Anda di halaman 1dari 6

KUSMA I.I.

230110090081
PERIKANAN B 2009

SE1ARAH PERIKANAN
1. Peradaban kuno

a. 1400an-1600an: ~Age of Commerce

Abad ke-7 dan ke-8 perdagangan telah menjadi ciri dari beberapa wilayah seperti
di Selat Malaka dan Laut Jawa. Periode 1450-1680 menjadi periode emas
ekonomi pesisir, atau Reid menyebut 'age oI commerce . Puncak keemasan
ekonomi nusantara merupakan hasil dari spesialisasi ekonomi yang tinggi
(misalnya produk pangan untuk pasar domestik dan beberapa hasil pertanian,
hutan dan hasil laut, serta emas untuk pasar global), jaringan perdagangan yang
luas, merebaknya monetisasi dan urbanisasi .
Pada masa ini, menurut inIormasi dari sesorang yang berasal dari cilacap bahwa
perdagangan kerang-kerangan dan mutiara yang ditangkap menggunakan alat
tangkap sederhana menjadikannya sebagai alat barter di wilayah pedalaman
sehingga menjapatkan berbagai macam barang lainnya.

b. 1800an-Pertengahan 1900an
Di wilayah pesisir dan pedalaman menandai tarik ulurnya perekonomoian di
Indonesia. Tetapi Di Jawa misalnya, Houben membagi menjadi tiga periode yaitu
1) 1600-1755 dimana terjadi perubahan orientasi politik dari pesisir ke pedalaman
atau dari perdagangan ke pertanian yang ditandai naik-turunnya kekuasaan
Mataram;
2) periode 1755-1830 Jawa terpecah belah dan berakhir dengan perang. Belanda
memanIaatkan momen ini melalui serial kerjasama pengembangan pertanian
tanaman ekspor dengan para penguasa Jawa, sehingga tahun 1757 Belanda telah
menguasai daerah pedalaman.
3) 1830-1870 merupakan periode menguatnya kolonialisme. Periode ini ditandai
dengan diberlakukannya tanam paksa pada tahun 1830.

2. Masa penjajahan
Pada masa ini pemerintah juga membangun pelabuhan, tapi itu malah membuat
perekonomian semakin menurun karena diadakannya tanam paksa yang ditentang
oleh rakyat Indonesia.
Sejak akhir 1800an perikanan telah berorientasi pada pasar yang ditandai dengan
pertumbuhan spektakuler usaha pengolahan dan pemasaran ikan. Bahkan, pada
awal abad ke-20 Kota Bagan Si Api Api di mulut Sungai Rokan telah menjadi
salah satu pelabuhan perikanan terpenting di dunia dengan kegiatan utama ekspor
perikanan. Jawa dengan populasi 1/4 dari total penduduk Asia Tenggara pada
tahun 1850 telah menjadi pasar terpenting produk perikanan khususnya ikan
kering (asin) dan terasi. Merujuk pada data van der Eng, kontribusi perikanan
terhadap total PDB pada tahun 1880 dan 1890 mencapai di atas 2 atau tertinggi
yang pernah dicapai perikanan dari seluruh periode antara 1880-2002.
Pertumbuhan industri perikanan periode 1870an sampai 1930an oleh Butcher
disebut sebagai menangkap ikan lebih banyak dengan teknologi yang sama.
Periode ini diikuti oleh perubahan teknologi dan perluasan daerah penangkapan
sebagai akibat modernisasi perikanan dan semakin langkanya ikan di daerah
pinggir(1890an-1930an).

