompol elza Rukmana saya nguping. Ning ora pati ngeterani. Mergi , dheweke wis wasis digldli nyamudana, alus banget, nyatane, kambi maca koran esuk sing dipajang ing meja tamu, bisa ngrungokake guneman sing sajak wigati. Saka panggraitane kompol Elza Rukmana guneme Wong Loro iku nyalawadi banget (Seri 13 hal 39).

lxvi

Terjemahan: Mendengar pembicaraan kedua orang tersebut di ruang tamu itu. Kompol Elza Rukmana ingin makin mendengarkan. Tapi tidak samapi ketahuaan. Dia sudah mahir untuk melakukan penyelidikan, halus sekali, kenyataanya, sambil membaca koran pagi yang sudah dipersiapkan di meja tamu, bisa mendengarkan pembicaraan yang sangat rahasia. Dari pengetahuanya kompol Elza Rukmana dari kedua orang tersebut saat mencurigakan banget (Seri 13 hal 39).

g. Selain tokoh pembantu di atas masih ada tokoh lain yang pengarang oleh tidak dijelaskan bentuk lahir maupun wataknya diantaranya. Diantaranya sebagai berikut : Kompol Elza Rukmana (orang yang disuruh untuk melakukan pengintaian). AKP Ginanjar (orang yang menanangkap Ir Harinto) Supir taksi, Resepsionis di Losmen Menoreh Asri. 4. Latar/ Setting. Latar/ Setting adalah lingkungan peristiwa, yiatu dunia cerita tempat terjadinya peristiwa, biasanya latar dihadirkan dalam bentuk deskripsi kadang-kadang latar secara langsung mempengaruhi tokoh dan kadang-kadang memperjelas tema. Dalam bentuk cerita, latar biasanya dapat menggugah nada emosi disekeliling tokoh (Adid Sofia Sugihastuti 2003 :19). Dalam pengungkapan latar/Setting biasanya pengarang menyelipkan suatu kejadian yang terjadi dalam waktu yang diceritakan. Kejadian yang diceritakan misalnya peristiwa sejarah, Masalah Politik, kejadian bencana alam atau masalah yng sedang dihadapinya oleh masyarakatnya. Dengan begitu pembaca dapat membayangkan tentang keadaan sosial masyarakatnya waktu itu. Yang harus diperhatikan oleh pengarang dalam penyampaian Latar/Setting janganlah terlalu panjang karena akan membuat pembaca menjadi bosan. Dalam halnya Cerbung Mburu Abure kupu Kuning . Karya Suwardi Endraswara. Pembagian Latar/Setting akan di bagi 3 bagian yaitu Latar Tempat, Latar waktu, Latar sosial didalam cerita. 1. Latar/ Setting Tempat

lxvii

Latar tempat adalah tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya sastra. Latar tempat diceritakan dalam cerbung ini berbagai macam lokasi, dimana itu akan berpindah-pindah dari satu tempat-ketempat lainnya sejalan dengan perkembangan tokohnya, misalnya latar tempat yang dikemukakan pengarang meliputi: a. Kedhung srengenge Awalnya peristiwa itu bermula dari kisahnya Pak Tanjung meminta kepada Kidukun tersebut untuk bisa mendapatkan cucu, dan bagaimana caranya agar Pak Tanjung supaya dapat cucu, dan akhurnya Tanjung disuruh untuk pergi ke kedhung Srengenge, sehingga Tanjung pergi kesana dengan perintah atau Syarat yang telah dia terima.Seperti pada kutipan: Kuwi sarat. Sarat sing ora dilakoni muspro, yen ana apa-apa, mangga!Kidukun genahaken mantep. Sarat kok aneh, kurang Nalar. Mas Tanjung bengong, nalika nampa pamrayogane Dukun Kabul. Semune, rada kurang percaya. Ning uga kecampuran rasa was-was. Wedi yen kena walat, yen ora nurut kandhane Kidukun (Seri 1 hal 19).

Terjemahan: Itu syarat. Syarat yang tidak bisa dikerjakan oleh sembarangan, kalau ada apa-apa silakan!Kidukun membenarkan betul. Syart yang aneh, kurang nalar. Mas Tanjung bingung, ketika menerima perintah dari Dukun Kabul. Suaranya, seperti kurang percaya. Sehingga bercampur dengan rasa hati-hati. Takut kalau ada apa-apa, kalau tidak menurut katanya Kidukun (Seri 1 hal 19) .

b. Dirumah Pak Tanjung Peristiwa ini terjadi pada saat Pak Tanjung membawa syarat dari Kidukun kabul. Dimana pada saat akan diberitahukan kepada istrinya Pak Tanjung dan saat itu juga dia pergi kerumahnya. Seperti pada kutipan: Tekan omah Pak Tanjung genti ngojahi bojone. Dheweke mblakakake krenahe ki dukun kabul. Kabeh dikandakake, tapis. Nyatane, bojone mung manggut- manggut, ngegongi (seri 1 hal 19). Terjemahan:

lxviii

Tiba dirumah Pak Tanjung gantian menyarankan istrinya. Kita haruslah mendengarkan Kidukun kabul. Semua dikasih tahukan. Tapis. Kenyataan, istrinya hanya mengiyani saja, dan mengegonginya (Seri 1 hal 19). c. Dikamar Pak Tanjung. Peristiwa ini terjadi pada saat pak Tanjung menolong perempuan itu dan dibawanya kerumah dan di masuakn kedalam kamarnya. Seperi pada kutipan dibawah ini: ... Mulane Tanjung gage ngundang sing wadon sing lagi neng pawon. Sing diundang mesti wae kaget bareng tekan kamar cetha banget, bocah prawan kuwi wes ngruket Tanjung ( Seri 2 hal 19). Terjemahan: ....Makanya Tanjung cepat memanggil perempuan itu yang lagi di dapur. Yang dipanggil jelas saja terkejut tiba dikamar, terlihat banget, anak gadis itu sudah memeluk Tanjung ( Seri 2 hal 19). d. Diterminal Umbulharjo. Dengan naik bus jurusan Sleman perempuan itu duduk dan mengiingat apa yang telah terjadi selama ini dan Kejadian ini bermula saat diterminal umbulharjo dimana perempuan tersebut ingin diantarkan ketempat kantor dengan Pak Tanjung dan BuTanjung, seperti pada kutipan: ...Tekan prapatan, langsung ditampani bus cilik nuju terminal Umbulharjo.Semana uga bocah wadon iku gegancangan munggah bus. Ora sah diabani kernet lan kondertur, terus bleng nggolek lungguhan.....( Seri 6 hal 20) Terjemahan :

lxix

...Tiba diperempatan, langsung diterima bus cilik yang menuju terminal Umbulharjo.seperti hal anak perempuan tersebut itu naik bus. Tidak usah di panggil kernet dan kondertur, langsung masuk mencari tempat duduk ( Seri 6 hal 20).

e. Kantor LSM Multi Guna Persada. Kantor LSM Multi Guna Persada merupakan tempat tujuan dari Pak Tanjung, Bu Tanjung dan Harini mau menemuinya untuk bisa mengetahui dimana orang tuanya berada, Harini bermaksud ingin menagih janji kepada pimpinan LSM tersebut, seperti pada kutipan: ...Jeneng LSM Multiguna persada pengembang real estate kuwi biasa. Arep gawe omah tingkat pira isah wae. Model apa wae isoh. Tanjung genahake, kaya ngerti-ngertia kae. Njur ngejak mandheng sedela. Saiki aku wae sing mlebu dhisik. Aku sing paling butuh ketemu( Seri 7 hal 40). Terjemahan : .....Namanya LSM Multiguna Persada pengembang real estate itu bisa. Mau membuat rumah tingkat bisa saja. Tipe apa saja bisa. Tanjung membetulkan, seperti mengetahui saja. Terus minta melihat sebentar. saat ini saya saja yang masuk duluan. Saya yang paling butuh ketemu ( Seri 7 hal 40). f. Losmen Menoreh Asri. Kejadian ini bermula saat Ir Harinto bersama Harini, pada saat itu harini dibuat tidur oleh Harinto dan mau dibawa ke Losmen Menoreh Asri, dan harito ingin berbuat yang tidak baik kepada perempuan tersebut yang bernama Harini, di losmen tersebut mereka mengnginap di nomer kamar 7 .seperti pada kutipan: Tekan pucak Menoreh mobil enggal dienggokake ing Losmen Menoreh Asri .. Tanpa ngreken sing sajak isih kreyeng- kreyeng bocah wadon iku gage diglandang wae, mlebu losmen langsung nuju kamar No 7...( Seri 7 hal 20).

