Mapel : PPKN
Guru Mapel : Lili Rumli
Nama : Gema Takbir
Rhomadon
KD .1 Semangat dan Komitmen Kebangsaan Pendiri Negara
Hal ini juga menentukan bangsa menempatkan diri dalam tata berhubungan dengan sesama bangsa
dan dalam pergaulan dengan bangsa lain di dunia internasional. Dengan adanya komitmen dan
semangat persatuan untuk menjamin keberadaan serta peningkatan kualitas kehidupan bangsa,
menghendaki pengetahuan yang memadai tentang tantangan masa kini dan masa mendatang serta
berbagai potensi bangsa.
Wawasan kebangsaan juga dapat diartikan sebagai sudut pandang/cara memandang dengan
kemampuan seseorang atau kelompok orang untuk memahami keberadaan jati diri sebagai suatu
bangsa dalam memandang dirinya dan bertingkah laku sesuai falsafah hidup bangsa dalam lingkungan
internal dan eksternal.
Semangat kebangsaan dapat diartikan sebagai suatu dorongan untuk mempertahankan suatu bangsa
serta memberikan dampak positif dalam perkembangan berbangsa dan bernegara.
Semangat kebangsaan juga timbul dari dalam diri warga negara untuk mencintai dan rela berkorban
demi kepentingan bangsa dan negara. Selain itu, semangat dan komitmen kebangsaan dapat
ditumbuhkan dengan memupuk nasionalisme dan patriotisme.
Nasionalise merupakan paham/ajaran untuk mencintai bangsa dan negara sendiri sedangkan
patriotisme sebagai sikap seseorang yang bersedia untuk mengorbankan apapun untuk kejayaan dan
kemakmuran tanah airnya serta semangat cinta tanah air.
B. Periode II: Masa Pergerakan NasionalSebelum perjuangan di masa pergerakan nasional perjuangan
masih bersifat kedaerahan. Perlawanan di wilayah Nusantara yang bersifat kedaerahan seperti
dilakukan Sultan Hasanuddin (1633-1636), Tuanku Imam Bonjol (1803 – 1821), Kapitan Pattimura
(1817), Pangeran Diponegoro (1825-1830), dan masih banyak lagi.
Dalam masa pergerakan nasional timbullah jiwa, semangat, dan nilai-nilai kejuangan, nilai harkat dan
martabat manusia, jiwa dan semangat kepahlawanan, kesadaran antipenjajah/penjajahan, kesadaran
persatuan dan kesatuan perjuangan.Tahap awal perjuangan nasional ditandai dengan lahirnya Budi
Utomo (1908), Serikat Dagang Islam/Serikat Islam (1912).
Pada Tahun 1928, terjadilah Sumpah Pemuda yang merupakan manifestasi tekad dan keinginan
bangsa Indonesia dalam menemukan dan menentukan identitas, rasa harga diri sebagai bangsa, rasa
solidaritas menuju persatuan dan kesatuan bangsa lalu menjurus pada kemerdekaan dan kedaulatan
bangsa.
Jepang menjajah Indonesia tahun 1942-1945. Akibat penjajahan Jepang, rakyat Indonesia mengalami
penderitaan. Namun, penggemblengan pemuda dapat menimbulkan semangat yang kukuh dan
memupuk militansi yang tinggi untuk merdeka.
Tahap perjuangan antara kebangkitan nasional dan akhir masa penjajahan Jepang merupakan
persiapan kemerdekaan. Jiwa, semangat, dan nilai-nilai kejuangan makin menggelora.7
C. Periode III: Masa Proklamasi dan Perang Kemerdekaan Pada tanggal 17 Agustus 1945, bangsa
Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Lahirnya negara Republik Indonesia tidak diterima
pihak Belanda. Belanda ingin menjajah kembali. Mulailah bangsa Indonesia melakukan perjuangan
dalam segala bidang.
Perjuangan mempertahankan kemerdekaan melahirkan nilai-nilai operasional yang memperkuat jiwa,
semangat, dan nilai-nilai kejuangan, terutama rasa harga diri sebagai bangsa yang merdeka, semangat
untuk berkorban demi tanah air, bangsa dan negara. Perjuangan bangsa Indonesia sampai ke periode
ketiga ini diberi nama sebagai Jiwa, Semangat, dan nilai-nilai 45.
Dalam masa perjuangan mengisi kemerdekaan, kemungkinan nilai-nilai semangat juang akan
bertambah. Secara kualitatif, kemungkinan akan mengalami perubahanperubahan sesuai dinamika dan
kreativitas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Pada saat ini, tantangan kehidupan berbangsa dan bernegara tidaklah kecil. Tantangan menjaga
keutuhan dan kejayaan bangsa dapat datang dari dalam dan luar negeri. Malas, korupsi,
pemberontakan, dan krisis ekonomi merupakan tantangan yang berasal dari dalam dan harus dihadapi
oleh seluruh anggota masyarakat.
Untuk menghadapi semua tantangan tersebut, jiwa dan semangat 45 patut kiranya untuk tetap
dipertahankan. Semangat 45 adalah dorongan dan manifestasi dinamis dari jiwa 45 yang
membangkitkan kemauan untuk berjuang merebut kemerdekaan bangsa, menegakkan kedaulatan
rakyat serta mengisi dan mempertahankannya.
KD .3 Negara Kesatuan Republik Indonesia Sebagai Satu Kesatuan
Pasal 1 ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan ”Negara Indonesia ialah
Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik” dan Pasal 37 ayat (5) menegaskan ”Khusus mengenai
bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak dapat dilakukan perubahan”.
Majelis Permusyawaratan Rakyat telah membuat ketetapan bahwa Negara Kesatuan Republik
Indonesia tidak boleh diganggu gugat. Bentuk negara kesatuan bagi Indonesia sudah dianggap final.
