Anda di halaman 1dari 12

MEtMM SSYN & MY tNONESt

Pusat Dokumentasi, PeneIitian, Kajian, dan Pengembangan Teater


Alamat ; Jl. Jendral Sudirman 69 ndramayu - 45212 telefon ; (0234) 275970, ndramayu Jabar.
Sekretariat managemen; Gang Sadewo No. 22 Rt. 02 Rw. 04, Dukuh Sabrang, Des Pangkah, Kecamatan Pangkah,
Kabupaten Tegal, Jawa Tengah- ndonesia 52471. Telp. Contac person; 085224507144-087828983673
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

!748,%,7
jtan Mema4
Jazan Guang
Karya
NUHOCHMAN SUDlYO YS.
(PenuIis Iakon tari dan sutradara)

Produksi Tahun 2012
MEDlUM SASTHA & UDAYA lNDONESlA

1duRune tIeh t
kemunitus suh Nunuh 1egul
Sanggar Puser LangIt

|aeakaa \waag |waag haare eater


MEtMM SSYN & MY tNONESt
Pusat Dokumentasi, PeneIitian, Kajian, dan Pengembangan Teater
Alamat ; Jl. Jendral Sudirman 69 ndramayu - 45212 telefon ; (0234) 275970, ndramayu Jabar.
Sekretariat managemen; Gang Sadewo No. 22 Rt. 02 Rw. 04, Dukuh Sabrang, Des Pangkah, Kecamatan Panagkah,
Kabupaten Tegal, Jawa Tengah- ndonesia 52471. Telp. Contac person; 085224507144-087828983673
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

$34588
Salam Budaya,
Alam perkampungan sejak dulu masih menarik untuk diabadikan. Mulai dari
aktifitas masyatrakat petani dalam kesibukannya di sawah, juga bagaimana
mereka begitu kompak bahu membahu merayakan pesta panen raya. Fenomena
kesederhanaan, dan spiritual masyarakat melekat hingga kini di wilayah Pantura,
semua menjadi sisi menarik untuk kami sajikan dalam pentas ini.
Hiruk pikuk masyarakat pedesaan dan hubungan sosial yang dibangun dengan
konsep kebudayaan, telah melahirkan sisi kemajuan jauh sebelum modernisasi
mencuatkan arus tehnologi dan keberagaman status intelektual dan sosialnya.
Begitu juga soal cinta yang dibangun dari kultur yang terus dijaga sepanjang
zaman.
Pada hakekatnya cinta milik siapa saja. Setiap mahluk hidup berhak mencintai dan
dicintai. Namun demikian sejak munculnya kelas-kelas sosial, ruang kebebasan
untuk melampiaskan cinta pun menjadi konflik yang tak pernah kunjung padam.
Halangan, rintangan dalam cinta dirasakan oleh manusia sebagai tantangan dan
pengalaman menarik dalam hidupnya.
Tak pelakkisah-kisah cinta yang spektakuler, gara-gara beda status sosial, agama,
dan trah atau silsilah, berakhir tragis dengan kematian. Ending yang nelangsa
seperti itu di berbagai belahan dunia dicatat cebagai kisah menarik dan
melegenda. Sebagaimana Romeo dan Yuliet karya Sakespiere dan Baridin
-Suratminah yang dikisahkan kembali oleh H. Abdul Adjib, ini menjadi sisi menarik
untuk kami prsembahkan dalam bentuk Prosa Tari atau semacam SENDRATAR
yang distilasi ke bentuk pertunjukan yang menonjolkan unsur cerita, suasana dan
adegan yang dikembangkan dalam gerak teater dan tari.
Konsep ini semata untuk kembali memberi pencerahan pada khalayak pecinta
seni. Setidaknya melalui pertunjukan yang akan kami gelar bermaksud
menyambungkan rasa, harkat dan karsa untuk menjadi simpul-simpul baru
persatuan dan kesatuan bangsa di dunia. Karena dengan tujuan tersebutlah
kedamaian dan keselarasan bakal tercipta. Karena cinta kasih adalah milik semua
mahluk, maka manusia tak harus terus menerus diruncingkan oleh perbedaan
status sosial, budaya, politik apalagi drajat yang semuanya milik Tuhan Yang
Maha Esa.