lxx

Terjemahan: Tiba di puncak menoreh mobil langsung dibelokkan di Losmen Menoreh Asri... tanpa adamasih ada di benaknya teringat terhadap anak perempuan tersebut itu langsung saja, masuk di Losmen langsung menuju kamar No 7 ...( Seri 7 hal 20). g. Rumah Ir Harinto. Dirumah Ir Harinto menginginkan agar mobilnya dipakirkan ketempat disamping rumahnya, karena dia waktu itu pulang dari Losmen Menoreh Asri, agar supaya tidak dilihat oleh oarang-orang yang sedang mencarinya belakangan ini di dalam cerita tersebut. Seperti yang ada pada kutipan: Tekan omah ing perumahan selarong Indah gang Arjunawiwaha no 15 Ir Harinto langsung nglebokake mobile ing latar. Ben ora pati kepanesan dieyupake ing ngisor wit rambutan sing lagi awoh...( Seri 15 hal 20). Terjemahan: Tiba dirumah di perumahan Selarong Indah gang Arjunawiwaha no 15 Ir Harinto langsung memasukan mobilnya ke halaman, biar tidak kepanasan di tempat akan di bawah pohon rambutan yang baru berbuah...( Seri 15 hal 20). h. Rumah sakit Awal kejadian ini bermula pada saat itu Sumini di tabrak oleh sebuah truk dan setelah itu dibawa kerumah sakit lalu disitu pula Ir Harintro tidak mengetahuinya kalau istrinya ketabrak dan dirawat di rumah sakit, Pak Tanjung yang memberitahukan kalau istrinya sekarang berada di rumah sakit sedang dalam perawatan oleh dokter, pada saat itu Sumini sudah sekarat karena keadaan dia yang mengalami luka yang sangat berat. Seperti pada kutipan : Lho mau bengi ora kondur ta? Lok dibel saka rumah sakit, kosong omah kene Sumini rak neng kono PKU Muhammadiyah kamar E ruang 4 ( Seri 15 hal 20).

lxxi

Terjemahan lho kemarin malam tidak pulang ya?lak ditelpon dari rumah saki, gak ada orang dirumah sini Sumini di sana di PKU Muhammadiyah kamar E ruang 4 ( Seri 15 hal 20). 2. latar waktu Latar waktu adalah dimana, kapan terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam cerita fiksi, biasanya berkaiatan dengan peristiwa-peritiwa sejarah pada suatu wilayah, pengetahuan dan persepsi pembaca terhadap sejarah tersebut kemudian dipergunakan masuk kedalam suasana cerita ( Burhan Nurdiyantoro 1995 :230). Latar waktu meliputi berbagai macam cerita didalam karya sastra tersebut, meliputi pada saat Pak Tanjung ingin mencari ikan lele, pada waktu masih siang dikarenakan matahari akan pergi pada menjelang sore hari dan disitu banyak terjadi kegiatan pada waktu tertentu pada waktunya pagi, siang, malam, seperti yang ada pada kutipan: Mung wae Tanjung terus ngeblas ora ngrewes merga serengenge selak keplayu surup, swasana dadi remeng-remeng, rasa wedi disurung tekan remenge wengi ireng ( Seri 1 hal 19). Terjemahan : Hanya saja Tanjung langsung pergi begitu saja tidak gagas karena matahari kuburu pergi, suasananya menjadi remang-remang, rasa takut didorong remangnya malam hitam ( Seri 1 hal 19). Latar waktu yang ada di karya sastra ada berbagai macam yaitu: a. Waktu pagi hari, seperti pada kutipan: Tekan semono jago wes kluruk kapindho meh wae wengi tumelung ngeblakake pepadhang kaya gugah wengi panas( Seri 1 hal 19) Esuk BuTanjung wes mecah swasana. Dheweke terpaksa nginep neng omahe ki dukun.( seri 6 hal 19). Lagi wae adzan subuh, bel taksi sing durung dilapi kuwi wis muni...( Seri 12 hal 40). Tekan ring Road mesthi wae saya santer luwih saka 80 lakune, pokoke esuk kuwi ora nedya menyang kantor kudu nemoni sing wadon( Seri12 hal 40).

lxxii

Terjemahan : Tiba waktu jago udah berkokok kedua kali seperti membelah malam mengganti terang seperti membangunkan malam panas( Seri 1 hal 19). Pagi Bu Tanjung sudah bikin suasana gaduh. Dia terpaksa tinggal dirumah Ki Dukun (Seri 6 hal 19) Baru aja adzan subuh, bel taksi yang belum masih dibersihkan itu udah berbunyi ( Seri 12 hal 40). Tiba di ring Road kenyataan larinya pasti kencang dari 80 kecepatan, pokoknya pagi itu tidak kekantor, menunggu istrinya saja.(Seri 12 hal 40)

b. Waktu Siang Kutipan: mesthi wae kabeh anggota reserse teng linguk nunggu, ana kabar apa maneh. Sajake olehe nampa butuh rada tenang tur rapati kesentrong srengenge sing wiwit ngrenceng munggah. Mula AKP Drs Rahardi ndewe nuju ngisor wit pelem( Seri 13 hal 20). merga ara ana hujan, malah srengenge nyrenceng munggah kok kedhunge mumpulmumpul banjir (Seri 2 hal 19). Terjemahan: pasti saja semua anggota reserse pada melirik menunggu, ada kabar apalagi, apalagi kalau menerima kemauan pada diam terus tidak seperti kebanyakan gaya matahari mulai naik keatas. Makanya AKP Drs Rahardi sendirian menuju bawah pohon mangga( Seri 13 hal 20). karena tidak ada hujan, tapi matahari bersinar terang naik ke atas akan tetapa waduknya naik-naik banjir(Seri 2 hal 19).

c. Waktu malam Seperti yang ada pada kutipan: Mesthi wae sing lanang katut iline swara sing mecah wengi kuwi. Kaget banget terus ambegane ditata, ngongkleng-ongkleng sing wadon, dioyog oyog ngono...sakwise cetha yen sing wadon turu senggar-senggur maneh Tanjung katut kegawa playune wengi...sakwise wengi nglonjak tekan puser,ndadak sing wadon bali nglindur maneh(Seri 1 hal 20). Terjemahan: Kenyataannya yang pria ikut mengetahui swaranya yang bikin bising malam itu. Terkejut banget terus pernapasanya ditata, membangunkan istrinya, digoyanggoyangkan begitu....sesudah benar kalau istrinya kalau tidur ngelindur terus Tanjung terbawa larutnya malam...sesudah malam larut sampai tengah, terus istrinya mengigo lagi( Seri 1 hal 20).

3. Latar Sosial

lxxiii

Latar Sosial adalah latar yang berkaitan dengan perilaku sosial masyarakat yang diceritakan dalam cerita fiksi. Latar sosial yang melingkupi dalam cerbung Mburu Abure Kupu Kuning Karya Suwarda Endraswara ini meliputi: a. Kebisaanya masyarakat yang suka bangun pagi Di kehidupan keluarga Pak Tanjung, Bangun pagi merupakan suatu kebiasaan atau kebijakan untuk memulai aktifitas kerja dipagi hari di masyarakat, itu umum dilakukan karena untuk menyiapkan apa-apa untuk nanti siang contohnya: terlebih dahulu mereka tidak ketinggalan sholat bagi yang beragama dan membersihkan rumah terus tidak lupa akan menanak atau memasak dan mempersiapka pekerjaannya. Sepertri pada kutipan: Tekan Semono wus jago kluruk kapindho meh wae wengi temelung, nyeblakake pepadhang. Kaya nggugah wengi panas uga ngosak-ngasik angen-angene Tanjung sing saya nglantur( Seri 1 hal 35). Terjemahan : Tiba seperti itu Jago berkokok dua kali hampir saja malam berlarut, membukakan terang. Seperti membangunkan malam panas seperti mencari-cari impian Tanjung yang semakir ngelantur( Seri 1 hal 35). Dalam masyarakat itu biasanya wajar dilakukan karena di masyarakat bangun pagi lebih enak lebih prioritas yang sering dilakukan untuk bisa menjalankan sesuatu kegiatan dipagi hari, di masyarakat kota bangun pagi digunakan untuk bekaerja dan di desa biasanya dilakukan untuk berolah raga menanak segala sesuatu untuk persiapan makan. Dan ini dilakukan setiap hari terus menerus di desa agar supaya tidak ketinggalan rejeki. b. Kebiasaan percaya hal yang mistik Kehidupan tidak akan lepas dari hal yang tabu untuk bisa diyakini dan tidak diyakini, pemikiran dan kepercayaan semua manusia berbeda-beda oleh karena itu setiap orang boleh menyakini boleh tidak meskipun tidak ada yanfg melarang, seperti pada kutipan:

