Anda di halaman 1dari 4

PERBAIKAN RESTORASI RESIN KOMPOSIT KLAS I T. HERMINA M.

, DRG Fakultas Kedokteran Gigi Bagian Pedodonsia Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN Tujuan utama penumpatan adalah mengembalikan fungsi gigi. Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu dilakukan beberapa usaha guna mendapatkan hasil semaksimal mungkin, dalam arti bahwa gigi yang telah ditumpat dapat bertahan selama mungkin dalam rongga mulut. Demikian pula bahan tumpat yang mengganti jaringan gigi yang rusak atau hilang. Sampai saat ini, tidak ada bahan tumpat yang dapat memenuhi semua persyaratan yang telah ditentukan. Namun usaha untuk mencapai semua persyaratan tersebut masih tetap dilakukan. Sebagai contoh dari hasil usaha tersebut adalah adanya bahan tumpat resin komposit yang dapat dipakai untuk gigi posterior. penggunaan resin komposit untuk merestorasi gigi-gigi posterior mulai dikembangkan pada sekitar tahun 1970, sehingga kini resin komposit dapat dikatakan sebagai bahan tambalan multi guna dalam bidang kedokteran gigi. Selama ini percobaan mengenai pengikisan resin komposit hanya dilakukan secara invitro. Karena itu hasilnya masih perlu dipertanyakan, apakah sama dengan yang terjadi dalam mulut. Percobaan Swartz dkk ( 1982 ) mendapatkan hasil bahwa ternyata resin komposit jenis mikrofil kurang tahan terhadap sikat gigi. Pengikisan karena sikat gigi atau secara kimiawi dapat terjadi pada resin komposit. Disamping itu suatu plucking phenomena juga dikemukakan oleh Horn ( 1981) sebagai akibat dari pelunakan atau "fatigue" permukaan resin karena terlepasnya bahan pengisi. Lepasnya bahan pengisi ini di duga karena matrik organik terkikis oleh abrasi, atrisi, proses kimia, atau keadaan biologik rongga mulut. Fan dkk ( 1979 ) juga telah mengemukakan hasil penelitian mengenai pengikisan secara invitro. Mereka mendapatkan bahwa resin komposit jenis mikrofil mempunyai abrasion rate yang cukup tinggi. Dengan perkataan lain resin komposit jenis ini lebih mudah terkikis. Dengan menggunakan resin komposit tahan lama yang memiliki sifat fisik terbaik, dokter gigi layak mengharapkan restorasi resin komposit klas I bertahan sekurangnya 10 tahun atau lebih. Meskipun terjadi kerusakan pada tambalan resin komposit klas I ternyata keuntungan yang nyata dari resin komposit klas I adalah daerah yang rusak dapat sering diperbaiki. Perawatan seperti ini biaya menjadi murah, alternatif sederhana untuk menyempurnakan penempatan kembali restorasi dan juga mempertahankan struktur gigi.

2003 Digitized by USU digital library

Faktor-faktor Yang Dapat Mempengaruhi Terjadinya Kebocoran Restorasi Resin Komposit. Kebocoran tepi didefinisikan oleh Kidd sebagai celah mikroskopik antara dinding kavitas dan tumpatan yang dapat dilalui mikro organisme, cairan, molekul dan ion. Kebocoran tersebut dapat mengakibatkan berbagai keadaan seperti : karies sekunder I diskolorasi gigi, reaksi hipersensitif, bahkan dapat mempercepat kerusakan tumpatan itu sendiri. Terjadinya kebocoran tepi merupakan akibat kegagalan adaptasi tumpatan terhadap dinding kavitas. Kobayashi (1973) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara kebocoran tepi dan adaptasi tumpatan. Kegagalan restorasi resin komposit dapat disebabkan oleh faktor berikut, perbedaan masing-masing koefisien thermal ekspansi diantara resin komposit, dentin dan enamel, penggunaan oklusi dan pengunyahan yang normal, dan kesulitan karena adanya kelembaban, mikroflora yang ada, lingkungan mulut bersifat asam, maka akibat kegagalan ini dapat terjadi kebocoran tepi pada resin komposit. Banyak ahli telah menyelidiki efektifitas etsa yang dilakukan pada dentin, antara lain Lee dan Barnes. Hasil pengamatannya menunjukkan bahwa etsa dentin dapat mengakibatkan dekalsifikasi superficial. Disini terjadi debris pada permukaan dentin serta pelebaran tubuli dentin. Pelebaran tersebut merupakan akibat larutnya bahan anorganik dari dentin peritubular serta pengkerutan matriks kolagen dari dentin intertubular. Dengan demikian, bahan resin komposit dapat masuk kedalam struktur dentin sehingga adaptasi bahan tersebut dapat ditingkatkan. Meskipun resin komposit memiliki banyak keunggulan, namun beberapa peneliti mengatakan bahwa bahan tersebut ternyata masih mempunyai beberapa kelemahan. Antara lain berupa sifat iritasinya terhadap jaringan pulpa serta adaptasi yang tidak baik terhadap dinding kavitas. Sifat iritasi resin komposit erat hubungannya dengan sifat kimia bahan tersebut. Sayegh menyatakan bahwa resin komposit merupakan bahan tumpat yang bersifat toksik terhadap jaringan pulpa. Ini berarti resin komposit dapat mengiritasi serta mengakibatkan radang pulpa. Namun lebih lanjut Brannstrom mengemukakan bahwa iritasi pulpa ini terutama di sebabkan oleh kebocoran yang terjadi melalui tepi tumpatan serta diikuti oleh invasi mikroorganisme dan cairan mulut melalui tubuli dentin. Kebocoran tersebut terutama disebabkan oleh pengerutan yang terjadi selama polimerisasi resin komposit. Keadaan demikian dapat mengakibatkan kegagalan adaptasi bahan tersebut terhadap dinding kavitas. TEKNIK KERJA Probing dengan eksplorer untuk mendekteksi substansi karies pada permukaan resin enamel. Resin yang rusak dan substansi karies dibuang dan restorasi resin komposit diperbaiki mengikuti cara-cara sebagai berikut : Bur inverted cone yang kecil dengan kecepatan lambat digunakan untuk membuang resin yang rusak dan debris substansi karies. Pengaruh pemburan menimbulkan saling mengunci ( interlocking) antara resin dan enamel karena pembentukan dinding preparasi kavitas yang baru. Seluruh substansi karies dibuang dengan hati-hati dan preparasi yang dilakukan paling dalam hanya sebatas terendah dentin yang terbuka.

