Oki Neswan,Ph.D.,
Departemen Matematika-ITB
Pendahuluan
Pada Bab ini kita akan membangun algoritma untuk menentukan nilai-nilai fungsi yang didefinisikan melalui sifat-sifatnya, contohnya adalah fungsi transendal. Pendekatan ini disebut tehnik deret tak berhingga. Algoritma komputer untuk menentukan nilai suatu fungsi hanya menggunakan operasi aritmetika seperti jumlah dan kali. Oleh karena itu hanya fungsi rasional (hasil bagi dua polinomial) saja yang dapat ditentukan nilainya secara akurat. Sedangkan nilai-nilai fungsi transendental, hanya bisa n dihampiri. Sebagai contoh, x x
e = lim 1 + n n
Oki Neswan, Ph.D. Departemen Matematika ITB
2
Pendahuluan
Artinya untuk tiap n, bila dilakukan perhitngan pada ruas kanan maka diperoleh nilai hampiran pada nilai sebenarnya dari ex serta hampiran akan sangat baik bila n cukup besar. Tapi cara menghitung ini tidak cukup efisien. Cara yang lebih baik diperoleh melalui deret tak berhingga
ex = 1+ x + x x x + + + 2! 3! 4! + x + n!
Nilai ex dapat dihampiri dengan menjumlahkan bilangan berbentuk x/n! mulai dari n=0. Makin banyak yang dijumlahkan, makin baik hampirannya. Selain itu juga kita memerlukan cara mengukur baik tidaknya sebuah hampiran.
Oki Neswan, Ph.D. Departemen Matematika ITB
3
Definisi
Bilangan-bilangan a1, a2, a3, yang disusun menurut urutan tertentu disebut barisan dan ditulis sebagai {an}. Barisan di atas adalah barisan yang didefinisikan melalui rumus secara eksplisit untuk unsur ke-n, an.
Oki Neswan, Ph.D. Departemen Matematika ITB
4
Barisan 1,4,7,10, selain dinyatakan melalui rumus eksplisit an=3n-2, n1 juga dapat didefinisikan melalui rumus rekursif a1=1, an= an+1+3, n2 Pada contoh diatas karena anggota barisan {an} dengan an =(1+x/n)n makin dekat ke nilai ex. Barisan demikian disebut konvergen ke ex , atau ex= limn an .
Contoh-contoh
Definisi
Barisan {an } disebut konvergen ke L, ditulis lim an = L bila
n
1 = 0. n2 Misalkan > 0 diberikan. Kita perlu menentukan N sehingga jika n > N , maka 1 0 < . n2
1 1 1 0 < atau 2 < ekuivalen dengan 2 < . 2 n n n Dari pertidaksamaan terakhir diperoleh syarat bagi n yaitu n 2 > 1 atau n > 1
Jelaskan mengapa barisan ( 1) n divergen. Pilih > 0. Untuk < 1, bila an ( 1 , 1+ ), maka an+1(1 ,1+ ) bila am (1 ,1+ ), maka am( 1 , 1+ ).
n +1
n 1
Tidak ada selang dengan jejari berpusat di 1 maupun di 1 yang memuat semua an dengan n > N . Catatan: selang (a , a + ) disebut selang dengan jejari berpusat di a.
Oki Neswan, Ph.D. Departemen Matematika ITB
9
Teorema
Misalkan {an } dan {bn } barisan bilangan real dan diberikan bilangan real A, B, dan k . Jika lim an = A dan lim bn = B, maka
n n
1. lim k = k
x
10
11
Formula di atas sangat berguna karena memungkinkan kita untuk ln x 1x menggunakan Aturan l'Hopital. Maka lim x = lim x = 0. x e x e Dengan demikian, lim ln n en = 0.
n
12
Teorema
n
Barisan Monoton
Barisan {an } disebut barisan monoton tak turun jika an an +1 untuk tiap n 1. Jika an U untuk tiap n maka barisan itu disebut terbatas di atas.
