Anda di halaman 1dari 3

PERCOBAAN 1 KECEPATAN CAHAYA

A. Tujuan
Menentukan besarnya kecepatan cahaya.

B. Dasar Teori
Sebagaimana kita ketahui bahwa cahaya merambat dengan lintasan berbentuk garis lurus. Namun seberapa cepatkah cahaya berjalan ? Demikianlah pertanyaan Galileo pada tahun 1638. Sejak itulah muncul berbagai eksperimen dan penemuan tentang kecepatan cahaya oleh beberapa fisikawan. Antara lain Ole Roemer pada tahun 1675 yang melalukan pengamatan mengenai laju cahaya melalui gerakan bulan Jupiter dan ia mendapatkan 2,0x108 m/s; Hippolyte Louis Fizeau (1819-1896) dengan metode astronomi mendapatkan 3,13x108 m/s; Foucault (1819-1868) mendapatkan 2,98x108 m/s dan Albert A. Michelson (18521931) dengan pengukuran kecepatan yang lebih ekstensif dan mendapatkan 2,99910x108 m/s. Pengukuran kecepatan cahaya ini merupakan perpaduan kreatifitas dan kecerdasan manusia. Pengukuran laju cahaya secara tidak langsung, yang dilakukan oleh para ilmuwan pada prinsipnya mengikuti persamaan :

c = jarak tempuh / waktu tempuh


Pengukuran terakhir tahun 1973 yang dilakukan oleh Evenson dan kawankawan menggunakan metode yang sama sekali berbeda yaitu dengan sinar laser dan mendapatkan c = (299.792,4574 0,0012) km/s. Pada percobaan ini kita akan mengukur kecepatan cahaya menggunakan persamaan diatas. Jarak tempuh diukur dengan menggunakan mistar secara langsung dan waktu tempuh menggunakan beda fase yang ditunjukkan oleh dua gelombang cahaya laser pada osiloskop. Jika berkas sinar laser yang berasal dari pemancar (emitter) diarahkan ke cermin pemantul dengan panjang lintasan L1 oleh cermin sinar tersebut dipantulkan ke penerima (receiver) dengan panjang lintasan L2 dan dengan seelang waktu T. Osiloskop menangkap dua gelombang cahaya, masing-masing dari emitter ketika ketika cahaya laser dipancarkan dan kedua dari receiver ketika cahaya laser yang dipantulkan cermin diterima. Dua gelombang cahaya ini dibentuk pada waktu yang tidak bersamaan, gelombang pertama dibentuk ketika cahaya laser dipancarkan oleh emitter, gelombang kedua dibentuk beberapa saat setelah cahaya laser berjalan melalui lintasan optiknya, yaitu dari emitter ke cermin pemantul dan diterima receiver. Dua gelombang yang dibentuk pada waktu yang tidak bersamaan ini ditampilkan oleh osiloskop dengan beda fase tertentu, yang bergantung pada panjang lintasan optik cahaya laser tadi.

Gambar 1.1 Skema Rangkaian Percobaan Kecepatan Cahaya

C. Alat dan Bahan


Satu set alat untuk menentukan kecepatan cahaya terdiri dari emitter, receiver, cermin pemantul, lead wire, kabel penghubung, kabel koaksial, mistar dan osiloskop.

D. Prosedur Percobaan
1. Susun alat yang akan digunakan, antara lain emmiter, receiver dan kaca pemantul seperti pada gambar. 2. Hubungkan ground pada emmiter dan receiver menggunakan lead wire. 3. Hubungkan Ch 1 osiloskop pada terminal keluaran emmiter dengan menggunakan kabel koaksial. 4. Hubungkan Ch 2 osiloskop pada terminal keluaran receiver dengan menggunakan kabel koaksial. 5. Nyalakan emmiter dan receiver. Tunggu 10 hingga 30 menit sebagai pemanasan agar frekwensi modulasinya tetap. 6. Atur fokus laser sehingga membentuk lingkaran dengan diameter 3 mm pada receiver. 7. Atur cermin pemantul agar sinar yang berasal dari emmiter tepat berada pada pusat cermin pemantul. 8. Atur position vertikal pada osiloskop sehingga Ch 1 dan Ch 2 berada pada sumbu horizontal yang sama. 9. Ukur beda fase antara Ch 1 dan Ch 2. 10. Lakukan percobaan tersebut berulang-ulang dengan mengubah-ubah jarak antara cermin pemantul dengan emmiter dan receiver.

F. Analisa Data
Berdasarkan data percobaan yang diperoleh maka dapat dianalisis sebagai berikut : Perc. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Jarak (m) 0,320 0,390 0,690 0,730 0,885 1,000 1,180 1,410 1,565 1,715 9,885 Beda fase (ns) 3,6 4,4 5,0 5,2 5,8 6,2 6,8 7,4 8,2 8,6 61,2

Dari data tersebut dapat dibuat grafik hubungan jarak dan beda fase sebagai berikut :

2 1,8 1,6 1,4 1,2 1 0,8 0,6 0,4 0,2 0 0

y = 0,2901x - 0,7871 R2 = 0,9911

10

Anda mungkin juga menyukai