Wassalam


urochman Sudibyo YS.
Sutradara dan penulis lakon








MEtMM SSYN & MY tNONESt
Pusat Dokumentasi, PeneIitian, Kajian, dan Pengembangan Teater
Alamat ; Jl. Jendral Sudirman 69 ndramayu - 45212 telefon ; (0234) 275970, ndramayu Jabar.
Sekretariat managemen; Gang Sadewo No. 22 Rt. 02 Rw. 04, Dukuh Sabrang, Des Pangkah, Kecamatan Panagkah,
Kabupaten Tegal, Jawa Tengah- ndonesia 52471. Telp. Contac person; 085224507144-087828983673
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
KISAH BARIDIN & SURATMINAH
Awalnya ingin kutulis sepotong SNOPSS, namun entah tiba-tiba jadi ringkasan
cerita yang menegangkan. nilah kisah Drama Tarling Karya: Ki Haji Abdul Ajib
atau akrab dipanggil Kang Ajid, yang beberapa kali saya saksikan baik saat
keponakanku dihitan, Dan Kakak Sepupuku menikah di Desa Pabean udik
ndramayu, Serta pertunjukan Kang Abdul Ajib di Cirebon.

Judul Asli KEMT # GUYG, Berikutnya dikenal dengan Lakon:
KSAH BARDN DAN SURATMNAH atau LEGENDA BARDN DAN RATMNAH,
CNTA YANG KANDAS dan kemudian menjadi latah dengan RATMNAH EDAN,
KEDANAN BARDN, dan terakhir dikenal dengan sebutan lakon : "BARDN"


Dalam lakon AJAN KEMAT JARAN GUYANG ini, akan kami munculkan beberapa
adegan sebagai berikut,:

1. Musik pembuka --over toon, gameIan puser Iangit
terdengar tembang kidung pesinden
Terdengar suluk ki dalang =

Dikisahkan seorang jejaka yang terlewat usia karena selalu menunda masa
lajangnya. a menyadari usianya memang sudah bukan remaja lagi. Namun
kondisi perekonomian yang dialami semenjak ayahnya meninggal,tak kujung
selesai. Baridin lebih memilih membantu ibunya, Mbok Wangsih, menjadi buruh
tani. Namun mereka selalu bersyukur dengan kondisi yang diberikan oleh Allah
tersebut.

Hidup berdua dengan seorang ibu yang memilih jadi janda untuk membesarkan
anak semata wayangnya Baridin. Mbok Wangsih hanya ditinggali rumah gubuk
yang sederhana. Di pinggiran sungai dengan beberapa pohon pisang. Selain
beburuh tandur (buruh tani) Mbok Wangsih mendidik Baridin untuk bisa membantu
hidupnya. Jadilah Baridin tukang mluku (pembajak sawah). Modal kesehariannya
adalah weluku (Alat bajak) peninggalan bapaknya. Adapun kerbau untuk menarik
bajaknya ia pinjam dari orang lain.

2--adegan di rumah mbok wangsih
Terdengar kiser pangikat ati
Pitutur ki dalang =
Sampai pada suatu hari Mang Bun (Bunawas) memberinya tugas untuk membajak
sawahnya yang ada di perbatasan. Sebagai tanda pengikat Baridin memperoleh
Nasi tumpeng dan bekakak ayam, juga wang bayaran. Usai sarapan pagi
berangkatlah Baridin ke arah sawah milik Mang Bunawas.

--adegan di rumah Bapak Dam
Terdengar suluk panguripan
Pitutur ki dalang =

Di sebuah desa di kota Brebes Keluarga Bapak Dam (H. Damuri) yang kaya raya,
sombong, angkuh dan pelit, hidup bersama anak gadis semata wayangnya yang
bernama Suratminah (dipanggil Ratminah). Bapak Dam, pagi itu melepas
Ratminah pergi ke pasar untuk berbelanja memenuhi kebutuhan hidupnya.

Bapak Dam, sepeninggal anaknya berkelakar dengan tetangganya dengan
kebiasaan memamerkan kekayaannya, namun giliran menugaskan apa saja
selalu saja ia sungkan memberi uang jasa, tanda terimakasih. Begitu juga disaat
lewat tukang ramal, Bapak Dam tak mau membayar jasa ramalan, karena dalam
ramlannya ia akan jatuh melarat dan anak-satu satunya Suratminah diramalkan
akan menjadi gila. Bapak Dam pun mengusir peramal itu sembari mengumpat.