Sebagai latihan, berikan definisi barisan monoton tak naik dan barisan yang terbatas di bawah.
2n 2 ( n + 1) = n 2 + 2n + 1 n 2 2n + 1 n 2 2n 1 n ( n 1) 1
Karena pernyataan terakhir benar untuk semua n3. Jadi, pada umumnya barisan ini monoton turun. Karena barisan terbatas di bawah oleh 0, maka ia konvergen menurut Teorema Barisan Monoton. Masalah ini juga dapat diselesaikan dengan memanfaatkan Aturan lHopital.
Oki Neswan, Ph.D. Departemen Matematika ITB
15
ln n =0 n
1n
lim n n = 1
n
x lim 1 + n n
= e lim
xn =0 n n !
16
1 d = 1 n d n 2 2
Jelas barisan Sn konvergen ke d, limnSn =d. Jadi, pada akhirnya jarak diantara mereka adalah d-d=0. Mari kita perumum pembicaraan di atas.
Oki Neswan, Ph.D. Departemen Matematika ITB
18
Dari setiap barisan {an}, dapat dibangun barisan baru {Sn} yang sangat penting dengan Sn adalah hasil jumlah n suku pertama dari barisan {an},
S1 = a1 S 2 = a1 + a2 S3 = a1 + a2 + a3 S n = a1 + a2 + a3 + + an
Barisan {Sn} ini disebut deret (tak berhingga). Notasi yang lazim adalah
a
k =1
atau
Definisi
Deret
a
k=1
= S.
Barisan yang tidak konvergen disebut divergen. Barisan divergen tidak mempunyai jumlah.
Deret Geometrik
Deret geometrik adalah deret yang berbentuk
ar
k =1
k 1
= a + ar + ar 2 + ar 3 +
+ ar k +
a0
20
10
+ ar n
Teorema
Deret geometrik Deret geometrik
ar
k=1
ar
k=1
divergen jika r 1.
C
Contoh
Diagram di sebelah memperlihatkan segitiga sama sisi dan sebagian dari tak berhingga lingkaran yang menyinggung segitiga dan lingkaran disebelahnya. Tentukan luas semua lingkaran jika AB = 1 dm
A
B
22
11
Tapi tidak semua deret sejinak deret geometrik. Seringkali kita harus puas dengan hampiran jumlahnya. Jumlah deret berikut masih dapat ditentkan secara eksak. 1 Contoh Deret Teleskopis
n=
n ( n + 1)
Uji Kedivergenan
Jika sebuah deret positif konvergen maka suku-sukunya haruslah mengecil menuju nol, limnan =0. Tapi banyak deret dengan an menuju nol tapi divergen. (contoh: deret harmonik) Teorema Uji Divergensi suku ke - n .
Jika deret an konvergen, maka lim an = 0. Atau
n =1 n
jika lim an 0, maka an divergen. n n =1 1 Contoh Buktikan bahwa deret ln divergen. n n =1 1 1 Misalkan an = ln . Maka jelas lim an = 0. Maka ln divergen. n n n n =1
Oki Neswan, Ph.D. Departemen Matematika ITB
24
12
Deret harmonik
n = 1+ 2 + 3 +
n =1
1 + n
adalah salah satu deret yang sangat penting. Derek ini divergen, sekalipun limn1/n=0.
Sn = 1 + 1 1 1 + + + 2 3 n 1 1 1 1 1 1 1 1 1 = 1+ + + + + + + + + + + 2 3 4 5 6 7 8 9 16 1 2 4 1 1 1 1 1 > 1+ + + + + = 1+ + + + + 2 4 8 2 2 2 n n
1 n
Terlihat bahwa dengan memperbesar n kita dapat menambahkan sebanyak mungkin paruhan . Akibatnya Sn dapat sebesar apapun asal n cukup besar,
Oki Neswan, Ph.D. Departemen Matematika ITB
25
1. 2.
ka
n =1 n =1
= k an = kA
n =1
(a
+ bn ) = an + bn = A + B.
n =1 n =1
26
13
Teorema
Jika deret
a
n =1
5 3 n dan n+6 n= n + 1
mengelompokkan suku-sukunya tanpa mengubah urutan, maka deret baru ini juga konvergen
27
Contoh
Diberikan persegi ABCD dengan panjang sisi 1 dan E , F , G, dan H adalah titik -titik tengahnya. Jika pola arsir dilanjutkan terus-menerus, tentukan luas daerah yang terarsir.