lxxiv

Kedhung Serengenge pancen nyipen wewadi. Papan sing uga tau dadi seksi biksu jaman enome Tanjung, jaman durung gandheng karo abune sumini. Yen ngono, ateges impene bojone mau padha wae ngelingake lelakone dhewe( Seri 1 hal 35) Terjemahan; Kedhung srengenge masih menyimpan impian menakutkan. Tempat yang pernah menjadi saksi biksu tsnjung waktu masih muda waktyu itu belum menikah sama ibune Sumini. Kalau begitu, kenyataane impianya tanjung istrinya tadi sama saja menginga ceritanya masa lalu( Seri 1 hal 35) 5. Amanat Pengarang dalam menyampaikan pesan atau amanat pastilah dapat bermanfaat bagi kehidupan. Karena pengarang dalam menciptakan karya satra tak lepas dari masalah kehidupan sehari-hari yang dialaminya. Mengingat pengarang merupakan bagian dari anggota masyarakat, dan pengarang tinggal dilingkungan masyarakat. Maka tak heran jika banyak karya sastra berupa cerbung, cerpen, ataupun novel, kebanyakan mengangkat tema yang diambil dari perilaku masyarakatnya dan problem kesehariannya. Dalam hal ini amanat atau pesan pengarang sangat penting untuk disampaikan kepada pembaca agar pembaca atau peminat karya sastra dapat mengambil hikmah dari karya sastra. Pengarang karya sastra biasanya menyampaikan amanatnya menyangkut hal yang baik dan yang tidak baik. Karena seorang pengarang dalam menulis sebuah karya sastra tidak lepas dari keadaan disekitarnya, jadi hal-hal atau kejadian-kejadianyang terjadi disekitar tidak hanya hal-hal yang baik saja melainkan juga hal-hal yang tidak baik juga. Karena mengingat seorang manusia tidak bisa luput dari kesalahan, manusia tidak akan selamanya benar. Bicara tentang masalah amanat maka penulis akan mengungkapkan amanat yang ada di dalam cerita cerbung Mburu Abure Kupu Kuning karya Suwardi Endraswara amanat dalam cerbung ini adalah: 1) Peran dan bertingkah laku dalam kehidupan, bahwa seoarang wanita tidak lemah meskipun kekuatannya tidak seperti laki-laki, lemah disini dalam artian dia tidak

lxxv

berjuang menggunakan tenaga seperti seorang pria tapi dia berjuang menggunakan akal pikiran, mau berusaha dan bersikeras untuk mendapatkan sesuatu yang dia belum tahu makanya itu seperti tokohnya Harini ini, dia bekerja keras demi mendapat apa yang dia cari yaitu menemukan orang tuanya yang selama ini tidak pernah ada disampingnya meskipun dengan cara memaksa, seperti pada kutipan yen boten kersa nuduhaken bapak ibu kula, kula aturi njeguraken malih awak kula ing kedhung. Kula ikhlas kangge rayahan ulam kali sing ageng-ageng. Kula ikhlas dados tumbaling kedhung(Seri 3 hal 20). Bapakkkkk.......Ibuuuuu?aku melu kowe, aku aja ambok tinggal. Hhii..... aku wedii kijenan( Seri 5 hal 20). Terjemahan kalau tidak mau memberi tahukan bapak ibu saya, saya akan menenggelamkan lagi badan saya di kedhung. Saya ikhlas dikurumuni ikan di sungai yang besar-besar. Saya ikhlas jadi makananya kedhung( Seri 3 hal 20) Bapakkkk.....Ibuuu? aku ikut sama kalian, Saya jangan ditinggalin. Hhiii..saya takut sendirian ( Seri 5 hal 20). 2) Wanita haruslah sopan di dalam masyarakat maupun di luar masyarakat, haruslah tahu diri dan mawas diri agar bisa dihormati dan juga dihargai oleh orang lain seperti pada kutipan : Weruh ki ya nyapa, wong mung onder-rok kok. Ora ngono Pak, neng sopan santun. Terjemahan : Kalau melihat itu ya menyapa, orang hanya mondar mandir. Tidak begitu Pak, tapi sopan santunlah. 3) Haruslah ingat bahwa tidak semua yang kita inginkan pasti terwujud. Maka sebaiknya kita syukur saja apa yang telah di dapat meskipun yang sudah di dapat harus pergi

lxxvi

meninggalkannya, meskipun jangan pernah menyesalinya contohnya saja ditinggal pergi orang tuanya seperti pada kutipan dibawah ini : A. . . ku ora kuat tenan mas. Wis. Yen isih dha durung trima panalangsaku ya wis, aku tak mbukak wadi . Sumini ngampet suara. Terus merem, ora ana tangis meneh mung kumecap cekak : Ki Dukun Kabul. (Seri 17 Hal 21) dan di perjelas lagi dengan kutipan di bawah ini Bengoke Harini, histeris kabeh kaca kaca. Genti Bu Tanjung langsung ngabruk Sumini sing wis rakena di tulung kuwi. . . (Seri 17 Hal 21) Terjemahan : Yakin aku tidak kuat mas. Sudah. Kalau masih belum terima sakitku ya sudah. Aku akan membuka rahasia. Sumini menahan suara. Kemudian menutup mata, tidaka ada tangis lagi keculai suara pendek : Ki Dukun Kabul (Seri 17 Hal 21) Teriakan Harini, Semua histeris kaca kaca. Gantian Bu Tanjung langsung memeluk Sumini yamng sudah tidak bisa di tolong lagi. . .(Seri 17 Hal 21) Dari analisis stuktural diatas jelas bahwa keterkaitan antar unsur merupakan hubungan antara unsur-unsur intrinsik yang merupakan bentuk bangun dari karya sastra. Unsur-unsur membentuk kepaduan yang mempunyai hubungan yang utuh dan tidak dipisah-pisah dari bentuk sastra. Seperti pada saat kita membaca karya sastra kita akan menjumpai unsur-unsur tersebut seperti tema, plot/alur, penokohan, latar/ setting, dan amanat. Cerbung Mburu Abure Kupu Kuning karya Suwardi Endraswara ini, keterkaitan antar unsur sudah saling padu antara tema, plot/alur, penokohan, latar/setting, dan amanat, membentuk satu-kesatuan yang utuh. Dimana tema yang menggambarkan pokok permasalahan digambarkan secara jelas dan terperinci oleh pengarang melalui pengenalan para tokoh, alur dan pengenalan latar. Sedangkan amanat merupakan pemecahan persoalan dari tema yang dapat disimpulkan oleh pembaca. Alur yang bergerak melalui tokoh pria dengan tokoh wanita yang berkaitan dengan profesi tokoh. Kehidupan tokoh wanita ini cocok dengan setting jaman yang digambarkan dan

lxxvii

jalinan cerita yang diceritakan. Keterkaitan antara penokohan, latar atau setting, dan alur dan penyampaian amanat. Amanat merupakan jawaban dari tema sebagai pokok permasalahan. Jada dalam cerbung ini jalinan antara unsur-unsur intrinsik sudah saling mendukung antara tema, plot/alur, penokohan, latar/setting, dan amanat

C. Profil Tokoh-tokoh Wanita dalam Cerbung Mburu Abure Kupu Kuning Dalam Prespektif Feminis

Peranan para wanita pada jaman sekarang ini memang sudah banyak mengalami perubahan. Perubahan ini didorong karena adanya gerakan kaum perempuan yang tidak mau dipandang sebagai makhluk yang lemah di kalangan laki-laki yang selalu dianggap masih dibawahnya. Karena terpengaruhi dalam perkembangan jaman yang seiring mengalami perubahan dalam berkepribadian khususnya laki-laki terhadap para wanita. Sebagian besar Feminisme merupakan gerakan kaum wanita yang menuntut persamaan hak antara laki-laki dan perempuan, wanita mempunyai gambaran atau pandangan yang luas untuk hidup serta untuk masa depan, wanita mempunyai keberanian serta tanggung jawab, sifat kasih sayang dalam masyarakat, keluarga, ataupun terhadap beda jenis. Bentuk fisik wanita lebih spesifik, karena wanita lebih indah, lebih halus atau lebih bagus dari pria. Pengarang karya sastra ingin mengungkapkan dan menuturkan tentang sosok wanita. Melalui pandangannya terhadap masyarakat terutama bagi wanita, pengarang ingin

mengungkapkan pandangan terhadap wanita. Bahwasannya wanita adalah pribadi sosial, yaitu pribadi psikofisik yang memerlukan antar relasi jasmaniah dan psikis dengan manusia lain. Wanita juga ingin dicintai, ingin dihargai dan diakui, ingin dihitung dan mendapatkan status dalam kelompoknya. Oleh karena itu dengan komunikasi bersama wanita lain akan bisa berkembang dan melengkapi dirinya. Sehubungan dengan hal itu wanita yang selalu mengkonsentrasikan diri pada (dirinya sendiri), tidak akan berkembang (Kartono, 1992: 9).

