Anda di halaman 1dari 6

Perlawanan Trunajaya

Oleh :
Bima Abdul A. | |
KaIin A. N. | |
Zaimuddin R. | |
M. Kamil F. | |
Wildan Z. A. | |
atar Belakang
Raja Amangkurat I ternyata sangat bersahabat dengan VOC. Pada tahun 1646, Mataram
secara resmi mengadakan perdamaian dengan VOC. Isi perjanjian yaitu:
1.Mataram mengakui kekuasaan VOC di Batavia
2.Mataram boleh berdagang di Indonesia, kecuali di Maluku
3. VOC setiap tahun mengirim duta ke Mataram
4. Diadakan tukar-menukar tawanan perang
Raja Amangkurat I memakai gelar sunan. Pusat pemerintahan di Pleret. Raja
Amangkurat I juga bertindak sewenang-wenang terhadap rakyat. Dan tidak sedikit ulama yang
menjadi korban kekuatannya. Maka timbul beberapa kekecewaan dari pihak yang lain. Dan
muncul perlawanan yang salah satunya yaitu perlawanan Trunajaya.
alanya Perlawanan Trunajaya
Ketidakpuasan terhadap Amangkurat I juga dirasakan putra mahkota yang bergelar
Pangeran dipati Anom. Namun Adipati Anom tidak berani memberontak secara terang-terangan.
Diam-diam ia meminta bantuan Raden Kajoran alias Panembahan Rama, yang merupakan ulama
dan termasuk kerabat istana Mataram. Raden Kajoran kemudian memperkenalkan menantunya,
yaitu Trunojoyo putra Raden Demang Melayakusuma sebagai alat pemberontakan Adipati
Anom.
Trunojoyo dengan cepat berhasil membentuk laskar, yang berasal dari rakyat Madura
yang tidak menyukai penjajahan Mataram. Pemberontakan Trunojoyo diawali dengan penculikan
Cakraningrat II, yang kemudian diasingkannya ke odaya, Kediri. Tahun 1674 Trunojoyo
berhasil merebut kekuasaan di Madura, dia memproklamirkan diri sebagai raja merdeka di
Madura barat, dan merasa dirinya sejajar dengan penguasa Mataram. Pemberontakan ini
diperkirakan mendapat dukungan dari rakyat Madura, karena Cakraningrat II dianggap telah
mengabaikan pemerintahan.
askar Madura pimpinan Trunojoyo, kemudian juga bekerja sama Karaeng Galesong,
pemimpin kelompok pelarian warga Makassar pendukung Sultan Hasanuddin yang telah
dikalahkan VOC. Kelompok tersebut berpusat di Demung, Panarukan. Mereka setuju untuk
mendukung Trunojoyo memerangi Amangkurat I dan Mataram yang bekerja sama dengan VOC.
Trunojoyo bahkan mengawinkan putrinya dengan putra Karaeng Galesong untuk mempererat
hubungan mereka. Selain itu, Trunojoyo juga mendapat dukungan dari Panembahan Giri dari
Surabaya yang juga tidak menyukai Amangkurat I karena tindakannya terhadap para ulama
penentangnya.
Di bawah pimpinan Trunojoyo, pasukan gabungan orang-orang Madura, Makassar, dan
Surabaya berhasil mendesak pasukan Amangkurat I. Kemenangan demi kemenangan atas
pasukan Amangkurat I menimbulkan perselisihan antara Trunojoyo dan Adipati Anom.
Trunojoyo diperkirakan tidak bersedia menyerahkan kepemimpinannya kepada Adipati Anom.
Pasukan Trunojoyo bahkan berhasil mengalahkan pasukan Mataram di bawah pimpinan Adipati
Anom yang berbalik mendukung ayahnya pada bulan Oktober 1676. Tanpa diduga, Trunojoyo
berhasil menyerbu ibukota Mataram, Plered. Amangkurat I terpaksa melarikan diri dari
keratonnya dan berusaha menyingkir ke arah barat, akan tetapi kesehatannya mengalami
kemunduran. Setelah terdesak ke Wonoyoso, ia akhirnya meninggal di Tegal dan dimakamkan di
suatu tempat yang bernama Tegal Arum. Sesudahnya, Susuhunan Amangkurat I kemudian juga
dikenal dengan julukan Sunan Tegal Arum. Adipati Anom dinobatkan menjadi Amangkurat II,
dan Mataram secara resmi menandatangani persekutuan dengan VOC untuk melawan
Trunojoyo. Persekutuan ini dikenal dengan nama Perjanjian epara (September 1677) yang
isinya Sultan Amangkurat II Raja Mataram harus menyerahkan pesisir Utara awa jika VOC
membantu memenangkan terhadap pemberontakan Trunojoyo.

Trunojoyo yang setelah kemenangannya bergelar !,302-,,3,/:70934, kemudian
mendirikan pemerintahannya sendiri. Saat itu hampir seluruh wilayah pesisir awa sudah jatuh
ke tangan Trunajaya, meskipun wilayah pedalaman masih banyak yang setia kepada Mataram.
VOC sendiri pernah mencoba menawarkan perdamaian, dan meminta Trunojoyo agar datang
secara pribadi ke benteng VOC di Danareja. Trunojoyo menolak tawaran tersebut.

Akhir Perlawanan Trunajaya
Setelah usaha perdamaian tidak membawa hasil, VOC di bawah pimpinan Gubernur
endral Cornelis Speelman akhirnya memusatkan kekuatannnya untuk menaklukkan perlawanan
Trunojoyo. Di laut, VOC mengerahkan pasukan Bugis di bawah pimpinan Aru Palakka dari
Bone untuk mendukung peperangan laut melawan pasukan Karaeng Galesong; dan mengerahkan
pasukan Maluku di bawah pimpinan Kapitan onker untuk melakukan serangan darat besar-
besaran bersama pasukan Amangkurat II.
Pada April 1677, Speelman bersama pasukan VOC berangkat untuk menyerang
Surabaya dan berhasil menguasainya. Speelman yang memimpin pasukan gabungan berkekuatan
sekitar 1.500 orang berhasil terus mendesak Trunojoyo. Benteng Trunojoyo sedikit demi sedikit
dapat dikuasai oleh VOC. Akhirnya Trunojoyo dapat dikepung, dan menyerah di lereng Gunung
Kelud pada tanggal 27 Desember 1679 kepada Kapitan onker. Trunojoyo kemudian diserahkan
kepada Amangkurat II yang berada di Payak, Bantul. Pada 2 anuari 1680, Amangkurat II
menghukum mati Trunojoyo.

DaItar Pustaka
- Capture and death of Raden Truna Jaya, December 1679 - January 1680
- !$ Terpadu 2 !atinum 2009

Anda mungkin juga menyukai