3. 1aman setelah kemerdekaan

Kebijakan ekonomi era ini banyak yang tidak dilaksanakan karena berbagai
pergolakan politik. Strategi pemulihan terus dilaksanakan hingga tahun 1957, namun
penampilan memburuk pada waktu Ekonomi Terpimpin yang akhinya menghasilkan
kemunduran secara struktural ekonomi Indonesia antara tahun 1940 dan 1965. Di
pertengahan 1960an ekonomi sangat merosot dengan inIlasi mendekati 500.
Sejak ekonomi terpimpin dicanangkan di tahun 1959, bersama minyak bumi dan hasil
hutan, perikanan menjadi harapan pengerak ekonomi nasional seperti tertuang dalam
Perencanaan Pembangunan Delapan Tahunan yang disusun Dewan Perantjang
Nasional (Depernas, sekarang Bappenas) di tahun 1961.
Data yang dilaporkan Krisnandhi dapat menjadi acuan perikanan era ini. Setelah
mengimpor ikan pada era awal kemerdekaan, produksi perikanan terus meningkat dari
320 ribu ton pada tahun 1940 menjadi 324 ribu ton pada tahun 1951, dan kemudian
menjadi 661 ribu ton pada tahun 1965. Pertumbuhan produksi tertinggi 7,4 per
tahun dicapai pada periode 1959-1965, namun produktivitas per kapal menurun dari 4
ton di tahun 1951 menjadi 2,8 ton pada tahun 1965. Produktivitas nelayan juga turun
dari 1 ton menjadi 0,7 ton dalam periode yang sama. Basis perikanan pada era ini
sepenuhnya di daerah pantai dan hanya sedikit industri perikanan modern yang
berkembang.


4. 1aman setelah soeharto
Pada awal tahun enam puluhan, wajah Perikanan di Indonesia masih sangat
menyedihkan. Sebagai negara maritim yang mempunyai potensi besar akan hasil laut,
tapi usaha untuk memanIaatkanya masih langka sekali. Perikanan di laut hanya
dikelola oleh nelayan-nelayan tradisional yang menggunakan alat penangkapan,
pengolahan serta pemasaran dengan cara yang masih sangat sederhana dan jauh
terbelakang dibandingkan dengan negara-negara lain. Habibie, dan SBY belum
menganggap sektor agrobisnis dan industri perikanan serta kelautan yang pantas
menjadi keunggulan komparatiI bagi Indonesia. Yakni, perikanan tangkap, perikanan
budi daya, industri pengolahan hasil perikanan, industri bioteknologi kelautan,
pertambangan dan energi, pariwisata bahari, kehutanan, perhubungan laut, sumber
daya wilayah pulau-pulau kecil, industri dan jasa maritim, serta SDA
nonkonvensional. Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad bahkan berani
mengganti 700 ribu ekor sapi impor per tahun untuk kebutuhan domestik dengan
produk ikan. Dengan program bertahap, sistematis, dan berkelanjutan, konsumsi
makan ikan bisa meningkatkan produksi ikan, khususnya perikanan budi daya.
Munculnya industri kecil dan menengah (IKM) ini turut menggerakkan sektor
perekonomian turunan (hilir) dalam rantai industri perikanan dan kelautan secara
nasional.



. aman setelah orde baru

Produksi perikanan meningkat dari 721 ribu ton pada tahun 1966 menjadi 1,923 ribu
ton pada 1986. Produksi ikan meningkat menjadi 3.724 ribu ton tahun 1998. Setelah
mengalami pertumbuhan negatiI dalam periode peralihan (1966-1967), laju
pertumbuhan produksi perikanan meningkat dari 3,5 (1968-1973) menjadi 5,3 per
tahun (1974-1978). Periode berikutnya pertumbuhan produksi perikanan cenderung
menurun. Produktivitas perikanan dalam era ini walaupun tumbuh dengan laju yang
berIluktuasi (khususnya kapal), secara nomimal meningkat dari rata-rata 4,3 ton/kapal
periode 1974-1978 menjadi 8,4 ton per kapal periode 1994-1998.
Hill dalam studinya tentang ekonomi Indonesia sejak 1966 mencatat berbagai
keberhasilan orde baru seperti kemampuan memanIaatkan 'durian runtuh harga
minyak yang tinggi, pertumbuhan ekonomi yang berlanjut, perbaikan pendidikan,
kesehatan dan gizi, selain beberapa catatan tantangan bagi masa depan. Wie
memberikan catatan lain diantara keberhasilan tersebut seperti meluasnya disparitas
ekonomi antara yang kaya dan miskin, desa dan kota, bagian barat dan timur
Indonesia, dan meningkatnya kroni-konglomerat. Pengelolaan sumberdaya alam yang
buruk mendapat sorotan Hill khususnya pengelolaan hutan.
Motorisasi perikanan merupakan salah satu penyebab peningkatan produksi sektor ini.
Tahun 1966 motorisasi hanya meliputi 1.4 dari total armada perikanan sebanyak
239.900 unit, menjadi 5,8 pada tahun 1975, dan mencapai 16 dari total armada
pada tahun 1980. Pada tahun 1998 armada perikanan bermotor telah mencapai 45,8
dari total sebanyak 412.702 unit, namun data tahun ini menunjukkan hanya 21
berupa kapal motor ('inboard motor), dan bagian terbesar adalah perahu motor
tempel dan perahu tanpa motor. Dengan demikian, basis perikanan masih dominan di
wilayah pantai.
KonIlik antara perikanan skala besar dan skala kecil mewarnai sejarah perikanan laut
orde baru sebagai akibat dualisme struktur perikanan. Dualisme perikanan
ditunjukkan oleh Bailey pada dua kasus penting yaitu 1) introduksi trawl dan purse
seine dan 2) pengembangan budidaya udang. Kasus trawl menguatkan tesis Hardin
tentang tragedi sumberdaya kepemilikan bersama. Ketika nelayan skala kecil dengan
produktivitas rendah (1,4-6,7 ton/unit alat) semakin tersingkirkan oleh nelayan skala
besar (trawl dan purse seine) dengan produktivitas masing-masing mencapai 70,4
ton/unit dan 38 ton/unit di tahun 1980, respon nelayan skala kecil adalah melawan
dengan berbagai cara termasuk menggunakan bom molotov . Kondisi ini yang
mendorong pemerintah melarang penggunaan trawl secara bertahap melalui Keppres
39/1980 yang diikuti Inpress 11/1982 dan SK Menteri Pertanian No.
545/Kpts/Um/8/1982 tentang penghapusan jaring trawl di seluruh perairan Indonesia
terhitung mulai 1 Januari 1983.