4--adegan pertemuan di jaIan depan pasar
Terdengar tembang gegonjakan suka cita
Pitutur ki dalang =

Di jalan sebelum masuk area pasar Brebes, Ratminah digoda beberapa pemuda
brandalan yang memuji kecantikannya dengan harapan disambut baik, Tapi
Suratminah malah menghardik mereka. Dengan keangkuhan dan kepercayaan
diri sebagai wanita anak orang terkaya di kota nya. Ratminah berhasil melawan
gangguan usil anak-anak berandalan itu. Namun niatnya berbelanja justru
tertunda. Hingga siang hari ia dikesalakan terus menerus meladeni
kekurangajaran para brandalan dan ditambah lagi dengan munculnya Baridin
yang mengajak berkenalan sembari memanggul weluku.

Kehadiran Baridin yang berlagak menanyakan arah menuju Sawah Mang
Bunawas, membuat kesal para berandalan yang sedang asik mengganggu
Ratminah sembari wangsalan. Baridin rupanya tak puas dengan bertanya pada
anak-anak pemuda brandalan, ia juga bertanya sembari berusaha mengenalkan
diri pada gadis cantik yang membuatnya terpana dan ingin berkenalan.

5--adegan temu tresna
Terdengar tembang manggul weluku
Pitutur ki dalang =

Pertemuannya dengan Suratminah menimbulkan gejolak asmaranya ia jatuh cinta.
Dan Baridin pun berusaha merayu dengan tembang dan sanjungan. Namun
suratminah dengan seenaknya membolak-balikkan perkataan baridin sembari
mengejeknya, karena Baridin seolah tidak bercermin kalau dirinya seorang
pemuda miskin, dengan pakaian compang camping dan celana rombeng
dengkulnya tambalan dan bau tubuh pengak keringat seorang petani.

Muncul anak-perempuan bertubuh kecil teman bermain dan sekolah Suratminah
yang ikut mengejek baridin dan membucahkan perhatian Baridin yang asik
merayu Ratminah.

--adegan keyungyun
Terdengar tembang melu ngece
Pitutur ki dalang =

Gara-gara pertemuannya dengan pemuda brandalan dan kesannya terhadap
Baridin, Ratminahpun akhirnya gagal berbelanja. a menjadi kesal dan pulang
ditemani teman-temannya. Begitu juga Baridin. a gagal berangkat ke sawah
Mang Bun dan Baridin pun pulang kembali ke rumah.

7--adegan di rumah mbok wangsih
Terdengar kiser katresnan
Pitutur ki dalang =

bunya kaget melihat kedatangan Baridin. Selain masih siang, persoalannya juga
karena uang bayarannya sudah diterima dan brekat tumpengnya sudah habis
dimakan sementara Weluku milik baridin masih kering. Baridin hanya terdiam, ia
malah asyik melamun. Membayangkan pertemuannya dengan Suratminah saat
berkenalan di jalan Pasar kota Brebes. a lupa dengan yang ditanyakan ibunya.
Bahkan saat Mang Bun datang menanyakan kenapa Baridin gagal menggarap
sawahnya. Baridin dengan santai saja menjawabnya. "Kalau sabar ya besok
dikerjakan, jawabnya.

8--adegan di rumah mbok wangsih
Terdengar suluk gara-gara
Pitutur ki dalang =

Mang Bun akhirnya meminta agar uang dan Brekat yang telah dibayarkan untuk
dikembalikan. Baridin dengan santai pula meminta agar ibunya mengembalikan.
bunya gelisah bagaimana mengembalikannya, Brekat sudah habis dimakan Uang
sudah dibelanjakan. Baridin pun dengan santai pula menjawab ; "kalau tak ada ya
gunakan sarungnya saja sebagai jaminan. Mang Bun akhirnya menerima saja
Sarung Baridin sebagai jaminan meski sarungnya apek dan sudah buluk (lapuk).

Sepeninggal Mang Bunawas, Mbok wangsih merasa malu atas ulah anaknya yang
cepat sekali berubah. Namun ia agak girang juga manakala Baridin berterus
terang bahwa dirinya tengah jatuh cinta pada seorang wanita dan ia menginginkan
gadis pujaannya itu menjadi istrinya. Bayangan Mbok wangsih, ia bakal bisa
menimang cucu dan rumahnya semakin ramai dengan suara menantu dan
cucunya kelak. Namun mbok Wangsih kaget bukan kepalang manakala tahu
perempuan yang menimbulkan anaknya terpincut itu seorang gadis kaum berada
dan anak orang terkaya di Brebes pula.