G D
28
14
29
Uji Integral
Teorema
Diberikan fungsi f ( x ) 0, monoton tak naik pada suatu interval
f ( x ) dx = , maka an = (divergen).
n =1
30
15
n
n =1
1
p
1. Jika p > 1 maka deret-p konvergen. 2. Jika p 1 maka deret-p divergen. (Petunjuk: Gunakan Uji Integral pada selang [1, ) )
Jika p = 1, maka deret - p adalah deret harmonik yang telah diketahui divergen. Misalkan p 1.
t t dx dx t1 p 1 = lim p = lim . t 1 p x p t 1 x t
dx 1 = ; p x p 1
p 1:
dx = . xp
31
1+ k
k =1
Pada gambar disamping, luas daerah kotak hijau berkorespondensi dengan suku dari deret
1+ k
k =1
. 1 diberikan oleh 1 + x2
1 dx. 1 + x2
32
16
Karena
Luas daerah dibawah kurva merah adalah berhingga. Hal ini mengakibatkan jumlah luas daerah kotak hijau juga berhingga, yaitu deret yang kita hitung juga berhingga.
Contoh Ujilah kekonvegenan deret
a.
n
n =1
1 n
b.
ln n n n =1
c.
en 2n n =1 1 + e
33
ar
n =1
konvergen jika dan hanya jika r < 1. konvergen jika dan hanya jika p > 1.
n
n =1
1
p
Tapi, ini hanyalah satu macam dari banyak deret yang harus dihadapi. Pada bagian ini kita dapat menguji kekonvergenan deret-deret lain dengan cara membandingkannya dengan deretp. atau deret gemetrik.
34
17
+ an b1 +
+ bn = Tn
Misalkan bn konvergen. Barisan {Tn } monoton naik (karena bk 0) dan terbatas di atas oleh lim Tn = T = bn . Karena S n Tn , maka
n
barisan monoton naik {S n } juga terbatas di atas dan oleh karena itu
n =1
a
n =1
konvergen.
35
a
n =1
divergen.
a
n =1
dengan an 0. Maka,
a
n =1
a
n =1
18
r ( r + 1) ,
n =1 n
0 < r <1
r
n =1
n
n
r >1
37
Ada dua kesulitan penggunaan Uji Banding, yaitu mencari pembanding yang tepat serta menentukan pertidaksamaannya. Masalah dengan pertidaksamaan dapat dikurangi dengan menggunakan hasil bagi sebagai pengantinya. Teorema Uji Banding Limit
Diberikan an 0 dan bn > 0, memenuhi hubungan lim
n
an = L. bn
n =1
38
19
2n + 1
( n + 1)
n
1 . n =1 2 1 = 1 + n ln n 2 n=2 n + 5
1 + 2 ln 2 1 + 3ln 3 1 + 4 ln 4 + + + 9 14 21
39
Masalah mencari deret pembanding yang tepat tidak muncul sama sekali dengan uji berikut. Pada uji ini, deret dibandingkan dengan dirinya sendiri. Teorema Uji Hasil Bagi
Diberikan an > 0, memenuhi hubungan lim
an +1 = . n a n
40
20
n!,
n =1
an
a > 0. c.
3
n !n ! .
n =1
( 2n ) !
2 n n n =1 3
d.
( 2n ) !
n =1
4n n !n !