lxxviii

karya sastra tentunya menampilkan tokoh perempuan dalam pandangan pencipta karyanya, feminis ini tidak akan lepas dari masalah gender. Masalah gender bukanlah kodrat, melainkan peran yang ditampilkan oleh budaya, yang menempatkan perempuan dan pria menjadi feminim atau maskulin. Masalah-masalah ini sering muncul dalam penulisan karya sastra. Pengarang dalam menampilkan tokoh perempuan atau laki-laki sering dipengaruhi oleh kultur masyarakatnya. a. Tokoh Wanita Tokoh wanita adalah tokoh yang merupakan bagian isi dari suatu cerita, Tokoh para wanita mempunyai berbagai bentuk fisik yang bagus terutama tokoh yang diperankan oleh Harini, sehingga tokoh wanita yang memperankan mempunyai berbagai bentuk rupa atau wujud yang bisa dipandang jelas oleh mata yang jelas digambarkan oleh pengarang mengenai tokoh wanita dalam cerita. Tokoh wanita yang digambarkan sering menimbulkan prasangka gender yang menyebabkan dominasi kekuasaan tokoh laki-laki dalam karya sastra. Prasangka gender sebetulnya dibentuk atas pandanganya para laki-laki menindas terhadap para wanita, serta diamati pula cerita tersebut dipengaruhi dalam berbagai kultul dalam kehidupan sosial yang disampaikan oleh pengarang lewat karya sastranya. Cerbung Mburu Abure KupuKuning karya Suwardi Endraswara,. Pengarang mencoba menampilkan beda atas pandanganya terhadap tokoh wanita. Perempuan dipandang sebagai sosok yang berpotensi dan mulai berperan dalam kehiduapan didalam masyarakat. Pandangan atau gambaran tokoh wanita ini merupakan sosok yang bisa dicontoh oleh kehidupan jaman sekarang. Dalam pandangan tokoh wanita ini mempunyai kedudukannya di kalangan masyarakat, pandangan hidupnya, dan watak serta perilaku yang digambarkan, berikut tokoh yang meliputi tokoh Harini Bu Tanjung serta Sumini. (1) Harini Harini digambarkan dalam cerita oleh pengarang sebagai tokoh yang berkepribadian yang sangat keras dimana umurnya yang masih belasan tahun.sikap inilah yang memotifasi diri seorang pengarang untuk bisa menceritakan dalam tokoh wanitanya.

lxxix

Tokoh Harini ini digambarkan sangat suka marah-marah mengingat dirinya masih muda jadi yang ada dipikiranya hanya ingin marah. Sikap dan pemikirannya masih seumur jagung jadi pemikirannya masih pendek, belum mampu layaknya seperti pemikiran orang dewasa. Dia juga memiliki paras yang sangat cantik dan kulit yang halus, seperti yang ada pada kutipan di bawah ini: Merga cewek ayu kinyis kuwi, nganggo rok mepet tur minim sisan, Tanjung saya mbilingi. Kala menjinge ngangsed, munggah midun, bareng karo sikele bocah wadon kasebut ngonthel pit mini(Seri 3 hal 19). Terjemahan: karena wanita cantik itu, memakai rok ketat dan pendek sekali, Tanjung semakin melihatinya, kala menjengnya naik turun, bersamaan dengan kakinya anak perempuan itu yang sedang memakai sepeda mimi( Seri 3 hal 19). Di samping itu Harini memperjuangkan haknya untuk mengetahui dimana orang tuanya yang dia sayangi dan dirindukan dalam hidupnya selama ini yang tidak ada disampingnya, gambaran yang diberikan oleh pengarang yang disampaikan lewat tokoh Harini ini mempunyai peranan haruslah wanita itu berjuang demi apa yang menjadi haknya meskipun itu dengan cara mendapatkannya dengan membutuhkan pengorbanan, serta hasratnya harus berupaya dan bertanya-tanya kepada orang untuk bisa mengetahui dimana seseorang yang disayanginya, meskipun harus berbuat nekat, agar bisa dibantu untuk bisa mendapatkan informasi dan bisa dicarikan, dan untuk bisa mencari tahu dimana orang tuanya, seperti pada kutipan: Kowe iki piye to ndhuk, kok nganti kejegur kedhung?Bu Tanjung bukani rembug, kebak kesadaranboten penting bu mak ces atine Tanjung. Sethitik ana rasa lega ( Seri 3 hal 20). Terjemahan:

lxxx

kamu ini gimana sih nak, bisa saja loncat ke kedhung?Bu Tanjung membuka permasalahan, penuh kesadaran tidak penting itu Buterkejut hatinya bu Tantung. Sedikit ada rasa lega ( Seri 3 Hal 20). Harini merupakan sosok wanita yang tidak sopan terhadap orang yang lebih tua, dia selalau berbuat kasar dalam hal perkataan yang dia utarakan kedalam segala kondisi yang dimana pada waktu itu dia di selamatkan oleh Tanjung dan Harini ini berbicara lantang kepada orang tua tersebut, ini mencontohka bahwa dia itu berbuat lewat perkatan tanta memikirkan apa yang dia katakan, meskipun perkataan itu menyakitkan dan membikin bingung orang lain, seperti pada kutipan Tanjung lan sing wadon njenger dhewe. Pandeng-pandengan, kosong. Kekarone ora bisa nyekel tembunge bocah wadon kuwi. Engatase bocah lagi sengsara, kok malah tembunge neka-neka. Tembunge mentes, najari kepara sok ngalor-ngidul. ( Seri 3 hal 20). Terjemahan : Tanjung dan orang perempuan itu terkejut sendiri. Lihat-lihatan, kosong. Sekalian tidak bisa memegang perkataannya anak perempuan itu. Anak tersebut diatasnya lagi sengsara, kok bisa perkatanya bolak-balik. Perkataannya nantang, mengajaraknan setengah kanan-kiri ( Seri 3 hal 20). Perempuan itu juga keluar malam disaat dia lagi ada masalah tetapi dia menghadapinya dengan rasa tenang dan dalam hatinya ada rasa hati-hati meskipun itu dia keluar dengan menggunakan taksi akan tetapi perbuatan itu bisa jadi dilakukan kepada sopir taksi kalau sopir itu mau berbuat akan tetapi hanya dipendam saja meskipun hasrat birahi udah meninggi. Di samping itu juga Harini berbuat berani dengan meneror bom di salah satu hotel, itu menandakan bahwa perempuan ini sangatlah nekat dan pemberani seperti laki-laki, Harini bisa dikatakan teroris karena berbuat yang tidak sewajarnya di tempat penginapan, Seperti yang ada pada kutipan dibawah ini:

lxxxi

Pasuryane sing kenes tur merak ati isih cumithak sithiking impen-impene. Ngono iku wajar, tumrape supir taksi. Saben nggawa wong-wong ayu, kadhang nafsu lanange sok umeb, ning tetep di bendung. Akibate, mung ngedhung dadi impen matumpuk-tumpuk (Seri 12 hal 20). Terjemahan: Bayangan yang sudah menjadi kebahagian dalam hati masih ada sediki bayangan. Seperti itu wajar, pikirane supir taksi. Ketika membawa orang-orang cantik, kadang nafsu pria itu bergerak terus, tapi masih saja di bendung. Akibatnya. Hanya menimbun menjadi impian yang terkumpul ( Seri 12 hal 20) Orang tua Harini sudah lama meninggalkannya , dia diasuh di Sarwi Mardi sebuah penitipan anak, dia lari meninggalkan panti asuahan itu dan mencari ibunya, perbuatan ini dilakukan karena rasa rindu kepada anak ke ibu yang belasan thun meninggalkan dia, dipanti asuhan itu dia diasuh oleh Kartolo dimana Kartolo ini adalah anak dari pimpinan Sarwi Mardi, seperti pada kutipan : Griya kula menika bikak tipan anak, TPA, tempat penitipan anak. Namanipun Sarwi Mardi. Sampun dangu engga sapriki. Kangge kesibukan ibu kula ( Seri 14 hal 20). Terjemahan: Rumah saya dulu membuka titipan anak, TPA, tempat penitipan Anak. Namanya Sarwi Mardi. Sudah lama sampai sekarang ini. Untuk kesibukan ibu saya ( Seri 14 hal 20). Harini merupakan tokoh yang luar biasa dimana dia sudah dilecehkan oleh pria, diman pada saat itu dia sedang mau diperkosa oleh Ir Harinto dan disaat itu juga pada waktu tidak sadar yang dilakkan Ir Harito ini Harini berbuat kembali seperti apa yang dilakukan oleh Ir Harinto tersebut, seperti membuka baju dan membuka celananya, dan tidak itu juga yang dia lakukan ,dia mengambil dompet dan memanggil resepsionois untuk

