Anda di halaman 1dari 7

A. Pendahuluan.

Setiap bangsa di dunia mempunyai dasar atau landasan, kekuatan, dan daya dorong bagi perjuangannya, yang berupa jiwa, semangat dan nilai-nilai untuk mencapai cita-cita nasionalnya. Begitu juga Bangsa Indonesia telah memiliki jiwa, semangat dan nilai-nilai 45 yang merupakan akumulasi nilai-nilai kejuangan bangsa Indonesia. Masalahnya, apakah dalam alam kemerdekaan nilai nilai 45 perlu terus digelorakan ? Untuk siapa, dimana, kapan, kenapa dan bagaimana manfaatnya? Dengan memahami nilai-nlai 45 diharapkan bisa menjawab masalah tersebut. Dulu berjuang mengusir musuh yaitu Belanda, sekarang musuhnya multidimensi yaitu; kebodohan, kemiskinan, kesejahteraan, keadilan, disintegrasi dan KKN. Mengapa sepertinya Negara dan pemerintahan kesulitan mengatasi masalah tersebut setelah 64 tahun merdeka? B. Sejarah Perkembangan JSN 45. Jiwa, semangat dan nilai-nilai kejuangan bangsa Indonesia tidak lahir seketika, tetapi merupakan proses perkembangan sejarah dari zaman ke zaman. Artinya, bahwa embrio nilai itu sudah ada dari jaman kerajaan, hanya belum muncul dan dirumuskan. Barulah tercapainya titik kulminasi atau titik puncak pada tahun 1945 nilai-nilai itu disepakati sebagai dasar/landasan/kekuatan dan daya dorong bagi para pendiri republik Indonesia. Untuk memperoleh gambaran tentang nilainilai 45 yang berkembang pada setiap zamannya diadakan periodisasi sebagai berikut : 1. Periode I : Masa sebelum Pergerakan Nasional 2. Periode II : Masa Pergerakan Nasional 3. Periode III : Masa Proklamasi dan Perang Kemerdekaan 4. Periode IV : Masa Perjuangan Mengisi Kemerdekaan. C. Rumusan Jiwa, Semangat dan Nilai-nilai 45 1.Jiwa adalah sesuatu yang menjadi sumber kehidupan dalam ruang lingkup mahluk Tuhan. 2. Semangat adalah manifestasi dinamis atau ekspresi jiwa yang merupakan dorongan untuk bekerja dan berjuang. Jiwa dan semangat bangsa menentukan kualitas nilai kehidupannya. 3. Nilai adalah suatu penyifatan yang mengandung konsepsi yang diinginkan dan memiliki keefektifan yang mempengaruhi tingkah laku. Jadi JSN 45 adalah Sumber kekuatan batin yang memberikan dorongan untuk berbuat atau berjuang berlandaskan konsepsi perilaku yang baik menuju kesejahteraan bersama/ bangsa. Memaknai Jiwa, Semangat dan Nilai nilai 45 yang merupakan nilai nilai kejuangan Indonesia, dapat dirinci menjadi 2 bagian : 1. Nilai nilai Dasar meliputi : a. Semua nilai yang terdapat dalam setiap sila dari Pancasila. b. Semua nilai yang terdapat dalam proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. c. Semua nilai yang terdapat dalam UUD 1945. (Pembukaan, Batang tubuh, Penjelasan) 2. Nilai nilai Operasional. Adalah nilai nilai yang lahir dan berkembang dalam perjuangan bangsa Indonesia selama ini dan merupakan dasar yang kokoh dan daya dorong mental spiritual yang kuat dalam setiap tahap perjuangan Bangsa seterusnya. Nilai nilai Operasional ini antara lain : Merdeka,

