Anda di halaman 1dari 12

Defek pupil aferen pada neuritis optik akut

C. J. K. ELLIS
Dari Department of Medical Ophthalmology, St. Thomas Hospital, London

KESIMPULAN
Dua puluh dua pasien dengan neuritis optik akut telah dikaji dengan
teknik pupillometri inframerah dan visual evoked responses (VER). Defek pupil aferen relatif
telah ditemukan dalam banyak kasus dan magnitud defek ini mempunyai perkaitan
1 1 J J1 J J1 1 1
1 1
1 1 1 1
1 1
1 1 1 1
1 1a evaluasi klinis tidak dapat
menunjukkan abnormalitas dari sumber yang boleh dipercayai. Amplitudo VER tetap rendah.

11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11

22
22
22
22
2222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222h
tidak tepat karena salah faham dasar fisiologi visual. Namun, setelah disadari tentang
kebenaran penglihatan alami, reaksi pupil telah diguna secara meluas sebagai petunjuk
kepada prognosis penglihatan pada katarak.
Saint- Yves ( 1742) meneliti secara dalam pada pasien yang buta sebelah mata dimana
pupil berdilatasi apabila satu mata ditutup dan berkontraksi apabila dibuka lagi. Beliau juga
mengkorelasikan derajat kerusakan penglihatan terreduksi terhadap amplitude konstriksi
pupil dengan berkata Jika hanya satu per empat iris bergerak, maka kita menentukan hanya
satu per empat penglihatan yang berfungsi. Temuan yang sama J J2
2 2
2 2 2 2JJ
2JJ22
2 2 2JJ 2 JJ J2J 2JJ 2
2 2 2 2 2 22222 dloreG ) nial gnay silunep helo
2 2
22 2 2 2 2 2 2
2 2
2 2 J2J 2 2 J2J 2 JJ
2JJ 2 2 2 2 2JJ
2 JJ
haleteS .sisongaid na 2 2 2JJ 2 JJ 2 JJ
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 22222 nitaveL
2 2 J2J 2JJ 2 2
22
2 2 2JJ
2 JJ 2 2
2 2 2 JJ
2JJ 2 JJ J2J 2JJ 2 2
.amas gnay satisnetni adap ayahac nagned isalumitsid naitnag-i 2 2
J2J 2JJ 2 2
22
2 2JJ
2 JJ 2 2
2 2 J2J 2
J 2 JJ J2J 2JJ 2 2 2
2 2 2 22 .nial gnay atam gnidnabreb isatalid 2 2 2 J
2 2
22 2 2 2 2 2 2 2
2 2
2 2 J2J 2 2 J2J 2JJ
2JJ 2 2 2 2 2JJ
2JJ
.fitaler nerefa kefed ayna 2 2 2JJ 2 JJ 2 JJ
2222 22222222222 22222222222 222222222222222 22
2 2
2 2 J J2 2 2
J J2
2 2 J J2 2 2 J
J2 J J2 2 2 J J2 2 2 J
J2 2 2 J J
ramerah, reflex pupil dapat di rekam secara
kontinue dan juga didalam gelap. Lowenstein 2
J J2 2 2
J J2 2 2 J J2 2 2 J J2
2 2 J J2 J J2 2 2 J
J2 2 2 J J2 2 2 J Jsebagai reaksi

low intensity333 3 3 333333


O33333333333333 J J3 J J3 3 3 J
J3
3 3 J J3 3 3 J J3
3 3 J J3 J J3 3 3 J
J3 3 3 J J3 3 3 J Jelatif dan
menunjukkan berbanding songsang antara kemampuan penglihatan dan magnitude pada
defek aferen relatif.
333333333333
333333333333333333333333333333333333333
333333333333333333333333333333333333333333333333333J3 3
3 J J.
3333 333333 33333333333 33333333333 33333333333
333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333
3333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333
33333333333333333333333333333333333333333333333333333
3ilometri inframerah, visual evoked responses (VER) untuk mempola perbandingan

dan assesmen klinikal. Pasien- pasien ini di teliti setiap waktu semasa dan selepas fase akut
penyakitnya.Abnormalitas pupil, hubungannya dengan VER dan kegunaannya untuk maksud
assesmennya pada neuritis optik akan di diskusikan.
3333333333 3333333333333333333333333333