Bagaimana bentuk kesatuan Indonesia, dapat diawali dengan pemahaman bahwa walaupun bangsa
Indonesia terdiri atas berbagai suku, bangsa Indonesia adalah satu kesatuan. Menurut data Badan
Pusat Statistik yang dilaksanakan pada tahun 2010, di Indonesia terdapat 1.128 suku bangsa. Kesatuan
itu dapat dipandang dari 4 segi, yaitu politik, pertahanan keamanan, ekonomi, dan sosial budaya.
2.Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku dan berbicara agama dan kepercayaan terhadap Tuhan
yang maha Esa, harus merupakan satu kesatuan bangsa yang bulat dalam arti yang seluas-luasnya.
3.Secara psikologis, bangsa Indonesia harus merasa satu rasa senasib sepenanggungan, sebangsa
setanah air dan punya satu tekad dalam mencapai cita-cita bangsa.
4.Pancasila sebagai satu-satunya falsafah, ideologi negara yang senantiasa membimbing dan
mengarahkan bangsa Indonesia dalam mencapai tujuannya.
B. Indonesia sebagai Satu Kesatuan Wilayah
Seluruh wilayah Indonesia dengan segala isi dan kekayaan yang terkandung didalamnya merupakan
satu kesatuan wilayah, wadah, ruang hidup dan kesatuan yang mutlak bagi seluruh bangsa Indonesia.
Ini menjadi modal dan milik bersama bangsa.
Indonesia yang juga terdiri atas berbagai macam suku dan berbicara dalam berbagai bahasa daerah,
memeluk dan meyakini berbagai agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa haruslah
merupakan satu kesatuan bangsa yang bulat dalam arti yang seluas-luasnya. Meski pun berbeda,
Indonesia tetaplah satu.
1.Masyarakat Indonesia sebagai satu perikehidupan bangsa harus merupakan kehidupan yang serasi
dengan tingkat kemajuan masyarakat yang sama, merata dan seimbang serta adanya keselarasan yang
sesuai dengan tingkat kemajuan bangsa.
2.Budaya Indonesia pada dasarnya adalah satu kesatuan dalam keberagaman. Inilah yang menjadi
modal dasar pembangunan dan sekaligus jati diri bangsa.
Khusus mengenai wilayah Indonesia, sejarah mencatat pada 13 Desember 1957, pemerintah Indonesia
mengeluarkan Deklarasi Djuanda. Penentuan batas laut 12 mil yang diukur dari garis-garis yang
menghubungkan titik terluar pada pulau-pulau Negara Republik Indonesia akan ditentukan dengan
Undang-Undang.”
Sebelumnya, pengakuan masyarakat internasional mengenai batas laut teritorial hanya sepanjang 3
mil laut terhitung dari garis pantai pasang surut terendah. Deklarasi Juanda menegaskan bahwa
Indonesia merupakan satu kesatuan wilayah Nusantara. Laut bukan lagi sebagai pemisah, tetapi
sebagai pemersatu bangsa Indonesia.Berdasarkan Deklarasi Juanda, Indonesia menganut konsep
negara kepulauan yang berciri Nusantara (archipelagic state).
Konsep itu kemudian diakui dalam Konvensi Hukum Laut PBB 1982 (UNCLOS 1982 = United
Nations Convention on the Law of the Sea) yang ditandatangani di Montego Bay, Jamaika, tahun
1982. Indonesia kemudian meratifikasi UNCLOS 1982 tersebut dengan menerbitkan Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 1985.
KD .4 Mewujudkan Perilaku Semangat dan Komitmen Kebangsaan dalam kehidupan
Komitmen kebangsaan adalah keterikatan dengan penuh tanggung jawab untuk setia dan
menumbuhkan kesadaran diri sebagai bangsa Indonesia. Suatu negara tidak dapat berdiri tegak dan
mencapai cita-cita serta harapan rakyatnya tanpa komitmen kebangsaan warga yang konsisten.
Permasalahan bangsa ke depan makin komplek baik dari ideologi, sosial, ekonomi maupun
pertahanan keamanan. Tantangan yang makin besar ini menuntut seluruh komponen anak bangsa
bersatu, bahu-membahu untuk mengejar ketertinggalan dengan bangsa lain di dunia.
Hal yang harus kita tanggulangi dalam rangka mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia adalah ancaman. Ancaman adalah setiap upaya dan kegiatan, baik dari dalam negeri
maupun luar negeri yang dinilai mengancam atau membahayakan kedaulatan negara, keutuhan
wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa.
Salah satu cara adalah kita sebagai warga negara berpartisipasi dalam upaya menjaga keutuhan
wilayah dan bangsa Indonesia. Berpartisipasi artinya turut serta atau terlibat dalam kegiatan-kegiatan
yang dapat menjaga keutuhan wilayah dan bangsa Indonesia. Untuk turut menjaga keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia, diperlukan sikap-sikap berikut.
C. Rela Berkorban
Sikap rela berkorban adalah sikap yang mencerminkan adanya kesediaan dan keikhlasan memberikan
sesuatu yang dimiliki untuk orang lain, walaupun akan menimbulkan penderitaan bagi diri sendiri.
Kerelaan berkorban dalam menjaga keutuhan NKRI dapat dilakukan dengan hal-hal sebagai berikut.
Berkorban dengan tenaga atau dengan bekerja.
Berkorban dengan menyumbangkan pemikiran bagi keutuhan NKRI.
Berkorban untuk menahan diri tidak berbuat sesuatu yang merugikanbangsa dan negara.
Berkorban dengan harta yang dimiliki untuk kejayaan bangsa dan negara.