Patriotisme, Nasionalisme, Kepahlawanan, Persatuan dan Kesatuan, pantang mundur dan tidak kenal menyerah, percaya diri, percaya masa depan, idealis, berani, disiplin, setiakawan, ulet, rajin, jujur, anti penjajahan dan masih banyak pengembangan berikutnya. Lemahnya jiwa atau mental bangsa, masih menyisakan masalah berat seperti tersebut diatas. Maka itu kedepannya setelah 64 tahun merdeka, perlu diintensifkan pembangunan jiwa dan mental bangsa, agar bisa cepat keluar dari kebodohan, kemiskinan, pengangguran dan Korupsi yang justru kesannya semakin parah sampai ke lapisan masyarakat terbawah. D. Penutup Bahwa JSN 45 sebagai nilai nilai kejuangan sudah berlangsung lama hanya saja mencapai titik kulminasinya pada tahun 1945. JSN sudah terbukti mampu membela dan menegakkan NKRI dan lepas dari penjajahan, serta perekat persatuan dan kesatuan bangsa. Berbagai krisis yang menimpa bangsa Indonesia dewasa ini dalam banyak hal disebabkan oleh lunturnya JSN 45, terutama dikalangan pemimpinan dan elit politik. Pengabdian pada Masyarakat oleh Drs. Dewa Made Joni Ardana, M.Si (Dosen Fisip Universitas Panji Sakti Singaraja) bekerjasama dengan BPP-JSN'45 Kabupaten Buleleng di Desa Anturan tanggal 25 Agustus 2009, Desa Panji tanggal 27 Agustus 2009 dan Desa Kerobokan 28 Agustus 2009 SELAMAT BERJUANG

dan akan melanjutkan perang kemerdekaan sampai titik darah penghabisan. Sebelum meninggalkan Istana Presiden untuk melakukan perang gerilya, meminta agar Sultan Hamengku Buono IX dengan landasan Perjanjian Gianti "tetap bertahan di ktoa Yogyakarta untuk melakukan perlawanan "bawah-tanah melawan Belanda". Ternyata kepiawaian dan semangat juang Jenderal Soedirman amat memusingkan pimpinan pasukan Belanda di Jakarta, hingga ada seorang analis militer Belanda yang menyatakan, pimpinan tentara Belanda Letnan Spoor boleh saja mengolah strategi peperangan, namun yang akan menentukan kemenangan perangnya adalah Jenderal Soedirman. Semangat juang yang tak lekang oleh panas dan tak lapuk oleh hujan yang dihayati Jenderal Soedirman ini, sebaiknya dihayati pula oleh para pimpinan negara di pusat dan di daerah untuk pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan mencerdaskan kehidupannya hingga berbagai sumber daya alam dan budaya dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan sosial, ekonomi, dan adati secara berkesinambungan. Semangat Juang '45 ini dapat digali kembali dan dirumuskan untuk pendidikan dan kebanggaan nasional. Setiap negara maju umumnya memiliki "semangat juang" untuk membangun dan mengelola negara. Khusus mengenai NKRI yang berbentuk kepulauan dan terletak di daerah tropis, memiliki banyak keunggulan, namun karena

manusianya belum dicerdaskan kehidupannya, banyak sumber daya yang mubazir. Fantastik, namun bisa Setiap negara yang maju selalu memiliki semangat untuk membina dan membangun negaranya walaupun beberapa negara di antaranya yang tidak memiliki sumber daya alam yang melimpah. Mereka ini membangun dengan semangat pahlawan nasionalnya, apalagi Indonesia juga memiliki cukup banyak pahlawan nasional akibat adanya penjajahan. Di daerah mana saja dari Sabang sampai ke Merauke, cukup banyak pahlawan bertebaran yang semuanya anti penjajahan dan sekarang ini penjajahan politik secara fisik sudah tidak ada. Tetapi penjajahan nonfisik berupa kemiskinan dan kebodohan masih merupakan masalah yang harus segera diselesaikan. Semangat kepahlawanan fisik dan nonfisik dari para pahlawan sebelumnya, tampaknya sudah terproyeksikan ke dalam diri Panglima Besar Jenderal Soedirman, yang secara fisik dalam keadaan sakit dan relatif masih amat muda telah berhasil melaksanakan tugasnya. ide mengadakan serangan umum pada siang harui dari Sultan Hamengku BuonoIX, langsung disetujui Panglima Besar dan diatur strategi dan waktunya oleh Kolonel Abdul Haris Nasution, dan dilaksanakan Letnan Kolonel Soeharto dengan tepat dan cermat. Serangan umum dilaksanakan pada tanggal 1 Maret 1949, dan penulis sendiri mendapat tugas menyerang Hotel Merdeka (sekarang disebut Hotel