333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333
3333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333 b3
J Jukan pada 20 orang sehat sebagai subjek yang berusia diantara 20 dan
35 tahun. Lima belas darinya ada wanita. Kelainan refraksi di koreksi dengan kaca mata.
3
333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333
3333333 b3 3 16 hingga 48 tahun dan 16 orang daripadanya adalah
wanita. Pasiennya di periksa selama 5 bulan setelah onset adanya gejala gangguan
penglihatan. Diagnosis neuritis optik akut ditegakkan berdasarkan klinis ( McDonald, 1977)
dan disokong oleh tindakan klinis yang menyusul setelah itu. Penyebab neuropati optik lain
disingkirkan dengan pemeriksaan yang benar di setiap kasus.
3
333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333
3333333333333333333333333333333333333333333333 3 3 hilang
untuk di periksa setelah pemeriksaan pertama. Empat pasien mempunyai bukti lesi pada
presentasinya.
3333333333333333333333333333

333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333
333333333333333333333333 b3 3 eter vertical pupil maksimum
dan ini akan direkam secara berterusan pada kertas rekaman dan pita magnetic untuk analisa
di komputer. Karakteristik sistem televisi ini mengenakan resolusi yang terbatas pada waktu

kejadian 20 ms dan diameter pupil mencapai 0,03 mm.


4 444 44444 44 44 4 4 44444444444 44444444444 44444
444444 444444444444444444444444444444444444444444444444444444
44444444444444 J J4 J J4 J J4
J J4 J J4 J J4 4 J J4
J J4 4 4 stik gelombang square. Pergerakan penutup ini
juga direkam di pita magnetic untuk analisa latency.
4444444444444444444444444444444444444444444444444
444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444
4444444 b4 4 ala pasien di sesuaikan dengan keselesaan dan jarak
objek diatur. Sekitar enam hingga sepuluh stimuli akan pertama dihantarkan ke mata yang
berkaitan di setiap tahapan intensitas cahaya. Jeda di antara intensitas stimuli itu dapat
mempertahankan adaptasi kegelapan. Harus berhati-hati terhadap mata yang tidak distimuli
agar tetap dalam kondisi adaptasi kegelapan.
444444444444444444444444444444444444444444444444
4444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444
4 b4 4an kompensasi bervariasi kecepatan tape dengan
menggunakan sumber saluran input. Komputer diprogramkan untuk menilai rata-rata dari
respon langsung pada pupil pada setiap tahapan intensitas stimuli dan memberikan nilai
4 J J4 J J4 4 4 atency dari onset
konstriksi pupil, dan tingkat maksimum dari konstriksi pupil. Rincian komputer itu akan
dipublikasi ke tempat lain.
444444 44444444444444444444444444444444444

444444444444444444444444444444444444444444444444444444444 b4
4doccipat 50mm diatas inion dan sumber elektroda dari midfrontal. 4
444444 44444444444 44444444444444444444444444444444444444
4444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444
4444444444444444444444444444444444 b4 4seperti checkerboard
diproyeksikan ke layar tembus cahaya. Pola ini mengambil satu lebar persegi setiap 500 ms
dan setiap pola pembalikan selesai dalam waktu 6 ms.
4444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444
4 4 J J ecara menyeluruh tidak ada perubahan.
444444444 44444444444 44444444444 44444444444 44444
4444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444
4444444444444444444444444444444444444444444444444444444444 b
4 4
penguat 0,16 Hz- 0,8 Hz) dan direkam di kertas fotosensitivitas.
Subjek akan melihat pola ini dari jarak sejauh satu meter dan rekaman akan dibuat pada satu
mata secara terpisah. Kelainan refraksi akan dikoreksi dengan kaca mata. J J4
4 4 J Jtajaman penglihatan dan
44444444444 444444444444444