lxxxii

bisa diambilkan sebuah majalah porno biar dikesan suka majalah porno itu, seperti pada kutipan grenenge dijarake wae. Dheweke gage nganggo rok brukut. Njur tuwuh keyakinan yen sing ngosak-asik awake, cetha bos kuwi. Mung wae bos iku disapa meneng wae, ora miget awake. Katon yen kelangan daya apa wae. Wusanane, bocah wadon iku tuwuh krenahe. Dheweke nedya males ukum marang bos kuwi. Saiki arep genti ngrucati penganggone bos kuwi sawanine ( Seri 11 hal 3). Terjemahan: Batinnya bertanya terus. Dia langsung memakai rok pendek. Lalu tumbuh keyakinan kalau yang mengeledah tubuhnya, kenyataan bos itu. Tetapai os itu dipanggil diam saja, tidak bergerak badannya. Terlihat kehilangan kekuatan. Batinnya, perempuan itu langsung membenarkan diri. Dia akan membalas terhadap bos itu. Sekarang akan membalas membuka baju yang dipakai bos itu harus berani ( Seri 11 hal 3). Feminis mengajarkan bahwa seorang wanita itu bisa dikaitkan dengan peranan gender, akan tetapi dalam tokoh Harini ini menyadarkan bahwa teori gender bisa dikaitkan betul bahwa wanita tidak selemah yang dipikirkan oleh laki-laki, wanita bisa mempunyai jiwa pemarah, pendendam, dan juga bisa jadi pemberani seperti watak yang dimiliki lakilaki, akan tetapi dikalangan remaja yang disambungkan terhadap tokoh Harini ini sangat menyatu dimana tokoh Harini masih remaja yang umurnya masih belasan tahun yang masih mempunyai sifat yang sering tidak bisa mengontrol emosi, sering terburu-buru, tidak terkontrol. Tetapi dalam femenis lebih mengacu pada wanita yang tidak bisa lepas dari pendekatan gender, hal yang sama juga nampak didalam cerbung Mburu Abure Kupu Kuning. Dimana tokoh utamanya wanita. Tokoh Harini didalam cerbung tersebut menjadikan pemahaman bahwa tidak menghiraukan perbedaan jenis kelamin, bahwa wanita juga berperan penting dalam kehidupan, Harini ini berjuang keras dalam menemukan ibunya meskipun dia harus dipermainkan dan dilecehkan oleh laki-laki, oleh karena itu bisa dijadikan contoh, Harini

lxxxiii

bisa jadi panutan dan diteladani atau dijadikan pandangan hidupnya oleh setiap wanita, meskipun fisik atau tenaga wanita lebih kecil dari laki-laki tetapi kalau ada hasrat ingin maju maka akan bisa dijalani rintangan yang menghadang didepannya. Pandangan wanita juga bisa memilih mana yang baik dan mana yang buruk yang ada disekitar, meskipun dalam tokoh Harini ada berbagai persoalan tapi dia menghadapinya dengan maju dan maju terus tanpa ada rasa keraguan sekecilpun. Tetapi poin yang terpenting bagi wanita adalah setia pada laki-laki terutama bagi yang sudah menikah. Konteks pandangan feminis menggambarkan bahwa bagaimana bentuk dan ragam yang bisa dikaitkan dengan tokoh Harini ini. Tokoh Harini mempunyai rasa jiwa muda dalam pandangan laki-laki wanita yang masih muda bisa menjadi rebutan laki-laki. Tetapi pandangan cara Harini tidak mementingkan sosok laki-laki. Dia menginginkan sosok seorang ibu. Dalam segala hal perempuan banyak dianggap sebagai makhluk yang tidak mempunyai kehendak dan keyakinan, wanita diangagap manusia yang terikat oleh beratusratus ikatan dan hanya menuruti kehendak laki-laki. Para wanita seperti itu hanya wanita yang sudah menikah yang lebih diutamakan, akan tetapi dalam kehendak dari dalam tokoh Harini ini dia masih muda dan belum menikah oleh sebab itu dia berani membela diri dan tidak patuh terhadap laki-laki itu yang diperjuangkan Harini, meskipun dia mendapatkan penghinaan yang tidak pantas dia dapatkan. Dan juga perempuan tidak boleh menyerahkan nasibnya kepada golongan lakilaki itu akan merasa dirugikan bagi wanita terhadap laki-laki dan bisa dijadikan korban terhadap laki-laki. Seperti pada kutiapan: Kowe arep gawe wirangku. Arep nyoklek masa depanku. Apa dianggep wanita kudu dadi korban terus, ora-ora. Aku kudu wani kudu wani wales marang wong lanang iblis iki ( Seri 11 hal 3). Terjemahan:

lxxxiv

Kamu akan berbua yang tidak baik. Mau mematahkan masa depanku. Apa dianggap wanita itu harus menjadi korban terus, aku harus berani membalas perbuatan laki-laki iblis ini yang sudah dia lakukan padaku ( seri 11 hal 3).

Permasalahan itu menunjukan peranan dalam kehidupan dalam tokoh Harini berjuang keras dan membalas terhadap kesemena-menaan laki-laki. Kalau wanita sudah dirugikan dalam hal masa depan seoarng wanita, maka akan sulit untuk mengembalikan martabat wanita yang hilang di mata laki-laki, wanita haruslah berjuang menjaga diri dan berjuang dalam upaya jangan sampai ditindas oleh kaum laki-laki (2) Bu Tanjung Tokoh wanita yang mempunyai karakter yang sangat baik, meskipun yang digambarkan pengarang yaitu melalui Bu Tanjung sangatlah keibuan hal ini mencerminkan bahwa wanita yang sudah tua berarti sudah tahu menahu tentang apa yang dia lakukan terhadap seseorang didalam masyarakat, dan dia juga menolong sesorang wanita yang bernama Harini ini dengan rasa tulus dan iklas dan dia berbuat itu dengan ada rasa tanggung jawab yang besar, hal ini ter cermin dari dia menanyai Harini dengan penuh keibuan dan ingin membantu menolong, seperti pada kutipan: ya cobanen, erih-erihen sing permati, aja nganti nyenggol rasane mundhak mencakmencak maneh, Bu Tanjung manthuk kelengan. Najan durung pasti plong babar pisan. Lire, anggere bocah wadon iku wis sadhar tenan, bisa diajak rembukan, ateges ganjelan bakal bisa dibuka (Seri 3 hal 20). Terjemahan: ya dicoba dulu, dipotong-potong yang cermat, jangan sampai menyentuh rasanya nanti marah-marah lagi, Bu Tanjung manggut. Kalau tidak pasti sama sekali. Lire, kalau anak perempuan itu sudahg sadar betul, agar bisa diajak berbicara, kenyataan agar supaya permasalahan bisa teratasi ( Seri 3 hal 20).

lxxxv

Peristiwa Bu Tanjung selalu menuruti perintah pak tanjung dimana peristiwa itu bermula saat pak Tanjung ingin membujuk Harini supaya mau berobat kepada dukun untuk supaya bisa sembuh dari persoalan yang dia derita yang dia alami. Seperti pada kutipan: Huss kuwi saka mbah dukun dhewe. Wis, saiki kowe wae sing mblakakake. Yen diajak mrana, ayo ndang diterake wong loro. Karepku, yen ana apa-apa awake dhewe bisa rembugan ( Seri 4 hal 20).

Terjemahan; Huss ini dari Bah Dukun. Wis, sekarang kamu saja yang membujuk. Kalau ikut kesana, ayo sekarang kita antarkan saja berdua.mauku, kalau terjadi apa-apa kita bisa rapat ( Seri 4 hal 20 ) Tokoh Bu Tanjung merupakan tokoh yang sangat berperen penting dalam menemukan orang tua Harini, dalam kesusahannya Harini, Bu Tanjung selalu ada disamping Harini seakan-akan tidak mau lepas, Bu Tanjung merupaka sosok tokoh yang sangat baik sabar dan penurut kapada seorang suami, dilihat dalam konteks feminisme Bu Tanjung adalah seorang wanita biasa yang lemah terhadap laki-laki. Tetapi konteks feminisme mengajarkan bahwa wanita haruslah berusaha lebih tinggi derajatnya dari pada laki-laki, agar dapat tempat dalam masyarakat terutama dalam dominasi laki-laki, dan feminis mengajarkan wanita yang sudah beristri haruslah taat kapada suami, itu sudah dilakukan oleh Bu Tanjung. (3) Sumini Tokoh yang diperankan oleh sumini digambarkan pengarang tidak terlalu sering muncul dikarenakan tokoh Sumini ini adalah tokoh tambahan, karena tokoh Sumini ini muncul diakhirnya dengan mengunakan kalimat atau percakapan saja, meskipun diawal