6. aman reformasi
Jika periode ini dibandingkan periode sebelumnya (1994-1998), produksi perikanan
tumbuh lebih rendah (2,5), demikian juga produktivitas kapal baik secara nomimal
maupun laju pertumbuhan. Rata-rata produktivitas perikanan periode 1994-1998
mencapai 8,4 ton/kapal dan 1.7 ton/nelayan turun menjadi 8,3 ton/kapal dan 1,5
ton/nelayan periode tahun 1999-2001. Laju pertumbuhan produktivitas kapal
mencapai 3,0 periode 1994-1998, turun menjadi 1,6 periode 1999-2001.
Struktur perikanan laut di era terakhir ini juga belum banyak bergeser dimana
perikanan skala kecil masih dominan yang ditunjukkan oleh 75 armada perikanan
adalah perahu tanpa motor dan perahu motor tempel. Produksi perikanan dalam
periode 1999-2001 tumbuh 2,5 per tahun, sedangkan armada perikanan mulai
tumbuh terbatas yaitu di bawah 1 per tahun. Pertumbuhan nelayan lebih tinggi dari
armada perikanan dan mendekati pertumbuhan produksi (2,1).
Berdasarkan Nota Keuangan dan APBN tahun 2000-2005, Pendapatan Negara Bukan
Pajak (PNBP) perikanan meningkat sangat pesat dari Rp 52 miliar pada tahun 2000
menjadi Rp 450 miliar pada tahun 2003. Dibanding tahun sebelumnya, PNBP 2004
turun menjadi Rp 282,8 miliar (di bawah target Rp 450 miliar) dan diperkirakan target
PNBP sebesar Rp 700 miliar pada tahun 2005 juga tidak tercapai karena belum
optimalnya perjanjian bilateral dengan Cina, Filipina dan, Thailand. Kondisi ini
menjadi satu tantangan bagi sektor perikanan dan kelautan untuk menjadi salah satu
'the prime mover atau 'mainstream ekonomi nasional.