5 5 3 5 5 3
5 5 3 J J5 5 J J5 J
J5 J J5
55555555555555555555555555555555555555555555555555555 5 5
J J diukur dari puncak negatif.
5 5 5 5 5 5 5 5
55

55
55
55
55
55
55
55
55
55
55
55
55
55
55
55
55
55
55
55
55
55
55
55
55
55
55
55
55
55
55
55
55
55
55
55
55

66
66
66
66
66
66
66
66
66
66
66
66
66
66
66
66
66
66
66
66
66
66
66
66
66
66
66
666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666
J Jpseudoisochromatic di 666666666666
666666666666666
6666
666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666
6666666666666666 6 6 3 6 6
3 J J
6 J J
an Ambang makula tercatat dari Friedmann Analyser. Irides pada setiap pasien diperiksa
dengan Haag-Streit 900 slit lamp untuk
mengecualikan patologi lokal.
Bila mungkin pasien yang diperiksa pada interval kira-kira semingguan selama fase
akut penyakit dan kemudian pada interval yang lebih panjang
setelah66666666666666666666666666
6

6666666666 3
J J 6 6 6 3
66666666666666666666666666666666666666666666666666666666666

J Jn secara matematis oleh urutan kedua polinomial menggunakan teknik standar:


95% batas keyakinan dihitung untuk mendefinisikan batas-batas rentang normal.
Hasil
Pupilometri
Amplitudo reflex cahaya

Dalam semua subjek kontrol amplitudo


perubahan diameter pupil selama refleks
cahaya langsung 777777
77777777

7 7 3 7
7 3 J J
7 3
3 7 7 3
7 7 3
J J7
777777777 7 7
3
7 7 3uas
antara subyek kontrol ditunjukkan oleh
95% batas kepercayaan. Semua kecuali
dua dari nilai 104 daripada subjek
kontrol terletak dalam batas-batas ini.
Dalam setiap subjek individu
pada setiap tingkat intensitas stimulus
tertentu, perbedaan amplitudo refleks
cahaya langsung dari dua mata itu
umumnya kecil. 7 7 7 77
777 7 7777 77
777 7 7777

777777777777 7
7 3 7 7
3 7 7 3
J J7
7 7 3 7 7
3
7 7 3
untuk setiap subyek nilai numerik
tunggal pada p7 7 7 7 7 7
7 77777 7 777
7 77777 7 777
7777777777777
7 7 3

8 8 3 8
8 3 J
J8 888888883
8 8

3 8 8 3
haya
8888888888888888 8
8 8 8 8 8 8 8

K8888888888 J J8 J J8

J J8

8 8
3 8 88 8 8 3 8

88 8 8 3 8
8 3 8 8 3

8 8 3 8 8 3k dari 22
pasien di 88888888 8 8 8 8
8 8 8 8
K8888888888
J J8 8 88888
88
88
88
88
88
88
88
88
88
88
88
88
88
88
88
88
88
88
88
88
88
88
88
88
88
88
88
88
88888888888888888888888888888888888888888888888

8 8 3
8 8 3 8 8

3stimulus tertinggi. Bar menunjukkan berarti +2 SD. Nilai


dari pasien berhubungan dengan mereka pertama
pemeriksaan.