lxxxvi

cerita atau di tengah cerita ada namanya yang sering disebutkan. Sumini adalah anak dari Pak Tanjung dan BuTanjung, dimana Sumini ini belum mempunyai anak selama dia menikah dengan Ir Harinto, sehingga Pak Tanjung dengan percaya diri meminta syarat dari dukun, untuk bisa menolong dirinya buat anaknya untuk bisa mendapatkan momongan. Seperti pada kutipan: Jer wis suwe dweweke kepingen nggolekake kupiya anake wadon, Sumini. Merga anake wis wolung tahun jejhodohan durung dhuwe turun ( Seri 1 hal 19). Ning, sampeyan wes yakin tenan mas karo kupiyane ki dhukun?( Seri 1 hal 19). Terjemahan: Ya benar sudah lama dia mau mencarikan anak buat anak perempuanya, Sumini.karena sudah delapan tahun menikah tidak mempunyai anak ( Seri 1 hal 19). Ning, kamu sudah yakin mas sama syaratnya ki dukun?( Seri 1 hal 19) Sosok yang diperankan Sumini mempunyai kepribadian yang sangat buruk dimana pada saat masih muda dan belum menikah dia sudah mempunyai hamil seterusnya mempunyai anak, tapi diakhir-akhir cerita dia berusaha menebusnya dengan rasa penyesalan dan meminta maaf kepada semua orang yang merasa dia rugikan dan dia buat kecewa, oleh karena itu Sumini merupakan tokoh kunci semua permasalahan dan jawaban yang ada di cerita. Pandangan femnisme Sumini ini adalah seorang wanita yang tidak bisa mendidik anak, karena seorang wanita yang sudah mempnyai anak haruslah dia rawat meskipun sesuatu hal yang akan terjadi menimpanya nanti, seorang wanita haruslah lebih bisa mengilhami dari dalam hati yang paling dalam, karena wanita mempunyai hati yang sangat peka dan lebih terasa sensitif bila ada sesuatu hal yang menyakiti atau disakiti, wanita akan menangis. Ketiga tokoh tersebut berbeda dalam bentuk karaktter pada umurnya, tetapi tokoh yang diperankan oleh Harini ini mempunyai karakter yang sangat berbeda dimana dia suka

lxxxvii

marah marah suka terburu-buru, karena dia terbilang masih muda, tetapi beda dengan yang diperankan oleh Bu Tanjung lebih terkontrol dan tidak suka marah-marah akan tetapi keteguhan hati, jiwa yang semangat, dan tidak pernah putus asa, membuat tokoh Harini ini lebih hidup karena adanya faktor dimana tokoh Harinimenunjukan semangat hidup tetapi salah melangkah, karena tidak ada dukungan dengan orang tua. Jadi walaupun tanpa ada dukungan orang tua tetap haruslah semangat seperti itu seperti Harini. Tokoh Harini ini sentral hubungannya ataupun hitungannya dalam menunjukan kesemangatan dirinya walaupun dia seorang wanita, dan sangat pemberani meskipun tenaganya tidak sebesar yang dimiliki oleh laki-laki pada umumnya, tetapi beda sama Bu Tanjung yang selalu setia sama suaminya itulah contoh seorang wanita yang taat dan patuh terhadap laki-laki atau suami.

D. Makna dan Relevansi Cerbung Mburu Abure Kupu Kuning Dalam Konteks Perjuangan Kesetaraan Gender

Dilihat dari proses penciptaan, karya sastra banyak dipengaruhi oleh unsur sosial masyarakat yaitu sebagai wujub pernyataan sosial pengarang yang dipengaruhi oleh imajinasinya. Namun disamping itu juga karya sastra tidak harus nyata menyampaikan realitas kehidupan, sebab daya imajinasi pengarang turut mempengaruhi hasil karya sastra. Berkaitan tentang karya yang berhubungan dengan persoalan permasalahan gender dalam pembahasan kritik sastra feminis tentang wanita di dalam cerbung Mburu Abure Kupu Kuning nenanggapi problema hidup seorang wanita, maka perlu ditekankan pada teori sikap wanita guna mempermudah dan mempermudah kajian tentang wanita. Bila wanita thu dan mampu mempergunakan daya tarik,

lxxxviii

bakat. Kecakapan dan kekuatan pribadinya, maka akan tercapai apa yang di harapkan, baik dalam mengatasi masalah hidup, sosial, ekonomi, Kultural serta politik. Peranan wanita untuk mencapai kedudukan dan peranan yang lebih tinggi wanita dapat membina dirinya, membina individunya, pribadinya, bakatnya, kecakapanya dan kemampuannya. Maka dapat dikatakan wanita mempunyai peranan penting dalam keluarga dan masyarakat. Nilainilai yang tertuang dalam karya satra tersebut dapat berwujub penderitaan, kemiskinan, kebencian, kemarahan dan cinta kasih. Karena dalam karya sastra berisikan tentang hal positif dan negatif yang bisa saja ditiru atau tidak ditiru di kalangan masyarakat. Cerbung Mburu Abure Kupu Kuning terdapat sebuah ketitakadilan gender yang dialami oleh seorang wanita yang bernama Harini sehingga dapat dilihat dalam konteks prasangka gender sering menyebabkan terjadinya onferioritas kaum wanita yang dilecehkan oleh kaum lakilaki. Onferioritas merupakan pemahaman yang dijalankan berdasarkan atas sesuatu yang tidak mengenakan dan merendahkan kaum wanita. Kaum laki-laki menempatkan dirinya sebagai jenis kelamin yang memosisikan diri lebih unggul dibandingkan perempuan sehingga dapat memunculkan dalam pandangan gender, mendapatkan tempat istimewa di masyarakat luas dalam kalangan laki-laki dan perempuan dipahami secara umum dan acap kali di luruskan dalam permasalahan. Dan dapat dilihat bahwa gender mempermasalahkan tentang wanita yang seakan wanita itu sudah dibelakang kaum lakilaki, dimana keberadaan kaum perempuan itu dapat dirasakan dan dapat dipahami dalam bentuk lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, sehingga dapat dilihat wanita itu selalu direndahkan oleh kaum laki-laki, kaum laki-laki menempatkan dirinya sebagai jenis kelamin yang memosisikan lebih unggul dibandingkan wanita. Kisah seorang wanita menunjukan adanya kesetaraan gender di cerbung Mburu Abure Kupu Kuning tersebut dilihat dari arti dari cerbung itu sendiri, yaitu berartikan mencari sesuatu keindahan yang sangat berharga tetapi untuk mendapatkannya diperlukan pengorbanan, pikiran dan tenaga. Dimana dapat disimpulkan arti sesuatu yang indah yang diwujudkan oleh Cerbung itu adalah kupu kuning dimana sosok bintang kupu ini adalah sosok yang disukai oleh wanita pada

lxxxix

umumnya, karena wanita mempunyai atau memiliki bentuk fisik dan perasaan yang berbeda dibandingkan laki-laki itu merupakan bentuk gender, dalam relevansi dalam konteks ini menilai kalau wanita itu lebih sempurna dari pada laki-laki dalam segi fisik. Dalam terapan gender menyebutkan wanita selalu ditindas oleh para laki-laki itu menyebabkan kalau kaum laki-laki lebih dominan dan laki-laki lebih menyombongkan dirinya karena menilai laki-laki lebih unggul dan bisa berbuat semena-mena terhadap kaum perempuan. Hal ini dibantah dalam cerita cerbung Mburu Abure Kupu Kuning ini. Sosok wanita yang diperankan oleh Harini ini membalikan pemikiran tersebut, tokoh ini membela dan berani dalam kesemena-menaan terhadap wanita. Dan kesetaraan gender ini dapat dilihat dan dinilai dari bentuk isi cerita Cerbung Mburu Abure Kupu Kuning dengan nilai konteks lingkungan keluarga, lingkungan masyarkat serta lingkungan pendidikan dan dapat dilihat sebagai berikut: 1. Lingkungan Keluarga Di lingkungan keluarga tokoh yang ada di cerbung Mburu Abure Kupu Kuning sangatlah bersifat tidak sopan yang diperankan oleh tokoh Harini, dimana tokoh Harini ini berperilaku semena-mena meskipun di dalam keluarga sosok tokoh Harini ini mempunyai rasa kasih sayang, dalam konteks gender itu dipatahkan dalam hal gender mengungkapkan bahwa wanita haruslah memiliki rasa sopan santun, wanita itu haruslah memiliki rasa lemah lembut dengan begitu seorang wanita akan menjadi sosok yang diperhitungkan dalam kalangan lakilaki, dikalangan atau di dalam keluarga meskipun Harini ada dikeluarga Pak Tanjung dan Bu Tanjung. Perbedaan itu akan menimbulkan prasangka gender yang akan merugikan terhadap kaum perempuan untuk itu dalam perjuangan kesetaraan gender wanita haruslah memiliki rasa sopan saling menghargai karena wanita itu dinilai gender memiliki rasa lemah lembut. Seperti yang ada pada kutipan. Waah, apa tatakrama? Apa kuwi? Panggulawenthah? Uh, sapa sing ora tau mambu kabeh kuwi, dha bodho. Sing tumindak ora nganggo tatakrama sapa sing ora ngerti ungguh ungguh sapa, kurang ajar (Seri 4 hal 45).