Rahasia Laut di dalam Alquran
Dalam Alquran terdapat 32 ayatyang menyebut kata laut`.Sedang katadarat`terkandung
dalam13 ayat Alquran. Jika dijumlahkan, keduanya menjadi4 ayat. Angka 32 itu sama
dengan 71,11 persen dari 45. Sedang 13 itu identik dengan 28,22 persen dari 45. Berdasar
ilmu hitungan sains, ternyata memang 71,11 persen bumi ini berupa lautan dan 28,88
persen berupa daratan.
Bangsa pelaut sebagai populasi Muslim terbesar
Tahukah kita bahwa penduduk islam sedunia menunjukkan bahwa umat islam Indonesia
menduduki rangking teratas. Secara kuantitas, Muslim Indonesia mencapai jumlah hingga
lebih dari 190 juta manusia yang merupakan 87 dari seluruh penduduk kepulauan terluas di
muka bumi ini. Dan masyaAllah.., tempat kita berpijak dimana jumlah ummat islam
terbanyak berhimpun ini adalah kepulauan terluas di muka bumi ini. Tradisi kemaritiman
bangsa Indonesia juga telah mendara daging dan berumur panjang. 'Nenek moyang ku
seorang pelaut mungkin itu yang sering kita dengarkan dari dulu. Hal ini tentu dibuktikan
dengan beberapa catatan sejarah , arteIak, jejak kebudayaan hingga sampai ke madagaskar di
lautan hindia hingga ke Hawaii dan marquesas di lautan pasiIik.
Apakah para ulama dan guru agama kita telah gagal mengartikulasikan dan member inspirasi
bagi bangsa Indonesia untuk mencari rezeki di lautan berdasarkan bunyi QS Al-Jattsiyah
45:12 dan QS An Nahl ayat 14.
'Allah menundukkan lautan untukmu supaya kapal-kapal dapat berlayar padanya dengan
sei:ing-Nya, dan supaya kamu dapat mencari sebagian karunia-Nya dan mudah-mudahan
kamu bersyukur` QS Al-Jattsiyah 45:12
'Dan Dialah Allah yang menundukkan lautan (untukmu) agar kamu dapat memakan
daripadanya daging yang segar, dan kamu mengeluarkan dari lautan perhiasan yang kami
pakai. Kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan)
dari karunia-Nya supaya kamu bersyukur` QS An Nahl ayat 14.
Saya berpendapat bahwa ketika inspirasi dari Alquran ini belum sampai kepada kita, Wajar
sajalah, bila ribuan sarjana muslim, teknokrat dan birokrat di Indonesia telah gagal atau tidak
bersungguh-sungguh dalam membumikan atau melautkan pesan Alquran untuk
membangun khairah ummah, the best and chosen society, yang berwawasan kelautan.
Jumlah ummat tebesar di muka bumi ini yang berada pada rangkaian kepulauan terluas,
dengan berbekal Alquran , maka insyaAllah bisa menjadikan kita sebagai bangsa yang tahu
diri dalam mengeman amanah yang mulia. Dengan mendengar dan membaca sejarah masa
lalu, saya yakin bahwa Al Quran telah menjadi Inspirasi bagi ummat muslim untuk
menjelajah lautan sebagaimana yang dibuktikan dan tercatat dalam sejarah tentang pelaut
arab, bugis, Maluku, dan para penemu muslim dari bangsa lain. Dan bukankan Islam masuk
pertama kali di Negara kita ini melalui perdagangan oleh para pelaut.
Perlu kita tahu bahwa, kita di indoneisia sebagai masyarakat bahari belum banyak menikmati
karunia yang Allah berikan dari lautan. Entah mengapa, Negara kita sangat sulit untuk
mengelolah lautan demi kesejahteraan ummat. Sangat berbeda dengan Bumi sakura jepang,
yang selain di bidang teknologi industry, aspek kelautan dan perikanan dapat member
pengaruh besar buat negaranya.
Akhir kata saya mengutip perkataan Bapak Dr.Rokhmin Dahuri, Menteri Kelautan dan
Perikanan RI (2000-2004) 'Arah pembangunan masih banyak berorientasi dan berpihak
kedarat. Dan, itulah merupakan salah satu tugas kita sebagai bangsa untuk mengembalikan
keyakinan masyarakat bahwa laut dapat menfadi masa depan bangsa sehingga harus
dikelolah dengan baik dan bermanfaat secara ekologi, ekonomi, dan social politik.`
Adalah penelitian Jerry Allan dan Bridge yang keduanya ahli kelautan handal, bahwa
pusat keanekaragaman hayati di Indonesia dinamakannya parrol tri angle yang terletak
antara wilayah maluku, banda, dan Sulawesi-NTB. Semakin jauh dari wilayah itu, kwalitas
keanekaragaman hayati semakin rendah. Begitu juga dalam arus arlindo yang terjadinya
percampuran air laut dari samudera pasiIik membuat yang namanya nutrian and richment
yakni pengkayaan unsur hara dari nitrogen, pospor dan lainnya selalu ada di laut kita. Secara
teoritis hal ini akan menghasilkan kesinambungan kekayaan tersebut, seperti halnya
keberadaan minyak di arab saudi yang terus mengalir

Anda mungkin juga menyukai