Deret Divergen Deret Geometrik dengan r 1 Deret Harmonik Sebarang deret
n
k ( k + 1)
k =1
1 k =1 k
n
Deret
k!
k =1
dengan
1 Deret-p p , dengan p 1 k =1 k
41
dengan syarat an>0 untuk tiap n. Deret tipe ini yang penting adalah deret harmonik berganti tanda.
1 1 1 1 1 + + + 2 3 4 5 =
n =1
( 1)
n
n +1
21
Uji Kekonvergenan
Perhatikan sebuah barisan monoton turun {an}, an+1 < an untuk tiap n. Misalkan {Sn} adalah barisan jumlah parsialnya.
S1 S2 S3 S4 S5 = a1 = a1 a2 = a1 a2 + a3 = a1 a2 + a3 a4 = a1 a2 + a3 a4 + a5 = S1 = S2 = S1 ( a2 a3 ) = S 2 + ( a3 a4 ) = S3 ( a4 a5 ) = S1 a = S2 + a3 = S3 a4 = S4 + a5
Terlihat bahwa {S2n} naik dan terbatas sedangkan {S2n-1} turun dan terbatas. Maka keduanya konvergen masing-masing ke S dan S. Selain itu
S ' S '' S n +1 S n = an +1
Karena an0 ketika n . Maka keduanya konvergen ke titik yang sama, sebut S.
Teorema Uji Deret Berganti Tanda Diberikan deret berganti tanda a1 a2 + a3 a4 + a5 a6 + dengan an > an +1 > 0. Jika lim an = 0., maka deret konvergen.
n
Contoh Perlihatkan bahwa deret harmonik berganti tanda 1 1 1 1 + + + 2 3 4 5 konvergen. Kemudian tentukan nilai n agar selisih antara jumlah parsial Sn 1 dan jumlah S tak lebih dari 0,01.
Oki Neswan, Ph.D. Departemen Matematika ITB
44
22
Konvergen Mutlak
( 1)
n =1
n +1
ln n konvergen. n
Bagaimana menentukan kekonvergenan deret yang bukan deret berganti tanda, seperti 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 + 2 + 2 2 + 2 + 2 + 2 2 2 3 4 5 6 7 8 9 Salah satu metodanya adalah membandingkannya dengan deret itu sendiri yang telah dimodifikasi dengan menggunakan fungsi nilai mutlak, yaitu
1+ 1 1 1 1 1 1 1 1 + 2 + 2 + 2 + 2 + 2 + 2 + 2 2 2 3 4 5 6 7 8 9
vn = an + an . Maka vn 0 dan menurut pertidaksamaan segitiga vn an + an = 2 an . Secara keseluruhan 0 vn 2 an . Dengan demikian, Uji Banding memberikan bahwa deret nonnegatif
v
n =1
konvergen.
Teorema Uji Kekonvergenan Absolut
Jika
a
n=1
Catatan
a
n=1
46
23
Deret
a
n =1
konvergen.
Kekonvergenan
a
n =1
lim
an +1 an
1. Jika < 1, maka deret konvergen mutlak (sehingga ia konvergen). 2. Jika > 1, maka deret konvergen. 3. Jika = 1 tidak ada kesimpulan.
Oki Neswan, Ph.D. Departemen Matematika ITB
47
( 1)
n =1 n =1
n +1
n4 konvergen mutlak. 2n
n +1
( 1)
sin ( n ) n n
Konvergen Bersyarat
Telah kita ketahui bahwa kekonvergenan mutlak membawakan kekonvergen. Konvergen mutlakKonvergen Tetapi kebalikannya tidak selalu berlaku, artinya ada deret yang konvergen tetapi deret mutlaknya tidak konvergen. Contohnya adalah deret harmonik berganti tanda. Deret an disebut konvergen bersyarat bila an konvergen
tapi
divergen.