Saking cinta dan sayangnya pada Baridin, Mbok Wangsih pun tak kuasa menolak
permintaan anaknya untuk melamar Suratminah binti Bapak Dam di kota Brebes.
Berbekal pisang hasil imbuhannya dari pohon pisang di samping rumahnya. Mbok
wangsih berangkat menuju kota Brebes dengan petunjuk arah dari Baridin putra
terkasihnya.

--adegan di rumah Bapak Dam
Terdengar kiser panguripan
Pitutur ki dalang =

Di rumah Bapak H. Damiri (Bapak Dam) di kota Berbes. Pak Haji bingung dengan
kepulangan anak perempuannya dengan wajah cemberut tanpa hasil belanjaan
dan memulangkan kembali uang pemberiannya. Saat ditanya berbagai hal
Ratminah yang masih kesal dengan anak-anak pemuda tak menjawab. Apalgi jika
mengenang nama Baridin yang tiba-tiba jatuh cinta dan mengutarakan hasrat rasa
hatinya utu kepadanya. Ratminah merasa pusing dan menyimpan kesan tersendiri
dengan pemuda bernama Baridin yang lucu, lugu dan konyol itu. Namun dia harus
tetap angkuh untuk menunjukkan status sosialnya sebagai anak orang kaya.

Terdengar tembang Iamaran
Pitutur ki dalang =

Bapak Dam pun mengingatkan agar Suratminah menikah saja, ketimbang sering
kali kesat saat digoda pemuda. Harapan Bapak Dam, itu meminta agar
Suratminah menerima lamaran kepada siapapun pemuda yang melamarnya.
Karena selain badan sudah besar, Bapak Dam ingin rumahnya ada suara bayi dan
ramai dengan suara manusia, tidak seperti hari-harinya yang senyap. Kalaupun
ada suara lain Cuma kicau burung, salak Si Bopi anjing peliharaan dan suara
Tekek yang menghiasi rumahnya. Namun Ratminah diam saja saat ditegur
ayahnya agar kawin. Dia bingung, siapa yang kelak harus dipilih sebagai calon
suaminya. Jujur saja ia pun sudah malas untuk ke sekolah. Namun begitu ia juga
belum mengerti soal cinta.

Sampai kemudian Datang secara bergantian para pelamar yang disambut dengan
keceriaan Bapak Dam. Maklum ia sudah merindukan anak perempuannya
menikah. Sayangnya setiap kali datang pelamar setiap kali itu juga Ratminah
menolaknya. Bahkan sampai pada kegelian dimana semua pelamar yang di tolak
berkumpul, diantaranya Dalang tarling, Saudagar, Juragan, dan sopir. Mereka
secara bersama-sama menyerang dengan ejekan dan hujatan pada Ratminah
dan bapaknya.

Dasar orang kaya yang berkuasa. Bapak Dam dan Suratminah, berhasil mengusir
semua lelaki yang gagal melamar anaknya itu. Akan tetapi baru saja mereka
hendak masuk ke ruang tengah, terdengar rumah diketuk oleh seorang wanita
sembari terheran-heran dengan kemewahan rumah bapak Dam. Bangunan,
taman Sangkar perkutut dan Bopi anjing milik Bapak Dam, tak henti menyalak
mengira perempuan itu adalah pengemis yang datang.

10--adegan di depan rumah Bapak Dam
Terdengar kiser jaluk lawang
Pitutur ki dalang =

Suratminahpun membuka pintu dan langsung memberi sedekah. Tapi ditolak oleh
perempuan yang datang. Perempuan yang bernama Mbok Wangsih itu malah
tertegun dengan kecantikan Suratminah. Pantaslah jika Baridin anak semata
wayangnya terpesona dan ingin sekali meminang untuk dijadikan istrinya.
Akhirnya Suratminah memanggil bapaknya mendengar perempuan yang datang
itu punya tujuan pribadi, bukan hendak mengemis.