Perbedaan nilai rata-rata interocular adalah 0,09 mm (SD 0,06 mm), dan batas atas normal
didefinisikan sebagai purata SD +2, yaitu 0,21 mm. 9 9 9 9 9 9 9 9 9
99999999999999999999
9999999999999999999
9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9
9999999999999
9 9 3 9 9 3 9 9
3 9 9 3 9 9 3 ejala
mata. 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9
9999999999999999999
9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9
9999999999999 9 9 3
9 9 3 9 9 3 9 9 3
9 9 3 ulus yang rendah 9 9 9 9 9 9 9 9 9
9999999999999999999
99999999999999999999
9 9 9 9 9 99999999999999 9 9
3 9 9 3 9 9 3
9 9 3 9 9 3 yang paling intens yang tersedia
tidak cukup 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9
99
99
99
99
99
99
99
99
99
99
99
99
99
99
99
99
99
99
999999999999999999999999999999999999999999999999999999999999999999999999
9 9 3 9 9 3
9 9 3 9 9 3 nterocular pada tiga intensitas stimulus
tertinggi dihitung sebagai subyek kontrol. Gambar 2 menunjukkan nilai-nilai dari 22 pasien

pada pemeriksaan pertama mereka.


Semua berada di luar rentang normal dan bervariasi dari pasien sangat parah dengan suatu
perbedaan interocular10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
10 10 10 10 10 10 10 10
10101
0101
0101
0101
0101
0101
0101
0101
0101
0101
0101
0101
0101
0101
0101
0101
0101
0101
0101
0101
0101
0101
0101
0101
0101
0101
0101
0101
0101
0101
0101
0101
0101
0101
0101
0101
0101
0101
0101
0101

1111
1111
1111
1111
1111
1111
11111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111
11 11 3 11 11 3
11 11 3 11 11 3an penglihatan pada waktu
itu (Gambar 3). Besarnya defek aferen sekitar lebih dari 0,8 mm dimana semuanya yang
berhubungan dengan ketajaman visual dari 6 / 60 atau kurang. Defek aferen yang lebih kecil
dikaitkan pula dengan berkurangnya gangguan ketajaman penglihatan.

Gambar. 3 Hubungan antara besarnya relatif


aferen cacat dan ketajaman visual dalam terkena
mata dari 22 pasien yang pertama mereka
pemeriksaan. Ketajaman 6 / 60 juga mencakup
semua pasien dengan visi yang lebih buruk dari 6 /
60 .

LATENCY

Latency dari stimulus untuk terjadinya respon di subyek kontrol ditemukan menurun dengan
meningkatnya intensitas stimulus. Gambar 4 menunjukkan garis paling cocok dari hubungan
dan batas-batas kepercayaan 95%. Tiga dari 106 nilai-nilai berada di luar batas kepercayaan
ini. Latency minimal direkam dari subyek kontrol adalah 220 ms.
Latency juga dianalisis dalam kaitannya dengan kesesuaian amplitudo refleks
cahaya. Gambar 5 menunjukkan bahwa latensi berkurang dengan meningkatnya amplitudo
refleks cahaya: lagi batas-batas kepercayaan 95% adalah ditampilkan. Dua dari 106 nilai-nilai
ini terletak di luar
jangkauan.
Latency dari respon pupil dalam
terkena mata pasien adalah berkepanjangan di sebagian
kasus. Kelainan ini kurang jelas dari
terkait penurunan amplitudo refleks cahaya, mungkin karena resolusi rendah pupillometer
THz dan kesulitan mendefinisikan persis

terjadinya penyempitan pupil. Namun, Gambar menunjukkan jumlah mata terpengaruh untuk
berada di luar
kisaran normal latensi pada setiap tingkat
intensitas stimulus. Latency terpanjang
adalah 480 ms, dan batas atas kisaran normal
adalah 420 ms pada intensitas stimulus terendah. Ketika
latency diplot terhadap amplitudo refleks cahaya
(Gambar 5) semua tapi delapan dari nilai dari
pasien berbaring dalam rentang normal, menunjukkan
bahwa meskipun latency tidak normal sehubungan dengan intensitas stimulus, itu normal
dengan
sehubungan dengan amplitudo yang sesuai refleks nya cahaya.

Anda mungkin juga menyukai