48
24
( 1)
n=2
1 n 1
2
konvergen
Diberikan deret
a
n=1
49
50
25
6. Deret Pangkat
Sejauh ini kita telah mempelajari deret dengan suku terdiri dari bilangan konstan. Sekarang kita kan mempelajari deret dengan suku terdiri dari fungsi: un ( x )
ln x ln 2 x ln 3x ln 4 x ln 5 x + + + + + 1 n 2 2 3 3 4 4 5 5 n =1 n =1 Pertanyaan yang umum diajukan adalah 1. Tentukan semua nilai x sehingga deret tersebut konvergen. 2. Tentukan fungsi jumlahnya, S(x). Namun pada kita akan mempelkajari deret dengan fungsi khusus yang disebut deret pangkat, berbentuk
u x = n
n
n =1
ln nx
a x
n=0 n
= a0 + a1 x + a2 x 2 + a3 x 3 + a4 x 4 +
51
a x
n=0 n
= a0 + a1 x + a2 x 2 + a3 x3 +
+ an x n +
a ( x a)
n=0 n
= a0 + a1 ( x a ) + a2 ( x a ) +
2
+ an ( x a ) +
n
disebut deret pangkat berpusat di x = a. Suku an ( x a ) disebut suku ke n. Bilangan a disebut pusat.
n
52
26
Deret
x
n=0
= 1 + x + x2 +
+ xn +
yang berpusat di x = 0. Untuk tiap x ( 1,1) , deret tersebut konvergen ke 1 (1 x ) . Sifat kekonvergenan seperti ini adalah umum. Fakta kekonvergenan ini dapat ditulis dalam bentuk persamaan sebagai berikut. 1 = 1 + x + x2 + + xn + , 1 < x < 1. 1 x
Untuk tiap n, jumlah parsial Pn(x) merupakan polinom berderajat n. Arti deret pangkat dapat dilihat dari gambar yang memperlihatkan jumlah-jumlah parsial dan jumlahnya. Pada deret pangkat geometrik, jumlah parsial adalah polinom Pn(x)=1+x+x2+x3++xn.
53
Dari gambar disebelah, terlihat bahwa jumlah-jumlah parsial Makin mendekati jumlahnya, terutama disekitar pusatnya
Contoh Diskusikan kekonvergenan
n 1 dari deret pangkat ( x + 2 ) . 2 n =0 Deret pangkat ini berpusat di x = 2, dengan koefisien a0 = 1, a2 = 1 2, n
a2 = 1 4. Untuk tiap x, deret ini adalah deret geometri dengan unsur pertama 1 dan rasio r = ( x + 2 ) 2. Oleh karena itu, untuk tiap x, deret konvergen bila ( x + 2 ) 2 < 1 atau
1 2 = 1 ( ( x + 2) 2) x + 4
54
27
Interval Kekonvergenan
Himpunan/interval kekonvergenan suatu deret pangkat adalah himpunan semua x sehingga deret tersebut konvergen. Berdasarkan pengalaman dengan deret, kita ketahui bahwa Uji Hasil Bagi Mutlak adalah uji yang efektif untuk deret yang memuat bentuk perpangkatan (dan juga faktorial). Oleh karena itu metoda ini juga sesuai untuk deret pangkat.
Contoh Tentukan himpunan kekonvergenan ( HK ) dari deret pangkat xn 2n . n =1
55
xn 2n konvergen mutlak n =0 (sehingga konvergen) bila < 1, dan divergen bila > 1 dengan Menurut Uji Hasil Bagi Mutlak (UHBM ) ,
= lim
x x n +1 2n +1 x = lim = . n n n 2 2 x 2
Akibatnya, deret pangkat akan konvergen (mutlak) untuk x 2 < 1 atau x < 2. konvergen untuk x 2 > 1 atau x > 2. Sedangkan, untuk x = 2 atau x = 2, UHBM tidak memberikan kesimpulan. Pada x = 2, deret merupakan deret harmonik, sehingga divergen. Pada x = 2, deret merupakan deret harmonik berganti tanda,
sehingga konvergen. Jadi, interval kekonvergenan adalah [ 2, 2 ) .