Bapak Dam jadi bertambah kesal dengan laporan Suratminah. Baru saja ia
dikesalkan dengan ulah arogan para pelamar yang ditolak anaknya, eh datang lagi
perempuan aneh. Semakin bertambah kesal dan mangkel pula bapak Dam
manakala Mbok Wangsih dengan jujur mengutarakan hasratnya untuk melamar
Suratminah untuk putra yang dicintainya Baridin.

Terdengar tembang pengIamar
Pitutur ki dalang =

Mendengar apa yang dimaksud Mbok Wangsih, Bapak Dam dengan serta merta
menghina, mengejek kemiskinan mbok Wangsih. Dengan hanya membawa
pisang setundun, hendak melamar anaknya. Selain tertawa, bapak Dam, pun
dengan keras menolak dan mengumpat atas kelancangan Mbok Wangsih. Namun
Mbok Wangsih memaksa minta agar lamaranya diterima, demia anak
kesayangannya Baridin. Mbok Wangsih pun meminta agar Surtaminah menjawab
permohonannya.

Jika Bapak Dam sebelumnya telah menolak dan menghina dirinya Mbok Wangsih
masih maklum. Namun setelah mendengar jawaban Suratminah yang menolak
lamaran bahkan dengan keras ia menendangnya, serta meludahi mukanya
sembari melemparkan pisang bawaan ke tubuhnya. Mbok wangsih menjadi sakit
hati dan perasaannya terkoyak. a menyalahkan Baridin yang tidak mau bercermin
terebih dahulu sebelum menentukan keinginannya. Dengan tubuh lunglai dan hati
yang robek Mbok wangsih meninggalkan rumah bapak Dam. Dengan pikiran kesal
dan penuh kemarahan pada Baridin.

11--adegan di rumah mbok wangsih
Terdengar kiser pedot ati
Pitutur ki dalang =

Di rumah gubug bambu beratap rumbia, Baridin menatap langit bercahaya
rembulan dengan keindahan semburat merah yang memancar bagai impian dan
harapannya yang berpendaran di kepalanya. Sedang asyik melamun hingga ke
puncak harapannya dapat menikahi gadis pujaannya Suratminah berkat usah
bunya yang kini tengah berangkat seharian melamar dan belum pulang. Baridin
dikejutkan dengan kedatangan bunya yang kembali dengan wajah sedih dan
buntelan pisang yang masih utuh.

Baridin pun bertanya, barangkali saja ibunya kecapean karena tidak berhasil
menemukan rumah Suratminah. Namun apa yang dikiranya justru terbalik. bunya
ternyata gagal dalam upaya melamar Suratminah menjadi istrinya. Baridin
tertegun dengan apa yang diceritakan ibunya.

Ungkapan marah dan keperihan hati ibunya masih bisa diterima oleh Baridin,
karena ia mengakui kemiskinan yang menjerat hidupnya. Namun sikap angkuh
Bapak Dam dan Suratminah yang tak dsangka berani menghina dan meludahi
wajah ibunya, justru yang membuat Baridin menjadi ikut sakit dan mendadak
sontak ia rubah cintanya menjadi benci, kemarahan dan dendam yang tak
tertahankan.

12--adegan pengusiran Baridin dari rumah mbok wangsih
Terdengar kiser pegot ati
Pitutur ki dalang =

Ditambah lagi manakala mbok Wangsih mengusirnya, karena merasa
dipermalukan oleh sikap tolol Baridin. Mbok wangsih dengan kemarahan yang
meluap dengan tega malam itu mengusir Baridin dari rumah. Mbok Wangsih
merasa malu dengan sikap anaknya yang tak mempertimbangkan kondisi
kemiskinan dan kemelaratan yang melanda keluarganya.

Baridin, sembari menahan tangis dan batin yang tersayat, terus berjalan di
kegelapan malam. a meninggalkan ibu dan rumahnya. Baridin berjalan sampai
jauh ke arah Kulon, sembari mengumbar dendamnya. Sampai kemudian ia
bertemu dengan sahabat karibnya.

