Coen
Sultan Agung adalah raja yang paling terkenal dari Kerajaan Mataram. Pada masa
pemerintahan Sultan Agung, Mataram mencapai zaman keemasan.
Keberadaan VOC di Btavia telah memberikan ancaman serius bagi masa depan Pulau
Jawa.
Jalan ceritanya :
Pada tahun 1628 Sultan Agung mempersiapkan pasukan Mataram dengan segenap
persenjataan dan perbekalannya untuk menyerang VOC di Batavia.
Pada waktu itu yang menjadi Gubernur Jendral VOC adalah J.P. Coen.
Pasukan Mataram yang lain berdatangan , datang pula laskar orang-orang sunda.
Dipimpin oleh Tumenggung Singaranu, Kiai Dipati Jaminah, dan Dipati Purbaya.
Pasukan mataram tidak mundur beegitu saja, dengan kedaulatannya pasukan yang ada
terus berusaha mengepung Batavia.
Terpetik berita bahwa J.P. Coen meninggal, terjadi pada tanggal 21 September
1629.
Pasukan mataram terus melakukan penyerangan dengan semangat juang yang tinggi.
Dalam situasi yang kritis tersebut VOC semakin marah dan meningkatkan
kekuatannya untuk mengusir pasukan mataram. Dengan mengadakan persenjataan
yang baik dan lengkap, mereka dapat menghentikan serangan pasukan mataram.
Dengan demikian, serangan Sultan Agung yang kedua juga mengalami kegagalan.
Tentara VOC selalu bejaga- jaga untuk mengawasi gerak – gerik pasukan mataram.
Sebagai contoh pada waktu pasukan Sultan Agung dikirim ke Palembang untuk
membantu Raja Palembang dalam melawan VOC, langsung diserang oleh tentara VOC
di tengah perjalanan.
Perlawanan pasukan Sultan Agung terhadap VOC mengalami kegagalan. Namun,
semangat dan cita-cita untuk melawan dominasi asing terus tertanam pada jiwa
Sultan Agung dan para pengikutnya. Secara militer Mataram memang tidak berhasil
memaksa VOC untuk menjadi bawahan Mataram.
Sementara itu, tentara VOC sendiri sebenarnya merasa khawatir dan segan
terhadap kekuatan militer Mataram.
Sultan Agung yang cerdas itu kemudian menggunakan kemampuan diplomasi. Melalui
kemampuan diplomasinya Sultan Agung berhasil memaksa VOC untuk mengakui
eksistensi Mataram dan Sultan Agung sebagai Yang Dipertuan Agung. Hal ini
buktikan dengan pengiriman upeti secara periodik dari VOC ke Mataram.
Sayangnya semangat dan kebesaran Sultan Agung itu tidak diwarisi oleh raja-raja
pengganti Sultan Agung. Setelah Sultan Agung meninggal tahun 1645, Mataram
menjadi semakin lemah sehingga akhirnya berhasil dikendalikan oleh VOC.
Ia memerintah pada tahun 1646 -1677. Ternyata Raja Amangkurat I merupakan raja
yang lemah dan bahkan bersahabat dengan VOC.
Raja ini juga bersifat reaksioner dengan bersikap sewenang-wenang kepada rakyat
dan kejam terhadap para ulama.
Oleh karena itu, pada masa pemerintahan Amangkurat I itu timbul berbagai
perlawanan rakyat. Salah satu perlawanan itu dipimpin oleh Trunajaya.