2003 Digitized by USU digital library

Setelah pembuangan substansi karies, bur diamond bulat yang besar digunakan untuk membuat permukaan resin komposit yang tertinggal dan enamel bagian pinggir menjadi kasar. Asam phosporik 40 % diaplikasikan dan digerakkan perlahan dengan menggunakan burnisher bulat selama kira-kira 20 detik. Setelah pembilasan den pengeringan permukaan oklusal, bahan resin yang tertinggal dan enamel yang telah di preparasi terlihat berwarna kusam, berarti etsa yang dilakukan tepat. Selapis tipis cairan resin bonding dioleskan diatas seluruh permukaan oklusal dan dinding dasar preparasi kavitas yang baru, biarkan untuk memenuhi permukaan enamel selama sekitar 10 detik. Sebelum dilakukan penyinaran, bahan resin komposit dimasukkan kedalam syringe kemudian dimasukkan kedalam kavitas. Dengan menggunakan burnisher built besar, resin komposit di tekan kedalam kavitas dengan hati-hati untuk menghindari terperangkapnya gelembung udara. Bahan yang berlebihan diratakan diatas bahan restoratif yang lama dan tepi enamel terdekat agar terlihat seperti baru dan menambah kekuatan tambalan. Kemudian dilakukan penyinaran selima 60 detik. Bur diamond besar dengan kecepatan rendah digunakan untuk mengukir bentuk oklusal yang ideal dan membuat kontak oklusal yang baik. Aplikasikan kembali asam fosforik 40% kemudian dilakukan pembilasan dengan air dan pengeringan yang sempurna. Sealant resin dioleskan kembali ke seluruh permukaan oklusal. Sebelumnya dioleskan bonding pada seluruh permukaan selama 10-15 detik, penyinaran dilakukan selama lebih dari 30 detik. Setelah rubberdam dilepaskan, kemudian dilakukan evaluasi terhadap kontak oklusal berlebihan diberi tanda, kemudian dihaluskan dengan disk atau stone untuk menghilangkan konsentrasi kekua1an jack hammer like terhadap permukaan resin. Kontak oklusal yang prematuris, diberi tanda dengan menggunakan kertas artikulasi pada resin, diselaraskan sesuai indikasi. Jika penyelarasan yang perlu dilakukan banyak, penambalan re-sealing pada permukaan harus dilakukan.

KESIMPULAN 1. Kekuatan keseluruhan daerah yang diperbaiki pada restorasl resin komposit tidak sebesar restorasi awal. 2. Untuk meningkatkan perlekatan resin ke resin, seluruh permukaan restorasi yang tertinggal harus dibuat kasar dengan bur diamond. 3. Aplikasi akhir sealant penting dilakukan. Tidak hanya kontraksi celah dihilangkan dan tepi-tepi seluruhnya tertutup, tetapi permukaan resin komposit yang rusak oleh karena proses akhir, permukaannya dibentuk kembali dengan resin baru. Penutupan akhir permukaan restorasi seperti ini meningkatkan daya tahan restorasi.

2003 Digitized by USU digital library

DAFTAR KEPUSTAKAAN 1. Boyer, D.B.; Chan, K.C.; Torney, D.I: The Strength Of Multilayer And Repaired Composite Resins. J.Prosthet Dent, 50 : 636-638, November 1983 2. Boyer, D.B.; Chan, K.C.; Reinhardt, J.W.: Build Up And Repair Of Light Cured Composite : Bond Strength, J.Dent. Res,63 : 1241-1244, Oktober 1984 3. Chosak, A. and Eidelman, E.: Effect Of Time From Application Until Exposure To Light On The Tag Lengths Of A Visible Light-Polymerized Sealant. Dental laterials,4 : 302 -306, Oktober 1988 4. Kumala Linda: Perbedaan Kebocoran Tepi Kavitas Tumpatan Resin Komposit Yang Disiapkan Dengan Sistin Etsa Asam Fosfat Dan Dengan Pengikat Poliuretan (secara invitro). Naskah lengkap KPPIKG-UI-VIII-1988 : 52-453 5. Sundoro E.H : Beberapa Pengamatan Mengenai Hasil Penumpatan Dengan tesin Komposit. Naskah lengkap, Simposium Resin Komposit Sebagai lahan Restorasi Gigi. FKG-UI-1985 : 48-53-54 6. Theodore. P. Croll, D.D.S : Journal OF Dentistry For Children. Januari-Februari 1977 : 22-27 7. Werdiningsih W. dan Munyanti : Restorasi Komposit Sebagai Tumpatan Gigi Posterior Dan Pembuatan Inti. Naskah lengkap, Simposium Resin Komposit Sebagai Bahan Restorasi Gigi, FKG-UI-1985 : 42-43

2003 Digitized by USU digital library

Anda mungkin juga menyukai