Oki Neswan, Ph.D. Departemen Matematika ITB
56
28
1. Terdapat R > 0 sehingga deret divergen untuk x - c > R dan konvergen bila x - c < R. Deret mungkin konvergen atau divergen pada.titik-titik ujung x = c R, x = c + R. 2. Deret konvergen di x = c dan divergen untuk x lainnya. ( R = 0 ) 3. Deret konvergen pada tiap x ( R = ) .
Sedangkan bila Himpunan Kekonvergenan (HK) ditulis dalam bentuk selang, untuk masing-masing kasus dalam teorema di atas, diperoleh 1. HK=(c-R,c+R), (c-R,c+R],[c-R,c+R), atau [c-R,c+R]. 2. HK={c} 3. HK=R. Contoh Tentukan himpunan kekonvergenan ( HK ) dari
1.
n =1
( 1) ( x 1)
n 1
2.
n =1
( 2 x 1)
n
n 4 + 16
3.
n! .
n =1
xn
4.
n! x
n =1
29
59
adalah turunan dari S ( x ) dengan radius kekonvergenan R. Dan an n +1 a a a x =a0 x + 1 x 2 + 2 x3 + 3 x 4 + 2 3 4 n=0 n =0 n + 1 juga memiliki radius kekonvergenan R.
S ( t ) dt =
x 0
an t n dt =
60
30
Teroem di atas memperlihatkan bahwa fungsi yang dapat ditulis dalam bentuk deret pangkat mempunyai yang sangat baik, Misalnya fungsi tersebut mempunyai turunan dan dapat diintegralkan. Pertanyaan: Selain mempunyai turunan pertama, apakah ia mempunyai turunan ke n untuk tiap bilangan asli n? Contoh Gunakan teorema ini untuk menentukan bentuk deret pangkat dari fungsi ln (1 + x ) .
1 = 1 + x + x 2 + x3 + 1- x Integral dari fungsi adalah , 1 < x < 1.
2 3 x xt xt 1 dt = tdt + dt + dt + 0 0 2 0 3 1- t
61
x 2 x3 + + , 1 < x < 1. 2 3 Gantilah x dengan x. Kemudian kalikan kedua ruas dengan 1. ln (1 x ) = x + ln (1 + x ) = x x 2 x3 x 4 + + 2 3 4 , 1 < x < 1.
Contoh Tentukan penyajian dalam bentuk deret pangkat untuk fungsi tan-1x. (Petunjuk: mulai dari fakta bahwa dan deret geometri).
tan 1 x =
x 0
1 dt . 1+ t2
62
31
1 dt . Persamaan ini memberi 1+ t2 jalan untuk menentukan penyajian dalam bentuk deret pangkat bagi
x 0
tan 1 x, yaitu dengan cara menentukan penyajian dalam bentuk deret pangkat dari 1 (1 + t 2 ) . Gantilah x pada deret geometri dengan - t 2 . 1 = 1 t2 + t4 t6 + 1 t2 Dengan demikian,
x
tan 1 x = (1 t 2 + t 4 t 6 +
0
) dt
1 < t < 1.
63
Latihan Tentukan representasi deret pangkat untuk dt. 2 et x 2 x3 x 4 (mulai dari fakta bahwa e x = 1 + x + + + + 2! 3! 4!
0
f ( x ) =
1 et
Latihan Tentukan penyajian dalam bentuk deret pangkat untuk fungsi sin-1x. (Petunjuk: mulai dari fakta bahwa x 1 sin 1 x = dt . 0 1 t2 dan gunakan deret binomial untuk menentukan deret pangkat bagi 12 1 = (1 t 2 ) . 2 1 t
Oki Neswan, Ph.D. Departemen Matematika ITB
64
32
Catatan ( 1)
= n 1
( n + 1)
n!
Deret Binomial:
(1 + x ) =
( 1) 2 ( 1)( 2 ) 3 n x + x + x = 1 + x + 2! 3! n=0 n
65
untuk x < R Maka k an x n = kan x n dan n =0 n=0 an x n + bn x n = ( an + bn ) xn n =0 n=0 n=0 konvergen mutlak masing-masing ke kA ( x ) dan A ( x ) + B ( x ) untuk x < R.