xc

Terjemahan : Waah, apa tatakrama? Apa itu? Jangan menjadi orang pintar? Uh, siapa yang tidak tau semua itu berbau, pada bodoh. Yang berbuat tidak memakai tatakrama siapa, yang tidak tau sopan santun, kurang ajar(Seri 4 hal 45). 2. Lingkungan Masyarakat Perjuangan gender di masyarakat, gender merupakan bentuk sosial yang bermanfaat bagi masyarakat terutama bagi wanita. Orang-orang beranggapan bahwa gender itu di wariskan melalui praktik pengasuhan anak sehingga hal tersebut bersifat sosial. Hal ini menyatakan bahwa konsep cerita Mburu Abure Kupu Kuning dalam tokoh yang diperankan oleh Harini dikalangan masyarakat sangatlah cocok untuk masih dewasa tapi juga bisa dikatakan bisa menikah karena umurnya Harini ini masih belasan tahun, dia bisa menentukan kemauannya sendiri penggolongan itu bisa dijadikan pedoman dimasyarakat khususnya para wanita Wanita yang masih berumur belasan tahun mempunyai fisik yang sangat sempurna, cantik itu menjadikan nilai gender bermanfaat bagi laki-laki khusus karena wanita mempunyai hak dan kewajiban seperti yang dikatakan gender. Pesona-pesona fisik yang dimiliki oleh tokoh Harini bisa memikat hati para laki-laki penilaian gender dengan perjuangannya haruslah bisa bermanfaat bagi laki-laki, meskipun laki-laki sereing menindas tetapi perempuan jangan pernah menyerah meskipun kecenderungan laki-laki dalam menempatkan dirinya sebagai kelompok dominan yang mengendalikan seksualaitas dan identitas gender perempuan. oleh karena kesetaraan gender bisa sama dengan kehidupan masyarakat dan berguna di kalangan perempuan. Seperti pada kutipan. Naliko iku deweke kelayu bocah wadon sing ngepit nurut tengah sawah mergo cewek ayu kinyis kuwi, nganggo rok mepet tur minim pisan, Tanjung saya mbilengi (Seri 3 Hal 20). Terjemahan :

xci

Waktu itu dia ikut anak perempuan yang bersepeda lewat pematang tengah sawah karena gadis cantik mulus itu memakai rok mini dan pendek sekali, Tanjung semakin melihatnya (Seri 3 Hal 20). 3. Lingkungan pendidikan Lingkungan pendidikan haruslah memberikan sebuah pendidikan kepada orang lain tentang sesuatu yang mendidik untuk bisa membangun dirinya untuk maju dan bisa sejalan apa yang dia cita-citakan. Dalam tokoh Harini merupakan wanita yang sangat terburu-buru dan juga nekat untuk menambil tindakan, hal ini terjadi ketika meneror sebuah losmen, hal ini menyebabkan semua orang yang menginap di losmen tersebut pada kabur keluar semua. Ini menunjuklan sifat yang ditujukan dia kurang mendidik, tapi setelah beberapa lama setelah meneror losmen itu akhirnya dia bebenar akan dididik oleh penegak hukum yaitu polisi. Seperti pada kutipan tersebut: Wanita jeneng Harini iku kudu di kreceksisan. Iki mau ana kontak saka kapolres. Manut alat rekam super canggih, dheweke kuwi neror bom ing losmen menoreh asri, wis gawe rugine akeh( Seri 17 hal 21). Terjemahan: Wanita yang bernama harini itu harus diborgol sekalian. Tadi ada berita dari kapolres. Menurut alat yang sangat canggih, bahwa dia sudah meneror bom di tempat losmen menoreh asri sudah membuat rugi orang banyak (Seri 17 hal 21).

E. Sikap Budaya Pengarang Dalam Memandang


Sosok Wanita

Suwardi Endraswara sebagai sosok seorang budayawan memandang atau menilai terhadap sosok wanita, kalau dibandingkan terhadap seorang laki-laki itu bisa lebih baik sosok

xcii

wanita dibanding seorang laki-laki, wanita dinilai lebih teliti, terampil, ulet dan cekatan dalam urusan pekerjaan dari pada laki-laki dinilai lebih mengandalkan tenaganya dibanding itu. Sikap Suwardi Endraswara menilai wanita lebih menderita karena wanita disamping sebagai ibu rumah tangga yang selalu melayani suami, wanita yang sebagai istri juga mengandung, melahirkan serta merawat anak hingga tumbuh dewasa, karena itu Suwardi Endraswara menilai hal yang demikian itu bisa dijadikan pedoman, janganlah sekali-kali para laki-laki mengasari para wanita, karena wanita makhluk lemah lebih berat kehidupannya dibandingkan para laki-laki. Untuk menunjukan dan menentukan pendapat serta sikap seorang budaya pengarang perlu diketahui dulu bahwasannya seorang wanita itu dinilai dari berbagai macam sikap dalam kehidupan, sehingga di ketahui sejak seorang wanita tersebut, serta dapat dinilai dari segi kedudukan dalam masyarakat, peran dan fungsinya wanitanya, karena dapat diketahui bagaimanakah sosok seorang wanita di kalangan masyarakat. Pandangan pengarang dalam kedudukan wanita dalam masyarakat dapat dikatakan bahwa wanita itu sebagai subjek pembangunan, kedudukan pria dan wanita mempunyai peranan yang sama dalam menikmati hasil pembangunan. Sosok wanita bila menikmati haknya untuk bisa mengenal dalam bidang pendidikan, agar mengapa dapat mengecam pendidikan, karena dengan itu wanita dapat memiliki sebuah daya pikiran yang intelek dan bisa bersaing terhadap para laki-laki sehingga dapat memajukan jenjang pendidikan yang lebih baik dan ditak ditipu oleh para laki-laki. Pengarang berpendapat bahwa wanita bisa berkewajiban mencari nafkah bersama kaum laki-laki, contohnya saja orang yang sudah berkeluarga, seorang istri bisa membantu suami dalam upaya memenuhi beragam kebutuhan rumah tangga sehingga kesemuanya itu dapat di lihat dalam kedudukan, peran dan fungsi wanita dalam masyarakat tidak lagi menoton, hanya berkutak dalam ruang domestik saja. Nilai sosial budaya terkadang menciptakan status dan dalam peranan wanita disektor domestik yakni berstatus sebagai ibu rumah tangga dan melaksanakan pekerjaan urusan rumah tangga. Sedangkan di lain pihak, menciptakan status dan peranan pria di sektor publik yakni sebagai kepala keluarga atau rumah tangga dan pencari nafkah. Contohnya saja Ibu Tanjung dicerita dia sebagai Ibu rumah tangga yang sering membuatkan makanan untuk suaminya dan Pak

xciii

Tanjung sebagai kepala rumah tangga yang mencari makan buat istri dan anaknya Seperti pada kutipan: ....olehe enthuk lele engko ghek dang dimasak bu! Ghek diwadahi neng rantang diterake neng Sumini ( hal 19 seri 2). Terjemahan .....kalu mendapatkan ikan lele nanti supaya langsung dimasak bu! Langsung diantarkan ke rumah Sumni ( hal 19 seri 2) Akibat masih berlakunya berbagai norma sosial dan nilai sosial budaya tersebut di masyarakat, maka akses wanita terhadap sumber daya di bidang politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan menjadi terbatas. Untuk memperkecil keadaan yang merugikan wanita itu, perlu pemahaman dan penghayatan yang baik tentang peranan wanita dalam pembangunan yang berwawasan gender, tidak hanya oleh wanita sendiri tetapi juga oleh pria atau seluruh lapisan masyarakat. Hal ini juga dapat dijadikan pedoman bagi para wanita terutama para ibu janganlah sekali-kali meninggalkan atau menelantarkan anak yang masih kecil, karena itu bisa mengakibatkan terlalu kasihan terhadap anak yang ditinggalkan ibunya nantinya yang menjadi tumbuh dewasa, karena untuk mencari ibunya anak itu mencari-cari terus ibuknya. Hal ini sama yang diperankan oleh tokoh Harini yang mencari ibunya yang telah menelantarkan dia sewaktu kecil dipenitipan anak, sehingga Harini mencari-cari ibunya dengan berusaha keras ingin menemukannya seperti pada kutipan: Endi ibu, endi ibu. Ibuku sing aaaayuuu dhewe. Yen ora dituduhake, awas! kambi nyuara ngono, cah wadon kuwi genti ngabruk ing pangkuane bu Tanjun, mesthi wae marahi mak jenggirat. Bu Tanjung ora bisa kumecap (Seri 2 hal 26) Terjemahan : Dimana Ibu, dimana ibu. Ibuku yang paling cantik. Kalau tidak dikasih tau, awas! setelah berbicara seperti itu, wanita itu terjatuh di pangkuan Bu Tanjung, karena itu menyebabkan kaget. Bu Tanjung tidak bisa berbicara. (Seri 2 hal 26) Berbagai bagian hal tokoh Harini ini memberikan manfaat serta contoh terutama bagi wanita bisa dijadikan pedoman dimasyarakat sekarang ini, karena pada saat ini tidak sedikit

xciv

seorang ibu yang membuang anaknya, dan anaknya mencari-cari ibunya dengan adanya cerita reubung ini bisa dijadikan contoh supaya dapat berhati-hati kalau ingin menemukan orang tuanya. Di masyarakat kita tidak tahu apakah seseorang itu ingin menolong atau malah ingin mencari masalah. Pandangan lain Suwardi Endraswara bahwa wanita dapat menjadi seorang pemimpin dalam keluarga walaupun kedudukan seorang pemimpin ada pada seorang laki-laki. Itu bisa saja terjadi kalau misal seorang suami sudah meninggal atau sosok suami sedang sakit dan tidak bisa memenuhi kebutuhan rumah tangga dan peran itu dapat diambil oleh seorang wanita atau ibu. Kesemuanya itu bisa dijadikan pedoman bahwa wanita dapat menjadi seorang pemimpin, memimpin keluarganya dan menjadi pembina bagi anak-anaknya dalam bermasyarakat. Berbagai faktor kehidupan sangatlah menantang, tergantung bagaimana searang wanita menyikapi kehidupan jaman sekarang ini, kemudian bagaimana cara wanita untuk bisa berdampingan dengan para laki-laki, tidak terbentur dengan sikap egois para laki-laki untuk bisa menang sendiri. Wanita haruslah tahan dan kuat meskipun fisik beda sama kaum laki-laki.