1--adegan di depan rumah GembIung BinuIung
Terdengar kiser jaluk sambat
Pitutur ki dalang =

Sahabat Karib Baridin bernama Gemblung Binulung (Meski punya wajah seperti
orang gemblung tapi suka menulung). Gemblung ikut prihatin atas nasib
sahabatnya Baridin. Kembali ia berniat menolong meredakan api cinta Baridin
pada Suratminah. Baridin hampir tidak percaya jikalau Gemblung sahabatnya
yang berwajah bloon itu dapat memberikan pertolongan pada nasibnya yang sial.
Tapi setelah gemblung mengatakan memiliki ajian peninggalan mendiang
bapaknya, dan Baridin membaca sebuah rapalan dari kertas tua dengan judul
Ajian Kemat Jaran Guyang, ia pun percaya.

Atas nasehat sahabatnya itu Baridinpun pun kemudian ditugasi mandi mengambil,
air suci lalu melakukan niat berpuasa pati geni selam 40 hari empat puluh malam
dengan membaca niat di malam kelahirannya berkisar pukul 12 malam.

14--adegan ngremat di tepat wisik
Terdengar kiser kemat jaran guyang
Pitutur ki dalang =

Malam itu dalam keremangan, suasana yang wisik. Baridin Merapalkan Ajian
Kemat Jaran Guyang. Alam tiba-tiba bergetar. Langit memunculkan udara panas.
Bau kemenyan yang lemah merambah ke mana-mana. Orang yang terasa
terbangun dari tidurnya. a yang lemah imannya dan yang dalam hidupnya selalu
sombong bhakan kerap berlaku angkuh, malam itu dibangunkan dari tidur.

15--adegan di rumah Bapak Dam
Terdengar kiser jeritan ati
Pitutur ki dalang =
.
Di rumah Bapak Dam, menjelang jam satu. a dikesalkan dengan bunyi tokek yang
berulang-ulang. Kekesalan dikarenakan saat dihitung suara tokek itu, jatuhnya
pada hitungan miskin. Begitu juga saat dibalik tetap saja jatuhnya di hitungan
miskin. Begitu juga disaat Tukang Tongprek lewat tengah malam yang merasa
aneh dengan belum tidurnya bapak Dam. Saat ditanya soal Bunyi Tokek Bapak
Dam malah kecewa dan ngedumel sendiri

Pagi hari kekesalan terus bermunculan. Bapak Dam kaget dengan ulah Ratminah
yang malas-malasan dan sedikit-sedikit tertawa dan cengengesan sendiri sambil
mengucap dan menyebut-nyebut Kang Baridin. Dan Bapak Dam tak mengerti
siapa itu Baridin.

1--adegan #atminah pergi dari rumah
Terdengar kiser kelangan
Pitutur ki dalang =

Kekesalan Bapak Dam, semakin bertambah saat menugasi Ratminah nggodog
Wedang, setelah ditunggu lama ia muncul membawa golok. Saat disuruh mandi
dia malah diam sendiri. Lagi-lagi Ratminah menyebut kata Kang Baridin secara
berulang-ulang. Bapak Dam tambah bingung manakala anaknya berdandan
dengan pakaian yang jelek dengan rambut diuraikan tak teratur dan keluar rumah
sembari bertanya pada tetangga tetangganya dimana Kang Baridin.

Ratminah terus berjalan dan semakin jauh meninggalkan rumah dan bapaknya. a
berjalan, berlari seperti kuda yang tak kenal lelah. a berlari sembari
berteriak-teriak menyebut Kang Baridin. Ratminah lupa makan dan minum. a
terus meneriakkan keinginannya bertemu kang Baridin.

Ratminah terguncang jiwanya. Sikapnya berubah labil. Dia selalu memuja Baridin
dan berjalan sembari mengundang nama Baridin. a menjadi tertawaan anak-anak
karena dia memang layak disebut Wong Edan.

1--adegan di rumah Bapak Dam
Terdengar kiser kelangan kelingan
Pitutur ki dalang =

Bapak Dam pun secara serentak jatuh miskin. Uangnya dihambur-hamburkan
untuk memberi upah pada tetangga dan orang-orang yang mengaku bisa
menyembuhkan Ratminah dan siap mencari Suratminah. Namun tiada ada yang
berhasil. Sampai suatu hari ia mengalami kerugian besar, karena orang yang
mengira berhasil mendapatkan Ratminah dengan ciri-ciri rambut Terurai dan
pakaian rombeng dan setiap kali menyebut kata Baridin ternyata salah. Bukan
Ratminah. Perempuan yang juga menjadi terlunta-lunta mencari Baridin adalah
Mbok Wangsih. Akibat salah persepsi itu, Bapak Dam pun akhirnya pergi
meninggalkan rumah, entah kemana terus mencari anaknya sembari menangis.