66
33
+ an b0 = ak bn k
k =0
an x n bn x n = cn x n n =0 n =0 n=0
67
Contoh Tentukanlah representasi deret pangkat untuk untuk x < 1, a. dengan menggunakan hubungan b. dengan menggunakan hubungan 1
(1 x )
(1 x )
1 = 1 x
1 d 1 = dx 1 x (1 x )2
68
34
x 2 n +1 + ( 2n + 1)!
69
70
35
Konstruksi
Misalkan fungsi f(x) mempunyai penyajian deret pangkat: f(x)=a0+a1 (x-c)+a2 (x-c)2+a3 (x-c)3+. Maka teorema mengenai operasi turunan, memberikan bahwa f(x)=a1 +2a2 (x-c)+3a3 (x-c)2+. f(x)=2a2+23a3 (x-c)+ 3 4a3 (x-c)2+ . dst. Jika dihitung di x=c, maka diperoleh a0=f(c), a1=f(c), a2=f (c)/2!, a1=f (c)/3!, dst. Secara umum,
an = f ( n) ( c ) n!
71
Pengamatan di atas membawa kita pada kesimpulan: jika suatu fungsi f ( x) mempunyai penyajian f ( x ) = an ( x c ) , maka untuk
n n=0
( n)
(c)
n! f '' ( c ) 2!
. Akibatnya,
2
( x c)
f ( n) ( c ) n!
( x c)
36
Penyajian dalam bentuk deret pangkat sebagai fungsi dari (x-c) disebut deret Taylor. Khususnya jika c=0 maka deret ini disebut deret Maclaurin.
73
Misalkan diberikan fungsi f ( x ) bersifat f ' ( x ) ,, f tiap x dalam sebuah interval yang memuat c. Maka, untuk tiap x I , f ( x ) = f ( c ) + f ' ( c )( x c ) + f '' ( c ) 2!
( n +1)
( x)
ada untuk
( x c)
f (n) ( c ) n!
n +1
( x c)
+ Rn ( x )
f ( n +1) ( d )
( n + 1)!
( x c)
74
37
Teorema Rumus Taylor Misalkan diberikan fungsi f ( x ) dengan sifat semua turunannya f n = 1, 2,3, , ada pada interval ( a R, a + R ) . Maka, deret Taylor + 2! 3! merupakan representasi dari f pada interval ( a R, a + R ) jika dan hanya
2 3
( n)
( x) ,
f ( x ) = f ( c ) + f ' ( c )( x c ) +
f '' ( c )
( x c)
f ''' ( c )
( x c)
jika lim Rn ( x ) = 0 di mana Rn ( x ) adalah suku sisa dari Rumus Taylor Rn ( x ) = f ( n +1) ( d )
x
( n + 1)!
( x c)
n +1
75
Contoh Tentukanlah representasi deret Maclaurin bagi a. sin x. b. cos x Jelaskan bahwa deret ini berlaku untuk semua x.
76
38
Soal PR Bab 10
10.1 : 4, 6, 8, 13, 14, 19, 22, 23, 26, 31, 34, 41, 49, 50, 53 10.2 : 2, 4, 5, 7, 9, 10, 12, 17, 22, 26, 31, 37, 39, 41. 10.3 : 2, 3, 8, 10, 15, 18, 21, 23, 29-31, 34. 10.4 : 2, 3, 6, 7, 10, 13, 16, 18, 19, 22, 25, 27-30, 10.5 : 2, 3, 6, 9, 10, 14, 17, 20, 23, 25, 28, 32, 33, 37, 39, 40.
77
10.6 : 3, 6, 8, 12, 15, 17, 19, 24, 25. 10.7 : 1, 2, 4, 6, 11, 14, 17, 25, 29, 31, 34. 10.8 : 4, 8, 12, 20, 22, 25, 27, 32, 35, 39.
78
39