Garuda), tempat para perwira tinggi Belanda bermalam. Tanggal 1 Maret 1949 ini rupanya juga dapat dikaitkan dengan 24 Maret 1946 yang dikenal dengan "Bandung Lautan Api". Sebab keduanya ikut menentukan jalannya perjuangan menegakkan NKRI. Sekarang bagaimana dengan perjuangan untuk membebaskan rakyat Indonesia dari kemiskinan dan kebodohan? Konsepsi dengan bertumpu pada Mukadimah UUD-RI 1945 tidak sulit dilaksanakan. Konsepsi tersebut pun harus mengacu pada pola kerja yang jujur, ikhlas, dan sederhana atau tawadu (rendah hati). Kepuasan monumental karena keberhasilan ikut berjuang membangun negara, akan menjadi kenangan bersejarah bagi seluruh rakyat Indonesia. Semuanya ini memang fantastik namun pasti bisa, mengingat bangsa Indonesia juga keturunan bangsa dengan prestasi besar, baik teknologinya maupun gagasannya. Karena itu belajar sejarah untuk merencanakan masa depan yang jaya, merupakan keharusan, jika bangsa Indonesia ingin menjadi bangsa yang jaya dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya. Insya Allah, zaman keemasan seperti zamannya nenek moyang bangsa Indonesia membangun Candi Borobudur dan monumen bersejarah lainnya dapat segera terwujud, adil makmur di dalam naungan ampunan Allah SWT. "baldatun toyibatun wa robbun ghafur."*** Penulis, mantan veteran Perang RI 1945, tinggal di Bandung Lomba Baca Puisi di Museum Juang 45 ... Oleh : Puji Rahmat Se., Mm. 31-Okt-2007, 10:39:52 WIB- [ www.kabarindonesia.com ]

KabarIndonesia - Dalam Upaya menanamkan jiwa - jiwa kepahlawanan kepada generasi penerus serta memberikan kesempatan kepada masyarakat yang memiliki bakat dalam berpuisi, maka Museum Joang'45 akan menyelenggarakan Lomba Baca Puisi Perjuangan dengan tema "PUISI SEBAGAI AKTUALISASI SEMANGAT JUANG DALAM MENGISI KEMERDEKAAN" Lomba kali ini akan memperebutkan hadiah uang tunai Jutaan Rupiah. Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka memperingati Hari Pahlawan pada tanggal 10 November 2007, yang diperuntukkan untuk masyarakat umum tanpa pengelompokkan umur. Kegiatan ini dilaksanakan oleh Museum Joang'45 sebagai salah satu media promosi untuk memperkenalkan keberadaan Museum Joang'45 dan Museum MH. Thamrin yang sampai saat ini masih sangat kurang dikunjungi oleh masyarakat. Maksud dan tujuan dari kegiatan ini sebagai berikut : a. maksud : menyediakan wahana berkreasi dan berkreatifitas yang mendidik positif dan sportif bagi masyarakat dan generasi muda pada umumnya. b. Tujuan : 1. Menumbuhkan kesadaran dan mendidik masyarakat serta generasi muda untuk berkompetisi yang sehat dan sportif 2. Memperkenalkan museum joang45 dan Museum MH Thamrin sebagai salah satu tempat berkreasi dan rekreasi yang positif dan edukatif 3. Menyalurkan bakat dan kreatifitas yang positif di kalangan masyarakat dan generasi muda di bidang seni baca puisi Diharapkan dengan terselenggaranya lomba ini, maka akan menggugah masyarakat untuk berkunjung ke Museum - Museum PEMDA DKI Khususnya Museum Joang'45 dan Museum MH Thamrin serta dijadikan tempat berkreasi dan rekreasi yang edukatif. Sumber Informasi : Panitia Lomba Baca Puisi Perjuangan tahun 2007 BAB III PENUTUP

Jauhkan tindakan yang merugikan diri sendiri, tetapi berbuat dan berpikirlah apa yang terbaik bagi diri kita dan bagi sekeliling kita, karena kita hidup saling berdampingan. Apabila dikaji lebih cermat tentang nilai-nilai juang 45 yang sudah dipersembahkan para pahlawan yang gugur, generasi penerus bangsa tidak akan mau atau tidak rela apabila harkat dan harga diri bangsanya tercemoh oleh pihak lain, karena hal tersebut merupakan harga mati bagi pemuda dan pemudi generasi bangsa kita.

Anda mungkin juga menyukai