17--adegan mbok wangsih di rumah Bapak Dam
Terdengar kiser jaluk ampun
Pitutur ki dalang =

Mbok wangsih dalam kondisi terikat, dalam kekuasan Bapak Dam akhirnya
menangis dan meminta tolong pada siapapun. Dengan janji kalau yang menolong
laki-laki ia bersedia menjadi suaminya. Sumpahnya terdengar oleh Gemblung
Binulung. a lah yang menyelamatkan Mbok Wangsih dan memberi petunjuk
keberadaan Baridin di Desa Jagapura. Namun Mbok Wangsih menolak diajak
kawin Gemblung Binulung. Selain usianya masih sangat muda, Gemblung kan
sahabat akrab Baridin. Dan penolakannya karena gemblung itu orangnya ya
memang gemblung, aneh. Tapi mbok Wangsih tak kuasa menerima kebaikan
Gemblung binulung.

18--adegan di rumah penduduk agapura
Terdengar kiser kebo mbajak
Pitutur ki dalang =

Di Desa Jagapura Baridin tengah bekerja membajak sawah sembari
menggerakkan Kerbaunya, Baridin bernyanyi mengenang hati sanubarinya yang
perih dan merana. a masih juga puasa dan belum mau berbuka, sebelum melihat
dengan kepala sendiri hasil ajian yang dilakoni atas petunjuk sahabatnya
gemblung Binulung.

1--adegan di pinggir sawah desa agapura
Terdengar kiser bonggan ngece
Pitutur ki dalang =

Sampai pada suatu hari Suratminah datang. Di pinggiran sawah yang tengah
digarap Baridin wanita itu menangis. Wajahnya yang cantik terbaur dengan debu
jalanan. Bajunya compang camping penuh debu dan bau lumpur akibat perjalanan
jauh. Suaranya kian serak memanggil manggil berjuta kali, nama Kang Baridin. a
menangis di kaki Baridin, sembari meminta maaf. Namun Baridin dengan tegar,
hanya terdiam. Belum mengeluarkan kata maaf, karena Baridin malah
mbongganaken (menyalahkan) sikap buruk dan kesombongan Suratminah dan
Bapaknya yang menghina bu yang dicintainya; Mbok Wangsih.

Ratminah akhirnya tak kuat lagi menahan cinta dan kasihnya. a peluk Baridin
dengan kekuatan yang trsisa, saat itu juga Ratminah merobohkan tubuhnya yang
lemas, ia meninggal dunia. Baridin tersentak. a dan penduduk setempat
kemudian mengebumikan jenajahnya di Pekuburan Desa Jagapura.

20--adegan di rumah tahIiIan
Terdengar kiser kepegot tresna
Pitutur ki dalang =

Sore harinya menjelangmagrib usai tahlillan almarhum Suratminah, Baridin
mendadak terjatuh tak kuat dengan kondisi tubuhnya yang lemah. Niatnya hendak
berbuka puasa selepas magrib pun gagal. a pun meninggal dengan tubuh
meluruk di atas tanah di hadapan majelis tahlil.

Esok harinya masyarakat Desa Panguragan menguburkan jenajah Baridin di
samping kuburan Suratminah. Mereka menjadi pasangan cinta yang agung di
alam kubur. Sedang kedua orang tua dan sahabat-sahabat yang dicintainya hanya
bisa tertunduk haru di makam kedua pasangan yang gagal menyatu menjadi
pasangan cinta didunia, akibat dari perbedaan status ekonomi yang berbeda.
Tangisan dan airmata berjatuhan dimana-mana. Bahkan saat saya menulis
kembali kisah ini. Demi Allah saya menangis. Menangis...Kenapa kemiskinan
selalu saja menjadi sumber petaka atas kehidupan manusia di dunia.

Demikian rentetan kisah "Ajian Kemat Jaran Guyang, Atau kisah Baridin dan
Ratminah.****(dikisah uIang oIeh urochman Sudibyo YS. PenuIis, pemerhati,
skenario dan sutradara perkembangan TarIing KIasik dan Teaer #akyat ke
Drama Tari atau Prosa Tari)

Anda mungkin juga menyukai