xcv

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Hasil penelitian terhadap cerbung Mburu Abure Kupu Kuning karya Suwardi Endraswara yang telah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai tahap akhir penelitian ini. Berdasarkan hasil analisis dari bab IV, maka kesimpulan yang dapat dipaparkan adalah sebagai berikut:

1.

Struktur yang terdapat dalam Cerbung Mburu Abure Kupu Kuning karya Suwardi Endraswara ini dapt dikatakan bahwa unsur-unsur pembangun seperti: tema, alur, penokohan, latar atau setting, dan amanat menunjukkan adanya kesatuan yang utuh dengan adanya hubungan timbal balik antara unsur-unsur yang satu dengan yang lain dalam sebuah karya sastra. Cerbung Mburu Abure Kupu Kuning karya Suwardi

Endraswara adalah tentang keluarga dimana dalam keluarga ini berkisar antara Ir Harinto dengan Sumini yang dicari-cari oleh anaknya yang bernama Harini, sehingga Harini ini bisa mencari hidup yang lebih baik dalam kehidupan rumah tangga di masyarakat. Alur ceritanya merupakan suatu jalinan yang bergerak melalui peristiwa-peristiwa yang bersangkutan menjadi suatu alur maju dan tertutup. Penokohan disini sangat cocok sekali dengan peran yang diberikan dan dapat menjiwai watak yang diberikan oleh pengarang sehingga dapat menunjang jalannya cerita. Dalam akhir cerita nasib tokoh ditentukan oleh pengarang dan hanya satu tokoh wanita yang ditentukan atas pandangan pembaca. Latar cerita ini menggunakan tiga latar yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Latar tempat dijelaskan secara mendetail yaitu tentang suasana ditempat atau di rumah kediaman keluarga Tanjung untuk merangsang pembaca cepat masuk dalam cerita. Latar

xcvi

waktu dengan maksud menjelaskan kapan peristiwa-peristiwa itu terjadi. Dengan menunjukkan waktu seperti waktu pagi, siang, dan malam. Latar sosial digunakan untuk menunjukkan suasana dan kebudayaan yang mengikuti cerita.

2.

Kritik sastra feminis bermaksud mengungkapkan tentang cerita wanita dan profil Harini dalam Cerbung Mburu Abure Kupu Kuning karya Suwardi Endraswara. Profil Harini yang ditunjukkan sebagai sosok wanita yang pandai, berani, pantang menyerah, dan tidak mudah putus asa. Keberadan Tokoh Harini di bandingkan dengan sosok wanita lain masih ada citra buruk karena ada faktor usia muda yang masih ingin menang sendiri, tidak ingin di atur. Ketergantungan terhadap tokoh laki-laki masih ada dan dalam taraf sewajarnya.

3.

Dalam gerder yang disangkut pautkan dalam tokoh Harini ini sangatlah berhubungan erat sekali acap kali perempuan ditindas dan acap kali laki-laki lebih dominan itu menunjukan bahwa perempuan sering diperlakukan kurang baik, menganggap perempuan itu lemah, tidak bisa apa-apa, harus menurut semua perintah laki-laki, oleh karena itu gender mengajarkan perempuan juga mempunyai hak dan kewajiban yang sama pula terhadap kaum laki-laki, tanpa ada rasa takut bagi perempuan, karena wanita ingin hidup damai di masyarakat dan tidak ingin disakiti oleh siapapun.

4.

Sikap budaya pengarang dalam menyikapi sosok wanita dapat dilihat dari peran, fungsi, dan kedudukannya di masyrakat yaitu antara laki-laki dan perempuan mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam menikmati hasil pembangunan. Pada dasarnya seorang perempuan ditakdirkan untuk melahirkan, mengasuh anak, mengurusi rumah tangga, tapi sebetulnya seorang wanita dalam hal berpikir mempunyai potensi yang sama dengan lakilaki dan dapat menjadi seorang pemimpin. Untuk itu, perlunya pengertian pandangan dalm wawasan gender.

xcvii

B. Saran Penelitian yang menggunakan pendekatan feminisme dengan menggunakan metode feminis ini dimaksudkan sebagai sumbangan dan pengetahuan baru bagi insan sastra, khususnya di jurusan sastra jawa. Pendekatan feminisme dengan menggunakan kritik sastra feminis ini mempunyai peran yang sangat besar bagi kritik dan studi sastra pleh karena itu penelitian yang menggunakan metode kritik feminisme ini yang terdapat dalam karya-karya sastra di Indonesia, khususnya jurusan sastra Jawa Fakultas Sastra perlu dikembangkan. Berkaitan dengan persoalan dalam skripsi ini ada beberapa saran yang dapat di sampaikan peneliti sebagai berikut: 1. Berhubungan terbatasnya penulis, maka Penelitian terhadap cerita bersambung Mburu Abure Kupu Kuning karya Suwardi Endraswara ini masih membuka kesempatan untuk dianalisis dengan objek dan tinjauan yang berbeda, seperti dikaji dengan cara sosiologi sastra, stuktural genetik, psikologi sastra, resepsi sastra, sosiologi sastra, dan yang lain sebagainya. Sehingga akan terungkap pula informasi yang berhubungan dengan cerbung tersebut yang bisa bermanfaat bagi masyarakat 2. Penyediaan fasilitas buku-buku acuan sastra terutama buku kritik sastra feminis di perpustakan agar lebih memadahi, ditambah serta bisa menunjang kegiatan belajar mahasiswa.

xcviii

DAFTAR PUSTAKA

Atar semi. 1990. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa. Adid Sofia Sugihastuti. 2003. Feminis dan Sastra. Bandung: Katasis Burhan Nurgiyantoro. 1994. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Hasan Alwi dkk. 2002.kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka. Herny guntur Tarigan. 1986. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa. H.B. Sutopo. 2002. Metode Penelitian Kualitatif: Dasar Teori dan Terapannya dalam Penelitian. Surakarta: UNS Press. Kartono, Kartini. 1992. Psikologi Wanita: Mengenai Gadis Remaja dan Wanita Dewasa. Bandung: Mandar Maju. Laelasari & Nurlailah. 2006. Kamus Istilah Sastra. Bandung: Nuansa Aulia. Lexy J. Moleong. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Luxembrug, Jan Van. 1992. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Mansour, Fakih. 2006. Analisis teori Gender dan transformas sosiai. yogyakarta: Pustaka pelajar. Mochtar,Lubis. 1983. Teknik Mengarang. Jakarta; Kurnia Jaya. Nunuk P. Murniati. 2004. Getar Gender. Buku pertama. Magelang:Indonesiatera. Nyoman Kutha Ratna. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Panuti Sudiman. 1984. Kamus Istilah Sastra. Jakarta. PT Gramedia. Partini Sardjono Pradotokusuma. 2005. Pengkajian Sastra. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Poer Adhie Prawoto. 1991. Kritik Esai Kesustraan Jawa Modern. Bandung: Angkasa Sapardi Djoko Damono. 1984. Sosiologi: Sastra Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta: P3B Depdikbud. Soenarjati Djajanegara. 2000. Kritik Sastra Feminis (Sebuah Pengantar). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Sriwidati Pradopo. 1985. Struktur Cerita Pendek Jawa. Jakarta: Pengembangan Bahasa Depdikbud. Pusat Pembinaan dan

Suwardi Endraswara. 2003. Cerbung Mburu Abure Kupu Kuning. Surabaya: Penyebar Semangat. -----------------------. 2006. Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.

xcix

Wellek. Rene dan Austen. 1993. Teori Kesusastraan : Terjemahan Melani Budianto. Jakarta: PT Gramedia

Anda mungkin juga menyukai